EFISIENSI BIAYA PRODUKSI BAUT UMP 5X28 M

EFISIENSI BIAYA PRODUKSI BAUT UMP 5X28 MC3 UR
DENGAN METODE DESIGN FOR MANUFACTURING
Dini Maeratnasari, Hery H Azwir
Industrial Engineering Department, President University, Bekasi
Email: dini.maeratnasari@gmail.com, hery.azwir@president.ac.id
1)

ABSTRAK
Perlambatan ekonomi pada tahun 2015, menyebabkan menguatnya mata uang dollar
terhadap rupiah yang berdampak pada meningkatnya harga bahan baku dan bahan
pendukung lainnya. Namun, ketatnya persaingan dalam bidang industri salah satunya
industri otomotif saat ini membuat para produsen tidak berani untuk menaikkan harga
barang karena mereka khawatir pelanggan akan beralih ke kompetitor. PT. HMP merupakan
salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang otomotif. Produk yang
dihasilkan salah satunya adalah baut. Proses pembuatan baut diantaranya proses heading,
proses turret, proses rolling dan proses platting. Untuk proses heading dan rolling rata-rata
baut yang dihasilkan adalah 25.000 pcs per hari. Sedangkan untuk proses turret rata-rata
baut yang dihasilkan adalah 1200 pcs per hari. Tidak imbangnya antara jumlah rata-rata
baut yang dihasilkan pada proses turret, menyebabkan sering terjadinya overtime agar
aliran proses ke tahap berikutnya tidak terganggu dan baut bisa dikirim tepat waktu. Hal ini
disebabkan masih manualnya metode yang digunakan dalam pengerjaan mesin turret dan

proses yang dilakukan harus satu persatu. Salah satu jenis baut yang menggunakan proses
turret adalah baut UMP 5X28 MC3 UR. Untuk dapat menekan biaya produksi, maka akan
dilakukan penelitian mengenai efisiensi biaya produksi pada pembuatan baut UMP 5X28 MC3
UR dengan metode Design For Manufacturing untuk desain ulang tools pada proses rolling,
agar proses turret dapat dihilangkan. Hasilnya, biaya produksi menurun dari Rp. 852/pcs
menjadi Rp. 523/pcs. Kapasitas produksi juga meningkat dari 119 pcs menjadi 483 pcs per
jam. Sedangkan, laba kotor setelah perbaikan pun menjadi meningkat dari Rp 71/pcs
menjadi Rp. 400/pcs.
Keywords: Perlambatan Ekonomi, Efisiensi Biaya Produksi, Kapasitas, Laba Kotor, Modifikasi
Tools, Rolling Dies, Design For Manufacturing
1. Pendahuluan
Perlambatan ekonomi yang terjadi pada tahun 2015 salah satunya dipicu oleh menguatnya
mata uang dollar terhadap rupiah, hal ini membuat banyak perusahaan harus melakukan
efisiensi dalam segala bidang. Dampak yang paling dirasakan adalah meningkatnya harga
bahan baku dan bahan pendukung lainnya. Namun, ketatnya persaingan dalam bidang
industri salah satunya pada industri otomotif saat ini membuat para produsen tidak berani
untuk menaikkan harga barang kepada pelanggan dikarenakan mereka khawatir pelanggan
justru akan beralih ke kompetitor. Para produsen di industri otomotif harus mengeluarkan
ide-ide inovatif dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia agar dapat menghasilkan
produk dengan kualitas yang baik namun dengan biaya produksi yang rendah.

PT. HMP merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang
otomotif. PT. HMP didirikan pada tahun 2000. Produk yang dihasilkan salah satunya adalah
baut. Proses pembuatan baut diantaranya proses heading, proses turret, proses rolling dan
proses platting. Untuk proses heading dan rolling, rata-rata baut yang bisa dihasilkan pada
tiap proses perharinya adalah 25.000 pcs per hari. Karena mesin yang digunakan sudah
otomatis. Operator hanya bekerja untuk setting mesin dan mengawasi mesin jika sudah
running. Untuk proses turret, rata-rata baut yang dapat dihasilkan tidak sebanyak proses

lainnya yaitu hanya 1200 pcs per hari. Sedangkan untuk proses plating, proses dilakukan
dengan menggunakan subkontrak.
Tidak imbangnya antara jumlah rata-rata baut yang dihasilkan pada proses turret,
menyebabkan sering terjadinya overtime agar aliran proses ke tahap berikutnya tidak
terganggu dan baut bisa dikirim tepat waktu. Hal ini disebabkan masih manualnya metode
yang digunakan dalam pengerjaan proses turret dan proses yang dilakukan harus satu
persatu. Jika terus dibiarkan, maka perusahaan akan sulit menekan biaya produksi ditengah
meningkatnya harga bahan baku.
Salah satu jenis baut yang menggunakan proses turret adalah UMP 5X28 MC3 UR. Pada baut ini akan
dilakukan desain ulang tool pada proses rolling agar proses turret pada pembuatan baut UMP 5X28 MC3
UR dapat dihilangkan. Keuntungan yang diharapkan dari desain ulang rolling dies ini selain
mempercepat proses produksi, juga dapat menekan biaya produksi


2. Methods
Penelitian ini bertujuan untuk menekan biaya produksi pada pembuatan baut UMP 5X28 MC3
UR. Ada beberapa metode yang digunakan dalam mencapai tujuan, diantaranya operasi
ramping (lean operations), time study, design for manufacturing dan cost accounting.
2.1 Operasi Ramping (Lean Operations)
Operasi ramping adalah mengenali nilai daripada pelanggan dengan
menganalisa semua aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah produk,
kemudian mengoptimalkan keseluruhan prosesnya berdasarkan cara pandang
pelanggan (Rosyid, 2006). Operasi ramping mempunyai empat tujuan yang tidak ada
putus-putusnya:
1. Memperbaiki aliran proses melalui tata letak plant yang efisien, aliran material
dan informasi yang cepat dan akurat.
2. Meningkatkan fleksibilitas proses dengan mengurangi pergantian peralatan dan
pelatihan lintas fungsi.
3. Mengurangi variabilitas proses dalam laju aliran, waktu pemrosesan dan kualitas.
4. Meminimalkan biaya-biaya pemrosesan dengan menghilangkan aktivitas-aktivitas
yang tidak memberi nilai tambah seperti transportasi, inspeksi, dan pengerjaan
ulang.
2.2 Time Study

Time study disebut juga work measurement. Hal ini penting untuk perencanaan dan
pengendalian operasi (Kumar & Suresh, 2008).
Stop watch time adalah teknik dasar untuk menentukan waktu standar yang akurat,
terutama untuk pekerjaan yang berulang (Kumar & Suresh, 2008). Langkah dalam
melakukan time study diantaranya sebagai berikut:
1. Pilih pekerjaan yang harus dipelajari
2. Mengumpulkan semua informasi yang tersedia tentang pekerjaan, operator dan
kondisi kerja yang mempengaruhi perhitungan time study.
3. Buat rincian operasi menjadi beberapa elemen. Elemen adalah kegiatan tertentu
yang terdiri dari satu atau lebih dasar gerakan yang dipilih untuk kemudahan
observasi dan pengaturan waktu.
4. Mengukur waktu dengan menggunakan stop watch dilakukan oleh operator dalam
melakukan setiap elemen operasi.
5. Pada saat yang sama, nilai juga efektifitas kerja operator dalam konsep
pengamatan kecepatan normal. Hal ini disebut juga performance rating.
6. Menyesuaikan pengamatan waktu dengan penilaian untuk mendapatkan waktu
normal pada setiap elemen.

7. Menambahkan allowances untuk mengkompensasi kelelahan, kebutuhan pribadi,
dan lain-lain untuk memberikan waktu standar pada setiap elemen.

8. Menghitung waktu yang diperbolehkan untuk seluruh pekerjaan dengan
menambahkan waktu standar elemen dengan mempertimbangkan frekuensi
terjadinya setiap elemen.
9. Membuat deskripsi rincian pekerjaan dengan menjelaskan metode yang waktu
standar yang ditetapkan.
10.Lakukan tes dan review standar dibagian manapun yang diperlukan.
2.3 Design For Manufacturing (DFM)
DFM adalah salah satu metode yang paling integratif yang terlibat dalam
pengembangan produk (Ulrich & Eppinger, 2008). DFM memanfaatkan beberapa
informasi, diantaranya sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif design.
Biaya manufaktur/biaya produksi (manufacturing cost) adalah faktor kunci dari
keberhasilan produk secara ekonomi. Keberhasilan secara ekonomis tergantung pada
profit margin yang diperoleh pada tiap penjualan produk dan berapa banyak produk
yang terjual. Karena hal tersebut, aspek yang berkaitan dengan biaya produksi dapat
mempengaruhi konsep produk dan metode produksinya. Penerapan DFM yang efektif
akan mendukung biaya produksi yang murah tanpa mengorbankan kualitas produk.
Ketika memilih konsep produk, biaya hampir selalu menjadi salah satu kriteria di
mana keputusan dibuat, sifatnya sangat subjektif dan hanya berupa perkiraan.
Berikut lima langkah ditambah aliterasi untuk metode DFM, lihat diagram 2.2 untuk
aliran proses metode DFM:

 Membuat perkiraan untuk biaya produksi
 Mengurangi biaya pada setiap komponen
 Mengurangi biaya pada proses perakitan
 Mengurangi biaya pendukung produksi
 Mempertimbangkan dampak dari metode DFM pada faktor lainnya.
2.3.1 . Membuat perkiraan untuk biaya produksi
Biaya produksi adalah jumlah dari semua biaya pengeluaran untuk input dari sistem
dan biaya yang timbul dari waste (Ulrich & Eppinger, 2008). Yang termasuk input
diantaranya, bahan baku, komponen yang dibeli, upaya karyawan, energi dan
peralatan. Ada beragam cara untuk mengklasifikasikan biaya, salah satunya adalah
seperti pada gambar 2.3 berikut :
1. Unit Manufacturing Cost
Perusahaan umumnya menggunakan unit manufacturing costs, yang dihitung dengan
membagi biaya produksi total untuk beberapa periode (biasanya seperempat atau
satu tahun) dengan jumlah unit produk yang diproduksi selama periode itu (Ulrich &
Eppinger, 2008).
Biaya unit manufaktur produk terbagi dalam tiga kategori, diantaranya :
a. Biaya Komponen
Komponen dari produk mungkin termasuk pembelian standard parts dari
pemasok. Komponen lain adalah custom parts, dibuat sesuai dengan desain

produsen dari bahan baku seperti, sheet steel, plastik, pellets, atau batangan
alumunium .
b. Biaya Perakitan.
Proses perakitan dikenakan biaya tenaga kerja dan juga mungkin akan
dikenakan biaya untuk peralatan dan perkakas.
c. Biaya Overhead

Overhead digunakan untuk mencakup biaya tambahan lain dalam proses
produksi. Terdiri dari dua tipe, yaitu supports costs dan alokasi biaya tidak
langsung lainnya. Support costs adalah biaya yang terkait dengan penanganan
material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitas,
dan pemeliharaan peralatan / perkakas. Merupakan sistem pendukung yang
diperlukan untuk memproduksi produk, dan biaya ini sangat tergantung pada
desain produk. Biaya tidak langsung adalah biaya manufaktur yang tidak
dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu tetapi yang harus
dibayar untuk berada dalam bisnis. Karena biaya tidak langsung tidak secara
khusus terkait dengan desain produk, mereka tidak relevan dengan DFM,
meskipun mereka berkontribusi pada biaya produk.
2. Fixed Cost versus Variable Costs
Fixed costs adalah biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang telah ditetapkan,

terlepas dari berapa banyak unit produk yang diproduksi. Ketika mempertimbangkan
biaya sebagai biaya tetap, rentang dari jumlah produksi dan waktu dianggap harus
ditentukan.
Variable costs adalah adalah biaya yang terjadi dalam proporsi langsung dengan
jumlah unit yang diproduksi. Assembly labour kadang-kadang dianggap sebagai biaya
variabel juga karena banyak perusahaan dapat menyesuaikan operator perakitan
dengan menggeser pekerja ke daerah lain dalam waktu singkat.
3. The Bill of Materials (BOM)
Bill of Materials adalah daftar masing-masing komponen individu dalam produk. BOM
dibuat menggunakan format indentasi di mana perakitan diilustrasikan oleh indentasi
komponen dan nama sub perakitan. Berikut contoh BOM beserta biaya fixed costs,
variable costs dan biaya overhead.
2.3.2 . Mengurangi biaya pada setiap komponen
Pada tahap ini dijelaskan beberapa strategi untuk meminimalkan biaya komponen.
Beberapa strategi untuk mengurangi biaya komponen diantaranya, melakukan desain
ulang untuk mengurangi tahapan proses, melakukan analisis skala ekonomi, serta
menggunakan komponen dan proses yang standar (Ulrich & Eppinger, 2008).
2.3.3 . Mengurangi biaya perakitan
Beberapa pendekatan untuk mengurangi biaya perakitan adalah dengan
mengintegrasikan

part,
memaksimalkan
kemudahan
perakitan
serta
mempertimbangkan customer assembly (Ulrich & Eppinger, 2008).
2.3.4 . Mengurangi biaya pendukung produksi
Salah satu aspek yang penting dari DFM adalah mengantisipasi kemungkinan
kesalahan produksi (Ulrich & Eppinger, 2008). Strategi ini disebut dengan error
proofing. Salah satu jenis kesalahan adalah yang disebabkan karena part-part yang
sedikit berbeda ukuran, mirror image, ataupun part yang memiliki sedikit perbedaan
pada komposisi material. Pendekatan untuk menghindari kesalahan produksiadalah
dengan menghilangkan perbedaan atau dengan memberi identitas kepada part-part
tersebut.
2.3.5 . Mempertimbangkan dampak dari metode DFM pada faktor lainnya

Meminimalkan biaya produksi bukan satu-satunya tujuan dari proses pengembangan
produk (Ulrich & Eppinger, 2008). Faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan
adalah pengaruh DFM terhadap waktu dan biaya pengembangan produk, serta
kualitas produk.

2.4 Perhitungan Harga Jual
Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada konsumen yang
diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya nonproduksi dan laba
yang diharapkan (Mulyadi 2005).
Perhitungan harga jual adalah sebagai berikut: (Harrison & Petty, 2002)

3. Result and Discussion
3.1 Material dan Tools
Berikut tabel material dan tools yang masih menggunakan proses turret, rolling dies yang
digunakan adalah M5X0.8 RD2602A R. Lihat gambar 3.1 untuk desain rolling dies sebelum
perbaikan.
Tabel 3.1 Data Existing Material dan Tools Baut UMP 5X28 MC3 UR

Gambar 3.1 Existing Rolling Dies

Berdasarkan analisis masalah yang telah ditemukan pada sub bab 4.4, berikut ini
akan dilakukan perbaikan dengan merubah desain tool rooling dies pada mesin
rolling untuk menghilangkan proses dengan waktu terlama dan biaya produksi
terbesar. Proses yang dimaksud adalah proses turret. Alasan dilakukannya perbaikan
dengan cara redesign tool rolling dies pada mesin rolling adalah sebagai berikut:

1. Waktu pengerjaan yang relatif singkat.
2. Umur rolling dies yang cukup panjang, satu set dies dapat memproduksi
kurang lebih 300.000 – 500.000 pcs.
3. Operasi pengerjaan relatif sederhana
4. Mampu mengurangi biaya produksi secara signifikan walaupun biaya new
design rolling lebih mahal 20% dari harga sebelumnya.
Pemilihan design baru untuk rolling dies berdasarkan master produk yang ada.
Berikut gambar design baru untuk rolling dies (lihat pada gambar 3.2)

Gambar 3.2 Desain Rolling Dies Setelah Perbaikan
Perubahan desain yang dilakukan pada rolling dies adalah pembuatan alur pisau di
bawah ulir yang berfungsi untuk membuat tirus ujung baut. Untuk lebih jelasnya,
berikut gambaran step by step proses peruncingan ujung baut UMP 5X28 MC3 UR
pada mesin rolling dies untuk pembuatan baut UMP 5X28 MC3 UR, lihat pada gambar
3.3.

Gambar 3.3 Proses Penirusan Ujung Baut UMP 5X28 MC3 UR DE dengan desain baru
rolling dies.
Sebelum digunakan untuk produksi, rolling dies diuji coba terlebih dahulu dengan
membuat beberapa sample untuk dicek. Pengecekan dilakukan oleh bagian Quality
Control yang akan memberikan “Certificate of Inspection Sample” kepada
engineering sebagai laporan tertulis mengenai OK atau tidaknya sampel baut. Jika

hasil sampel baut OK, maka proses produksi bisa dilanjutkan. Berikut tabel material
dan tools yang digunakan pada pembuatan baut UMP 5X28 MC3 UR setelah dilakukan
perbaikan.
Tabel 3.2 Material dan Tools UMP 5X28 MC3 UR Setelah Perbaikan

3.2 Output Produksi
Proses pengerjaan di produksi dibagi menjadi beberapa proses diantaranya, proses
Heading, proses Washing, proses Turret, proses Rolling dan proses Platting. Berikut
waktu normal untuk seluruh proses produksi sebelum perbaikan. Untuk proses
platting, waktu proses tidak disertakan karena pengerjaannya dilakukan oleh
subkontrak.
Tabel 3.3 Waktu Proses Produksi

Dari tabel 4.1 akan dihitung waktu standard agar bisa diketahui output standar
perjam. Allowances yang akan digunakan adalah 6%. Berikut tabel 4.2 detail
perhitungan untuk allowances pada proses produksi baut UMP 5X28 MC3 UR:
Tabel 3.4 Detail Perhitungan Allowances

Persentase Allowances

=

Total allowances

=

Total work period (8 hours x 60 min)

Waktu Standar

30 min

= 6%

480 min

= Waktu Normal + (% allowances x waktu normal)
=
=

Output Standard =

=

0.477

+

(6% x 0.477)

0. 506 menit = 0.0084 jam

1
Waktu Standard

=

1
0.0084

119pcs/jam

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, output standard yang dihasilkan dari keempat
proses tersebut perjam adalah 119 pcs.
Setelah proses turret dihilangkan, maka dilakukan perhitungan ulang untuk jumlah
output produksi yang dapat dihasilkan per jam, lihat tabel 3.5.
Dari table 3.5 akan dihitung waktu standard agar bisa diketahui output standard
perjam setelah dilakukan perbaikan. Allowances yang akan digunakan sama dengan
perhitungan sebelumnya yaitu sebesar 6%.
Tabel 3.5 Perhitungan Output Produksi Setelah Perbaikan

Waktu Standar

= Waktu Normal + (% allowances x waktu normal)
=

0.117

+

(6% x 0.117)

= 0. 124 menit = 0.00207 jam

Output Standard =

=

1
Waktu Standard

=

1
0.00207

483 pcs/jam

Berdasarkan perhitungan diatas output standard setelah perbaikan mengalami
kenaikan sekitar 75%, dari 119 pcs/jam menjadi 483 pcs/jam.
3.3 Perhitungan Penetapan Harga Baut

Berikut adalah perhitungan penetapan harga baut UMP 5X28 MC3 UR, biaya variabel
cost, fixed cost dan overhead yang digunakan adalah biaya perkiraan sementara
(estimasi) berdasarkan data yang didapat dari PT. HMP, lihat tabel 3.6.
Tabel 3.6 Perhitungan Penetapan Harga Baut UMP 5X28 MC3 UR

Selling Price per Pcs = Total Unit Cost x 100 + Profit Margin
100
=

839

x

1.1

=

Rp. 923 / pcs

3.4 Perhitungan Biaya Produksi
1. Perhitungan Biaya Tools
Berikut tabel 3.7 biaya tools untuk mesin Heading, Rolling dan Turret. Untuk rincian
biaya tidak dapat dijelaskan lebih detail untuk menjaga kerahasiaan perusahaan.
Tabel 3.7 Kalkulasi Biaya Tools

2. Perhitungan Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya tak langsung yang disediakan oleh perusahaan. Biaya
overhead yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya overtime pada mesin
turret dan biaya admin.
Untuk total biaya overtime (OT) pada tabel 4.10 didapat dari perhitungan berikut :
Biaya OT Januari

= Biaya lembur operator per jam x Need overtime
= (Rp. 3,300,000 : 20 hari : 8 jam) x 3 jam
= Rp. 20,625 x 8 jam
= Rp. 174,706

Untuk perhitungan total biaya overtime bulan Feb sampai dengan Desember, lakukan
dengan rumus yang sama dengan need overtime yang disesuaikan bulan perhitungan.
Kemudian hitung biaya overtime per pcs dengan perhitungan berikut :

Biaya OT Januari per Pcs

= Total biaya overtime : Kekurangan produksi Jan
=
Rp. 174,706
:
1,008
= Rp 173/pcs

Untuk biaya overtime per pcs dapat dilakukan perhitungan pada bulan Januari saja,
karena harga per pcs ditiap bulan berikutnya sama.
Untuk biaya admin, sudah ditentukan dari perusahaan yaitu sebesar 19% dari existing
biaya variabel cost.
Biaya Admin
= 426 x
19%
= Rp. 81/pcs
3. Kalkulasi Biaya Produksi dengan Mesin Turret
Berikut tabel 3.8 penjumlahan semua biaya yang dipakai dalam produksi baut UMP
5X28 MC3, diantaranya variabel cost, fixed cost dan juga biaya overhead.
Variabel cost adalah penjumlahan antara material cost dan processing cost. Fixed
cost adalah penjumlahan tooling cost dan setup machine. Sedangkan biaya overhead
adalah penjumlahan antara biaya overtime per pcs dan biaya admin.
Tabel 3.8 Kalkulasi Existing Biaya Produksi dengan Mesin Turret

Setelah tidak adanya lagi proses turret, maka untuk biaya produksi akan dilakukan
perhitungan ulang pada tooling cost (lihat pada tabel 3.9) dan juga kalkulasi biaya
produksi (lihat pada tabel 3.10). Pada tooling cost rolling dies harga per pcs yang
sebelumnya Rp. 5/pcs naik 20% menjadi Rp 6/pcs, hal ini disebabkan oleh pergantian
desain tool rolling dies.
Tabel 3.9 Perhitungan Tooling Cost Setelah Perbaikan

Setelah dilakukan perhitungan ulang terhadap tooling cost, maka dilakukan pula
perhitungan ulang semua biaya yang dipakai dalam produksi baut UMP 5X28 MC3,
diantaranya variabel cost, fixed cost dan juga biaya overhead.
Perubahan biaya yang terjadi adalah pada fixed cost dan overhead. Pada fixed cost,
tooling cost berkurang dari Rp. 170/pcs menjadi Rp. 14/pcs. Sedangkan pada
overhead, biaya overtime dihilangkan karena kapasitasnya meningkat jika tanpa
menggunakan proses turret. Berikut tabel perhitungan ulang untuk biaya produksi
baut UMP 5X28 MC3.
Tabel 3.10 Kalkulasi Biaya Produksi UMP 5X28 MC UR Setelah Perbaikan

3.5 Perhitungan Laba Kotor
Setelah perhitungan harga baut dan existing biaya produksi telah didapatkan
kemudian hitung laba kotornya dengan cara berikut:
Laba kotor

= Harga Baut UMP 5X28 MC3 UR - Existing Biaya Produksi
= 923
852
= Rp 71 / pcs

Hasil laba kotor yang didapat dari penjualan baut UMP 5X28 MC3 UR adalah Rp.
71/pcs atau jika dipresentasekan hanya 8%. Jumlah laba yang didapat masih sangat
minim, bahkan perhitungannya belum dikurangi dengan biaya pajak dan lain-lain.
Selain itu, jika terdapat kenaikan harga material atau tools, kemungkinan bisa saja
tidak mendapat laba atau bahkan rugi. Namun, jika harus menaikkan harga
dikhawatirkan pelanggan justru akan beralih kepada kompetitor.
Setelah dilakukan perhitungan ulang biaya produksi, langkah selanjutnya adalah
menghitung laba kotor yang didapat dengan cara berikut:
Laba kotor

= Harga Baut UMP 5X28 MC3 UR - Revisi Biaya Produksi
= 923
523
= Rp 400/pcs

Hasil laba kotor yang didapat dari perhitungan ulang laba kotor untuk produksi baut
UMP 5X28 MC3 UR meningkat sebesar Rp 329/pcs dari laba kotor awal Rp 71/pcs
menjadi Rp. 400/pcs. Jika dipresentasekan laba kotor awal hanya 8% dari harga jual
sekarang menjadi 43%. Berikut perhitungan biaya keseluruhan untuk laba kotor
produksi baut UMP 5X28 MC3 UR.

4. Simpulan
Efisiensi biaya produksi dengan menggunakan metode Design For Manufacturing
(DFM) pada pembuatan design baru tools rolling dies untuk menghilangkan proses
turret, dapat menekan biaya produksi secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada
biaya produksi yang menurun dari Rp 852/pcs menjadi Rp 523/pcs. Tidak hanya pada
biaya produksi, tetapi kapasitas produksi juga menjadi meningkat dari 119 pcs
menjadi 483 pcs. Perubahan nilai yang terjadi pada biaya produksi dan kapasitas,
mempunyai efek pada laba kotor yang diterima. Laba kotor setelah perbaikan pun
menjadi meningkat dari Rp. 71/pcs menjadi Rp. 400/pcs.

Daftar Pustaka
1. Rosyid, Abdul (Penterjemah). 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi.

Jakarta:PPM.
2. Kumar, S. Aniel, & Suresh, N., “Product and Operations Management”, Second
Edition, New Age International (P) Limited, 2008.
3. Ulrich,

Karl.T, & Eppinger, Steven, “Product Design and Development”,
International Edition, McGraw-Hill, 2008.

4. Harrison, K David, & Petty, David. J, “Systems for Planning and Control in

Manufacturing”, First Published, Copyright, Design and Patents At 1988, 2002.

5. Modul Kerja PT. HMP
6. Camp, Robert C. Business Process Benchmarking: Finding and Implementing Best

Practices. Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press, 1955.
7. Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, edisi 5, Aditya Media.: Yogyakarta.
8. Hammer, Michael, & Champy, James, 1993, Reengineering the Corporation: “A

Manifesto For Business Revolution”, Harper Collins Publisher, New York.

9. Liker, Jefrey K., 2006, The Toyota Way: 14 Prinsip Manajemen, Erlangga:

Indonesia.