| Website Resmi Bappeda Kota Dumai |

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
akhirnya Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2016 dapat
diwujudkan. Kiranya RENJA ini dapat menjadi sarana bagi Kota Dumai untuk
mewujudkan pendidikannya yang berkualitas, baik aparatur, tenaga pendidik dan
kependidikan, maupun lembaga pendidikan yang mampu membangun manusia
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian tinggi, serta mandiri, yang
mana pencapaiannya diukur dalam berbagai indikator pembangunan tahun 2016.
Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan hasrat mulia tersebut RENJA
ini bertujuan untuk meningkatkan target pencapaian pembangunan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada yang akan difokuskan pada: 1). Pemerataan
dan perluasan akses pendidikan; 2). Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing;
dan 3). Peningkatan tata kelola pemerintahan, akuntabilitas, dan pencitraan publik
seluruh jajaran pendidikan.
Pencapaian tersebut ditetapkan dalam target perencanaan yang melalui
tahap-tahap yang sudah ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan, baik
melalui mekanisme bottom up planning maupun top down planning. Perencanaan
yang efektif dan jelas kiranya dapat membantu kita semua dalam upaya pencapaian
target pembangunan secara bersama-sama.
Akhirnya dengan rampungnya RENJA ini, diharapkan semua pihak dapat
bekerja sama dalam pikiran, tenaga, bahkan dukungan anggaran dari Pemerintah

Kota Dumai, sehingga pembangunan bidang pendidikan dapat semakin ditingkatkan
sebagaimana harapan kita semua.
Dumai,
Januari 2015
KEPALA DINAS PENDIDIKAN
KOTA DUMAI

Drs. H. SYA’ARI, MP
Pembina Utama Muda,
NIP. 19600816198601 1 001

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2016
merupakan

penjelasan


tentang

analisis

gambaran

pelayanan

Dinas

Pendidikan Kota Dumai, evaluasi pencapaian kinerja Dinas Pendidikan Kota
Dumai Tahun Anggaran 2015,

strategis kebijakan, target, program, dan

kegiatan penyelenggaraan pendidikan di Kota Dumai sepanjang tahun 2015.
Program Pembangunan Pendidikan Kota Dumai diarahkan pada efesiensi
dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan agar secara efektif dapat memacu
peningkatan mutu, relevansi pendidikan dan daya saing, serta pemerataan
kesempatan belajar secara berkelanjutan.

Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2016 akan
menjadi acuan untuk penetapan kebijakan pendidikan dan perencanaan
program tahunan ke depan.
Selain itu RENJA Dinas Pendidikan juga merupakan komitmen dari seluruh
aparatur dan jajaran Dinas Pendidikan Kota Dumai yang harus dipedomani
secara konsisten, karena RENJA ini merupakan perencanaan pendidikan
yang tak dapat dipisahkan dari Program Pembangunan Daerah Kota Dumai.

1|Page

1.2. Landasan Hukum
RENJA Dinas Pendidikan Kota Dumai disusun dengan mengacu pada :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara


2|Page

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3952).
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan

Pemerintahan

penyelenggaraan
Keterangan

Nomor

Pemerintah


3

daerah

Pertanggungjawaban

Tahun

2007

Kepada

Kepala

tentang

Laporan

Pemerintah, Laporan


Daerah

Kepada

Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
3|Page

Pemerintah Daerah Kepada masyarakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 nomor 19,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4693);
17. Peraturan Pemerintah nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
83, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738)
18. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan , Tata Cara
Penyusunan,

Pengendalian


dan

Evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam negeri Noor 13 Tahun 2006 tentang 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 59 Tahun tentang
Perubahan atasan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
23. Peraturan

Bersama

Menteri

Dalam

Negeri,

Menteri

Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Dan Menteri Keuangan Nomor : 28 Tahun 2010 Nomor : 0199/M
PPN/04/2010 Nomor : PMK 95/PMK 07/2010 Tentang Penyelarasan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

4|Page

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah
25. Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Riau Tahun
2009-2014.

1.3. Maksud dan Tujuan
Secara

umum

penyusunan

RENJA

Pendidikan

Kota

Dumai

2016

dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan sekaligus untuk memacu dan
mempercepat pencapaian dan pelaksanaannya.
Sedangkan tujuannya adalah:
1. Memberikan arah kebijakan pendidikan Kota Dumai khususnya pada
periode 2016.
2. Sebagai pedoman dalam

penyusunan rencana

program

tahunan

pengembangan pendidikan di Kota Dumai
3. Sebagai pedoman dalam mencapai target capaian (keberhasilan)
pengembangan pendidikan di Kota Dumai.

5|Page

1.4. Sistematika Penulisan
RENJA Dinas Pendidikan Kota Dumai 2016 disusun berdasarkan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota
Dumai
2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai
BAB III. REVIEW PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2015
3.1. Identifikasi Isu Strategis Pendidikan Kota Dumai
3.2. Tantangan Pendidikan Kota Dumai 2011-2015
3.3. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014
BAB IV. PENENTUAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016
4.1. Perumusan Tujuan dan Sasaran
4.2. Program, Kegiatan, Sasaran, dan Target 2016

6|Page

BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN

2.1.

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

1. Tugas
Dinas

Pendidikan

Kota

Dumai

mempunyai

tugas

melaksanakan

kewenangan di bidang pendidikan dalam merumuskan kebijaksanaan,
mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan program pendidikan
dan tenaga kependidikan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Walikota Dumai.
2. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagai mana tersebut di atas Dinas
Pendidikan

mempunyai fungsi :

1)

Perumusan kebijaksanaan di bidang pendidikan;

2)

Pembinaan dan pengendalian pendidikan pra sekolah dan luar
sekolah;

3)

Perencanaan,

pengendalian,

pembinaan,

pengurusan

dan

pengurusan,

dan

pengawasan pendidikan dasar dan menengah;
4)

Perencanaan,

pengendalian,

pembinaan,

pengawasan manajemen pendidikan dasar dan menengah;
5)

Perencanaan,

pengendalian,

pembinaan,

pengurusan

dan

pengawasan tenaga kependidikan;
6)

Pembinaan dan pengendalian kurikulum dan muatan lokal;

7)

Pembinaan dan pengawasan teknis edukatif dan administratif
kepada unsur terkait dengan bidang pendidikan;

7|Page

8)

Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan ketatausahaan;

9)

Perumusan Kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

3.

Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, terdiri dari:
1. Kepala Dinas;
2. Sekretariat;
3. Kepala Bidang Pendidikan Dasar;
4. Kepala Bidang Pendidikan Menengah;
5. Kepala Bidang Pendidikan Khusus, Non Formal Dan Informal; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional;
Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Pendidikan
dibantu oleh Sekretariat dan Kepala Bidang. Kepala Bidang Dibantu oleh
Kepala Subbagian dan Kepala Seksi. Yaitu :
1). Sekretaris dibantu oleh Kepala Subbagian terdiri dari :
a. Kepala Sub Bagian Administrasi dan Umum;
b. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan.
c. Kepala Sub Bagian Kepegawaian.
2). Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Dasar dibantu

oleh:

Kepala Seksi terdiri dari :
a. Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar;
b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Dasar; dan
c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar.
3). Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Menengah dibantu oleh:
Kepala Seksi terdiri dari :
a. Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah;
b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Menengah ; dan
c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah .
4). Kepala Bidang Pendidikan Khusus, Non Formal Dan Informal oleh
Kepala Seksi terdiri dari :
a. Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Khusus, Non Formal Dan
Informal;

8|Page

b. Kepala Seksi Ketenagaan Pendidikan Pendidikan Khusus, Non
Formal Dan Informal ; dan
c. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Pendidikan
Khusus, Non Formal Dan Informal

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI
PENGAWAS-PENGAWAS
SEKOLAH

KEPALA BIDANG PENDIDIKAN DASAR

KEPALA BIDANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN
PENDIDIKAN NONFORMAL & INFORMAL

KEPALA BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH

SEKRETARIS

KEPALA SUBBAG
ADMINISTRASI & UMUM

KEPALA SUBBAG
KEPEGAWAIAN

KEPALA SUBBAG PROGRAM,
EVALUASI DAN PELAPORAN

STAFF PELAKSANA

STAFF PELAKSANA

STAFF PELAKSANA

KASI
KETENAGAAN

KASI SARANA &
PRASARANA

KASI
KURIKULUM

KASI
KETENAGAAN

KASI SARANA &
PRASARANA

KASI
KURIKULUM

KASI
KETENAGAAN

KASI SARANA &
PRASARANA

KASI
KURIKULUM

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

STAFF
PELAKSANA

9|Page

2.2.

Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai
Dalam

upaya

akselerasi

pelaksanaan

program

dan

kegiatan

Dinas

Pendidikan Kota Dumai dibantu oleh 71 personel. Dengan kualifikasi
pendidikan, S-2 sebanyak 7 orang, S-1 sebanyak 41 orang, D-III sebanyak 6
orang, D-II sebanyak 10 orang , D-I sebanyak 1 orang, SMA sebanyak 28
orang, dan SMP sebanyak 1 orang. Komposisi PNS menurut Pangkat dan
Golongan dapat dilihat pada tabel di bawah.
Jumlah PNS Menurut Pangkat dan Golongan
Pada Dinas Pendidikan Kota Dumai
No.
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

10 | P a g e

PANGKAT
2
Pembina Utama Muda
Pembina Tk.I
Pembina
Penata Tk.I
Penata
Penata Muda Tk.I
Penata Muda
Pengatur Tk.I
Pengatur
Pengatur Muda Tk.I
Pengatur Muda
Jumlah

GOL. RUANG
3
I V/ C
I V/ b
I V/ a
III/d
III/c
III/b
III/a
II/d
II/c
II/b
II/a

JUMLAH (ORANG)
4
1
5
24
4
7
10
4
5
4
7
0

71

BAB III
REVIEW PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2015
3.1. Identifikasi Isu Strategis Pendidikan Kota Dumai
Persoalan pendidikan di Kota Dumai dapat dikelompokkan menjadi 3(tiga) bagian
utama yakni : 1. Akses, daya tampung, dan pemerataan; 2. Mutu, relevansi, dan
daya saing; dan 3. Tata kelola dan good governance.

Ketiga persoalan utama di atas dapat diringkas dalam 16 persoalan/ isu utama
pendidikan di Kota Dumai sebagai hasil analisa pada bagian sebelumnya
sebagaimana di bawah ini.
A. Persoalan Akses dan Pemerataan Pendidikan
1. Belum sepenuhnya penduduk usia sekolah memperoleh kesempatan/ akses
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu terutama pendidikan anak usia
dini dan menengah.
2. Masih tingginya disparitas angka partisipasi per kecamatan di Kota Dumai.
3. Belum tercukupinya sarana ruang kelas untuk menampung peserta didik
dengan kapasitas dan jadwal belajar sesuai dengan standar proses belajar
yang efektif terutama tingkat pendidikan dasar
4. Masih terdapatnya siswa yang putus sekolah dan terdapatnya sekelompok
masyarakat dengan tingkat pendapatan per kapita yang rendah sebagai
kelompok siswa yang rentan putus sekolah.

11 | P a g e

B. Persoalan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
1. Belum terpenuhinya standar pelayanan minimal sarana/pra sarana di setiap
jenjang pendidikan dan ketimpangan sarana dan pra sarana antara sekolah di
daerah kota dengan di pinggir kota.
2. Jumlah tenaga pendidik sudah lebih dari cukup, namun kualifikasinya masih
banyak yang belum memenuhi standar (S-1) dan terjadinya missmatch antara
latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
3. Kesejahteraan sebagian tenaga pendidik (PNS) sudah baik, namun belum
diikuti dengan peningkatan produktifitas kerja. Sedangkan sebagian tenaga
pendidik lainnya (non PNS) masih perlu peningkatan kesejahteraan terutama
guru honor daerah. Permasalahan lainnya status sebagian guru/pegawai
tidak tetap masih belum kuat legalitasnya dan proses pengangkatannya
belum didasarkan analisa kebutuhan.
4. Terdapat ketimpangan mutu antara sekolah negeri dengan sekolah swasta
dan agama.
5. Masih banyak satuan pendidikan (sekolah) yang belum memenuhi dan dinilai
sejauh mana

telah memenuhi indikator-indikator yang terdapat pada 8

(delapan) standar pendidikan nasional.
6. Masih belum banyaknya prestasi akademik dan non akademik yang dicapai
pendidikan Kota Dumai di tingkat Provinsi Riau dan nasional.
7. Terjadinya kemerosotan akhlak dan moral yang disebabkan berbagai
pengaruh kemajuan teknologi dan globalisasi. Hal ini terlihat dari :


Penggunaan handphone untuk hal-hal yang negatif



Terdapatnya siswa yang berada di warung internet pada saat jam
sekolah

12 | P a g e



Kesopanan dan rasa segan kepada guru dan orang yang lebih tua
cenderung menurun



Ancaman narkoba dan pergaulan bebas yang semakin kuat dengan
ditemukannya beberapa kasus yang melibatkan pelajar.

8. Masih belum optimalnya peran lembaga pendidikan dan pendidiknya di dalam
menggali dan mengembangkan potensi setiap peserta didik. Hal ini
ditunjukkan dari :


Pola pendidikan dan penilaian yang menyamaratakan pembelajaran
bagi setiap peserta didik



Pengenalan dan pendekatan proses pendidikan terhadap latar
belakang peserta didik secara pribadi belum optimal



Belum terpolanya penjurusan peserta didik berdasarkan minat dan
bakatnya.

9. Masih belum berkembangnya peran serta masyarakat dalam pengambilan
kebijakan

pendidikan,

budaya

membaca,

dan

produk-produk

hasil

pengembangan dan penelitian pendidikan. Hal ini terlihat dari :


Forum-forum guru dan kepala sekolah yang belum fokus dan konsisten
dalam menyelesaikan berbagai kelelamahan mutu pendidikan yang
dihadapi



Masih sangat sedikit tulisan (hasil penelitian, artikel, berita, opini, dsb)
guru yang dipublikasikan



Masih belum berkembangnya pengembangan berbagai instrumen
pembelajaran yang kreatif dan kontekstual.

10. Belum terhubungnya dengan baik (link and match) output pendidikan Kota
Dumai dengan kebutuhan tenaga kerja dan dunia usaha/industri, serta masih
belum banyaknya masyarakat Kota Dumai mencapai pendidikan S-1/
sederajat. Hal ini terlihat dari :


Masih banyak alumni SMA yang tidak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi

13 | P a g e



Alumni SMK teknik hanya sebagian kecil yang terserap di dunia
industri



Belum berkembangnya jiwa dan kemandirian wira usaha bagi alumni
SMK



Kurikulum dan metode pembelajaran di SMK belum match dengan
apa yang dibutuhkan dunia industri di Kota Dumai dan sekitarnya
sehingga melemahkan bargaining position SMK dengan dunia
industri.

C. Masalah Tata Kelola dan Akuntabilitas
1. Masih lemahnya manajemen dan kualitas kepemimpinan lembaga pendidikan
terutama dalam rangka manajemen berbasis sekolah. Hal ini terlihat dari :


Dokumen pengembangan sekolah dan anggaran belanja sekolah
belum tersusun sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan



Belum

optimalnya

peran

komite

sekolah

(masyarakat)

dalam

pengembangan sekolah maupun pengawasan penggunaan keuangan
sekolah


Masih terdapatnya kasus-kasus disharmonisasi antara kepala sekolah
dengan pendidik, tenaga kependidikan, maupun komite sekolah.

2. Masih

belum

tertata

dengan

baik

sistem

perencanaan,

aktualisasi,

implementasi, koordinasi, monitoring, dan evaluasi program dan kegiatan
yang dilaksanakan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Dumai, serta belum
optimalnya sumber daya manusia yang melaksanakan berbagai program dan
kegiatan tersebut. Hal ini terlihat dari :


Masih

terdapatnya

misskoorndinasi

antara

bidang

dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang sebagian disebabkan
karena masih terdapatnya ego sektoral


Koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat
baik dalam hal pelaksanaan program nasional dan provinsi maupun
dalam upaya bantuan kegiatan dan anggaran belum tertata dan
cenderung berjalan sendiri-sendiri

14 | P a g e



Kegiatan

belum

benar-benar

berfokus

pada

pencapaian

hasil

sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen perencanaan dan
tindak lanjut (keberlanjutannya) masih belum optimal


Data base, sistem informasi manajemen, dan pengembangan teknologi
berbasis web yang belum optimal.



Sarana dan pra sarana gedung kantor serta fasilitas yang belum
mendukung dinamika dan mobilisasi pelayanan pendidikan.

3.2. Tantangan Pendidikan Kota Dumai 2011-2015
Berdasarkan uraian kondisi internal dan eksternal pendidikan Kota Dumai di atas,
maka tantangan yang harus dijawab Pemerintah Kota Dumai khususnya Dinas
Pendidikan Kota Dumai dalam lima tahun ke depan dalam rangka pembangunan
pendidikan untuk mendukung pembangunan sektor lain dijabarkan sebagai berikut :
1.

Menjadikan biaya pendidikan terjangkau sampai tingkat pendidikan menengah
oleh semua kalangan dan lapisan masyarakat baik di wilayah kota (urban)
maupun di pinggiran kota (sub urban).

2.

Mengurangi disparitas mutu sekolah antara sekolah negeri dengan swasta dan
antara sekolah yang berada di wilayah kota (urban) maupun di pinggiran kota
(sub urban) dengan berpedoman kepada 8 (delapan) standar pendidikan
nasional sehingga seluruh sekolah di Kota Dumai dikategorikan sebagai
Sekolah Standar Nasional (SSN).

3.

Meminimalisir resiko siswa putus sekolah atau tidak melanjutkan sampai ke
tingkat pendidikan menengah, terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga
kurang mampu (miskin).

4.

Menjadikan pembinaan karakter (kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, dan
toleransi) sebagai salah satu tujuan utama bagi peserta didik di dalam setiap
mata pelajaran dan kegiatan belajar mengajar.

5.

Menata agar ketersediaan guru tercukupi di seluruh kecamatan, mengajar
sesuai dengan latar belakang keilmuannya, serta adanya pengembangan dan
penghargaan kualitas dan profesi yang berkelanjutan.

6.

Meningkatkan kualifikasi guru menjadi setingkat S-1/ D4 sebagai mana tuntutan
Undang-Undang Guru dan Dosen.

15 | P a g e

7.

Menjadikan

pendidik

sebagai

profesional

melalui

program

sertifikasi,

peningkatan kapasitas mengajar, dan pembinaan soft skill (sikap, mentalitas,
dan etos kerja).
8.

Meningkatkan perlindungan, penghargaan, dan kesejahteraan tenaga pendidik
khususnya guru bantu dan guru/ pegawai tidak tetap.

9.

Menjadikan sekolah sebagai bangunan publik yang nyaman sehingga dapat
menjadi pusat belajar dan sosialisasi masyarakat, pembinaan budi pekerti,
pengembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berparadigma
lingkungan (green school).

10. Menjadikan mutu pendidikan Kota Dumai dikenal di tingkat lokal dan nasional
melalui prestasi akademis dan non akademis sekolah, kepala sekolah,
pengawas sekolah, guru, dan siswa dalam berbagai event.
11. Menjadikan sekolah sebagai institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi, keterbukaan, profesionalisme, dan akuntabilitas.
12. Meningkatkan peran serta masyarakat, dunia usaha, dan industri dalam
mendukung penyediaan sarana dan pra sarana pendidikan.
13. Menjadikan SMK sebagai lembaga yang relevan dalam pengembangan
ekonomi masyarakat dan penghasil tenaga kerja yang terampil sehingga siap
ditempatkan dalam dunia usaha dan industri.
14. Meningkatkan kualitas pendidik/ tentor sehingga mampu menjadi tenaga ahli
yang diakui sehingga dapat membantu meningkatkan daya jual pendidikan oleh
dunia usaha dan industri di Kota Dumai.
15. Menjadikan Dinas Pendidikan Kota Dumai sebagai pusat layanan pendidikan
yang mampu memberikan layanan prima.
16. Menciptakan

payung

hukum

yang

dapat

menjamin

program-program

pembangunan pendidikan di Kota Dumai terlaksana dengan baik dan optimal.

16 | P a g e

A. Perjanjian Kinerja Tahun 2015
Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kepala Dinas
Pendidikan Kota Dumai telah menetapkan target pencapaian kinerja tahun 2015
kepada Walikota Dumai.
A.1. Sasaran dan Indikator Kinerja
Sasaran dan indikator kinerja beserta target pencapaian yang diharapkan dapat
dicapai pada akhir tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
NO

1

SASARAN STRATEGIS

Meningkatnya ketersediaan

INDIKATOR KINERJA

TARGET

1 Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/RA

40%

1 Angka Partisipasi Murni SD/MI/

>99%

akses pendidikan pra sekolah
2

Meningkatnya ketersediaan
pendidikan dasar yang

SDLB/Paket A

bermutu

2 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs

93%

/SMPLB/Paket B

3

3 Menurunnya Angka putus sekolah

0,26%

4 Persentase ruang kelas kondisi baik

89%

5 Rata-rata nilai ujian nasional SD/MI

7,25

6 Rata-rata nilai ujian nasional SMP/MTs

7,20

Meningkatnya ketersediaan

1 Angka partisipasi kasar (APK)

107,27%

pelayanan pendidikan

2 Angka partisipasi murni (APM)

98,45%

menengah yang terjangkau,

3 Menurunnya Angka putus sekolah

0,10%

relevan, dan Bermutu

4 Prosentase ruang kelas dalam kondisi

92%

baik
5 Rata-rata nilai ujian nasional

6,78

SMA/MA/SMK
6 Jumlah tamatan SMK yang bekerja di

28%

tahun kelulusan
4

Meningkatnya kualifikasi

1 Persentase pendidik S-1/D-4

79,40%

pendidik dan tenaga

2 Persentase tenaga pendidik bersertifikat

26,46%

kependidikan
5

profesi (sertifikasi)

Meningkatnya pemenuhan

1 Prosentase Sekolah yang telah

standar pelayanan minimal
2

Prosentase sekolah yang memiliki
program berwawasan lingkungan

17 | P a g e

71%

memenuhi Standar Pelayanan Minimal
65%

3.3. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2016
Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Pendidikan Kota Dumai tahun 2016
dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masingmasing indikator kinerja sasaran.
Secara umum terdapat keberhasilan pencapaian sasaran strategis berikut
indikator kinerjanya. Namun demikian juga terdapat beberapa sasaran strategis
yang belum berhasil dicapai pada tahun 2015. Terhadap beberapa sasaran yang
belum dapat dicapai, Dinas Pendidikan Kota Dumai telah melakukan analisis dan
evaluasi penanganannya. Analisis capaian kinerja tersebut selengkapnya
tertuang pada bagian berikut ini.
A. Analisis Capaian Kinerja
A.1. Meningkatnya ketersediaan akses pendidikan pra sekolah
Ketersediaan akses pendidikan pra sekolah ditunjukkan melalui indikator
sebagai berikut :
Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/RA
Indikator kinerja, target, dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut :
Indikator Kinerja
Angka Partisipasi Kasar
(APK) tingkat TK/RA

Target
30

Realisasi
26,6

%
88,6

Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Dumai sebenarnya
cukup cepat. Tahun 2006 tercatat ada 31 TK di Kota Dumai, dan pada tahun
2013 angka itu bertambah hampir dua kali lipat menjadi 65 TK/RA. Hal inilah
yang dipandang sebagai salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
angka partisipasi peserta didik.
Saat ini jumlah penduduk usia sekolah 4-6 tahun di Kota Dumai sebanyak 16.646
orang. Sedangkan jumlah peserta didik yang tertampung di lembaga pendidikan

18 | P a g e

pra sekolah berjumlah 4.497 orang. Dengan demikian Angka Partisipasi Kasar
pendidikan pra sekolah Kota Dumai saat ini adalah 26,66 %.
Selain itu saat ini di Kota Dumai telah terdapat 18 buah lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), 23 kelompok bermain (play groups), dan lebih dari 10
buah tempat pembelajaran Al-Qur’an. Keberadaan lembaga-lembaga ini cukup
berkembang pesat dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir. Sebagian peserta didik,
meskipun sudah dibatasi perbedaan usianya, tersebar di dalam berbagai
lembaga pendidikan pra sekolah ini.
Sementara itu sejak tahun 2004 sampai 2016 ini Pemerintah Kota Dumai belum
ada menambah unit sekolah baru TK. Jumlah TK Negeri di Kota Dumai saat ini
memang masih 2 (dua) unit yakni TKN Dumai Timur dan TK Negeri Medang
Kampai.
Bahkan dalam tahun 2015 Dinas Pendidikan Kota Dumai belum menambah
ruang kelas di kedua TK tersebut. Dan jumlah peserta didik yang paling banyak
tentu saja ada di sekolah swasta. Diharapkan di tahun mendatang, jika belum
sanggup membangun unit sekolah baru di beberapa kecamatan lainnya, minimal
harus dilaksanakan kegiatan penambahan ruang kelas di kedua TK negeri
Pembina tersebut.
Namun dengan keterbatasan anggaran pendidikan Kota Dumai usaha perluasan
akses pendidikan pra sekolah ini khususnya di dalam membangun unit sekolah
baru masih mengalami kendala. Oleh karena itu upaya tersebut harus dilakukan
dengan mengusahakan dana dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.
Inilah yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya di tahun-tahun mendatang.
Tentu saja dengan gencarnya sosialisasi dan munculnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya pendidikan anak usia dini seharusnya di setiap kecamatan
minimal ada tersedia 1 (satu) TK Negeri yang berperan sebagai TK Pembina
bagi TK swasta lainnya.

19 | P a g e

A.2. Meningkatnya ketersediaan akses pendidikan dasar yang bermutu.
Ketersediaan akses pendidikan dasar yang bermutu ditunjukkan melalui
indikator sebagai berikut :



Indikator Kinerja
Angka Partisipasi Murni
(APM) tingkat
SD/MI/SDLB/Paket A

Target
98,0

Realisasi
%
99,12
101,14



Angka Partisipasi Murni
(APM) tingkat
SMP/MTs/SMPLB/Paket B

80,0

87,00

108,75



Angka Putus Sekolah

0,08

0,05

160



Persentase ruang kelas
kondisi baik

89,0

92,2

103,59



Rata-rata nilai ujian
nasional SD

7,00

7,05

101,37



Rata-rata nilai ujian
nasional SMP

7,20

8,01

100,41

Untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs kalau kita melihat angka partisipasi kasar
(APK) di tahun 2008-2013 sudah melebihi 100 %. Oleh karena itu pada tahun
2014 ini APK untuk tingkat pendidikan dasar tidak dijadikan lagi sebagai ukuran
indikator keberhasilan program/ kegiatan Dinas Pendidikan Kota Dumai.
Dengan kata lain data dikatakan bahwa sudah semua masyarakat usia sekolah
7-12 tahun dan 13-17 tahun tertampung di sekolah. Dengan kalimat lain dapat
disimpulkan bahwa Kota Dumai sudah berhasil dalam Program Nasional Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Dua belas Tahun.
Persoalan yang dihadapi saat ini adalah masih terdapatnya disparitas akses dan
mutu pendidikan di setiap kecamatan. Jika dilihat dari APK tingkat SD/MI dan
SMP/MTs secara umum memang dapat dikatakan bahwa Kota Dumai telah
berhasil dalam menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar Dua belas tahun.
20 | P a g e

Aktifitas pendidikan dasar tingkat SD/MI di Kota Dumai terkonsentrasi pada
Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur, sedangkan untuk tingkat SMP/MTs
banyak terkonsentrasi di Kecamatan Dumai Barat. Hal ini dikarenakan
persebaran sekolah SMP/MTs yang lebih banyak berada di Dumai Barat
sehingga penduduk usia sekolah dari kecamatan lain bersekolah di Dumai Barat.
Oleh karena itu kecamatan lainnya terutama Sungai Sembilan masih
membutuhkan perluasan akses pendidikan dasar seperti pembangunan unit
sekolah baru dan penambahan ruang kelas. Untuk masa mendatang perluasan
akses pendidikan sekaligus penyediaan alat praktik dan sarana peningkatan
mutu lainnya difokuskan ke kecamatan yang masih membutuhkan sehingga
kepadatan siswa tidak bertumpu pada kecamatan-kecamatan di tengah kota
saja.
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/SDLB/ Paket A

Pada tahun 2014 jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai
sebanyak 35.316, sedangkan jumlah peserta didik yang berusia 7-12 tahun di
tingkat pendidikan SD/MI/SDLB/ Paket A adalah 35.006 orang. Dengan demikian
APM SD/MI/SDLB/ Paket A adalah 99,12%. Jika dibandingkan dengan target
kinerja tahun 2014 yakni APM SD/MI/SDLB/ Paket A sebesar 101,14%, maka
tingkat pencapaian APM tersebut sudah melebilihi target.
Pencapaian target tersebut dikarenakan pada tahun 2013 dan 2014 pemerintah
semakin gencar melakukan sosialisasi dan pengetatan aturan usia masuk
sekolah. Sebagaimana diketahui dari tahun ke tahun usia masuk sekolah
pendidikan dasar cenderung semakin cepat. Menurut data tahun 2012 siswa
baru yang memasuki sekolah SD di tingkat pertama atau calon siswa yang
mendaftar masuk SD atau sederajat lebih hampir 20% belum mencukupi umur 7
tahun. Bahkan masih ada yang belum mencapai umur 6 tahun.
Hal ini pada dasarnya diharapkan peserta didik dapat mengikuti pendidikan pada
jenjang tertentu sesuai dengan kematangan psikologi perkembangan anak dan
sesuai juga dengan lingkungan pendidikan yang diterimanya. Namun di sisi lain
21 | P a g e

dapat dikatakan bahwa jika banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya
meskipun secara usia belum cukup, yang seringkali diasumsikan seiring dengan
perkembangan tingkat ekonomi sebuah keluarga atau masyarakat.
Namun tentu saja selain berpengaruh terhadap kesiapan siswa tersebut dalam
mengikuti pendidikan secara mental dan emosional, hal ini juga mempengaruhi
angka partisipasi murni, dimana indikator ini membandingkan

siswa SD/

sederajat yang berumur 7-12 tahun (bukan seluruh siswa SD/ sederajat) dengan
penduduk usia sekolah 7-12 tahun.
Hal ini didukung oleh surat edaran dari Kementerian Pendidikan Nasional dan
Dinas Pendidikan Provinsi Riau yang mengingatkan pentingnya mematuhi
ketentuan umur calon peserta didik bagi sekolah pada saat penerimaan siswa
baru. Dan diharapkan pada tahun-tahun mendatang hal ini dapat dipertahankan
bahkan ditingkatkan. Hal ini dipandang penting karena jika aturan umur tidak
secara ketat dilakukan pada tingkat SD/ sederajat akan mempengaruhi APM di
tingkat pendidikan selanjutnya.
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/SMPLB/ Paket B

Pada tahun 2013/2014, berdasarkan data Dinas Kependudukan Kota Dumai,
jumlah penduduk usia sekolah 13-15 tahun di Kota Dumai sebanyak 16.035,
sedangkan jumlah peserta didik yang berusia 13-15 tahun di tingkat pendidikan
SMP/MTs/SMPLB/ Paket B adalah 13.950 orang. Dengan demikian APM
SMP/MTs/SMPLB/ Paket B adalah 87,00%. Jika dibandingkan dengan target
kinerja tahun 2014 yakni APM SMP/MTs/SMPLB/ Paket B sebesar 80.0%, maka
tingkat pencapaian APM tersebut adalah 108,75 %.
Dilihat dari pencapaian target yang baru mencapai 87,00% memang dapat
dikatatakan bahwa target tahun ini belum berhasil. Namun kalau dilihat dari
pencapaian dari tahun-tahun sebelumnya jelas bahwa APM SMP/MTs/SMPLB/
Paket B mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 APM SMP/MTs/SMPLB/ Paket B
sebesar 73,64 % dan di tahun 2010 sebesar 73,77 %. Namun di tahun 2014 ini
Dinas Pendidikan Kota Dumai memang menetapkan target yang tinggi dalam hal
APM SMP/MTs/SMPLB/ Paket B yakni 80,00 % atau naik sekitar 6,3% dari tahun
22 | P a g e

sebelumnya. Sementara itu pencapaian di tahun ini sebenarnya sudah mencapai
hasil yang cukup siqnifikan yakni 87,00 % atau naik sekitar 6,3 % dari tahuntahun sebelumnya.
Sama seperti APM SD/MI/SDLB/ Paket A, pencapaian target tersebut dapat
berhasil dikarenakan pada tahun 2013 dan 2014 pemerintah semakin gencar
melakukan sosialisasi dan pengetatan aturan usia masuk sekolah yang dimulai
dari pendidikan anak usia dini. Hal ini tentu saja selain berpengaruh terhadap
APM di tingkat pendidikan selanjutnya. Diharapkan di tahun mendatang target
yang ditetapkan dievaluasi kembali agar lebih realistis dan dapat dicapai dengan
program dan kegiatan yang efektif. Dan diharapkan upaya sosialisasi dan
pengetatan usia sekolah ini dapat tetap dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya.
Angka Putus Sekolah

Pada tahun 2014 ini diketahui data anak putus sekolah di tingkat SD sebanyak
17 orang dari 36.472 peserta didik di tingkat SD/MI atau sekitar 0,04%.
Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs tidak terdapat anak putus sekolah.
Jumlah ini dapat dikatakan sudah berhasil dimana Kota Dumai dapat menekan
angka putus sekolah di bawah 0,5 %. Program-program yang selama ini
mendukung adalah pembebasan biaya pendidikan khususnya di sekolah negeri
untuk tingkat SD dan SMP sederajat. Hal ini dimungkinkan karena selain dana
BOS Pusat, Pemerintah ota Dumai sejak tahun 2007 telah memberikan subsidi
operasional sekolah untuk seluruh SD dan SMP negeri. Untuk sekolah swasta
masih memungut uang pendidikan di luar dana BOS Pusat.
Selain itu berbagai program bantuan beasiswa dari pemerintah Provinsi Riau dan
pemerintah pusat telah mampu mendukung program penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar Sembilan tahun di Kota Dumai.
Diharapkan di tahun mendatang angka putus sekolah ini dapat semakin
diperkecil sehingga dipastikan tidak ada lagi anak yang putus sekolah dengan
alasan apapun baik alas an ekonomi ataupun faktor budaya. Sebab dengan
berbagai program penyediaan bantuan operasional sekolah dan beasiswa bagi
23 | P a g e

siswa miskin dipandang sudah sangat memadai bagi setiap keluarga untuk
menyekolahkan anaknya sampai dengan tamat SMP sederajat.

Persentase Jumlah Kelas Dalam Kondisi Baik

Perbaikan sarana dan pra sarana pendidikan terutama ruang kelas adalah salah
satu target Pemerintah Kota Dumai dalam 3 (tiga) tahun ke depan. Diharapkan di
akhir tahun 2016 tidak ada lagi ruang kelas dalam kondisi rusak sedang/ berat.
Oleh karena itu di tahun 2015 dan dilanjutkan tahun 2016 ini seluruh ruang kelas
yang sudah dipetakan dalam kondisi rusak telah dianggarkan perbaikannya
secara bertahap dan menjadi skala prioritas dalam kebijakan anggaran.
Di tahun 2015 telah dianggarkan sekitar Rp. 1,6 miliar untuk memperbaiki
ruangan kelas yang rusak. Dana tersebut selain berasal dari APBD Kota Dumai
juga salah satunya berasal dari APBD Provinsi Riau melalui Dana Bantuan
Pemerintah Provinsi Riau serta Dana Percepatan Pembangunan Infrastrutur
Daerah (DPPID) yang berasal dari pemerintah pusat dan kemudian dianggarkan
di dalam APBD Perubahan Kota Dumai Tahun Anggaran 2014.
Jumlah ruangan kelas yang dapat diperbaiki tahun 2015 sebanyak 84 ruang
kelas. Kerusakan ruang kelas tersebut sebagian besar terdapat pada lantai dan
atap. Meskipun demikian dengan anggaran yang masih terbatas perbaikan
tersebut sebagiannya tidak langsung 100% dari bangunan sekolah yang rusak,
tetapi bagian bangunan yang dianggap sangat mempengaruhi kenyamanan dan
kemanan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Pada akhir tahun 2014 jumlah ruang kelas dalam kondisi baik di Kota Dumai
untuk tingkat SD sebanyak 974 unit dari 1.035 unit seluruh ruang kelas yang ada
atau sekitar 94,10%. Sedangkan untuk tingkat SMP jumlah ruang kelas dalam
kondisi baik sebanyak 290 unit dari 325 ruang kelas yang ada

atau sekitar

89,23% (lihat tabel). Di tahun-tahun mendatang angka ini akan semakin
ditingkatkan terutama untuk tingkat SMP.

24 | P a g e

Tingkat
SD
SMP
Jumlah

Jumlah Ruang
Kelas
1.012
355
1.367

Ruang Kelas
Kondisi Baik
930
336
1.266

%
91,89
94,64
92,61

Dari tahun ke tahun jumlah ruangan kelas dalam kondisi rusak mengalami
penurunan. Pada tahun 2006 kondisi sarana / prasarana (ruang kelas) kurang
mendukung. Di tingkat SD ruang kelas yang layak pakai 70,15% , rusak ringan
21,85%, dan rusak berat 8,00%. Di tingkat SMP/MTs layak pakai 92,26%, rusak
ringan 3,44 % dan rusak berat 4,30 %.
Pada tahun 2014, di tingkat SD ruang kelas yang dalam kondisi baik 91,89 % ,
rusak ringan 5,03 %, dan rusak berat 3,06 %. Di tingkat SMP/MTs yang dalam
kondisi baik 94,61 %, rusak ringan 4,78 % dan rusak berat 0,56 %.
Sebagaimana ditegaskan di atas diharapkan di masa mendatang jumlah ruang
kelas dan bangunan sekolah yang rusak berat sudah tidak ada lagi di semua
tingkat pendidikan dan jumlah bangunan sekolah yang rusak ringan dapat ditekan
sehingga kurang dari 2 %. Ruang kelas yang baik dan nyaman adalah salah satu
syarat utama untuk mendukung proses belajar mengajar yang kondusif dan
berkualitas.
Hasil Ujian Nasional Tingkat SD/MI Tahun Pelajaran 2012/2013

Hasil UN dapat berfungsi sebagai alat evaluasi diri bagi sekolah, Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Pemerintah. Berdasarkan analisis hasil UN maka Pemerintah Pusat,
Propinsi, Kabupaten/Kota dan sekolah dapat melakukan program tindak lanjut.
Bagi sekolah atau daerah yang nilainya masih rendah dapat melakukan
pelacakan dan diagnostic secara menyeluruh sehingga dapat perbaikan.
1. Persentase Tingkat Kelulusan Ujian Nasional
Persentase tingkat kelulusan ujian nasional tahun 2013/2014 sebagai berikut :

25 | P a g e

A. Tingkat SD/MI
Tingkat kelulusan siswa Sekolah Dasar/Madrasah di Kota Dumai tahun ini hanya
mencapai 100.00 persen, angka tersebut meningkat dibanding tahun lalu yang
mencapai 100.00 persen dilihat dari nilai rerata dari 5230 peserta. Hasil diatas
menunjukkan

bahwa

persentase

kelulusan

tingkat

SD/MI

dikategorikan

MEMUASKAN.
Tabel : Persentase Tingkat Kelulusan

Tingkat
SD/MI

Jml
Siswa

Jml
Lulus

5230

5230

% Lulus

Jml
Tidak
Lulus

%
Tdk
Lulus

100.00%

0

0.00%

B. Tingkat SMP/MTs
Tingkat kelulusan siswa Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di
Kota Dumai

tahun ini mencapai 99.85 persen. Angka tersebut meningkat

dibanding tahun lalu yang hanya mencapai 99,21 persen dari 4086 peserta.
Hasil diatas menunjukkan bahwa persentase kelulusan tingkat SMP/MTS 99.85 %
dengan tingkat ketidaklulusan 0.15 %, dapat dikategorikan MEMUASKAN.
Tabel : Persentase Tingkat Kelulusan

Tingkat

Jml
Siswa

Jml
Lulus

%
Lulus

Jml
Tidak
Lulus

%
Tdk
Lulus

SMP/MTS

4086

4057

99.85%

6

0.15%

2. Perbandingan Capaian Persentase Kelulusan dan Nilai Ujian Nasional tahun
2010 – 2014
Perbandingan capaian persentase kelulusan dan nilai ujian nasional tahun 2010 –
2014 disajikan dalam table dibawah berikut :

26 | P a g e

A. Tingkat SD/MI
Tabel : Capaian Persentase Kelulusan dan Capaian Nilai

Tingkat

Tahun

Persentase
Capaian
Kelulusan

Prestasi
Dari
Tahun
Sebelum
nya

Capaian
Rerata
Nilai UN

Prestasi
Dari Tahun
Sebelumnya

Peringkat
Se-Prov
Riau

2011

99.96%

Turun

7.38

Naik

4

2012

100.00%

Naik

7.12

2013

100.00%

Naik

7.35

Naik

4

2014

100.00%

Sama

7.05

Turun

6

Turun

SD/MI

8

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase capaian kelulusan
pada tahun 2014 sama dengan kelulusan pada tahun 2013 yakni 100.00 %.
Namun bila dilihat dari capaian rerata nilai UN terjadi peningkatan yaitu 7.12 pada
tahun 2012 naik menjadi 7.35 pada tahun 2013. Secara keseluruhan hasil yang
dicapai dapat dikategori MEMUASKAN. Dari 12 Kabupaten/Kota tersebar di
Provinsi Riau, Kota Dumai berada pada urutan ke 6.
B. Tingkat SMP/MTs
Tabel : Capaian Persentase Kelulusan dan Capaian Nilai

Tingkat

Tahun

Persentase
Capaian
Kelulusan

Prestasi
Dari Tahun
Sebelumnya

Capaian
Rerata
Nilai UN

Prestasi
Dari
Tahun
Sebelumn
ya

Peringkat
Se-Prov
Riau

2011

99.57%

Naik

7.61

2012

99.21%

Turun

7.71

2013

99.85%

Naik

7.23

Turun

3

2014

99.90%

Naik

8,01

Naik

1

SMP/MTs

Naik
Naik

9
9

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase capaian kelulusan
tingkat SMP/MTs pada tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 0.05 % dari tahun
sebelumnya, tercatat 99.85 % pada tahun 2013 naik menjadi 99.90 % pada tahun
2014. Pada periode yang sama capaian rerata nilai UN tingkat SMP/MTs tahun
2014 terjadi Peningkatan dari 7.23 pada tahun 2013 menjadi 8,01 pada tahun

27 | P a g e

2014. Dari 12 Kabupeten/Kota yang berada di Provinsi Riau, Kota Dumai
memperoleh rangking ke 1.
3. Meningkatnya ketersediaan akses pendidikan menengah yang terjangkau,
relevan dan bermutu.
Ketersediaan akses pendidikan menengah yang terjangkau, relevan, dan
bermutu ditunjukkan melalui indikator sebagai berikut :
Indikator Kinerja
Angka Partisipasi Kasar
(APK) SMA/MA/SMK

Target
89,00



Angka Partisipasi Murni
(APM) SMA/MA/SMK

65,00

92,33

142,04



Angka Putus Sekolah

0,01

0,81

810



Persentase ruang kelas
kondisi baik

92,00

99,12

108,75



Rata-rata nilai ujian
nasional SMA/SMK

7,60

6,78

89,21



Jumlah tamatan SMK
yang bekerja di tahun
kelulusan

28

28,41

104



Realisasi
%
100,80
113,25

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK
Untuk tingkat sekolah menengah (SMA/MA/SMK) APK pada tahun 2013 sebesar
75,37%. Sedangkan pada tahun 2014 meningkat 100,80 %. Dengan demikian
ada peningkatan sebanyak lebih dari 5% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini
didukung oleh beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2014 diantaranya pembangunan 11 unit ruang kelas yang bersumber dari dana
APBD Kota Dumai di SMA dan SMK di Kota Dumai.
Selain itu pada tahun 2014 telah dianggarkan dana bantuan pendidikan anak
kurang mampu secara ekonomi sebanyak 500 orang yang difokuskan untuk
anak-anak kurang mampu di SMA dan SMK swasta. Hal ini dikarenakan bahwa
biaya pendidikan lebih berat dirasakan oleh anak-anak yang bersekolah di
sekolah swasta.
28 | P a g e

Selain itu juga melalui dana pemerintah pusat juga dilaksanakan Bantuan
Operasional Mutu (BOM) sekolah menengah. Bantuan seperti ini sangat berarti
bagi peningkatan kesempatan belajar dan memberikan motivasi bagi anak-anak
keluarga kurang mampu untuk dapat menyelesaikan pendidikannya sampai
jenjang pendidikan menengah.
Dan yang lebih penting adalah bahwa di tahun 2015 ini mulai disosialisasikan
gerakan wajib belajar pendidikan 12 tahun sampai SMA sederajat oleh
Pemerintah Kota Dumai.
Dari APK di atas secara teoritis hal ini dapat saja ditafsirkan bahwa sekitar 1112% penduduk usia sekolah 16-18 tahun belum sekolah. Namun kalau kita
bandingkan dengan angka putus sekolah (yakni 0,81%) menunjukkan tidak
ditemukan angka yang siqnifikan yang mengatakan bahwa penduduk usia
sekolah tersebut mengalami masalah.
Maka berdasarkan pengamatan, kemungkinan terbesar dalam hal ini adalah
banyaknya penduduk usia sekolah 16-18 tahun di Kota Dumai yang melanjutkan
pendidikannya di luar Kota Dumai. Hal ini dianggap wajar karena tingkat
mobilisasi penduduk Kota Dumai yang cukup cepat. Namun untuk ke depannya
perlu dilakukan pendataan dan penelitian yang lebih ilmiah untuk melihat
persoalan ini dengan lebih jelas.
Selain itu partisipasi pendidikan jika dlilihat dari sudut pandang gender, dapat kita
lihat di setiap tingkat pendidikan bahwa antara siswa laki-laki dan perempuan
tidak terdapat jarak yang siqnifikan dalam hal partisipasinya dalam mendapatkan
akses pendidikan, sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel di atas.
Melihat data APM di atas sebenarnya berkaitan dengan data APK. Hanya saja
pada APM kita membandingkan penduduk usia sekolah dengan siswa dengan
usia sekolah yang sama. APM lebih rendah dibandingkan APK dikarenakan
banyaknya penduduk yang seharusnya belum masuk di tingkat sekolah tertentu

29 | P a g e

namun sudah sekolah, meskipun usianya belum cukup. Atau di sisi lain dapat
melihat gejela kelebihan umur peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu.
Selain persoalan di atas, yang menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota Dumai
adalah ketidakseimbangan persebaran peserta didik di setiap kecamatan.
Penumpukan siswa terutama terjadi di Kecamatan Dumai Timur dan Dumai Barat
serta Dumai Selatan seperti di SMAN 1, SMAN 2, SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5
dan SMK Taruna Persada. Hal ini disebabkan karena peserta didik yang berasal
dari Kecamatan Bukit Kapur, Sungai Sembilan, dan Medang Kampai memilih
bersekolah di sekolah-sekolah di Kecamatan Dumai Barat. Pada sekolah-sekolah
yang disebut di atas masih membutuhkan penambahan ruang kelas baru dan
sarana lainnya.
Angka Putus Sekolah

Pada tahun 2015 ini diketahui data anak putus sekolah di tingkat SMA/MA/SMK
sebanyak 95 orang dari 9.744 peserta didik di tingkat SMA/MA/SMK atau sekitar
0,97%. Jumlah ini dapat dikatakan sudah berhasil dimana Kota Dumai dapat
menekan angka putus sekolah. Program-program yang selama ini mendukung
adalah sebagiamana disebutkan di atas yakni bantuan pendidikan bagi siswa
miskin yang bersumber dari APBD Kota Dumai yang difokuskan kepada sekolah
swasta (yang tidak mendapatkan bantuan operasional sekolah dari Pemerintah
Kota Dumai) dan Bantuan Operasional Mutu (BOM) dari pemerintah pusat.
Diharapkan di tahun mendatang angka putus sekolah ini dapat semakin
diperkecil sehingga dipastikan tidak ada lagi anak yang putus sekolah dengan
alasan apapun baik alasan ekonomi ataupun faktor budaya. Sebab dengan
berbagai program penyediaan bantuan operasional sekolah dan beasiswa bagi
siswa miskin dipandang sudah sangat memadai bagi setiap keluarga untuk
menyekolahkan anaknya sampai dengan tamat sekolah menengah. Peningkatan
pendidikan terakhir bagi masyarakat Kota Dumai sangat mendukung dalam
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dan tingkat kesejahteraan
masyarakat.

30 | P a g e

Bahkan di masa mendatang diharapkan akan semakin banyak lulusan sekolah
menengah dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi dan dapat mengikuti berbagai
pelatihan untuk dapat mengisi lapangan kerja dari berbagai investasi berbagai
perusahaan di Kota Dumai atau membuka usaha sendiri yang juga sekaligus
membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Persentase Jumlah Kelas Dalam Kondisi Baik

Perbaikan sarana dan pra sarana pendidikan menengah adalah target
Pemerintah Kota Dumai dalam 3 (tiga) tahun ke depan. Diharapkan di akhir tahun
2016 tidak ada lagi ruang kelas dalam kondisi rusak sedang/ berat.
Di tahun 2015 telah dilaksanakan beberapa perbaikan bangunan sekolah yang
meliputi perbaikan atap dan lantai sekolah yang rusak. Meskipun jumlahnya
belum banyak, namun secara bertahap seluruh ruang belajar akan dalam kondisi
baik di akhir tahun 2016 mendatang.
Pada akhir tahun 2014 jumlah ruang kelas dalam kondisi baik di Kota Dumai
untuk tingkat SMA sebanyak 184 unit dari 202 unit seluruh ruang kelas yang ada
atau sekitar 91,08%. Sedangkan untuk tingkat SMK jumlah ruang kelas dalam
kondisi baik sebanyak 115 unit dari 130 ruang kelas yang ada atau sekitar 88,4%
(lihat tabel). Di tahun-tahun mendatang angka ini akan semakin ditingkatkan
terutama untuk tingkat SMA.
Tingkat
SMA
SMK
Jumlah

Jumlah Ruang
Kelas
202
130
332

Ruang Kelas
Kondisi Baik
184
115
299

%
91.09
88.46
90.06

Sebagaimana ditegaskan di atas diharapkan di masa mendatang jumlah
ruang kelas dan bangunan sekolah yang rusak berat sudah tidak ada lagi di
semua tingkat pendidikan dan jumlah bangunan sekolah yang rusak ringan
dapat ditekan sehingga kurang dari 2 %. Ruang kelas yang baik dan nyaman
adalah salah satu syarat utama untuk mendukung proses belajar mengajar
yang kondusif dan berkualitas.

31 | P a g e

Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/2014 Tingkat SMA/SMK/MA

Hasil UN dapat berfungsi sebagai alat evaluasi diri bagi sekolah, Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Pemerintah. Berdasarkan analisis hasil UN maka Pemerintah Pusat,
Propinsi, Kabupaten/Kota dan sekolah dapat melakukan program tindak lanjut.
Bagi sekolah atau daerah yang nilainya masih rendah dapat melakukan
pelacakan dan di

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Akademik Berbasis Website pada SMP Bunga Bangsa

15 97 31

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1