jurjnal analisis kointegrasi pertumbuhan ID

Jurnal Keuangan & Bisnis
Volume 2 No. 1, Maret 2010

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA PENGELUARAN PEMERINTAH DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA
(Metode Cointegration test dan Granger Causality test)
Rikwan E.S. Manik
Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU
Paidi Hidayat
Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU
ABSTRACT
This study examines the causality between government spending and economic growth in
North Sumatra during the period 1972 - 2006 using the Cointegration test and Granger Causality
test. From the analysis shows government expenditure (PP) and economic growth (PE) in North
Sumatra have an increasing trend during the period 1972 to 2006, except in 1998 are down
significantly due to the monetary crisis. For cointegration tests indicate the existence of long-term
equilibrium relationship between government spending and economic growth in North Sumatra.
While the Granger Causality test found through a direct relationship between government spending
and economic growth which gives the effect of government spending on economic growth
in North Sumatra during the study period.
Keywords


: government spending, economic growth, cointegration test, Granger Causality tests

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perekonomian modern, pemerintah
merupakan salah satu pelaku ekonomi yang
mempunyai peranan penting. Disamping
pemerintah memang memiliki kekuatan dan
kemampuan untuk mengatur dan mengawasi
perekonomian, pemerintah juga mampu
malaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi
yang tidak dapat dilaksanakan oleh pelaku
ekonomi lainnya, seperti sektor rumah tangga
dan sektor swasta. Untuk itu, campur tangan
pemerintah
dibutuhkan
dalam
suatu
perekonomian dan hanya untuk kegiatankegiatan yang menyangkut hajat hidup orang

banyak atau kegiatan-kegiatan yang tidak
dilaksanakan oleh pihak swasta.
Kegiatan pemerintah dalam sebuah
perekonomian modern tampaknya semakin
besar dan terus meningkat seiring dengan
kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar
kecilnya kegiatan pemerintah atau peranannya
dalam perekonomian dapat dilihat dari
besarnya bagian pengeluaran konsumsi
pemerintah dari seluruh total pengeluaran
pemerintah. Peranan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi sebagian besar merupakan
konsekuensi dari semakin kompleksnya dan
saling ketergantungan di dalam sebuah
masyarakat modern.

Di negara-negara yang sudah maju
perekonomiannya, kebijakan fiskal yang
diambil pemerintah dimaksudkan untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian agar

terhindar dari keadaan yang tidak diinginkan.
Alasan perlunya campur tangan pemerintah
antara lain adalah untuk mencegah kekuatankekuatan monopoli, menyediakan barangbarang publik, menanggulangi eksternalitas,
mewujudkan
keadilan,
mengarahkan
perekonomian menuju keseimbangan, dan
menjaga keamanan. Sehingga melalui peran
pemerintah diharapkan pula terciptanya
distribusi pembagian pendapatan nasional yang
lebih adil dan merata (Mangkoesoebroto,
1991).
Untuk mewujudkan ini semua tentunya
diperlukan dana yang cukup besar untuk
membiayai
kegiatan-kegiatan
tersebut.
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sebagai
sebuah organisasi, tentunya banyak melakukan
pengeluaran untuk membiayai kegiatankegiatan tersebut. Pengeluaran-pengeluaran

tersebut bukan saja untuk menjalankan roda
pemerintahan sehari-hari akan tetapi juga
untuk membiayai kegiatan perekonomian yang
berguna untuk menggerakkan dan merangsang
kegiatan ekonomi yang ada di daerah Sumatera
Utara.
Pengeluaran pemerintah yang merupakan
cerminan dari kebijakan fiskal adalah salah

2010

Rikwan, Paidi Hidayat

satu
instrumen
pemerintah
untuk
mempengaruhi
jalannya
perekonomian.

Namun performance suatu perekonomian tentu
tidak semata-mata karena pengaruh dari
kebijakan fiskal tersebut. Akan tetapi
performance perekonomian suatu negara dapat

dilihat dari sejauhmana integrasi kebijakan
moneter dan fiskal mampu mengurangi
kesenjangan GNP yang besar, tingkat
pengangguran yang tinggi dan mampu
menekan laju inflasi (Dornbusch dan Fischer,
1996).

Tabel 1.1
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan PDRB ADH Berlaku
Propinsi Sumatera Utara
Tahun
2000
2001
2002
2003

2004
2005
2006

PDRB ADH Berlaku
67660
78501
88118
103401
118101
139618
160034

Pengeluaran Pemerintah
416800
916200
1021300
1352000
1501500
1830580

2269000

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2008

pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di
Korea Selatan. Hasil temuan ini menunjukkan
bahwa pengeluaran pemerintah di Korea
Selatan mampu mendorong laju pertumbuhan
ekonominya
dan
sebaliknya
dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
menyebabkan pengeluaran pemerintah di
Korea Selatan akan meningkat. Begitupun
hasil studi Ghalia (1997) yang menemukan
adanya hubungan searah dimana pengeluaran
pemerintah mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi di Arab Saudi dengan
menggunakan Vector Autoregressive (VAR)

analisis.
Sedangkan hasil studi Loizides dan
Vamvoukas (2005) menunjukkan bahwa
besarnya
pengeluaran
pemerintah
menyebabkan pertumbuhan ekonomi disemua
negara yang diteliti baik dalam jangka pendek
(Greece, Inggris, dan Irlandia) maupun dalam
jangka panjang (Irlandia dan Inggris) dan
untuk
pertumbuhan
ekonomi
yang
menyebabkan meningkatnya pengeluaran
pemerintah hanya terjadi di negara Greece
selama kurun waktu penelitian.
Sementara itu, hasil empiris yang
dilakukan Sinha (1998) dengan menggunakan
uji kointegrasi menemukan adanya hubungan

jangka panjang antara pengeluaran pemerintah
dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia selama
periode 1950 – 1992. Akan tetapi melalui
pengujian granger causality tidak ditemukan
adanya hubungan antara kedua variabel

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, seiring
dengan perkembangan pengeluaran pemerintah
yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
maka perkembangan PDRB atas dasar harga
berlaku di Sumatera Utara juga mengalami
peningkatan. Artinya apabila pengeluaran
pemerintah meningkat maka PDRB atas dasar
harga berlaku juga mengalami peningkatan
dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan kausal (timbal balik) antara
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi berdasarkan PDRB atas dasar harga
berlaku di Sumatera Utara selama kurun waktu
2000 – 2006.

Kondisi ini didukung oleh hasil penelitian
Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti
hubungan pengeluaran pemerintah dan produk
domestik bruto dengan pendekatan granger
causality dan vector autoregression di
Indonesia selama periode 1970 – 2003. Hasil
studinya
menemukan
bahwa
terdapat
hubungan kausalitas (timbal balik) antara
pengeluaran pemerintah dan produk domestik
bruto. Artinya semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh semakin
meningkatnya pengeluaran pemerintah dan
sebaliknya besarnya pengeluaran pemerintah
dipengaruhi
oleh
semakin
tingginya

pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama
kurun waktu penelitian.
Disamping itu, hasil studi Cheng dan Lai
(1997) juga menemukan adanya hubungan
kausal (timbal balik) antara pengeluaran

47

Jurnal Keuangan & Bisnis

terutama
setelah
terjadinya
depresi
perekonomian tahun 1929 – 1930. Kegagalan
pasar ternyata menyebabkan pasar tidak selalu
dapat menciptakan alokasi sumber daya secara
efisien.
Beberapa kalangan menilai bahwa
perekonomian memerlukan sentuhan tangan
pemerintah untuk mengatur kegiatan ekonomi.
Pemerintah perlu ikut campur tangan dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi karena mekanisme
pasar memiliki kelemahan atau kegagalan.
Kegagalan pasar timbul karena adanya unsur
ketidaksempurnaan pasar, adanya barang
publik, adanya eksternalitas, adanya pasar
tidak penuh, adanya kegagalan informasi dan
pengangguran (Mangkoesoebroto, 1991).
Konsekuensi keterlibatan pemerintah di
bidang ekonomi menyebabkan pemerintah
membutuhkan aparat, investasi, sarana dan
prasarana yang berarti harus melakukan
pengeluaran
untuk
mencapai
tujuan
pembangunan. Guna membiayai pengeluaran
tersebut, maka pemerintah harus mencari
sumber dana/penerimaan. Rincian tentang
penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap
tahunnya akan nampak dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/D). Dan melalui peran pemerintah
diharapkan
pula
terciptanya
distribusi
pembagian pendapatan nasional yang lebih
adil (Widodo, 1990).
Sementara itu, secara umum ada beberapa
fungsi pemerintah dalam suatu perekonomian
modern, antara lain (Mangkoesoebroto, 1991):
1. Fungsi lokasi
Pemerintah mengusahakan agar alokasi
sumber-sumber ekonomi dilaksanakan
secara efisien.
2. Fungsi distribusi
Kaldor mengatakan bahwa suatu tindakan
dikatakan bermanfaat apabila golongan
yang memperoleh manfaat dari tindakan
tersebut memberikan kompensasi bagi
golongan yang mengalami kerugian
sehingga posisi golongan yang rugi tetap
sama seperti halnya sebelum adanya
tindakan yang bersangkutan.
3. Fungsi stabilisasi
Perekonomian
yang
sepenuhnya
diserahkan kepada sektor privat sangat
peka terhadap guncangan keadaan yang
akan menimbulkan pengangguran dan
inflasi.

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi di Malaysia selama kurun waktu
penelitian tidak saling mempengaruhi diantara
kedua variabel tersebut.
Begitupun penelitian yang dilakukan
Dogan dan Tang (2006) yang mengkaji
hubungan pengeluaran pemerintah dan
pendapatan nasional di 5 negara ASEAN
(Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan
Philipina). Hasil empirisnya tidak menemukan
adanya hubungan kausal (timbal balik)
diantara kedua variabel tersebut dan hanya
menemukan hubungan searah di Philipina,
yakni pengeluaran pemerintah berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan nasional di
Philipina.
Bertolak dari uraian di atas maka perlu
dilakukan kajian tentang perkembangan
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi serta melihat hubungan jangka
panjang dan membuktikan ada tidaknya
hubungan kausalitas (timbal balik) antara
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Utara selama kurun
waktu 1972 – 2006 dengan menggunakan
metode Cointegration test dan Granger
Causality test.
B.

Maret

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat hubungan kointegrasi
antara pengeluaran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
dalam jangka panjang?
2. Apakah ada hubungan kausalitas (timbal
balik) antara pengeluaran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
selama kurun waktu 1972 – 2006?
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan
pemerintah
dalam
perekonomian
Dalam sebuah perekonomian yang
menganut paham liberal dan kapitalis, campur
tangan pemerintah diusahakan seminimal
mungkin dan selanjutnya doktrin tangan gaib
(invisible hand) akan memandu semua pelaku
ekonomi untuk mencapai alokasi sumber daya
dengan efisien. Keterbatasan-keterbatasan
sistem mekanisme pasar ini mulai disadari

48

2010

Rikwan, Paidi Hidayat

B.

Teori Dasar Pengeluaran Pemerintah
Teori mengenai pengeluaran pemerintah
dapat digolongkan atas dua bagian yaitu teori
makro dan mikro. Dalam teori ekonomi makro,
ada dua pandangan yang berbeda berkenaan
dengan pengeluaran pemerintah dalam
hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi
atau pendapatan nasional. Kedua pandangan
yang
berbeda
mengenai
pengeluaran
pemerintah dalam hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi (pendapatan nasional)
dalam kajian teori ekonomi makro dapat
dijelaskan pada bagian berikut ini.

GpCt > GpCt-1 > GpCt-2 …… > GpCt-n
YpCt YpCt-1 YpCt-2
YpCt-n
dimana :
GpC : Pengeluaran pemerintah per kapita
YpC : Pendapatan nasional per kapita
t
: Indeks waktu

Disamping itu menurut Wagner ada
lima hal yang menyebabkan pengeluaran
pemerintah selalu meningkat, yaitu : (1)
Tuntutan
peningkatan
perlindungan
keamanan dan pertahanan, (2) Kenaikan
tingkat pendapatan masyarakat, (3)
Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan
ekonomi, (4) Perkembangan demokrasi
dan (5) Ketidakefisienan birokrasi yang
mengiringi perkembangan pemerintah
(Suparmoko, 2000).
Secara grafik, rasio pengeluaran
pemerintah terhadap pandapatan nasional
(GpC/Yp atau G/Y) ditunjukkan oleh
sebuah
kurva
yang
eksponensial
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1 di
bawah ini.

1. Teori Wagner dan Pengikutnya
Dari pengamatan empiris yang
dilakukan oleh Adolph Wagner terhadap
negara-negara Eropa, Amerika Serikat
dan Jepang pada abad ke-19 menunjukkan
bahwa aktivitas pemerintah dalam
perekonomian
cenderung
semakin
meningkat (law of ever increasing state
activity). Wagner mengukurnya dari
perbandingan pengeluaran pemerintah
terhadap pendapatan nasional dan hukum
Wagner tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
G/Y

T
Sumber: Suparmoko, 2000.

Gambar 2.1. Rasio Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan Nasional
berdasarkan Hukum Wagner.
Menurut
Wagner
pertumbuhan
Namun hukum Wagner ini terdapat
kelemahan yakni tidak didasarkan pada
ekonomi akan menyebabkan hubungan
antara
industri-industri,
industrisuatu teori mengenai pemilihan barangmasyarakat, dan sebagainya akan semakin
barang publik. Wagner mendasarkan
rumit dan kompleks sehingga potensi
pandangannya dengan suatu teori yang
disebut
teori
organis
mengenai
terjadi kegagalan pasar eksternalitas
negatif menjadi semakin besar. Sejalan
pemerintah (organic theory of the state),
dengan itu sebagaimana ditunjukkan
yang menganggap pemerintah sebagai
dalam gambar 1 diatas, secara relatif
individu yang bebas bertindak, terlepas
peranan pemerintah akan semakin
dari anggota masyarakat yang lain.
meningkat (Mangkoesoebroto, 1991).

49

Jurnal Keuangan & Bisnis

2. Teori Keynes
Identitas keseimbangan pendapatan
nasional Y = C + I + G + X-M merupakan
sumber legitimasi pandangan kaum
Keynesian akan relevansi campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Banyak
pertimbangan yang mendasari pengambilan
keputusan
dalam
mengatur
pengeluarannya.
Disamping
itu
pemerintah pun perlu menghindari agar
peningkatan
perannya
dalam
perekonomian tidak justru melemahkan
kegiatan pihak swasta.
Banyak para ahli ekonomi publik
telah lama menaruh perhatiannya pada
penyelidikan
hubungan
antara
pengeluaran pemerintah dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi semenjak mereka
menyadari bahwa pengeluaran pemerintah
memegang peranan yang sangat penting.
Menurut Sukirno dalam Suparmoko
(2000) pengeluaran pemerintah dapat
dipandang sebagai perbelanjaan otonomi
karena pendapatan nasional bukanlah
merupakan faktor penting yang akan
mempengaruhi keputusan pemerintah
untuk menentukan anggaran belanja. Pada
dasarnya ada tiga faktor penting yang
akan menentukan pengeluaran pemerintah
pada suatu tahun tertentu, yaitu (1) pajak
yang diharapkan akan diterima, (2)
pertimbangan-pertimbangan politik, dan
(3) persoalan-persoalan ekonomi yang
dihadapi.
Sedangkan
Wijaya
dalam
Suparmoko (2000) mengatakan bahwa
pengeluaran pemerintah mempunyai efek
pengganda (multiplier effect) dan
merangsang
kenaikan
pendapatan
nasional yang lebih besar daripada
pembayaran dalam jumlah yang sama.
Pengeluaran pemerintah akan menaikkan
pendapatan
serta
produksi
secara
berganda sepanjang perekonomian belum
mencapai tingkat kesempatan kerja penuh
(full employment) karena ia menaikkan
permintaan aggregatif didasarkan pada
anggapan bahwa pengeluaran pemerintah
tidaklah pada proyek-proyek yang
menghalangi atau menggantikan investasi
sektor swasta.

Maret

METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang ada
tidaknya
hubungan
jangka
panjang
(kointegrasi) dan hubungan timbal balik
(kausalitas)
antara
total
pengeluaran
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Utara dengan menggunakan metode
cointegration test dan Granger Causality test
untuk kurun waktu 1972 - 2006.
B.

Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder
dengan jenis data runtun waktu (time series)
untuk kurun waktu 1972 – 2006 yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti
Sumatera Utara dalam Angka dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Kantor Bank Indonesia
Medan (KBI Medan).
C. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini
adalah Cointegration test dan Granger
Causality test. Analisis Cointegration test
(Johansen test) bertujuan untuk melihat
hubungan pengeluaran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
dalam jangka panjang. Sedangkan analisis
Granger Causality test adalah untuk melihat
hubungan timbal balik (causal) antara
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Utara.
Dalam kaitannya dengan metode tersebut
maka pengujian terhadap perilaku data runtun
waktu (time series) dan integrasinya dapat
dipandang sebagai uji prasyarat bagi
digunakannya metode Cointegration test dan
Granger Causality test. Sebelum dilakukan
estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka
terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Uji akar unit (Unit root test)
Sebelum melakukan uji kointegrasi
dan uji granger causality dengan
menggunakan data time series, maka
perlu dilakukan uji stasioneritas terhadap
seluruh variabel yang ada dalam
penelitian. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan uji akar-akar unit
(unit roots test) yang bertujuan untuk
mengetahui
apakah
data
tersebut
mengandung unit roots atau tidak. Jika
variabel tersebut mengandung unit roots,

50

2010

Rikwan, Paidi Hidayat

maka data tersebut dikatakan data yang
tidak stasioner.
Disamping itu, untuk penentuan orde
integrasi dapat dilakukan melalui uji akar
unit sehingga dapat diketahui sampai
berapa kali diferensiasi harus dilakukan
agar data menjadi stasioner. Terdapat
beberapa metode pengujian untuk uji akar
unit dan diantaranya yang saat ini secara
luas digunakan adalah Augmented Dickey
Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP)
dengan Program Eviews versi 5.1.
Adapun model dari uji Augmented Dickey
Fuller (ADF) dengan intercept (β 1) dapat
dinyatakan sebagai berikut (Widarjono,
2007):
m
Δ Yt = β 1 + δ Yt-1 + α i Σ Δ Yt-1 + ε t .... (1)
i=1

dengan p dan uji ini dapat dilakukan
sebagai berikut:
p
λ trace (r) = - T  in (1 – λ i ) …...... (3)
i=r+i
dimana λ r+1, …. λ n adalah
eigenvectors terkecil (p - r).

nilai

Null hypothesis yang disepakati
adalah jumlah dari arah kointegrasi sama
dengan banyaknya r. Dengan kata lain,
jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau
sama dengan (  ) r, dimana r = 0,1,2 dan
seterusnya.
Uji statistik yang kedua adalah uji
maksimum eigenvalue (λ max) yang
dilakukan dengan formula sebagai
berikut:
λ

Sedangkan model untuk uji PhillipPerron (PP) dengan intercept (β 1) adalah:
Δ Yt = β 1 + λ Yt-1 + ε t ...………… (2)

max (r,

r + 1) = - T in (1 – λ

r+1)

…… (4)

Uji ini menyangkut kepada uji null
hypothesis bahwa terdapat r dari vector
kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan
vector kointegrasi. Untuk melihat
hubungan kointegrasi tersebut maka dapat
dilihat dari besarnya nilai Trace statistik
dan Max-Eigen statistik dibandingkan
dengan nilai critical value pada tingkat
kepercayaan 5 persen.

dimana Δ
adalah perbedaan atau
differensi.
Kedua uji dilakukan dengan hipotesis
null δ = 0 untuk ADF dan λ = 1 untuk PP.
Stasioner tidaknya data didasarkan pada
perbandingan nilai statistik ADF dan PP
yang diperoleh dari nilai t statistik
koefisien δ dan λ dengan nilai kritis
statistik dari Mac Kinnon. Jika nilai
absolut statistik ADF dan PP lebih besar
dari nilai kritis Mac Kinnon maka data
stasioner dan jika sebaliknya maka data
tidak stasioner (Gujarati, 2003).

3. Uji Granger Causality (Granger
Causality test)
Uji ini digunakan untuk melihat
hubungan kausalitas atau timbal balik
diantara dua variabel penelitian sehingga
dapat diketahui apakah kedua variabel
tersebut
secara
statistik
saling
mempengaruhi (hubungan dua arah atau
timbal balik), memiliki hubungan searah
atau sama sekali tidak ada hubungan
(tidak saling mempengaruhi). Model yang
digunakan untuk menguji Granger
Causality Test seperti berikut ini:
m
n
PEt = ∑ ai PE t-i + ∑ bj PP t-j + µ t .... (5)
i=1
j=1

2. Uji Kointegrasi (Cointegration test)
Uji kointegrasi bertujuan untuk
mengetahui apakah seluruh variabel yang
diteliti yakni pengeluaran pemerintah dan
pertumbuhan
ekonomi
memiliki
hubungan keseimbangan jangka panjang
(berkointegrasi) atau tidak dengan
menggunakan Johansen test. Untuk
menentukan jumlah dari arah kointegrasi
tersebut maka Johansen menyarankan
untuk melakukan dua uji statistik.
Untuk uji statistik pertama adalah uji
trace (Trace test, λ trace) yaitu menguji
hipotesis nol (null hypothesis) yang
mensyaratkan bahwa jumlah dari arah
kointegrasi adalah kurang dari atau sama

r
s
PPt = ∑ ci PE t-i + ∑ dj PP t-j + vt …. (6)
i=1
j=1
Dimana Ut dan Vt adalah error terms yang
diasumsikan tidak mengandung korelasi
serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil

51

Jurnal Keuangan & Bisnis

regresi dari kedua bentuk model regresi
linear di atas akan menghasilkan empat
kemungkinan mengenai nilai koefisienkoefisien regresi dari persamaan (5) dan
(6) adalah sebagai berikut:

Maret

A. Perkembangan Pengeluaran
Pemerintah dan Pertumbuhan
Ekonomi
Salah satu fungsi utama anggaran
pemerintah daerah adalah sebagai alat
kebijakan fiskal yang digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong laju
pertumbuhan
ekonomi.
Pengeluaran
pemerintah biasanya mencerminkan kebijakan
pemerintah dalam penentuan anggarannya dan
umumnya pengeluaran pemerintah terus
berkembang seiring dengan meningkatnya
aktivitas pemerintah dalam perekonomian,
yang antara lain disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan
dalam
suatu
perekonomian seperti pertumbuhan ekonomi,
perubahan demografi, dan perubahan kegiatan
sektor swasta.
Berdasarkan Gambar 4.1 dibawah
menunjukkan bahwa total pengeluaran
pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang
terdiri dari pengeluaran aparatur dan
pengeluaran publik memperlihatkan trend yang
terus meningkat dari tahun 1972 hingga tahun
1997. Memasuki tahun 1998, pengeluaran
pemerintah
Propinsi
Sumatera
Utara
mengalami penurunan yang cukup tajam
dibandingkan tahun sebelumnya hingga
mencapai 55,56 persen. Dan pada tahun 1999,
pengeluaran pemerintah Propinsi Sumatera
Utara mengalami peningkatan yang cukup
berarti walaupun satu tahun kemudian
pengeluaran pemerintah kembali turun sebesar
7,17 persen.

n
s
(1) Jika ∑ bj ≠ 0 dan ∑ dj = 0,
j=1
j=1
maka terdapat kausalitas satu arah dari
Y ke X.
n
s
(2) Jika ∑ bj = 0 dan ∑ dj ≠ 0,
j=1
j=1
maka terdapat kausalitas satu arah dari X
ke Y.
n
s
(3) Jika ∑ b j = 0 dan ∑ d j = 0,
j=1
j=1
maka X dan Y bebas antara satu dengan
yang lainnya.
n
s
(4) Jika ∑ bj ≠ 0 dan ∑ dj ≠ 0,
j=1
j=1
maka terdapat kausalitas dua arah antara
Y dan X.
Untuk
memperkuat
indikasi
keberadaan berbagai bentuk kausalitas
seperti yang disebutkan di atas maka
dilakukan F-test untuk masing-masing
model regresi (Arief, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2008

Gambar 4.1. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan
Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

Sejalan dengan membaiknya kondisi
perekonomian Propinsi Sumatera Utara maka

kebutuhan anggaran untuk mempercepat
proses
pembangunan
juga
mengalami
52

2010

Rikwan, Paidi Hidayat

peningkatan. Hal ini terlihat dari pengeluaran
Utara memperlihatkan perkembangan yang
pemerintah yang meningkat tajam pada tahun
relatif baik walaupun pada saat krisis moneter
2001 hingga mencapai 119,82 persen dari
telah terjadi penurunan yang cukup signifikan.
tahun 2000 dan peningkatan ini terus berlanjut
Kondisi ini menggambarkan bahwa kebijakan
hingga tahun 2006 yang mengalami
anggaran yang telah dijalankan oleh
pertumbuhan rata-rata sebesar 20,16 persen per
pemerintah
Propinsi
Sumatera
Utara
tahun antara tahun 2002 - 2006.
mempunyai sasaran dan skala prioritas yang
Sementara itu, dilihat dari pertumbuhan
jelas dalam pengalokasian anggarannya
ekonomi berdasarkan PDRB harga konstan
sehingga mampu mendorong laju pertumbuhan
menunjukkan perkembangan yang fluktuatif.
ekonomi di atas rata-rata 7 persen per tahun.
Selama periode 1972 – 1997, laju
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara rataB. Hasil Estimasi
rata tumbuh sebesar 8,69 persen per tahun.
1. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Namun pada tahun 1998, pertumbuhan
Sebelum melakukan uji kointegrasi
ekonomi mengalami penurunan yang cukup
dan uji granger causality dengan
signifikan yakni sebesar -10,90 persen dari
menggunakan data time series, maka
tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan
perlu dilakukan uji stasioneritas yang
terjadinya krisis moneter yang melanda
tujuannya adalah untuk mengetahui
Indonesia
sehingga
berdampak
pada
apakah data tersebut mengandung unit
menurunnya
kondisi perekonomian di
roots atau tidak. Jika variabel tersebut
Sumatera Utara.
mengandung unit roots, maka data
Namun, berbagai upaya perbaikan yang
tersebut dikatakan data yang tidak
dilakukan selama tahun 1999, pertumbuhan
stasioner. Berikut ini hasil uji akar-akar
ekonomi
Sumatera
Utara
mengalami
unit untuk variabel yang akan digunakan
peningkatan dari -10,90 persen menjadi 2,59
dalam penelitian ini, yaitu pertumbuhan
persen pada tahun 1999 atau meningkat
ekonomi
(LPE)
dan
pengeluaran
sebesar 13,49 persen dari tahun 1998.
pemerintah (LPP) di Sumatera Utara
Selanjutnya dari tahun 2000 – 2006, laju
dengan menggunakan uji Augmented
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara rataDickey Fuller (ADF) dan Phillips Perron
rata tumbuh sebesar 5,08 persen per tahun.
(PP).
Berdasarkan analisis di atas menunjukkan
bahwa kondisi perekonomian di Sumatera
Tabel 4.1
Hasi pengujian ADF dan PP dengan Intercept
Level
LPP
LPE

ADF
-1,321
-0,749

PP
-1,556
-2,209

1st Difference
LPP
LPE

ADF
-6,929 ***
-6,169 ***

PP
-6,913 ***
-6,520 ***

Cat : * Signifikan pada 1 % ; ** Signifikan pada 5 %
Sumber: Data Primer Diolah

lebih kecil dari nilai kritis Mac Kinnon
dengan tingkat signifikansi pada α = 5
persen.
Selanjutnya, dengan melakukan uji
akar unit pada tingkat first difference dan
memasukkan unsur intercept maka
variabel pengeluaran pemerintah (LPP)
dan pertumbuhan ekonomi (LPE) tidak
mempunyai akar unit atau stasioner pada

Berdasarkan tabel
4.1
diatas
menunjukkan bahwa hasil uji akar-akar
unit (unit roots test) untuk variabel
pengeluaran pemerintah (LPP) dan
pertumbuhan ekonomi (LPE) pada tingkat
level dengan memasukkan unsur intercept
mempunyai akar unit (unit root) atau
tidak stasioner. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai absolut statistik ADF dan PP yang

53

Jurnal Keuangan & Bisnis

Maret

Uji kointegrasi dilakukan untuk
melihat hubungan jangka panjang dari
variabel-variabel yang diteliti, yakni
variabel pengeluaran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi sehingga hasil
estimasi dari penelitian ini dapat
digunakan untuk melihat hubungan
keseimbangan jangka panjang.

derajat integrasi 1 atau I (1). Artinya
variabel pengeluaran pemerintah (LPP)
dan pertumbuhan ekonomi (LPE) yang
digunakan dalam penelitian ini stasioner
pada data first difference dengan tingkat
signifikansi pada α = 1 persen.
2. Hasil Uji Kointegrasi (Cointegration
test)

Tabel 4.2
Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen
Hypothesized
No. of CE(s)
None
At most 1 *

Eigenvalue

Trace
Statistic

0.05
Critical Value

Prob.**

0.278852
0.194864

17.94060
7.152560

18.39771
3.841466

0.0578
0.0075

Sumber: Data Primer Diolah

nasional periode 1960 – 2002. Dengan
demikian, dari beberapa temuan tersebut
semakin mendukung hasil penelitian di
Sumatera Utara bahwa terdapat hubungan
keseimbangan dalam jangka panjang
antara pertumbuhan ekonomi (LPE) dan
pengeluaran pemerintah (LPP) di
Sumatera Utara selama periode 1972 2006.

Dari hasil uji kointegrasi di atas
dapat dilihat bahwa nilai tracer statistik
lebih besar dari critical value pada α = 5
persen untuk Hypothesized At most 1. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki
hubungan jangka panjang. Hasil empiris
ini sejalan dengan penelitian Sinha (1998)
yang menemukan adanya hubungan
jangka panjang antara pengeluaran
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di
Malaysia selama periode 1950 – 1992.
Disamping itu, hasil studi Dogan dan
Tang (2006) yang hanya menemukan
hubungan jangka panjang di Indonesia,
sedangkan di Malaysia, Thailand,
Singapura dan Philipina tidak ditemukan
hubungan
jangka
panjang
antara
pengeluaran pemerintah dan pendapatan

3. Hasil Uji Granger Causality
(Granger Causality test)
Untuk melihat hubungan kausalitas
(timbal balik) antara variabel-variabel
yang diteliti, yakni pertumbuhan ekonomi
(LPE) dan pengeluaran pemerintah (LPP)
maka dapat dilakukan pengujian dengan
menggunakan metode Granger Causality
test.

Tabel 4.3
Hasil Uji Granger Causality
Null Hypothesis:
LPP does not Granger Cause LPE
LPE does not Granger Cause LPP

Obs

F-Statistic

Probability

34

0.00236
7.03525

0.96155
0.01249

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 4.3 di atas
menunjukkan bahwa hubungan antara
pertumbuhan ekonomi (LPE) dan
pengeluaran pemerintah (LPP) di

Sumatera Utara tidak memiliki hubungan
dua arah (timbal balik) dan hanya
menunjukkan hubungan yang searah,
yaitu pengeluaran pemerintah (LPP)

54

2010

Rikwan, Paidi Hidayat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
(LPE). Hal ini ditunjukkan oleh nilai
probability yang signifikan pada α = 5
persen.
Sebaliknya,
pertumbuhan
ekonomi tidak memberikan pengaruh
terhadap tingkat pengeluaran pemerintah
di Sumatera Utara. Hal ini terlihat dari
nilai probabilitinya yang lebih besar dari
α = 5 persen atau tidak signifikan pada α
= 5 persen.
Dari
hasil
temuan
ini
memperlihatkan bahwa untuk kasus di
Sumatera Utara hanya terdapat hubungan
searah dari pengeluaran pemerintah ke
pertumbuhan
ekonomi
sehingga
hubungan
timbal
balik
antara
pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran
pemerintah tidak terjadi. Temuan ini
menunjukkan bahwa untuk negara-negara
sedang berkembang, umumnya yang
menjadi pendorong laju pertumbuhan
ekonomi adalah besarnya pengeluaran
pemerintah.
Hasil
penelitian
ini
semakin
memperkuat studi yang dilakukan Ghalia
(1997), Loizides dan Vamvoukas (2005)
serta Dogan dan Tang (2006) yang
menemukan adanya hubungan searah,
yakni
pengeluaran
pemerintah
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dinegara-negara yang diteliti. Begitupun
hasil studi Jiranyakul (2007) yang tidak
menemukan adanya hubungan kausal
(timbal balik) di Thailand tetapi hanya
menemukan hubungan searah, yakni
pengeluaran pemerintah mempengaruhi
laju pertumbuhan ekonomi di Thailand.

3. Dari uji Granger Causality tidak
ditemukan adanya hubungan timbal balik
(kausal) antara pengeluaran pemerintah
dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera
Utara, tetapi memiliki hubungan yang
searah, yakni pengeluaran pemerintah
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
selama periode penelitian.
B.

Saran-Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, maka
disarankan kepada para pengambil kebijakan
(decision policy) untuk mempertimbangkan
beberapa hal, antara lain:
1. Perlu adanya stimulus kebijakan dari
pemerintah daerah berupa pengeluaran
publik untuk sektor-sektor yang menjadi
prioritas sehingga mampu menggerakkan
roda perekonomian di Sumatera Utara.
2. Perlunya
menjaga
hubungan
keseimbangan jangka panjang antara
pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Utara sehingga peran
pemerintah daerah dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
dan
berkesinambungan
dapat
dipertahankan.
3. Adanya koordinasi antara pemerintah
daerah baik tingkat propinsi maupun
tingkat kabupaten/kota di Sumatera Utara
dalam menentukan skala prioritas untuk
pengeluaran publik terutama pengeluaran
untuk pembangunan infrastruktur.
DAFTAR PUSTAKA
Alfirman, Luky dan Sutriono, Edy. (2006).
Analisis
Hubungan
Pengeluaran
Pemerintah dan Produk Domestik
Bruto
di
Indonesia
dengan
Menggunakan Pendekatan Granger
Causality dan Vector Autoregression.
Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4,
Nomor 1.
Arief, Sritua. (1993). Metodologi Penelitian
Ekonomi. UI Press, Jakarta.
Biro Pusat Statistik. (2008). Sumatera Dalam
Angka. BPS, Pemprovsu.
Cheng, Benjamin S. and Lai, Tin Wei. (1997).
Government
Expenditures
and
Economic Growth in South Korea: A
VAR Approach. Journal of Economic
Development, Vol. 22, Number 1.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil estimasi dan analisis
yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk pengeluaran pemerintah (PP) dan
pertumbuhan ekonomi (PE) di Sumatera
Utara mengalami tren yang terus
meningkat dari tahun 1972 – 2006, kecuali
pada tahun 1998 yang turun secara
signifikan sebagai akibat krisis moneter.
2. Dari uji kointegrasi menunjukkan adanya
hubungan keseimbangan jangka panjang
antara pengeluaran pemerintah dan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

55

Jurnal Keuangan & Bisnis

Maret

Loizides, John and Vamvoukas, George.
(2005). Government Expenditure and
Economic Growth: Evidence from
Trivariate Causality Testing. Journal
of Applied Economics, Vol. VIII, No.
1.
Mangkoesoebroto, Guritno. (1991). Ekonomi
Publik.
Edisi
Kedua,
BPFE,
Yogyakarta.
Sinha, Dipendra.
(1998). Government
Expenditure and Economic Growth in
Malaysia. Journal of Economic
Development, Vol. 23, Number 2.
Suparmoko. (2000). Keuangan Negara Dalam
Teori dan Praktek. Edisi 5, BPFE,
Yogyakarta.
Widarjono, Agus. (2007). Ekonometrika: Teori
dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis. Edisi Kedua, Ekonisia FE UII,
Yogyakarta.
Widodo, Hg. Suseno Triyono. (1991).
Indikator
Ekonomi,
Dasar
Perhitungan Perekonomian Indonesia.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Dogan, Ergun and Tang, Tuck Cheong. (2006).
Government Expenditure and National
Income: Causality tests for Five South
East Asian Countries. International
Business and Economics Research
Journal.
Dornbusch, R and Stanley, Fischer. (1996).
Makro Ekonomi, Edisi Keempat, alih
bahasa oleh Julius A. Mulyadi,
Erlangga, Jakarta.
Ghalia, Khalifa H. (1997). Government
Spending and Economic Growth in
Saudi Arabia. Journal of Economic
Development, Vol. 22 Number 2.
Gujarati,
Damodar.
(2003).
Basic
Econometrics. 4th ed., McGraw-Hill,
New York.
Jiranyakul, Komain. (2007). The Relationship
Between Government Expenditures
and Economic Growth in Thailand.
Journal of Economics and Economic
Education Research, Vol. 8, Number
1.

56