Proposal Teknis Penyiapan Desain Program
USULAN TEKNIS
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Dokumen Usulan Teknis Jasa Konsultan pekerjaan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development ini dibuat untuk kelengkapan dari dokumen penawaran pekerjaan.
Dokumen Usulan Teknis ini dibuat dengan berpedoman kepada Pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) yang telah diberikan oleh Panitia Pengadaan Jasa Konsultan kepada Konsultan.
Mudah-mudahan isi dan materi Usulan Teknis ini dapat memenuhi kriteria dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Panitia, sehingga dapat di pertimbangkan sebagai pemenang tender dalam evaluasi untuk menentukan pelaksana pekerjaan tersebut.
Demikian disampaikan, atas kerjasama yang baik dan kepercayaan yang diberikan kepada Perusahaan Konsultan kami, diucapkan terima kasih.
Jakarta, Maret 2016
MANAJEMEN PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT
Daftar Isi
Daftar Isi
USULAN TEKNIS
Bab i Data Organisasi Perusahaan
i
Bab
Data Organisasi Perusahaan
Bab ii Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir
ii
Bab
Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir
Pada tabel dibawah ini akan diuraikan mengenai daftar pengalaman kerja sejenis 10 (sepuluh) tahun
terakhir yang telah dilakukan oleh PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT.
PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT
USULAN TEKNIS PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT
Tabel ii.1 Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir
PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT
USULAN TEKNIS
Bab iii Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir
iii
Bab
Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir
Berikut ini akan diuraikan mengenai uraian pengalaman kerja sejenis 10 (sepuluh) tahun terakhir
yang telah dilakukan oleh PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT.
USULAN TEKNIS
Bab iv Tanggapan dan Saran Terhadap KAK dan Personil Fasilitas Pendukung Dari PPK
iv
Bab
Tanggapan dan Saran Terhadap KAK dan Personil Fasilitas Pendukung Dari PPK
iv.1 Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah spesifikasi pekerjaan yang harus dilakukan, meliputi penjelasan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan dan lingkup pekerjaan. Karena itu sebagai langkah awal untuk memahami spesifikasi pekerjaan yang akan dilakukan, konsultan berusaha mengkaji isi dari KAK tersebut.
Usaha kami, dalam memahami KAK, melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah :
1. Membaca KAK, dan berusaha untuk mengerti keseluruhan substansinya;
2. Mengikuti penjelasan (Aanwizing) yang diberikan oleh Panitia Pelelangan. Berusaha bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti atau adanya tambahan penjelasan;
3. Studi terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya terkait judul pekerjaan; dan
4. Studi literatur terkait kebijakan dan peraturan perundang – undangan terkait.
Dari hasil pemahaman konsultan terhadap KAK, maka konsultan berpendapat bahwa KAK yang telah disusun tersebut telah cukup jelas menunjukkan spesifikasi dan berbagai hal yang disyaratkan dalam pekerjaan ini. Namun demikian masih terdapat beberapa hal yang patut ditambahkan untuk menyempurnakan hasil pekerjaan yang diharapkan. Beberapa hal yang patut ditambahkan sebagai spesifikasi pekerjaan untuk menyempurnakan pekerjaan ini akan diuraikan sebagai tanggapan konsultan terhadap KAK. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, kami dapat memahami substansi KAK, dan kami sanggup melaksanakan pekerjaan ini.
USULAN TEKNIS
Gambar iv.1 Pemahaman Kerangka Acuan Kerja
Studi Literatur
KAK Pemahaman
Terhadap KAK
Aanwijzing
Preliminary Survey
Pemahaman kami setelah meneliti dan mengkaji KAK serta mempelajari berbagai acuan dan referensi memunculkan berbagai aspek pemahaman yaitu:
a) Ada permasalahan pada desain programkegiatan PISEW-RISE yang dilakukan sejak tahun 2008 hingga tahun 2015 yang tidak dapat dipastikan apakah dampak kegiatan PSIEW RISE di Indonesia sudah mampu menekan urbanisasi, membuka konektifitas ekonomi dan sosial antar pusat pertumbuhan wilayah (bukan kota) serta sudah mengentaskan kumuh di perdesaan;
b) Lemahnya dokumen programkegiatan RSID yang barangkali dilaksanakan secara sporadis dan instan urgensi sehingga terjadi pembiaran ketidaklengkapan dokumen pelaksanaan kegiatan infrastruktur di kumuh perdesaan dijalan dengan cepat, taktis dan dapat tertangani segera. Jadi ada beberapa dokumen persyaratan yang tidak lengkap namun programkegiatan berjalan dengan kualitas, kaidah dan estetika yang cepat dan seadanya;
c) Belum dapat dipastikan bagaimana korelasi lokasi antar kegiatan penanganan kumuh lainnya semisal di kawasan perkotaan, lokasi penanganan kumuh pemerintah kabupaten non APBN dan lainnya sehingga tidak ada keterpaduan penanganan;
d) Sehingga perlu di susun sebuah Pedoman (Panduan) Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID) yang nantinya dapat diacu.
iv.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja iv.2.1 Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang
Pada latar belakang sebagaimana yang ada didalam kerangka acuan kerja (KAK), pada paragraf pertama disampaikan bahwa hal penting dilakukannya pekerjaan ini adalah adanya amanat dari blue book 2015-2019 Kementerian PUPR yang memuat empat kegiatan dan satu diantaranya adalah kegiatan Regency Infrastructure Development (RSID).
USULAN TEKNIS
Pada paragraf kedua, terlihat PPK menguatkan substansi pada paragraf pertama dengan pernyataan bahwa slum area atau kawasan kumuh di perdesaan diakibatkan oleh karena kemiskinan, keterbatasan lapangan pekerjaan, tingkat fertilitas yang tinggi, kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk, sarana sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang buruk sehingga berdampak pada kualitas permukiman menjadi kumuh berat.
Pada paragraf ketiga, PPK memberitahukan bahwa kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat telah menjalankan program kegiatan penanganan infrastruktur perdesaan sebagai upaya untuk mengentaskan kawasan permukiman kumuh perdesaan menjadi layak huni dan berkelanjutan dan keluar dari status kumuh beratsedangringan. Kegiatan pemerintah tersebut berupa membangun infrastruktur pedesaan pada kawasan dan membangun konektifitas antar pusat-pusat pertumbuhan wilayah sekitar sehingga menjadi terbuka dan terhubung dan terjadi interaksi sosial dan ekonomi yang lebih luas. Tidak ke kawasan perkotaan, tetapi konektivitas kepada kawasan peri- peri sekitarnya. Keterhubungan ini diharapkan dapat membentuk keterkaitan ekonomi, sosial dan budaya yang kuat sehingga tidak ada tarikan yang kuat kepada wilayah perkotaan.
Pada paragraf keempat, terlihat lebih kuat dan mantap pernyataan dari PPK yang menyatakan bahwa program RSID adalah program intervensi pemerintah pusat untuk membendung arus urbanisasi ke pusat kota karena kemudahan aksesibilitas dan ‘giur’ kesempatan kerja yang cepat dan mudah sehingga berdampak pada lemahnya posisi kawasan pedesaan atau KSK dan Peri-KSK terhadap PerkotaanPusat Kota. Program membendung urbanisasi ini dilakukan melalui intervensi langsung pada permukiman kumuh perdesaan dengan cara membangun infrastruktur dasar sebagaimana yang diatur didalam komponen program kegiatan PISEW-RISE.
Pada paragraf kelima terlihat bahwa ada amanat yang disampaikan oleh PPK bahwa desain program RSID harus lengkap memuat: ruang lingkup program, seluruh persiapan pelaksanaan, Operation and Effect Indicators (OEI), komponen program, pedoman umum sebagai dasar pelaksanaan program, mekanisme monitoring dan evaluasi, mekanisme pengelolaan pengamanan konstruksi, mekanisme sosialisasi dan publikasi program, mekanisme peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku program, penyusunan jadwal pelaksanaan program, identifikasi kualifikasi tenaga ahli sesuai dengan lingkup pekerjaan pelaksanaan program dan prosedur seleksi konsultan, dan mekanisme pelaporan Program serta profil lokasi sasaran program per tahun pelaksanaan diperlukan untuk diidentifikasi dan ditetapkan berdasarkan hasil studi kelayakan tim penyiapan desain program, meliputi kriteria pemilihan lokasi, indikasi kesiapan pemerintah daerah sasaran program, dan indikasi kesiapan masyarakat kawasan sasaran program.
iv.2.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud dan Tujuan
Tim ahli konsultan memahami bahwa terdapat (16) goals yang harus dicapai untuk menyusun buku produk Desain Program Regency ettlement Infrastructure Development (RSID).
iv.2.3 Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan
Secara garis besar didalam kerangka acuan kerja (KAK) pada butir (11) mengenai ruang lingkup terdapat dua (2) lingkup kegiatan besar. Lingkup pertama disebut tahap persiapan dan lingkup kedua disebut pelaksanaan.
USULAN TEKNIS
Pada lingkup persiapan, ahli memahami bahwa ada kegiatan telaah dokumen sekunder yang disediakan oleh PPKSatker meliputi:
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14SEDC2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.
2. Surat Edaran Nomor 8SEDC2015 tentang Perubahan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14SEDC2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.
3. Laporan pelaksanaan RISE Tahun 2008-2015;
4. Best Practice Pelaksanaan RISE 2013-2014.
5. Buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah TA 2015.
6. Blue Book Bappenas 2016-2020.
7. Data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting. Kemudian beberapa dasar hukum yang harus ditelaah dan dikaji cepat agar terlihat benang merah kekuatan hukum dan program, yang meliputi:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
5. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
7. Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan mengamanatkan percepatan penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui keterpaduan program, monitoring dan evaluasi, serta aktifitas anggaran di tingkat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten.
8. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat.
12. Peraturan lainnya. Kemudian ada telaah aspek, kriteria dan indikator yang harus dikaji mendalam sebagai upaya untuk mendesain program RSID, yang meliputi:
1. Tata ruang : lokasi RSID merupakan lokasi target pencegahan kawasan kumuh dan lokasi kawasan ekonomi (agropolitan, minapolitan dan pariwisata),
2. Teknis : memerlukan intervensi infrastruktur yang layak huni, layak usaha dan terintegrasi dengan SKPD lainnya,
USULAN TEKNIS
3. Lingkungan : telah tersedia kajian lingkungan hidup strategis, sehingga infrastruktur yang dibangun tidak merusak lingkungan, tatanan permukiman adat dan lain sebagainya,
4. Kelayakan : infrastruktur yang di bangun akan mempunyai keluaran(output) yang baik dari segi kualitas dan kuantitas dan mempunyai hasil (outcome) yang berguna bagi masyarakat di kawasan RSID.
Kesemua kegiatan tersebut menjadi bagian dari tahap persiapan yang akan dilakukan oleh tim ahli untuk dapat merumuskan desain program RSID sebagaimana yang diamanatkan dalam blue book bappenas.
Pada tahap besar kedua adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini terdapat beberapa sub bagian penting diantaranya fact finding atau disebut dengan pencarian fakta. Pencarian fakta dilakukan untuk melihat hasil telaah dokumen data dasar dengan keadaan dilapangan. Sehingga dapat diketahui pada dokumen apa saja yang belum lengkap, mekanisme apa yang tidak ada, mekanisme apa yang tidak berjalan, tahap apa yang tidak ada dan atau tidak berjalan sehingga tujuan dari slum allevation program dapat tercapai. Sub kegiatan pada tahap ini selanjutnya adalah melakukan beberapa FGD di kabupatenkecamatan terpilih yang ada di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, DI Jogjakarta, dan Sumatera Selatan. Beberapa penyepakatan juga akan dilaksanakan termasuk untuk mendapatkan feedback penyempurnaan buku produk Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure
Development (RSID).
Hal yang perlu mendapat konfirmasi adalah pedoman umum RSID 2016-2020.
iv.2.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Sasaran
Konsultan memahami bahwa terdapat 16 sasaran yang harus dilaksanakan oleh tim ahli sebelum dapat menyusun produk dokumen Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development 2016-2020. Ahli juga memahami di dalam (16) sasaran tersebut sangat acak dan perlu diskusi lanjut soal tipologi substansi yang diharapkan pada produk dokumen nya.
iv.2.5 Tanggapan dan Saran Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan
Pekerjaan ini dilaksanakan secara kontraktual dengan jangka waktu pelaksanaan kegiatan selama 5 (lima) bulan kalender dalam tahun anggaran 2016, terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh pengguna jasa.
Pihak Konsultan menyadari bahwa dalam penyelesaian suatu pekerjaan yang baik adalah dapat menghargai waktu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan dan diharapkan berjalan lancar tanpa suatu halangan baik teknis maupun non teknis. Hasil pekerjaan yang ideal dapat dicapai dengan menggunakan waktu yang lebih lama. Namun demikian, berdasarkan pengalaman dalam penyelesaian pekerjaan yang sejenis, maka konsultan dapat mengerjakan dalam waktu 5 (bulan) bulan kelender dengan hasil yang optimal.
USULAN TEKNIS
iv.2.6 Tanggapan dan Saran Terhadap Pelaporan
Sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam KAK, pelaporan dan kelengkapan yang harus diserahkan sesuai dengan pentahapannya adalah sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) buku, disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah penandatanganan perjanjian kerja. Muatan sebagaimana yang diminta meliputi kerangka pikir pekerjaan, rencana kerja, pendekatan teknis, jadwal mobilisasi dan jadwal penyelesaian pekerjaan;
2. Laporan Antara sebanyak 10 (sepuluh) buku yang bermuatan hasil kompilasi data, survei lapagan, hasil analisis dan draf awal Penyiapan Desain Program RSID. disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan setelah penandatanganan perjanjian kerja;
3. Laporan Akhir sebanyak 10 (sepuluh) buku, disampaikan 1 minggu sebelum berakhirnya Kontrak. Muatan didalamnya tentang Penyiapan Desain Program RSID;
4. Buku Produk Penyiapan Desain Program RSID sebanyak 10 eksemplar disampaikan bersama-sama dengan laporan akhir;
5. Compack Disc yang berisi seluruh laporan Penyedia Jasa sebanyak 10 Keping diserahkan bersama-sama dengan Executive Summary;
6. Presentasi Laporan sebanyak 3 kali rapat.
iv.3 Tanggapan dan Saran Terhadap Personil Fasilitas Pendukung Dari PPK iv.3.1 Personil
Melihat KAK yang diberikan walaupun dari segi komposisi, kualifikasi dan pengalaman kerja tenaga ahli, telah memadai untuk dapat melaksanakan pekerjaan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID), namun perlu diperhatikan semua tenaga ahli yang ditugaskan harus dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemberi kerja di pusat maupun pihak pemerintah daerah termasuk dengan berbagai stakeholder terkait.
Koordinasi dengan berbagai pihak terkait akan konsisten dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang disusun. Hal ini juga penting karena menurut penilaian Konsultan, keberhasilan pekerjaan ini tidak semata-mata hanya ditentukan oleh bagusnya komposisi, kualifikasi dan pengalaman kerja tenaga ahli yang melaksanakan kegiatan ini, namun harmonisnya hubungan Konsultan dengan stakeholder juga sangat menentukan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan 8 (delapan) orang tenaga ahli yang dibantu oleh 2 (dua) orang asisten tenaga ahli dan 5 (lima) tenaga pendukung dari konsultan, dengan jumlah orang bulan yaitu 73 (tujuh puluh tiga) orang bulan dengan perincian sebagai berikut
Tabel iv.1 Kebutuhan Tenaga Ahli
No.
Posisi Penugasan
Jumlah (Orang)
OB
Tenaga Ahli
1 Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Team
USULAN TEKNIS
No.
Posisi Penugasan
Jumlah (Orang)
OB
Leader)
2 Ahli Pengembangan Wilayah
3 Ahli Infrastruktur
4 Ahli Ekonomi Pembangunan
Ahli Kebijakan Publik
6 Ahli Monitoring dan Evaluasi
7 Ahli Sistem Informasi Manajemen
8 Ahli Komunikasi Publik
Asisten Tenaga Ahli
1 Asisten Ahli Pengembangan Wilayah
2 Asisten Ahli Infrastruktur
Tenaga Pendukung
3 Desain Grafis 1
4 Desain Grafis 2
Administrasi dan Keuangan
iv.3.2 Fasilitas Pendukung Dari PPK
Fasilitas pendukung yang diberikan oleh PPK atau oleh Konsultan yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah :
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14SEDC2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
melalui Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.
2. Surat Edaran Nomor 8SEDC2015 tentang Perubahan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14SEDC2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.
3. Laporan pelaksanaan RISE Tahun 2008-2015;
4. Best Practice Pelaksanaan RISE 2013-2014.
5. Buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah TA 2015.
6. Blue Book Bappenas 2016-2020.
7. Data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting.
USULAN TEKNIS
iv.4 Apresiasi dan Inovasi
A. Mengapa PISEW
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan pengangguran telah dilakukan oleh Pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program nasional. Mulai tahun 1994, Pemerintah menjalankan program Inpres Desa Tertinggal (IDT), kemudian dilanjutkan dengan program-program sejenis seperti; program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D), Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), serta Proyek Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD). Kemudian sejak tahun 1998 terjadi perubahan paradigma yang mendasar di Indonesia. Seperti, desentralisasi, reformasi sistem keuangan negara, dan sistem perencanaan pembangunan nasional yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan, termasu k pelaksanaan seluruh program Pemerintah.
Dalam hal desentralisasi telah diterbitkan beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya adalah Undang-undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sedangkan dalam hal reformasi sistem keuangan negara telah diterbitkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dengan dihapuskannya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) maka diberlakukan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Adapun terkait dengan pengembangan wilayah, diterbitkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebagai perbaikan dan penyesuaian dari UU No. 24 Tahun 1992. Di lain pihak, proses desentralisasi dan pelaksanaan otonomi daerah menghadapi rendahnya dua hal penting, yaitu; kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas fiskal pada sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia.
Rendahnya kapasitas SDM, baik aparatur pemerintah daerah maupun masyarakat pelaku utama pembangunan, menyebabkan kemampuan daerah tidak optimal dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan dan pembangunan. Di dalamnya termasuk kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan penyerapan aspirasi dan pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan yang partisipatif. Undang-undang No. 25 Tahun 2004, secara tegas telah menggariskan kebijakan nasional yang mensyaratkan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
Sementara itu, rendahnya kapasitas fiskal daerah menghadapi tantangan perencanaan anggaran yang kuran g efektif berhubungan dengan kebijakan penyediaan dana pendamping bagi
USULAN TEKNIS
alokasi dana Pemerintah melalui KementerianLembaga di daerah terkait dengan dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Dalam hal ini, PNPM –PISEW menerapkan kebijakan Activity Sharing sebagai uji coba penghapusan dana pendam ping (Cost Sharing).
Dilihat dari aspek pengembangan wilayah, salah satu keterbatasan kemampuan daerah terwujud dalam ketidakmampuan merealisasikan rencana tata ruang wilayah dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dalam hal ini, PNPM-PISEW mendorong pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007. Selanjutnya, sesuai Agenda I tentang Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dalam RPJMN tahun 2010 –2014 konsisten melanjutkan program-program perbaikan kesejahteraan rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan, sebagai payung arah kebijakan bagi PNPM Mandiri. Di lain pihak, dari 11 (sebelas) prioritas utama pembangunan nasional yaitu: (1) reformasi birok rasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi, 7 (tujuh) diantaranya (1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 10) menjadi lingkup pelaksanaan PNPM-PISEW.
Dalam hal penanggulangan kemiskinan diharapkan terjadi penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1 di tahun 2009 menjadi 8-10 di tahun 2014 melalui perbaikan distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat, dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Sebagai kebijakan yang bersifat lintas bidang, maka arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mempercepat penurunan kem iskinan tersebut adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan pada sektor -sektor yang menyerap tenaga kerja dan efektif menurunkan kemiskinan. Beberapa kegiatan ekonomi yang perlu didukung pengembangannya dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan adalah, sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi dalam sektor-sektor yang memiliki dampak terhadap penurunan kemiskinan secara signifikan, misalnya penumbuhan dan pengembangan pasar tradisional, peningkatan produktivitas dan nilai tambah usaha pertanian, serta pengembangan usaha memengah kecil dan mikro.
b. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada industri yang banyak menggunakan sumberdaya alam lokal untuk meningkatkan perekonomian daerah. Arah pengembangan kegiatan ekonomi tersebut di atas merupakan bagian dari Prioritas 7, Iklim Investasi dan Iklim Usaha.
USULAN TEKNIS
2. Melengkapi dan menyempurnakan kebijakan penanggulangan kemiskinan, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak masyarakat miskin, perlindungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada era 2010-2014 ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kebijakan dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan, dengan:
a. Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan perlindungan sosial berbasis keluarga dalam rangka membantu pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, untuk memutus rantai kemiskinan dan mendukung peningkatan kualitas SDM;
b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bantuan sosial untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
c. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri;
i.
Memperkuat danmeningkatkan kualitas pelaksanaan PNPM Mandiri di kecamatan miskin;
ii.
Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan yang dibangun melalui PNPM Mandiri sebagai perwujudan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desadaerah; dan
iii.
Mengintegrasikan secara selektif PNPM Pendukung untuk mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan.
d. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta harmonisasi antarpelaku dan para pihak agar efektif dalam menurunkan tingkat kemiskinan.
iv.
Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah. Berdasarkan pola karakterisktik daerah s erta tingkat kemiskinan yang ada, arah kebijakan ini akan ditempuh melalui:
a. Pemberdayaan sektor informal dan Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) serta koperasi merupakan kebijakan dasar bagi semua daerah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dalam rangka penurunan kemiskinan. Dalam kaitan ini, Pemda terutama kabupatenkota perlu memiliki keberpihakan dan memberi kesempatan usaha yang jelas kepada sektor informal terutama UMKM serta Koperasi dalam rangka meningkatkan pendapatan kaum miskin di daerah.
USULAN TEKNIS
b. Pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan melalui agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang didukung oleh pembangunan infrastruktur perdesaan. Arah kebijakan ini merupakan bagian dari Prioritas 10, Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik.
Kebijakan program pembangunan dalam RPJMN 2010 -2014 tetap konsisten untuk melanjutkan berbagai program perbaikan kesejahteraan rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan melalui PNPM Mandiri yang sudah berjalan den gan memberikan penekanan lebih lanjut dalam membuat kebijakan yang lebih efektif dan terarah dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan kebijakan. Secara nasional, beberapa program sejenis lainnya yang juga ditujukan sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran, telah diintegrasikan dalam satu kerangka kebijakan nasional yang dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PISEW dengan intervensi berupa bantuan teknis dan investasi infrastruktur dasar perdesaan, dibangun dengan berorientasi pada konsep ‚Community Driven Development (CDD)‛ dan ‚Labor Intensive Activities (LIA)‛ , sehingga kemudian dikategorikan sebagai salah satu program PNPM Mandiri. Dengan demikian kemudian PISEW dikenal dengan nama PNPM-PISEW.
PNPM-PISEW diharapkan dapat menjawab kebutuhan dalam melakukan upaya pengentasan kemiskinan, dan pengurangan tingkat pengangguran terbuka dengan juga meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan desentralisasi dan otonomi daerah.
B. Tujuan Dan Sasaran PISEW
Tujuan. Mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat perdesaan dengan berbasis pada sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki tata kelola pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa ( local governance), serta penguatan institusi lokal di tingkat desa.
Sasaran PISEW:
1. Terbangunnya infrastruktur dasar perdesaan yang meliputi pembangunan infrastruktur (prasarana) pada 6 (enam) kategori, yaitu: (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;
2. Terbentuknya Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), dan forum Kelompok Diskusi Sektor (KDS);
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan pembangunan melalui penyelenggaraan Pelatihan Perencanaan Pembangunan, dan Pelatihan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan;
4. Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, yang tercermin dari menguatnya peran dan fungsi KDS, LKD, dan KPP, melalui rangkaian pelaksanaan musyawarah pembangunan dari tingkat desa hingga ke tingkat kabupaten.
USULAN TEKNIS
C. Penerima Manfaat PISEW
Penerima manfaat (beneficiaries) dari program diharapkan dapat mencakup:
1. Masyarakat Desa secara umum;
2. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), seperti Karang Taruna, kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK);
3. Pemerintah daerah kabupaten, kecamatan, dan pemerintah desa terkait.
D. Komponen PISEW
1. Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan Skala Kecil Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan skala kecil yang dimaksud, terbagi atas 6 (enam) kategori sebagai berikut:
a. Infrastruktur Transportasi. Termasuk di dalamnya adalah jalan, jembatan, tambatan perahu, dan komponen terkait;
b. Peningkatan Produksi Pertanian. Termasuk di dalamnya adalah irigasi tersier;
c. Peningkatan Pemasaran Pertanian. Termasuk di dalamnya adalah pasar desa, gudang produksi, dan lantai jemur;
d. Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan. Untuk Air Bersih, termasuk di dalamnya adalah perpipaan, bak penampungan air bersih, sumur pompa tangan, dan hidran umum; sedangkan untuk Sanit asi, termasuk di dalamnya adalah kamar mandi umum (prasarana mandi, cuci, dan kakus – MCK) dan drainase;
2. Pendidikan Termasuk di dalamnya adalah:
a. Rehabilitasi gedung sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, termasuk fasilitas pendukung
b. seperti kamar mandiwater closet (WC);
c. Pengadaan sarana pendukung kelas seperti meja belajar, kursi, dan papan tulis, tetapi tidak termasuk buku-buku pelajaran sekolah;
3. Kesehatan Termasuk di dalamnya adalah:
a. Rehabilitasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) (perawatan dan non perawatan);
b. Pembangunan dan Rehabilitasi Puskesmas Pembantu (Pustu);
c. Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes);
d. Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
e. Obat-obatan dan peralatan medis (medical equipment) tidak termasuk dalam komponen kesehatan untuk dibiayai melalui BLM APBN.
4. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Lokal, Fasilitator, dan Masyarakat Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah lokal, fasilitator, dan masyarakat tersebut dilakukan melalui:
a. Workshopseminar dan forum diskusi;
b. Pelatihan (training).
USULAN TEKNIS
E. Inovasi Pekerjaan Penyiapan Desain Program RSID
Yang menarik dari pekerjaan ini dan atau ‘benang merah’ dari pekerjaan ini sebagaimana yang diterakan didalam tujuan pekerjaan pada kerangka acuan kerja (KAK). Didalam tujuan tersebut dinyatakan bahwa tugas dari tim ahli nantinya adalah menyiapkan dokumen dasar yang menjadi kerangka acuan pelaksanaan pekerjaan. Yang terdiri atas 16 tujuan sebagaimana juga diminta pada sasaran pekerjaan yang berjumlah 16 sasaran.
Pada sub bab mengenai data penunjang poin (7) data dasar dinyatakan bahwa sudah ada data dasar yang akan disediakan oleh PPK Satker untuk dikaji lebih mendalam dikaitkan dengan 16 tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh Tim Ahli.
Atas pernyataan tersebut dapat diambil asumsi dan atau hipotesis awal, bahwa Program PISEW-RISE sudah berjalan, sedang berjalan dan ada kontinuitas program infrastruktur sebagaimana komponen PISEW yang akan dibangun dan untuk itu perlu dibuatkan Desain Program RSID yang lengkap, terstruktur dengan baik, ada mekanisme kerja yang baik dan proses monitoring dan evaluasi yang baik untuk seluruh cakupan wilayah di Indonesia yang akan ditangani.
Asumsi hipotesis kedua yang dipahami ahli adalah ada banyak program kegiatan dan atau komponen PISEW yang sudah, sedang dan yang akan berjalan namun kelengkapan dokumen sebagaimana yang dimaksud didalam tujuan dan sasaran sebanyak 16 goals belum disusun. Yang artinya banyak kegiatan program di direktorat pengembangan permukiman DJCK untuk penanganan kumuh atau sebagaimana dimaksud dalam blue book bappenas dijadikan dasar penyusunan Pedoman Umum Penyusunan RSID dan Penyiapan Desain Program RSID.
Dari hasil pengkajian mendalam terhadap KAK yang diberikan, ahli menyerap dan memahami bahwa RSID merupakan satu (1) dari empat (4) program penanganan kumuh di Indonesia sebagaimana dinyatakan didalam blue book bappenas dan sejak tahun 2008 hingga tahun 2015, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan kegiatan penanganan kumuh tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai nama kegiatan seperti Perkotaan, PISEW-RISE dan lainnya. Atas dasar berbagai dokumen yang telah ada akan dilakukan Penyiapan Desain Program Regency Settlement
Infrastructure Development (RSID).
Komponen RISE-PISEW
Infrastruktur
Best PracticeS RISE-
Daftar Ceklist fact finding
Dasar Pedesaan
PISEW
Ruang lingkup dan
Kegiatan yang sudah
Taksiran anggaran
Uji Sample di
Provinsi Bali,
Finding
Organisasi pelaksana
Program RSID-PISEW
Pencarian
NTB, DI
2016-2020
fakta
Operation and (OEI)
Jogjakarta,
Kegiatan yang akan
Komponen Program
Sumatera
Kesehatan
berjalan TA 2016
16 goals sebagaimana didalam KAK
Kegiatan yang belum
Peningkatan
berjalan
Kapasitas Aparatur
Gambar Kerangka Logis Penyiapan Desain Program RSID
USULAN TEKNIS
Bab v Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
USULAN TEKNIS
v
Bab
Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
v.1 Pendekatan
v.1.1
PISEW-RISE
PNPM Mandiri merupakan wadah bersama dari beberapa program yang berorientasi ‚Community Driven Development (CDD)‛ dan ‚Labor Intensive Activities (LIA)‛, salah satu diantaranya adalah Program ‚Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)‛ yang dalam bahasa asingnya ‚Regional Infrastructure for and Economic Development Project (RISE.1)‛ dan selanjutnya ‚Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategy Area Development Project (RISE.2)‛ , pada pelaksanaannya program tersebut lebih dikenal dengan sebutan PNPM-PISEW.
PNPM-PISEW memiliki 4 ciri khas, yaitu; (1) Memanfaatkanmemperkuat mensinergikan pelaksanaan program dengan perangkat regulasi yang ada khususnya Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (2) Memperkenalkan ‚Activity Sharing‛ dalam pembiayaan program Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Kabupaten, (3) Menetapkan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagai upaya pengurangan kesenjangan wilayah, dan (4) Memperkuat peran Camat selaku pemimpin pemerintahan dan koordinator pembangunan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari BupatiWalikota.
Pembiayaan PNPM-PISEW RISE.1 dan RISE.2
Sumber dana dan pembiayaan PNPM-PISEW RISE berasal dari; APBN Sumber PHLN, dan pinjaman lunak dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Adapun uraian kontrak kerjasama untuk ‚Regional Infrastructure for and Economic Development Project (RISE.1), dengan rincian sebagai berikut:
USULAN TEKNIS
1. (JICA Loan) - Loan ditandatangani oleh GOI dan GOJ pada tanggal 29 Maret 2007 dengan nomor loan IP-543;
2. (Legalitas Loan) - Nomor Register 21586401, Surat pernyataan efektif Loan dari JICA per tanggal
26 Juli 2014; Dan uraian kontrak kerjasama untuk ‚Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategy Area
Development Project (RISE.2)‛, dengan rincian sebagai berikut:
1. (JICA Loan) - Loan ditandatangani oleh GOI dan GOJ pada tanggal 24 Februari 2014 dengan nomor loan IP-564;
2. (Legalitas Loan) - Nomor Register 2168190 , Legal Opinion oleh Kementerian Hukum dan HAM tanggal 18 Juni 2014, Surat pernyataan efektif Loan dari JICA per tanggal 23 Juni 2014
Pelaksanaan PNPM-PISEW RISE
Pelaksanaan PNPM-PISEW RISE baik 1 dan 2 tidak ada perbedaan yang mendasar, serta mempengaruhi maksud dan tujuan yang akan dicapai. Perbedaan yang terjadi lebih kepada memperbaiki dalam rangka penyempurnaan dan efesiensi program hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan. Diharapkan dengan perbedaan pelaksanaan ini, terjadi peningkatan; kinerja (kinerja program, kinerja pelaku, dan kinerja capaian), pemahaman (mekanisme dan prosedur) dan optimalisasi (kelembagaan aparatur dan masyarakat) dalam pelaksanaan program kedepan pasca pendampingan.
Adapun perbedaan pelaksanaan RISE.1 dan RISE.2, diantaranya, sebagai berikut:
Kegiatan Fisik Prasarana:
1. Nilai Paket Kegiatan
a. RISE. 1 (IP-543); Maksimal Rp 50 Juta – dengan biaya umum max 10 dari nilai konstruksi)
b. RISE. 2 (IP-564); Maksimal Rp 200 juta – dengan rincian Biaya umum (overhead cost):
a) nilai paket dibawah Rp. 50 juta, maximum 10
b) nilai paket 51 juta s.d 60 juta biaya umum maximum 9 ,
c) nilai paket 61 juta – 70 juta biaya umum maximum 8 ,
d) nilai paket 71 juta – 80 juta biaya umum maximum 7 ,
e) nilai paket 81 juta – 90 juta biaya umum maximum 6 dan
f) nilai paket 91 – 200 juta biaya umum maximum 5 .
2. Tahapan pencairan dana BLM
a. RISE. 1 (IP-543); 4 Tahapan; (BLM I :30)-Ttd SP3, (BLM II :30)-Progres Fisik: 30, (BLM III:30)- Progres Fisik: 60, (BLM IV:10)- Progres Fisik: 90
b. RISE. 2 (IP-564); 3 Tahapan; (BLM I :40)-Ttd SP3, (BLM II :30)- Progres Fisik: 30, (BLM III:30)- Progres Fisik: 60
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat:
1. Pelatihan di tingkat Desa dan Kecamatan
USULAN TEKNIS
a. RISE. 1 (IP-543); 13 pertemuan dan pelatihan dengan target kehadiran 5-16 orang per desa
b. RISE. 2 (IP-564); 14 pertemuan dan pelatihan dengan target kehadiran 5-20 orang per desa (25 peserta perempuan)
2. Partisipasi perempuan dalam pertemuanpelatihan
a. RISE. 1 (IP-543); Wajib mendorong kehadiran 25 peserta perempuan
b. RISE. 2 (IP-564); Wajib mendorong kehadiran 25 peserta perempuan
3. Persentase KPP Mandiri (tertib administrasi dan memiliki kegiatan rutin)
a. RISE. 1 (IP-543); Belum ada target khusus, dan telah tercapai 30 yang berkinerja baik
b. RISE. 2 (IP-564); Target minimal 50 KPP Mandiri
4. Swadaya masyarakat
a. RISE. 1 (IP-543); Belum ada target khusus, dan telah tercapai 19 dari nilai konstruksi
b. RISE. 2 (IP-564); Target melebihi dari 19
Kegiatan Pelatihan:
1. Pelatihan Pengembangan Komoditas
a. RISE. 1 (IP-543); Tidak Ada
b. RISE. 2 (IP-564); Tim Pengelola KSK mengusulkan kepada LMA TC melalui PIU Ditjen Bangda
2. Penguatan Kapasitas Fasilitator Desa
a. RISE. 1 (IP-543); Pilot project
b. RISE. 2 (IP-564); Akan dilaksanakan di semua Kabupaten
3. Penguatan Kapasitas Aparatur Kabupaten dan Kecamatan
a. RISE. 1 (IP-543); Pelatihan Camat
b. RISE. 2 (IP-564); Perencana tingkat Kabupaten dan Perencana tingkat Kecamatan
Kegiatan Perencanaan:
1. Dokumen Perencanaan
a. RISE. 1 (IP-543); Rencana Strategis Kecamatan PNPM-PISEW
b. RISE. 2 (IP-564); Tidak ada dokumen Perencanaan PNPM-PISEW. PNPM-PISEW memperkuat mendukung kelengkapan ‘isi’ Dokumen Renstra Kecamatan
2. Kegiatan perencanaan di desa dengan KDS
a. RISE. 1 (IP-543); Dilaksanakan satu kali
b. RISE. 2 (IP-564); Dilaksanakan dua kali, dengan orientasi: 1) Daftar usulan kegiatan khusus KSK, dan 2) Daftar usulan kegiatan jalur musrenbang
Kegiatan Sistem Informasi Manajemen (SIM) RISE.2:
Dalam rangka monitoring dan evaluasi serta pengendalian program memanfaatkan teknologi informasi (online dan offline) melalui; www.pnpmpisew.org. Secara berjenjang data-data dari lapangan dengan prinsip DOUM (Dari Oleh Untuk Masyarakat), dikumpulkan dan di verifikasi sesuai pedomanpanduan PNPM-PISEW oleh penanggungjawab di masing-masing wilayah (LMA Provinsi dan LMA Kabupaten) untuk menghindari kesalahan data danatau data ganda, selanjutnya
USULAN TEKNIS
di input oleh personil yang ditugaskan di bidang tersebut (Asdatin). SIM - PNPM-PISEW RISE.2, menggunakan teknologi informasi dengan membangun 7 aplikasi
pendukung pendataan dan pelaporan (pengisian data tidak dilakukan secara manual maupun telepon). Oleh sebab itu diharapkan adanya pengendalian yang kuat dari semua pihak secara berjenjang (aparatur dan konsultan); baik dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.
Pusat Data dan Informasi berada dibawah kendali SIM-KMMP, dibantu oleh 1 orang personil SIM- Konsultan Training Center (KTC), dan didukung oleh 9 orang personil SIM-Provinsi dan 35 Asisten Data dan Informasi Kabupaten (Asdatin).
v.1.2
Mekanisme Pelaksanaan PISEW
Mekanisme pelaksanaan PNPM-PISEW yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diuraikan sebagai berikut;
1. Tahap Perencanaan (Tn-1)
Kegiatan pada tahap perencanaan mencakup kegiatan perencanaan program untuk 5 (lima) tahun dan penyusunan perencanaan kegiatan tahunan.
a) Pusat
1. Sosialisasi dan Penandatanganan Dokumen Komitmen Pemerintah Daerah;
2. Pelatihan untuk Pelatih Utama (Training of Master Trainer –TOMT);
3. Diseminasi Kebijakan Perencanaan PNPM-PISEW;
4. Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainer – TOT);
5. Monitoring dan Evaluasi;
6. Rapat Koordinasi Pusat;
7. Promosi Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Provinsi dan Kabupaten di Pusat.
b) Provinsi
1. Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW Provinsi dan Persiapan Calon Peserta TOT Pusat ;
2. Persiapan Diseminasi dan Pelatihan Provinsi;
3. Diseminasi dan Pelatihan untuk Kegiatan Perencanaan Program 5 Tahun dan Penyusunan Dokumen Perencanaan Kegiatan Tahunan;
4. Penyusunan Arahan dan Penjabaran Kebijakan PSE Provinsi sesuai RPJMD Provinsi;
5. Penyampaian Arahan Kebijakan PSE Provinsi ke Kabupaten;
6. Penyusunan Arahan dan Penjabaran Program Pembangunan Jangka Menengah PSE Provinsi;
7. Penyampaian Program Pembangunan Jangka Menengah PSE Provinsi ke Kabupaten;
8. Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan Provinsi ;
9. Penyampaian Rencana Kegiatan Tahunan Provinsi ke Kabupaten;
10. Promosi PSE Kabupaten di Provinsi;
11. Penyusunan Dokumen Promosi PSE Provinsi untuk Kegiatan Promosi di Pusat;
USULAN TEKNIS
12. Monitoring dan Evaluasi.
c) Kabupaten
1. Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW Kabupaten dan Persiapan Calon Peserta TOT Pusat;
2. Persiapan Orientasi dan Workshop Kabupaten PNPM-PISEW Kabupaten;
3. Orientasi dan Workshop Kabupaten;
4. Penetapan Visi dan Misi PSE Kabupaten sesuai RPJMD Kabupaten;
5. Persiapan dan Pelaksanaan Lokakarya PSE Kabupaten;
6. Penyusunan Indikator Misi PSE Kabupaten Jangka Menengah;
7. Penyusunan Draft Dokumen Kebijakan PSE Kabupaten Jangka Menengah;
8. Forum Konsultasi I; Kesepakatan Atas Arah Kebijakan PSE Kabupaten Jangka Menengah;
9. Finalisasi Dokumen Kebijakan PSE Kabupaten Jangka Menengah;
10. Penyusunan Profil PSE Kabupaten;
11. Penetapan Strategi dan Program Jangka Menengah PSE Kabupaten;
12. Penetapan dan Delineasi KSK;
13. Penyusunan Dokumen Program Jangka Menengah PSE Kabupaten;
14. Forum Konsultasi II; Kesepakatan atas KSK dan Program Jangka Menengah PSE Kabupaten;
15. Finalisasi Dokumen Program Jangka Menengah PSE Kabupaten;
16. Penetapan Prioritas Kegiatan Jangka Menengah PSE Kabupaten;
17. Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan dengan PIK Tahun Pertama (T1);
18. Penetapan Rencana Biaya dan Sumber Pembiayaan;
19. Penetapan Prioritas Kegiatan Tahun Pertama (T1);
20. Penyusunan Dokumen Memorandum Program Koordinatif (MPK);
21. Forum Konsultasi III; Kesepakatan atas MPK Tahun Pertama (T1);
22. Finalisasi Dokumen MPK;
23. Penyusunan Dokumen Promosi PSE Kabupaten untuk Kegiatan Promosi di Provinsi dan Pusat;
24. Verifikasi Detail Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
d) Kecamatan
1. Pembentukan Tim Pokja Kecamatan dan Persiapan Calon Peserta Pelatihan Provinsi;
2. Persiapan Sosialisasi dan Penetapan FD;
3. Sosialisasi dan Pelatihan FD;
4. Penyusunan Draft Profil PSE Kecamatan dan Penentuan KDS;
5. Penyampaian Profil PSE Kecamatan ke Kabupaten Melalui Forum Lokakarya Kabupaten;
6. Finalisasi Profil PSE Kecamatan, Pemantauan Diskusi KDS, Penjaringan Usulan Desa, dan Kecamatan;
7. Perumusan dan Penyusunan Draft Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan;
8. Pra-Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan 1; Kesepakatan atas Renstra Kecamatan;
9. Finalisasi Dokumen Renstra Kecamatan;
USULAN TEKNIS
10. Sinkronisasi Antar Kegiatan dan Sumber Pendanaan;
11. Analisis dan Penetapan Prioritas Kegiatan Jangka Menengah dan Tahun Pertama (T1);
12. Penyusunan Dokumen Program Investasi Kecamatan (PIK) Tahunan;
13. Pra-Musrenbang Kecamatan 2; Kesepakatan atas PIK 5 Tahun dan Tahun Pertama (T1);
14. Finalisasi Dokumen PIK;
15. Penyusunan DED-RAB dan Pemaketan Prasarana Tahun Pertama (T1);
16. Penyusunan Dokumen Resume Rencana Pelaksanaan Tahun Pertama (T1);
17. Forum Kesepakatan atas Paket dan Calon LKD Kegiatan Tahun Pertama (T1);
18. Penyiapan Bahan Pengadaan Jasa LKD.
e) Desa
1. Sosialisasi Desa;
2. Penjaringan Aspirasi Masyarakat (melalui diskusi KDS);
3. Finalisasi Usulan Kegiatan Desa;
4. Sosialisasi Hasil Pra-Musrenbang Kecamatan1 di Desa;
5. Survei Data Analisis Kelayakan dan Dampak Kegiatan;
6. Sosialisasi Hasil Pra-Musrenbang Kecamatan2 di Desa;
7. Survei dan Investigasi Teknis Sarana dan Prasarana serta Identifikasi LKD;
8. Sosialisasi Hasil Forum Kesepakatan atas Paket dan Calon LKD di Desa.
2. Tahap Pelaksanaan (T1Tn+1)
Kegiatan pada tahap pelaksanaan mencakup kegiatan pembangunan infrastruktur sesuai dari hasil perencanaan yang telah dilaksanakan dan kegiatan review dokumen perencanaan serta penyusunan desain teknis untuk pembangunan infrastruktur tahun berikutnya.
a) Pusat
1. Diseminasi Kebijakan Pelaksanaan Program;
2. Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur;
3. Monitoring dan Evaluasi;
4. Rapat Koordinasi Pusat;
5. Promosi PSE Provinsi dan Kabupaten di Pusat.
b) Provinsi
1. Diseminasi dan Pelatihan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ;
2. Review Rencana Tahunan PSE Provinsi;
3. Promosi PSE Kabupaten di Provinsi;
4. Penyusunan Dokumen Promosi PSE Provinsi untuk Kegiatan Promosi di Pusat;
5. Monitoring dan Evaluasi.
USULAN TEKNIS
c) Kabupaten
1. Orientasi dan Workshop Kabupaten;
2. Pembinaan Pembentukan Panitia Pengadaan dan Finalisasi Dokumen Seleksi LKD;
3. Pembinaan dan Pengendalian Proses Seleksi LKD;
4. Pendampingan Pelaksanaan Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (RPPK), dan Pelatihan Administrasi dan Teknis kepada LKD;
5. Pembinaan Pelaksanaan Pencairan Keuangan, Pembangunan Infrastruktur, dan Partisipasi Masyarakat;
6. Evaluasi Pencapaian Tahunan (Tn) PSE Kabupaten serta Penetapan Strategi dan Kegiatan Tahun Berikutnya (Tn+1) PSE Kabupaten;
7. Forum Konsultasi II, Sosialisasi Evaluasi Pencapaian Tahunan (Tn), dan Kesepakatan atas Evaluasi Tahunan (Tn);
8. Dukungan Alokasi Pendanaan Daerah;
9. Kaitan kegiatan KSK dengan Usulan PIK;
10. Pola Pelaksanaan Program Tahun Berikutnya (Tn+1);
11. Penyusunan Draft MPK Tahun Berikutnya (Tn+1);
12. Forum Konsultasi III, Pembahasan dan Kesepakatan Materi MPK Tahun Berikutnya (Tn+1);
13. Kesepakatan atas MPK Tahun Berikutnya (Tn+1);
14. Penyusunan Dokumen Promosi PSE Kabupaten untuk Kegiatan Promosi di Provinsi;
15. Finalisasi Dokumen MPK dan Tata Laksana Tahun Berikutnya (Tn+1);
16. Penyusunan Dokumen Penganggaran.
d) Kecamatan
1. Sosialisasi Kecamatan;
2. Pembentukan Panitia Seleksi LKD Lingkup Kecamatan dan KSK;
3. Finalisasi Dokumen Seleksi LKD Lingkup Kecamatan dan KSK;
4. Proses Seleksi LKD Lingkup Kecamatan dan KSK;
5. Penetapan LKD Terpilih Lingkup Kecamatan dan KSK;
6. Penandatanganan Kontrak (Surat Penunjukan Pelaksana Pekerjaan – SP3) lingkup kecamatan dan KSK;
7. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (RPPK);
8. Pelatihan Administrasi dan Teknis LKD;
9. Supervisi Pelaksanaan Langsung: Teknis Konstruksi, Tahapan Pembayaran, dan Sertifikasi Bulanan;
10. Evaluasi Renstra Kecamatan dan Pelaksanaan Fisik Tahunan;
11. Proses Penyusunan PIK Tahun Berikutnya (Tn+1);
12. Penyusunan Draft PIK Tahun Berikutnya (Tn+1);