T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pasal 303 dan Pasal 303 bis KUHP terhadap Permainan Dadu Gurak dalam Upacara Adat Wara di Barito Selatan T1 BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara hukum (rechtsstaat), hal ini secara tegas

dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat (3). Dengan
demikian, Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) pasti bukanlah
negara atas kekuasaan, kebudayaan, tradisi maupun hukum adat. Oleh karena itu,
kedudukan hukum harus ditempatkan diatas segala – galanya dan setiap perbuatan
seharusnya sesuai dengan aturan hukum tanpa terkecuali.
Disisi lain, Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki ragam budaya
lokal yang menjadi ciri khas suatu daerah tertentu. Budaya lokal merupakan nilai
– nilai lokal asli yang tumbuh dari suatu kelompok masyarakat dan terbentuk
secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu yang
berupa tradisi, pola pikir atau hukum adat.
Kabupaten Barito Selatan khususnya merupakan salah satu bagian dari
daerah Provinsi Kalimantan Tengah dengan mayoritas masyarakat Suku Dayak

yang terdiri dari Suku Dayak Taboyan, Suku Dayak Bayan, Suku Dayak
Maanyan, Suku Dayak Dusun, Suku Dayak Dusun Bayan, Suku Dayak Ngaju,
Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Lawangan dan Suku Dayak Bawo. 1 Agama
dan kepercayaan yang dianut pun beragam seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha,
1

Wikipedia Indonesia, Kabupaten Barito Selatan , diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Barito_Selatan (diakses tanggal 3 November 2016)

dan Hindu/Kaharingan. Selain agama dan kepercayaan yang dianut oleh Suku
Dayak, adapula adat yang dianut Suku Dayak Kabupaten Barito Selatan ialah
Adat Wadian dan Adat Rukun Kematian Hindu/Kaharingan. Adat Wadian adalah
upacara pengobatan pada Suku Dayak Bawo, Suku Dayak Dusun, Suku Dayak
Maanyan dan Suku Dayak Lawangan,2 sedangkan Adat Rukun Kematian
Hindu/Kaharingan adalah upacara kematian yang meliputi upacara adat
Ngalangkang, Nambak, Ngatet Panuk, Wara, Wara Myalimbat, Ijambe, Bontang,
Kedaton, Manenga Lewu dan Marabia.3 Rangkaian Upacara Adat ini hanya boleh
dilaksanakan oleh masyarakat Suku Dayak Taboyan, Suku Dayak Dusun Bayan,
Suku


Dayak

Maanyan,

Suku

Dayak

Ngaju

yang

menganut

agama

Hindu/Kaharingan. Salah satu Adat Rukun Kematian Hindu/Kaharingan yang
masih sering dilaksanakan oleh masyarakat Suku Dayak Taboyan dan Suku
Dayak Dusun Bayan di Barito Selatan adalah tradisi Upacara Adat Wara yang
merupakan upacara sakral bagi masyarakat penganut AgamaHindu/Kaharingan

karena bersumber dari ajaran agama itu sendiri.
Upacara Adat Wara ini adalah upacara adat kematian yang dilakukan oleh
masyarakat penganut Agama Hindu/Kaharingan untuk menghantarkan arwah
leluhur ketempat paling akhir yang disebut Lewu Tatau (surga),4 dalam rangka
membagikan “harta benda” kepada arwah kakek, nenek atau orang tua atau

2

Wikipedia Indonesia, Wadian, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Wadian

3

Wikipedia Indonesia, Adat Rukun Kematian Kaharingan , diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Adat_rukun_kematian_Kaharingan (diakses tanggal 3 November
2016)
4
Dayak Barito, Wara Upacara Sakral DAyak Dusun , diakses dari
http://dayakbarito.blogspot.co.id/2012/05/wara-upacara-sakral-dayak-dusun.html (diakses 3
tanggal November 2016)


saudara dari keluarga yang menyelenggarakan upacara adat ini. Pembagian harta
benda tersebut dilambangkan dalam bentuk sesajen (sejenis persembahan) berupa
makanan dan minuman, sesuai dengan makanan dan minuman kebiasaan arwah
orang yang diupacarai. Selain makanan dan minuman, ada pula hewan yang
dikorbankan dalam upacara adat ini sesuai dengan petunjuk Kandong/Wadian
Wara. Kandong/Wadian Wara merupakan rohaniawan Agama Hindu/Kaharingan
yang berperan sebagai pemandu upacara adat dan penghantar doa kepada Tuhan
untuk menghantarkan arwah orang yang diupacarai. Upacara adat dilakukan
hanya satu kali oleh pihak keluarga yang menyelengarakan dengan rangkaian
ritual adat yang berlangsung selama 7 (tujuh) hari/malam. Majelis Dewan Agama
Hindu/Kaharingan menentukan waktu pelaksanaan Upacara Adat Wara ialah
antara tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Agustus pada tahun yang direncanakan,5
dengan tanggal yang ditentukan oleh pihak keluarga yang melaksanakan upacara
adat ini. Selama upacara adat berlangsung, berbagai rangkaian ritual adat
disajikan dalam Upacara Adat Wara ini, salah satunya adalah Ritual Adat Kaleker
Diau.
“Kaleker Diau adalah permainan dimana pihak dari
penyelenggara ritual adat menyediakan 4 (empat) lapak yang
digunakan untuk permainan dadu, kemudian masyarakat sekitar
tempat berlangsungnya upacara adat tersebut dapat ikut bermain

dengan mempertaruhkan sejumlah uang untuk menebak angka
dadu yang akan keluar”.6
Problematika yang terjadi didalam ritual adat Kaleker Diau ini ialah adanya
permainan Dadu Gurak yang mengandung unsur perjudian. Seperti yang diketahui
5

Hasil Musyawarah Daerag Bidang Upacara Ritual Agama Hindu Kaharingan
Kabupaten Barito Selatan tahun 2013, hal.2.
6

Ibid., hal.3.

pada umumnya, perjudian merupakan suatu permainan dengan memakai uang
sebagai taruhan dan menurut Pasal 303 tiap – tiap permainan dimana pada
umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka.

Cara permainan Dadu Gurak itu sendiri menggukan 2 (dua) mata dadu dan
diletakan dalam sebuah wadah tertutup kemudian diguncang oleh seseorang yang
bertindak sebagai Bandar. Sebelum wadah yang berisikan 2 (dua) mata dadu
dibuka, pemain yang merupakan masyarakat sekitar lokasi upacara adat

berlangsung dan mengikuti permainan Dadu Gurak dengan ikut serta
mempertaruhkan uang kemudian meletakkan sejumlah uang dengan jumlah yang
tidak ada batasnya diatas lapak sesuai dengan gambar mata dadu yang ditebak
akan keluar. Kemudian Bandar akan membuka wadah mata dadu setelah
diguncang untuk melihat angka mata dadu yang keluar. Apabila pemain
mempertaruhkan uang diatas gambar mata dadu yang keluar, maka pemain
dianggap menang dan uang taruhan dikembalikan 2 (dua) kali lipat kepada
pemain, sedangkan apabila permain mempertaruhkan uang diatas gambar mata
dadu yang tidak sesuai dengan mata dadu yang keluar maka uang taruhan
kemudian diambil oleh Bandar.
Dilihat dari pemaparan definisi perjudian biasa pada umumnya dan
kemudian

dibandingkan

dengan

cara

permainan


Dadu

Gurak,

maka

mengakibatkan adanya kesulitan memisahkan antara permainan Dadu Gurak
dalam ritual Adat Kaleker Diau yang sebenarnya dengan permainan judi biasa
dikarenakan terkait erat dengan Upacara Adat Wara dan masyarakat pun
menganggapnya sebagai tradisi.

Hal tersebut kemudian akan memunculkan pandangan berbeda antara
budaya lokal yang sudah menjadi tradisi dengan hukum modern berupa hukum
positif yang berlaku saat ini. Ketika ditinjau dari kepercayaan, adat istiadat dan
keagamaan, khususnya penganut Agama Hindu/Kaharingan bahwa rangkaian
kegiatan ini ialah tidak dapat terpisahkan atau dihapuskan dari ritual adat
sedangkan dipandang dari hukum positif rangkaian kegiatan ini mengandung
unsur perjudian.
Ditinjau dari kepentingan nasional, penyelenggaraan perjudian merupakan

suatu tindak pidana yang mempunyai ekses yang negatif dan merugikan terhadap
moral masyarakat. Menurut prespektif hukum sendiri, perjudian merupakan suatu
tindak pidana, hal tersebut diatur didalam KUHP Pasal 303 KUHP jo. Pasal 2
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian :
(1) Dipidana dengan pidana penjara selama – lamanya sepuluh
tahun atau denda sebanyak – banyaknya dua puluh lima juta
rupiah, barang siapa dengan tidak berhak :
a. Dengan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan
berjudi sebagai mata pencahariannya, atau dengan
sengaja turut campur dalam perusahaan main judi;
b. Dengan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan
berjudi kepada umum atau dengan sengaja turut campur
dalam perusahaan perjudian itu, biarpun diadakan atau
tidak diadakan suatu syarat atau cara dalam memakai
kesempatan itu ;
c. Turut main sebagai mata pencaharian.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam
pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan
pekerjaan itu;
(3) Main judi berarti tiap – tiap permainan, yang

kemungkinannya akan menang pada umumnya tergantung
pada untung – untungan saja, juga kalau kemungkinan itu
bertambah besar karena pemain lebih pandai dan atau lebih
cakap. Main judi mengandung juga segala pertaruhan
tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang
tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main
itu, dengan juga segala pertaruhan lain.

Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian:
(1) Diancam dengan pidana paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah;
1. barangsiapa menggunakan kesempatan main judi, yang
diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303;
2. barangsiapa ikut serta main judi dijalan umum atau
dipinggir jalan umum atau ditempat yang dapat
dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa
yang berwenang yang telah member izin untuk
mengadakan perjudian itu.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun

sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu
dari pelanggaran ini dapat dikenakan pidana penjara paling
lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima
belas juta rupiah.
Walaupun perjudian dilarang dan diancam dengan hukuman pidana, masih
saja dalam Upacara Adat Wara ini diadakannya ritual adat yang mengandung
unsur perjudian. Hal ini dikarenakan masyarakat adat menganggap bahwa
permainan dadu dalam Kaleker Diau bukanlah suatu permainan judi melainkan
salah satu syarat ritual adat yang harus dilaksanakan agar Upacara Adat Wara
sempurna sesuai dengan tradisi yang sudah ada sejak jaman dahulu kala atau sejak
munculnya kepercayaan Agama Hindu/Kaharingan.
Mengacu kepada Pasal 303 KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian maka
Ritual Kaleker Diau telah memenuhi rumusan delik didalam Pasal 303 KUHP Jo.
Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan
Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian sehingga ritual ini dikatakan telah memenuhi unsur melawan
hukum secara formil. Terkait dengan melawan hukum secara formil, Andi


Hamzah mengatakan bahwa melawan hukum secara formil diartikan bertentangan
dengan Undang – Undang yang mana suatu perbuatan telah mencocoki rumusan
delik maka dikatakan telah melawan hukum secara formil.7
Dengan tepenuhinya unsur rumusan delik didalam Pasal 303 KUHP Jo.
Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan
Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian, maka pada dasarnya ketentuan pidana dapat diterapkan
didalam Ritual Kaleker Diau ini. Hal tersebut sesuai dengan diberlakukannya asas
Teritorial dalam Pasal 2 KUHP yang menyakan bahwa ketentuan pidana dalam
perundang – undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan
sesuatu tindak pidana di Indonesia.
Namun pada kenyataanya dalam penegakan hukumnya terdapat kendala
yang menjadi dilema didalam penegakan hukum positif terhadap rangkaian
upacara adat ini. Perbedaan persepsi terhadap suatu pandangan antara budaya
lokal yang telah menjadi suatu adat sakral dan disertai dengan pemahaman Suku
Dayak penganut Agama Hindu/Kaharingan yang sangat berpegang teguh kepada
kepercayaan agama dan adat yang dianut, maka apabila ritual Adat Kaleker Diau
tidak dilaksanakan atau dihapuskan maka pihak keluarga yang melaksanakan
upacara Adat Wara menganggap bahwa tidak terpenuhinya syarat ritual adat dari
upacara adat tersebut. Akibat dari tidak terpenuhinya syarat tersebut akan ada
musibah yang ditanggung oleh pihak keluarga yang mengadakan upacara adat,

Andi Hamzah, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia & Perkembangannya, PT.
Sofmedia, Jakarta, 2012, hlm.177.
7

karena ketika ritual adat ini tidak dilaksanakan maka dianggap sebagai utang
terhadap arwah yang diupacarai.
Dengan adanya kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat adat Suku
Dayak terkait dengan pelaksanaan adat Agama Hindu/Kaharingan, maka tidak ada
pihak yang berani untuk bertanggungjawab atas musibah yang diperoleh apabila
Ritual Adat Kaleker Diau ini ditiadakan atau dihapuskan. Hal tersebut yang
kemudian menjadi batu sandungan oleh pihak Kepolisian maupun Pemerintah
Daerah Barito Selatan dalam penegakan hukum postif yang berlaku di Negara
Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan dan fenomena di atas maka penulis merasa
tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang “EFEKTIVITAS PASAL 303
DAN PASAL 303 bis KUHP TERHADAP PERMAINAN DADU GURAK
DALAM UPACARA ADAT WARA DI BARITO SELATAN”.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka Penulis menguraikan

rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah perjudian Dadu Gurak dalam Upacara Adat Wara Di Barito
Selatan merupakan Tindak Pidana ?
2. Bagaimana sikap Kepolisian terhadap Permainan Dadu Gurak didalam
Upacara Adat Wara Di Barito Selatan?

C.

Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pada dasarnya memiliki suatu tujuan

tertentu yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai
(the goal of the research) oleh Penulis untuk mengetahui sesungguhnya tentang:
1. Untuk mengetahui Perjudian Dadu Gurak dalam Upacara Adat Wara Di
Barito Selatan merupakan Tindak Pidana atau bukan.
2. Untuk mengetahui sikap Kepolisian terhadap permainan Dadu Gurak
dalam Upacara Adat Wara Di Barito Selatan dikaitkan dengan Pasal
303 KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian dan Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2 Undang –
Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

D.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Hasil

penulisan

penelitian

ini

diharapkan

dapat

menambah

pengembangan wawasan dan memberi konstribusi pemikiran bagi
pengembangan ilmu Hukum khususnya Hukum Pidana.
2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yuridis yang berkaitan dengan penegakan hukum positif yang
berlaku di Negara Indonesia dalam pemberantasan tindak pidana
perjudian dalam Upacara Adat.
3. Hasil penulisan penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap
penelitian – penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

E.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:
1. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian
Sosio Legal Study yang mana metode ini menitikberatkan kepada

perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.
Metode penelitian ini mengenai implemenasi ketentuan hukum normatif
(undang – undang)8 yang dalam penelitian ini berupa KUHP, dalam
penerapannya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
suatu masyarakat dan berproses dimasyarakat (living law) yang
kemudian diharmonisasikan dengan efektivitas hukum yang berlaku di
Indonesia;
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan Penulisdalam penelitian ini ialah
menggunakan analisi data kualitatif dimana data yang telah peroleh
kemudian dikaitkan dengan teori sebagai bahan penjelas.9
3. Jenis Data
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
dilapangan melalui responden dengan cara observasi dan wawancara
kepada responden secara lansung10 terkait dengan permasalahan

8

Idtesis, Metode Penelitian Hukum Empiris dan Normatif, diakses dari
https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/. (diakses tanggal 3 November
2016)
9
Beni Ahmad Saebaini, Metode Penelitian Hukum, Pustaka
Setia,Bandung,2008,hlm.101.
10

Ibid., hlm.103.

yang diteliti, agar dapat memperoleh data akurat dan konkret.
Observasi dilakukan secara langsung dimana penulis langsung terjut
ke lokasi dilaksanakannya Upacara Adat Wara dan wawancara
dilakukan secara langsung maupun melalui telepon seluler oleh
penulis kepada responden;
b. Data Skunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
terhadap berbagai macam literatur yang berkaitan dengan masalahan
yang diteliti11 Penulis, seperti Undang – Undang, buku – buku, hasil
penelitian, artikel dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
masalah dan tujuan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data terkait dengan
penelitian ini ialah dengan cara berinteraksi dengan responden,
dalam penelitian ini yang menjadi responden ialah masyarakat
penganut agama Hindu/Kaharingan di Barito Selatan, Penetua Adat
Dayak Barito Selatan, Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan
Barito Selatan, pihak Kepolisian Barito Selatan dan Pemerintah
Daerah Barito Selatan seperti Anggota DPRD Barito Selatan, Kepala
Bagian Hukum dan HAM Kantor Pemerintahan Daerah (PEMDA)
Barito Selatan guna mencari data dan menggali informasi untuk
menghasilkan jawaban terkait dengan malasalah yang diteliti.
b. Studi Pustaka

11

Ibid., hlm.104.

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data terkait dengan
penelitian ini ialah dengan cara membaca serta mengkaji berbagai
macam literatur12 yang relevan yang berhubungan langsung dengan
masalah yang diteliti, dalam penelitian ini Penulis menggunakan
Undang - Undang dan buku – buku yang dijadikan sebagai landasan
teroritis dalam pemecahan masalah yang diteliti.
5. Langkah – Langkah Penelitian :
a. Pemilihan Kasus
Dalam penulisan ini, penulis memilih untuk meneliti suatu ritual
Adat Rukun Kematian Hindu/Kaharingan yang berupa Upacara Adat
Wara yang salah satu rangkaian upacaranya adalah Ritual Adat
Kaleker Diau. Didalam Ritual Adat Kaleker Diau tersebut, adanya
permainan Dadu Gurak yang mengandung unsur perjudian.
b. Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini
ialah observasi dan wawancara. Penulis melakukan observasi pada
saat upacara adat terjadi dan wawancara kepada masyarakat
penganut agama Hindu/Kaharingan di Barito Selatan yang
melaksanakan upacara adat tesebut. Kemudian untuk lebih
mengetahui secara mendail terkait dengan asal-muasal upacara dat
dan apasaja ritual adat yang disajikan, penulis mengumpulkan data
melalui wawancara kepada Penetua Adat Dayak Barito Selatan dan
Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Barito Selatan. Terkait
dengan perizinan dalam pelaksanaan upacara adat, penulis

12

Beni Ahmad Saebaini, op.cit., hlm. 105.

memperoleh data melalui pihak Kepolisian Resot Barito Selatan.
Terkait dengan aturan hukum yang mengatur tentang ketentuan
pelaksanaan upacara adat ini, penulis memperoleh data dari
Pemerintah Daerah Barito Selatan seperti Anggota DPRD Barito
Selatan dan Kepala Bagian Hukum dan HAM Kantor Pemerintah
Daerah (PEMDA) Barito Selatan.
c. Analisis Data
Setelah melalui proses pengumpulan data, penulis menganalisis data
yang telah diperoleh dengan mengacu kepada teori – teori yang
digunakan didalam penelitian ini, seperti tujuan hukum positif
terkhususnya tentang kepastian hukum, sifat melawan hukum formil
dan sifat melawan hukum materiil dalam Hukum Pidana, Mazab
Sejarah Hukum oeh Von Savigny, teori penegak hukum dan unsur
delik – delik dalam Pasal 303 KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang
Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan Pasal 303 bis
KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian.
d. Penulisan Hasil Penelitian
Setelah data dianalisis dengan mengaitkan kepada teori – teori yang
digunakan, penulis membuat hasil penelitian untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini. Kemudian penulis membuat
kesimpulan atas penelitian ini dan memberikan saran dalam
memecahkan masalah apabila terjadi kasus yang serupa.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24