Pengaruh Akuntabilitas, Integritas Dan Skeptisisme Profesional Terhadap Kualitas Hasil Audit Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Korupsi merupakan kejahatan yang sulit untuk diberantas, karena praktik

korupsi telah mengakar, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain
berdampak merugikan negara, praktik korupsi dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan moral bagi masyarakat Indonesia, sehingga dibutuhkan
pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah unit organisasi
dilingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara,
Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen. APIP dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, selain memberikan rekomendasi juga
melaporkan hasil kerjanya dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan berdasarkan
standar audit aparat pengawasan intern pemerintah (SA-APIP). Rekomendasi dan
laporan hasil kerja aparat pengawasan intern pemerintah harus berkualitas, untuk
mengetahui kualitas hasil kerja dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan.

Sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah, Inspektorat Provinsi seperti
diatur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007
bertugas untuk menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan

1

oleh kepala daerah telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan
baik atau tidak pemeliharaan kekayaan daerah serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh unit dan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD)
sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal.
“Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi” (Mardiasmo, 2005:193). Dalam
pasal tersebut juga dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan
urusan pemerintah, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi
sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan
kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan oleh auditor Inspektorat pemerintah daerah
sesuai dengan bidang kewenangannya masing-masing. Peran auditor Inspektorat
dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat

strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis,
efesiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih
terdapat permasalahan dan kelemahan di mana adanya rasa kekeluargaan,
kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol. “Masalah lain
yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan
sikap atau perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan
pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara
wajar, efektif dan efisien” (Sukriah, 2009).

2

Audit yang dilakukan oleh auditor pemerintah pada umumnya terdiri atas
audit kinerja dan audit investigatif. Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan
tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi,
efisiensi dan audit aspek efektifitas. Sedangkan audit investigatif adalah proses
mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan
mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna
dilakukan tindakan hukum selanjutnya.
Guna menunjang profesionalismenya maka seorang auditor inspektorat
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada ketentuan dan norma

yang berlaku. Ketentuan dan norma yang berlaku bagi auditor inspektorat terdiri
dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk
menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit
dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan
adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh
mana auditor inspektorat telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah
ditetapkan.
“Kualitas hasil audit adalah probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem
akuntansi kliennya” (De Angelo, 1981). Kualitas hasil audit adalah sikap auditor
dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil auditnya yang dapat
diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas hasil kerja auditor dinilai
dari seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditetapkan. “Kualitas hasil audit dapat dipengaruhi oleh rasa

3

kebertanggungjawaban

(Akuntabilitas)


yang

dimiliki

auditor

dalam

menyelesaikan pekerjaan audit” (Mardisar dan Sari, 2007).
“Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan
kepada lingkungannya” (Tetclock, 1984). Akuntabilitas merupakan suatu keadaan
yang dirasakan oleh auditor bahwa pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan
prosedur dan standar akuntan publik sehingga dapat dipertanggungjawabkan
mengenai kesimpulan yang dibuat untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik
langsung maupun tidak langsung.
Kompleksitas pekerjaan audit dalam menentukan kualitas hasil audit
menuntut tanggung jawab yang besar, maka merupakan hal yang penting bagi
para


auditor

untuk

tanggungjawabnya

memiliki

sebagai

rasa

profesional

akuntabilitas.
setiap

Dalam


auditor

melaksanakan

harus

senantiasa

menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tingkat akuntabilitas individu dalam melakukan sebuah pekerjaan
menentukan bagaimana sebuah informasi diproses. Hasil dari informasi yang
diproses tersebut, akan mempengaruhi respon, keputusan ataupun tindakan yang
akan diambil. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting
yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.
“Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur Akuntabilitas
individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan
pekerjaan tesebut. Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk

4


menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan” (Cloyd, 1997)
“Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan
transparan, berani, bijaksana dan bertanggungjawab dalam melaksanakan audit.
Keempat unsur ini diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan
dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.” (Ayuningtias, 2012). Seorang
auditor yang mempunyai Integritas yang tinggi akan bersikap bersih dalam
melakukan proses audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Integritas
yang dimiliki oleh auditor sektor publik pada saat melaksanakan penugasan
profesional auditnya akan mendorong meningkatnya kualitas hasil audit.
“Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit” (IAI,
2001:230.2). Dalam memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan
keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap atau pikiran skeptisisme
profesional. Standar auditing tersebut mensyaratkan agar auditor memiliki sikap
skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan mengumpulkan bukti audit
terutama yang terkait dengan penugasan mendeteksi kecurangan.
“Auditor harus bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan
tugasnya untuk bersikap tekun dan penuh hati-hati” (Arens, 2008:47). Sebagai

ilustrasi, perhatian mendalam termasuk pertimbangan akan kelengkapan kertas
kerja, kecukupan bukti audit, serta ketepatan laporan audit. Kemahiran profesional
menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisisme profesional. Pemeriksa
menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh

5

profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif
mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan
dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisisme profesional harus digunakan
selama pemeriksaan. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap opini yang akan
diberikan oleh auditor.
Salah satu penyebab gagal audit (audit failure) adalah rendahnya
skeptisisme profesional. Skeptisisme profesional yang rendah menumpulkan
kepekaan auditor tehadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa
potensi, atau terhadap tanda-tanda bahaya yang mengindikasikan adanya
kesalahan dan kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa skeptisisme profesional
harus dimiliki dan diterapkan oleh auditor sebagai profesi yang bertanggungjawab
atas opini yang diberikan pada laporan keuangan.
Penelitian ini mengadopsi variabel penelitian yang dilakukan oleh

Mardisar dan Sari (2007) yang meneliti pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan
terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian menunjukan bahwa untuk
kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi
akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas
hasil kerja auditor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
peneliti tidak menggunakan variabel pengetahuan dan menambahkan variabel
integritas dan variabel skeptisisme profesional. Serta dalam penelitian ini
menggunakan subyek yang berbeda yaitu auditor yang bekerja di Kantor
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

6

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul:
“Pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional Terhadap
Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara”

1.2

Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme
Profesional berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas
hasil audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara ?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh bukti
empiris tentang pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional
baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas hasil audit pada Inspektorat
Provinsi Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk:

7

1.

Bagi peneliti, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang auditing khususnya pemahaman mengenai Akuntabilitas,
Integritas, Skeptisisme Profesional dan kualitas hasil kerja auditor.

2.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan
sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang ingin mengkaji
masalah yang sama di masa yang akan datang.

3.

Bagi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada para Auditor, sebagai tambahan informasi dan
bahan kajian dalam memahami fungsi, peran, tanggung jawab dan tugas
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sehingga hasil auditnya dapat dijadikan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

8