Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Di Sumatera Utara

(1)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, mengatasi segala hambatan dan tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap perubahan yang terjadi serta berperan aktif dalam pembangunan nasional dan pembangunan wilayah. Untuk mewujudkan pertanian tangguh tersebut diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut.

Keberhasilan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan yang sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya, yaitu SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan secara berkelanjutan.

Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan memiliki peran yang berfungsi untuk; memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha; mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke


(2)

mengembangkan usahanya; meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha; membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; membantu menganalisis dan Memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha; menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan melembagakan nilai -nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan perlu adanya sinergitas dan penyamaan persepsi terhadap kegiatan-kegiatan penyuluhan di daerah dengan program penyuluhan di pusat, sesuai dengan peran pemerintah sebagai regulator, koordinator dan supervisor, maka Kementerian Pertanian, Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Kehutanan, melalui Satuan Kerja Badan Koordinasi, Dinas yang menangani penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan memfasilitasi dana dekonsentrasi kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan Tahun 2012.

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2011), Implementasi UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) di Sumatera Utara sampai saat ini belum


(3)

optimal namun telah menunjukkan perkembangannya, hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek, sebagai berikut :

1. Kelembagaan :

a. Pada tingkat provinsi telah terbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh).

b. Pada tingkat kabupaten/kota telah terbentuk 6 (enam) Badan Pelaksanan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bapelluh); 1 (satu) Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1 (satu) Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian; 3 (tiga) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan ; 4 (empat) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan; 1 (satu) Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan Pangan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1 (satu) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian; 12 Non Kelembagaan (berada pada Dinas Pertanian dan atau Kelautan)

2. Ketenagaan

Data tenaga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tercatat 3186 orang terdiri dari :

a. Penyuluh Pertanian PNS sebanyak 1210 orang. b. Penyuluh Perikanan PNS sebanyak 53 orang. c. Penyuluh Kehutanan sebanyak 88 orang.


(4)

d. Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP) sebanyak 1818 orang; dan

e. Penyuluhan Perikanan PPTK sebanyak 17 orang. 3. Penyelenggaraan

a. Program penyuluhan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan telah disusun di setiap tingkatan wilayah mulai dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat desa masih tergantung pada kesiapan daerah setempat.

b. Telah terdistribusi dan terbangunnya sarana dan prasarana penyuluhan pertanian untuk mendukung penyelenggaraan penyuluhan sejak tahun 2006.

Tabel 1. Kelembagaaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera utara

NO KELEMBAGAAN KAB./KOTA

1 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (Sesuai UU No.16 Tahun 2006)

1. Karo

2. Pakpak Barat 3. Tapanuli Utara 4. Padang Lawas 5. Nias Selatan 6. Toba samosir

2 Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan

1. Tapanuli Tengah

3 Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian 1. Labuhan Batu

4 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan

1. Simalungun 2. Serdang Bedagei 3. Tapanuli Selatan

5 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

1. Binjai 2. Asahan 3. Madina 4. Batubara

6 Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan Pangan


(5)

7 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

1. Labuhan Batu Utara 2. Labuhan Batu Selatan

8 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan

1. Samosir

9 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

Pertanian

1. Kota Padang Sidempuan 2. Nias

10 Non Kelembagaan (Berada pada Dinas Pertanian dan atau Kelautan)

1. Medan 2. Deli Serdang 3. Dairi

4. Langkat 5. Paluta 6. Humbahas 7. Tebing Tinggi 8. P. Siantar 9. Sibolga

10. Tanjung Balai 11. Nias Utara 12. Gunung Sitoli

Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Prov. Sumut (2011).

Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta hasil- hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2011 di Provinsi Sumatera Utara, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan guna mewujudkan sumberdaya manusia yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global, adalah sebagai berikut:

a. Lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

b. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani.

c. Belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.

d. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.


(6)

e. Belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

Sepanjang sejarah penyuluhan di sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, kelembagaan penyuluhan terus berubah-ubah. Tenaga penyuluh sering merasa kehilangan induk akibat berganti-ganti unit kerja yang menangani penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan jauh dari tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan sehingga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan pada awalnya berada di bawah Badan Pengendali Bimas kemudian berpindah ke Pemda, setelah itu berpindah di bawah BIPP dan kembali berpindah ke Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan bila Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki lembaga tersebut. Tetapi bila Pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki lembaga tersebut, administrasi penyuluh tetap berada di Dinas terkait.

Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah identifikasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap efektifitas badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.


(7)

2. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesbelum pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

3. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara

4. Bagaimana efektifitas dari keberadaan kelembagaan penyuluhan terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan didaerah penelitian di Sumatera Utara.

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menganalisis persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

2. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

3. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

4. Menganalisis efektifitas dari kelembagaan penyuluhan terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di


(8)

(9)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan bagi Bupati/Walikota sehingga berkeinginan untuk membentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

2. Untuk memberikan motivasi kepada penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan, lebih meningkatkan kinerjanya karena tingkat kesejahteraan Penyuluh Lapangan turut meningkat.


(1)

d. Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP) sebanyak 1818 orang; dan

e. Penyuluhan Perikanan PPTK sebanyak 17 orang. 3. Penyelenggaraan

a. Program penyuluhan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan telah disusun di setiap tingkatan wilayah mulai dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat desa masih tergantung pada kesiapan daerah setempat.

b. Telah terdistribusi dan terbangunnya sarana dan prasarana penyuluhan pertanian untuk mendukung penyelenggaraan penyuluhan sejak tahun 2006.

Tabel 1. Kelembagaaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera utara

NO KELEMBAGAAN KAB./KOTA

1 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

(Sesuai UU No.16 Tahun 2006)

1. Karo

2. Pakpak Barat 3. Tapanuli Utara 4. Padang Lawas 5. Nias Selatan 6. Toba samosir

2 Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

1. Tapanuli Tengah

3 Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian 1. Labuhan Batu

4 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan

1. Simalungun 2. Serdang Bedagei 3. Tapanuli Selatan

5 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

1. Binjai 2. Asahan 3. Madina 4. Batubara

6 Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan Pangan


(2)

7 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

1. Labuhan Batu Utara 2. Labuhan Batu Selatan

8 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

1. Samosir

9 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian

1. Kota Padang Sidempuan 2. Nias

10 Non Kelembagaan (Berada pada Dinas Pertanian dan atau Kelautan)

1. Medan 2. Deli Serdang 3. Dairi

4. Langkat 5. Paluta 6. Humbahas 7. Tebing Tinggi 8. P. Siantar 9. Sibolga

10. Tanjung Balai 11. Nias Utara 12. Gunung Sitoli Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Prov. Sumut (2011).

Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta hasil- hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2011 di Provinsi Sumatera Utara, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan guna mewujudkan sumberdaya manusia yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global, adalah sebagai berikut:

a. Lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

b. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani.

c. Belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.

d. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.


(3)

e. Belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

Sepanjang sejarah penyuluhan di sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, kelembagaan penyuluhan terus berubah-ubah. Tenaga penyuluh sering merasa kehilangan induk akibat berganti-ganti unit kerja yang menangani penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan jauh dari tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan sehingga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan pada awalnya berada di bawah Badan Pengendali Bimas kemudian berpindah ke Pemda, setelah itu berpindah di bawah BIPP dan kembali berpindah ke Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan bila Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki lembaga tersebut. Tetapi bila Pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki lembaga tersebut, administrasi penyuluh tetap berada di Dinas terkait.

Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah identifikasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap efektifitas badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.


(4)

2. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesbelum pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

3. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara

4. Bagaimana efektifitas dari keberadaan kelembagaan penyuluhan terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan didaerah penelitian di Sumatera Utara.

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menganalisis persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

2. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

3. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

4. Menganalisis efektifitas dari kelembagaan penyuluhan terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di


(5)

(6)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan bagi Bupati/Walikota sehingga berkeinginan untuk membentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

2. Untuk memberikan motivasi kepada penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan, lebih meningkatkan kinerjanya karena tingkat kesejahteraan Penyuluh Lapangan turut meningkat.