Pengaruh Akuntabilitas, Integritas Dan Skeptisisme Profesional Terhadap Kualitas Hasil Audit Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
SKRIPSI
PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT
PADA INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH :
DEWITA PRATIWI 110503126
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PADA INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang membuat pernyataan,
NIM : 110503126 Dewita Pratiwi
(3)
ABSTRAK
PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PADA
INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Professional baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disampaikan kepada 80 orang auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sebanyak 66 kuesioner (82,5%) diisi lengkap dan dapat diolah. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, hesteroskedastisitas, multikolonieritas, dan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 90,5 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa variabel Akuntabilitas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Kata kunci: Akuntabilitas, Integritas, Skeptisisme Profesional, Kualitas Hasil Audit.
(4)
ABSTRACT
THE EFFECT OF ACCOUNTABILITY, INTEGRITY AND PROFESSIONAL SCEPTICISM TOWARD AUDIT QUALITY IN INSPECTORAT OF NORTH
SUMATERA
The purpose of this research is to determine the effect of Accountability, Integrity and Professional Scepticism toward Audit Quality in Inspectorat of North Sumatera.
Data was collected by using questionnaire to the auditor of Inspectorat of North Sumatera. The result is 66 out of 80 respondents or 87,5 % respon rate. The analysis model used is multiple linear regression were performed with the aid of a computer program SPSS version 17.0 using the data quality test that consisting the validity test and reliability test and classical asumption test which consisting of normality test, hesteroskedastisitas test, and multikolinear test and t test and F test.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 90.5 percent. Partial testing results show that Accountability and Professional Scepticism significant influence toward Audit quality in inspectorat of North Sumatera.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta bapak Drs. H. Arifin Lubis, M.M., Ak, CA selaku Dosen Pembanding saya dan dosen penguji saya Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA, atas segala saran dan masukan yang telah diberikan selama ini.
(6)
5. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu tercinta Mochamad Chusaeri S.Sit dan Ir. Farida Wardani dan saudara saya Utami Rahayu, La ode Muhammad Iqbal, dan Aifah Riani Terimakasih atas segala perhatian, doa, dukungan dan pengorbanan selama ini yang telah diberikan.
6. Kepada teman-teman saya terkhusus Diah, Laily, Uly, Debby, Wywyk dan Tari yang banyak terlibat membantu penyelesaian skripsi penulis. Serta semua teman-teman FEB USU yang selalu memberikan dorongan nya agar saya tetap semangat dan berjuang untuk menyelesaikan study di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Penulis,
NIM : 110503126 Dewita Pratiwi
(7)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN
...
i
ABSTRAK ……… ii
ABSTRACT ……… iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1 Landasan Teori... 9
2.1.1 Pengertian Audit... 9
2.1.2 Jenis-Jenis Audit... 10
2.1.2.1 Audit Keuangan... 10
(8)
2.1.2.3 Audit dengan Tujuan Tertentu... 11
2.1.3 Jenis-Jenis Auditor... 11
2.1.3.1 Auditor Independen atau akuntan publik... 11
2.1.3.2 Auditor Pemerintah... 11
2.1.3.2.1 Auditor Eksternal Pemerintah... 12
2.1.3.2.2 Auditor Internal Pemerintah... 12
2.1.4 Tugas dan Fungsi Auditor Inspektorat... 14
2.1.5 Kualitas Hasil Audit... 15
2.1.6 Akuntabilitas... 17
2.1.7 Integritas... 20
2.1.8 Skeptisisme Profesional... 21
2.2 Review Penelitian Terdahulu... 25
2.3 Kerangka Konseptual... 28
2.4 Hipotesis Penelitian... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 30
3.1 Jenis Penelitian... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 30
3.3 Batasan Operasional... 30
3.4 Definisi Operasional... 31
3.4.1 Kualitas hasil audit... 31
3.4.2 Akuntabilitas... 32
3.4.3 Integritas... 32
3.4.4 Skeptisisme Profesional... 33
(9)
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian... 35
3.7 Jenis Data... 35
3.8 Metode Pengumpulan Data... 36
3.9 Metode Analisis... 36
3.9.1 Uji Kualitas Data... 36
3.9.1.1 Uji Validitas... 37
3.9.1.2 Uji Reliabilitas... 38
3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 38
3.9.2.1 Uji Normalitas... 38
3.9.2.2 Uji Multikolinearitas... 39
3.9.2.3 Uji Heteroskadastisitas... 40
3.9.3 Uji Hipotesis... 40
3.9.3.1 Model Regresi Linear Berganda... 40
3.9.3.2 Uji F... 41
3.9.3.3 Uji T... 42
3.9.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Gambaran Singkat Objek Penelitian ... 44
4.2 Deskripsi Data ... 44
4.2.1 Karakteristik Responden ... 45
4.3 Analisis Data ... 48
4.3.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 48
4.3.1.1 Uji Validitas ... 48
(10)
4.4 Deskripsi Statistik ... 49
4.5 Pengujian Asumsi Klasik ... 50
4.5.1 Uji Normalitas ... 50
4.5.2 Uji Multikolinearitas ... 53
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54
4.6 Pengujian Hipotesis ... 56
4.6.1 Uji Statistik F ... 56
4.6.2 Uji Statistik t ... 57
4.6.3 Uji Koefisien Determinasi ... 58
4.6.4 Uji Analisis Regresi berganda ... 59
4.6.4.1 Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil audit ... 60
4.6.4.2 Pengaruh integritas terhadap kualitas hasil audit ... 60
4.6.4.3 Pengaruh skeptisisme profesional terhadap kualitas hasil audit ... 61
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
4.7.1 Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit .... 61
4.7.2 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Hasil Audit ... 62
4.7.3Pengaruh Skeptisisme Profesional terhadap Kualitas Hasil Audit... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Keterbatasan ... 65
(11)
DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN ... 69
(12)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 27
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 33
4.1 Hasil Distribusi Kuesioner ... 45
4.2 Demografi Responden ... 45
4.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 49
4.4 Deskripsi Statistik ... 49
4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 51
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54
4.7 Hasil Uji F ... 56
4.8 Hasil Uji t ... 57
4.9 Hasil Uji Determinasi ... 58
4.10 Hasil Uji Regresi berganda ... 59
(13)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 28
4.1 Uji Normalitas (1) : PP Plots ... 52
4.2 Uji Normalitas (2) : Histogram ... 53
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 69
Lampiran 2 Data Hasil Kuesioner ... 72
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 79
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 81
Lampiran 5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 81
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 82
Lampiran 7 Hasil Uji Multikolonieritas ... 83
Lampiran 8 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 83
Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis ... 84
Lampiran 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 84
Lampiran 11 Tabel R Statistik ... 85
Lampiran 12 Tabel t Statistik ... 86
(15)
ABSTRAK
PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PADA
INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Professional baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disampaikan kepada 80 orang auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sebanyak 66 kuesioner (82,5%) diisi lengkap dan dapat diolah. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, hesteroskedastisitas, multikolonieritas, dan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 90,5 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa variabel Akuntabilitas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Kata kunci: Akuntabilitas, Integritas, Skeptisisme Profesional, Kualitas Hasil Audit.
(16)
ABSTRACT
THE EFFECT OF ACCOUNTABILITY, INTEGRITY AND PROFESSIONAL SCEPTICISM TOWARD AUDIT QUALITY IN INSPECTORAT OF NORTH
SUMATERA
The purpose of this research is to determine the effect of Accountability, Integrity and Professional Scepticism toward Audit Quality in Inspectorat of North Sumatera.
Data was collected by using questionnaire to the auditor of Inspectorat of North Sumatera. The result is 66 out of 80 respondents or 87,5 % respon rate. The analysis model used is multiple linear regression were performed with the aid of a computer program SPSS version 17.0 using the data quality test that consisting the validity test and reliability test and classical asumption test which consisting of normality test, hesteroskedastisitas test, and multikolinear test and t test and F test.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 90.5 percent. Partial testing results show that Accountability and Professional Scepticism significant influence toward Audit quality in inspectorat of North Sumatera.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi merupakan kejahatan yang sulit untuk diberantas, karena praktik korupsi telah mengakar, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain berdampak merugikan negara, praktik korupsi dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan moral bagi masyarakat Indonesia, sehingga dibutuhkan pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah unit organisasi dilingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen. APIP dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, selain memberikan rekomendasi juga melaporkan hasil kerjanya dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan berdasarkan standar audit aparat pengawasan intern pemerintah (SA-APIP). Rekomendasi dan laporan hasil kerja aparat pengawasan intern pemerintah harus berkualitas, untuk mengetahui kualitas hasil kerja dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan.
Sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah, Inspektorat Provinsi seperti diatur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 bertugas untuk menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan
(18)
oleh kepala daerah telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau tidak pemeliharaan kekayaan daerah serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh unit dan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal.
“Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi” (Mardiasmo, 2005:193). Dalam pasal tersebut juga dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintah, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan oleh auditor Inspektorat pemerintah daerah sesuai dengan bidang kewenangannya masing-masing. Peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efesiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan di mana adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol. “Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap atau perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien” (Sukriah, 2009).
(19)
Audit yang dilakukan oleh auditor pemerintah pada umumnya terdiri atas audit kinerja dan audit investigatif. Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi, efisiensi dan audit aspek efektifitas. Sedangkan audit investigatif adalah proses mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya.
Guna menunjang profesionalismenya maka seorang auditor inspektorat dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada ketentuan dan norma yang berlaku. Ketentuan dan norma yang berlaku bagi auditor inspektorat terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh mana auditor inspektorat telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah ditetapkan.
“Kualitas hasil audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya” (De Angelo, 1981). Kualitas hasil audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil auditnya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas hasil kerja auditor dinilai dari seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. “Kualitas hasil audit dapat dipengaruhi oleh rasa
(20)
kebertanggungjawaban (Akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit” (Mardisar dan Sari, 2007).
“Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya” (Tetclock, 1984). Akuntabilitas merupakan suatu keadaan yang dirasakan oleh auditor bahwa pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur dan standar akuntan publik sehingga dapat dipertanggungjawabkan mengenai kesimpulan yang dibuat untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung.
Kompleksitas pekerjaan audit dalam menentukan kualitas hasil audit menuntut tanggung jawab yang besar, maka merupakan hal yang penting bagi para auditor untuk memiliki rasa akuntabilitas. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat akuntabilitas individu dalam melakukan sebuah pekerjaan menentukan bagaimana sebuah informasi diproses. Hasil dari informasi yang diproses tersebut, akan mempengaruhi respon, keputusan ataupun tindakan yang akan diambil. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.
“Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur Akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tesebut. Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk
(21)
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan” (Cloyd, 1997)
“Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggungjawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur ini diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.” (Ayuningtias, 2012). Seorang auditor yang mempunyai Integritas yang tinggi akan bersikap bersih dalam melakukan proses audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Integritas yang dimiliki oleh auditor sektor publik pada saat melaksanakan penugasan profesional auditnya akan mendorong meningkatnya kualitas hasil audit.
“Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit” (IAI, 2001:230.2). Dalam memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap atau pikiran skeptisisme profesional. Standar auditing tersebut mensyaratkan agar auditor memiliki sikap skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan mengumpulkan bukti audit terutama yang terkait dengan penugasan mendeteksi kecurangan.
“Auditor harus bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan tugasnya untuk bersikap tekun dan penuh hati-hati” (Arens, 2008:47). Sebagai ilustrasi, perhatian mendalam termasuk pertimbangan akan kelengkapan kertas kerja, kecukupan bukti audit, serta ketepatan laporan audit. Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisisme profesional. Pemeriksa menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh
(22)
profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap opini yang akan diberikan oleh auditor.
Salah satu penyebab gagal audit (audit failure) adalah rendahnya skeptisisme profesional. Skeptisisme profesional yang rendah menumpulkan kepekaan auditor tehadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa potensi, atau terhadap tanda-tanda bahaya yang mengindikasikan adanya kesalahan dan kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa skeptisisme profesional harus dimiliki dan diterapkan oleh auditor sebagai profesi yang bertanggungjawab atas opini yang diberikan pada laporan keuangan.
Penelitian ini mengadopsi variabel penelitian yang dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007) yang meneliti pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian menunjukan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti tidak menggunakan variabel pengetahuan dan menambahkan variabel integritas dan variabel skeptisisme profesional. Serta dalam penelitian ini menggunakan subyek yang berbeda yaitu auditor yang bekerja di Kantor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
(23)
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional Terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas hasil audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas hasil audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
(24)
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam bidang auditing khususnya pemahaman mengenai Akuntabilitas, Integritas, Skeptisisme Profesional dan kualitas hasil kerja auditor.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.
3. Bagi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para Auditor, sebagai tambahan informasi dan bahan kajian dalam memahami fungsi, peran, tanggung jawab dan tugas Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sehingga hasil auditnya dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Audit
Pengertian audit menurut (Arens, 2008:4) adalah : ”Auditing is
accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.”
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, audit adalah: “Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah”.
Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sedangkan auditor bekerja dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing. Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi
(26)
kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak perusahaan.
2.1.2 Jenis-jenis Audit
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 serta SPKN, terdapat tiga jenis audit, yaitu:
2.1.2.1 Audit Keuangan
Merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) serta untuk mengeksperimen suatu opini yang jujur
mengenai posisi keuangan, hasil operasi dan arus kas, apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.1.2.2 Audit Kinerja
Merupakan pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
(27)
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit.
2.1.2.3 Audit dengan Tujuan Tertentu
Merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures) yang diduga mengandung inefesiensi
atau indikasi penyalahgunaan wewenang dengan hasil audit berupa rekomendasi. Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal.
2.1.3 Jenis-Jenis Auditor
2.1.3.1 Auditor Independen atau akuntan publik
Auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
2.1.3.2 Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau penanggungjawaban
(28)
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dibagi menjadi dua yaitu: Auditor eksternal pemerintah dan Auditor internal Pemerintah.
2.1.3.2.1 Auditor Eksternal Pemerintah
Auditor eksternal pemerintah merupakan audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat independen.
2.1.3.2.2 Auditor Internal Pemerintah
Auditor internal pemerintah atau yang dikenal sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden. Inspektorat Jenderal (Itjen)/Inspektorat Utama (Ittama)/Inspektorat yang bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur, dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.
Menurut Permenpan No. PER/05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa: “Auditor intern adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional
(29)
auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP.”
Penelitian ini berfokus kepada auditor internal pemerintahan, yaitu auditor Inspektorat. Inspektorat merupakan lembaga pengawasan di lingkungan pemerintah daerah, baik ditingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota. Inspektorat memainkan peran sangat penting dan signifikan dalam kemajuan dan keberhasilan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat adalah kegiatan audit, yang meliputi:
1. Pemeriksaan secara berkala dan komprehensif terhadap kelembagaan pegawai daerah, keuangan daerah, barang daerah dan urusan pemerintah,
2. Pemeriksaan dana desentralisasi, 3. Pemeriksaan dana dekonstralisasi, 4. Pemeriksaan tugas pembantuan,
5. Pemeriksaan terhadap kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.
Selain pemeriksaan (audit), auditor Inspektorat dapat juga melakukan pemeriksaan tertentu dan audit terhadap laporan mengenai indikasi kemungkinan terjadinya tindakan penyimpangan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Auditor Inspektorat bertanggungjawab terhadap Gubernur, maka peran Auditor Inspektorat sangat penting serta hasil audit yang dihasilkan auditor inspektorat cukup disoroti oleh masyarakat.
(30)
Auditor Inspektorat melakukan proses audit terhadap pemerintah daerah, kemudian dari hasil tersebut diberikan pada Gubernur. Pihak BPK melakukan pemeriksaan atas laporan hasil audit yang telah dibuat oleh auditor inspektorat, agar BPK dapat mengeluarkan opini terhadap laporan hasil audit yang telah dibuat tersebut. Maka, hasil audit auditor inspektorat menjadi ‘second opinion’ bagi BPK dalam melakukan proses audit.
2.1.4 Tugas dan Fungsi Auditor Inspektorat
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara adalah merupakan Unsur Pengawas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur serta secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah Kabupaten/Kota serta tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas yang sebagaimana dimaksud, Inspektorat menyelenggarakan fungsi :
1. Perencanaan program pengawasan dibidang Perumusan Kebijakan teknis dibidang Inspektorat Pengawasan;
2. Perumusan kebijakan dan fasilitasi Pengawasan; 3. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang pengawasan;
(31)
4. Pelaksanaan Pelayanan Administrasi;
5. Pemeriksaan pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan; 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur, sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2.1.5 Kualitas Hasil Audit
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas hasil audit sebagai “probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien.” Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi auditor. Tetapi lebih lanjut dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan.
(32)
Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.
Menurut Irahandayani (2003) kualitas audit dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : “berkualitas (dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak berkualitas (tidak dapat dipertanggung jawabkan)”. Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dikatakan berkualitas jika hasil pemeriksaan tersebut dapat meningkatkan bobot pertanggungjawaban atau akuntabilitas, serta dapat memberikan informasi pembuktian ada tidaknya penyimpangan, kesalahan serta tindak pidana korupsi. Hal ini akan memberikan kontribusi bagi mutu akuntabilitas instansi pemerintah daerah yang bersih dan bebas korupsi.
Kualitas hasil audit bisa juga dilihat dari kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Menurut Edwards et. al (1984) “ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan yaitu
outcome oriented dan process oriented.” Pendekatan outcome oriented
digunakan jika solusi dari sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sudah dapat dipastikan. Untuk menilai kualitas keputusan yang diambil dilakukan dengan cara membandingkan solusi atau hasil yang dicapai dengan standar hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pendekatan process oriented digunakan jika solusi sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sangat sulit dipastikan. Maka untuk menilai kualitas keputusan yang diambil auditor dilihat dari kualitas
(33)
tahapan / proses yang telah ditempuh auditor selama menyelesaikan pekerjaan dari awal hingga menghasilkan sebuah keputusan.
Terdapat empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada cenderung klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga (Alim dkk, 2007).
2.1.6 Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Tetlock (1984) mendefinisikan akuntabilitas sebagai “bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya.” Dari definisi akuntabilitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan melalui media pertanggungjawaban secara periodik. Sedangkan menurut
(34)
Mardiasmo (2005:20), “akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban.”
Menurut standar akuntabilitas instansi pemerintah yang diterbitkan oleh BPKP, akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang / badan hukum / pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Akuntabilitas menjelaskan peran dan tanggungjawab pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi pekerjaan dan pelaporan. Kualitas dari hasil pekerjaan pemeriksa dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki pemeriksa dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Peran dan tanggung jawab auditor adalah sebagai berikut: (a)Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud), kekeliruan, dan ketidakberesan. (b) Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan menghindari konflik. (c) Tanggung jawab mengkomunikasikan informasi yang berguna
(35)
tentang sifat dan hasil proses audit. (d) Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. (Slamet Sugiri dan Nasuhi Hidayat 2003:305-306)
Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut. Ada banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan dan pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas audit, Penelitian mengenai akuntabilitas pernah dilakukan oleh Messier dan Quilliam (1992), meneliti tentang akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan, yang mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam pengambilan keputusan, dalam hal ini keputusan audit yang berpengaruh terhadap kualitas audit.
Selain itu, Cloyd (1997) melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan.
(36)
2.1.7 Integritas
Integritas diatur dalam Kode Etik dan Standar Audit (2008) yang menyatakan integritas adalah “suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip”. Dalam menghadapi aturan, standar, panduan khusus atau menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan apakah angggota telah menjaga integritas dirinya. Dimana integritas mengharuskan anggotanya untuk menaati standar teknis dan etika. Selain itu juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian profesional.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan dimana auditor harus menaati bentuk standar teknis dan etika,bersikap jujur dan transparan, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit serta tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang berkualitas.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambil. “Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap
(37)
jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.” (Ayuningtias, 2012).
2.1.8 Skeptisisme Profesional
International Federation Of Accountants (IFAC) mendefinisikan
professional skepticism dalam konteks evidence assessment atau penilaian
atas bukti. Menurut IFAC : “skepticism means the auditor makes a critical
assessment, with a questioning mind, of the validity of audit evidence obtained and is allert to audit evidence that contradicts or brings into the reliability of documents and responses to inquiries and other information obtained from management and those charged with governance” (ISA 200.16).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Skeptisisme yang berasal dari kata skeptis, berarti sikap meragukan, mencurigai, dan tidak memercayai kebenaran suatu hal, teori, ataupun pernyataan. Sedangkan profesional, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, yang membutuhkan keahlian khusus untuk menerapkannya. Skeptisisme profesional sendiri belum memiliki definisi yang pasti, namun dari definisi kata skeptisisme dan profesional tersebut, dapat disimpulkan bahwa skeptisisme profesional auditor adalah sikap auditor yang selalu meragukan dan mempertanyakan segala sesuatu, dan
(38)
menilai secara kritis bukti audit serta mengambil keputusan audit berlandaskan keahlian auditing yang dimilikinya. “Skeptisisme bukan berarti tidak percaya, tapi mencari pembuktian sebelum dapat memercayai suatu pernyataan.” (Center for Audit Quality, 2010).
“Untuk menerapkan skeptisisme profesional yang efektif, perlu dibentuk persepsi bahwa bahkan sistem pengendalian internal yang paling baik memiliki celah dan memungkinkan terjadinya fraud” (Center for Audit
Quality, 2010). Hanya saja, dalam menerapkan skeptisisme profesional,
auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen klien melakukan praktik yang bersih, namun tidak juga berprasangka bahwa manajemen klien melakukan fraud. Dalam hal ini, auditor yang memiliki skeptisisme profesional akan menerapkan sikap skeptisnya hanya sebatas melaksanakan tugas profesinya saja, tanpa sepenuhnya menjadi skeptis. Oleh karena itu, dengan adanya skeptisisme profesional dalam diri auditor akan mengakibatkan, sebagai contoh, auditor memberikan pertanyaan lebih dari yang biasa yang bersifat investigatif, menganalisa jawaban-jawaban dengan kritis dan secara hati-hati membandingkan hasil analisisnya dengan bukti-bukti yang diperoleh.
“Skeptisme profesional seorang auditor dibutuhkan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang seberapa banyak serta tipe bukti audit seperti apa yang harus dikumpulkan” (Arens 2008:48). Sementara, frase-frase dalam proses auditing dalam Arens (2008:15) yaitu “yang pertama, terdapat informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Kedua,
(39)
pengumpulan serta pengevaluasian bukti. Ketiga, ditangani oleh auditor yang kompeten dan independen. Terkahir, baru lah mempersiapkan laporan audit”. Dapat dijelaskan dari sini bahwa auditor yang skeptis akan terus mancari dan menggali bahan bukti yang ada sehingga cukup bagi auditor tersebut untuk melaksanakan pekerjaannya untuk mengaudit, tidak mudah percaya dan cepat puas dengan apa yang yang telah terlihat dan tersajikan secara kasat mata, sehingga dapat menemukan kesalahan-kesalahan atau kecurangan-kecurangan yang bersifat material, dan pada akhirnya dapat memberikan hasil opini audit yang tepat sesuai gambaran keadaan suatu perusahaan yang sebenarnya.
Setelah meneliti berbagai standar dan riset di berbagai bidang profesi dan akademis yang berkaitan dengan skeptisisme profesional, Hurtt (2003) mengembangkan sebuah model skeptisisme profesional dan memetakan karakteristik yang dimiliki seseorang yang memiliki skeptisisme profesional. Karakteristik tersebut terdiri dari enam, yakni “pola pikir yang selalu bertanyatanya (questioning mind), penundaan pengambilan keputusan
(suspension of judgment), mencari pengetahuan (search for knowledge),
kemampuan pemahaman interpersonal (interpersonal understanding), percaya diri (self-confidence), dan determinasi diri (self-determination)."
Karakteristik pertama, pola pikir yang selalu bertanya-tanya (questioning mind), mencerminkan sikap keragu-raguan seperti yang terdapat dalam definisi skeptisisme profesional secara umum maupun khusus dalam auditing. Karakteristik kedua, penundaan pengambilan
(40)
keputusan (suspension of judgment), mencerminkan sikap yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan suatu hal. Orang yang skeptis tetap akan mengambil suatu keputusan, namun tidak segera, karena mereka membutuhkan informasi-informasi pendukung lainnya untuk mengambil keputusan tersebut (Hurtt, 2003). Karakteristik ketiga, mencari pengetahuan (search for knowledge), menunjukkan bahwa orang yang skeptis memiliki sikap keingintahuan akan suatu hal. Berbeda dengan sikap bertanya-tanya, yang didasari keraguan atau ketidakpercayaan, karakteristik ketiga ini didasari karena keinginan untuk menambah pengetahuan (Hurtt, 2003). Karakteristik keempat, pemahaman interpersonal (interpersonal
understanding), memberikan pemahaman bahwa orang yang skeptis akan
mempelajari dan memahami individu lain yang memiliki pandangan dan persepsi yang berbeda mengenai suatu hal (Hurtt, 2003). Dengan memahami persepsi orang lain, orang yang skeptis akan mengambil kesimpulan dan beragumentasi untuk mengoreksi pendapat orang lain. Karakteristik kelima, percaya diri (self-confidence), diperlukan oleh auditor untuk dapat menilai buktibukti audit, selain itu, percaya diri diperlukan oleh auditor untuk dapat berhadapan dengan berinteraksi dengan orang lain atau klien, termasuk juga beradu argumentasi dan mengambil tindakan audit yang diperlukan berdasarkan keraguan atau pertanyaan yang timbul dalam dirinya (Hurtt, 2003). Karakteristik keenam, determinasi diri (self-determination), diperlukan oleh auditor untuk mendukung pengambilan keputusan, yakni
(41)
menentukan tingkat kecukupan bukti-bukti audit yang sudah diperolehnya (Hurtt, 2003).
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu akan diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas hasil audit.
Mardisar dan Sari (2007) meneliti pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian menunjukan: akuntabilitas memiliki hubungan positif dengan kualitas hasil kerja dengan komplekitas tugas yang rendah. Hasil pengujian kedua menunjukan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan tinggi, akuntabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja. Hasil pengujian ketiga menunjukan bahwa pada tingkat kompleksitas pekerjaan yang rendah, interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja. Hasil pengujian keempat menunjukan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan tinggi, interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, dkk (2009) menganalisis pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi
(42)
terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan populasi seluruh pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja pada Inspektorat sepulau Lombok dengan teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling. Yang menjadi variabel bebas adalah pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi. Sedangkan variabel terikat adalah kualitas hasil pemeriksaan. Hasilnya menunjukkan semakin banyak pengalaman kerja, semakin objektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan. Namun untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pemeriksaan.
Singgih dan Bawono (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah 4 KAP “Big Four” yang ada di Indonesia. Hasil penelitiannya adalah independensi, due professional care, dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Supardi dan Mutakin (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Dengan mengambil sampel 10 KAP di kota Bandung. Hasil penelitiannya adalah akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil kerja auditor.
(43)
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu Peneliti
Terdahulu
Judul
Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Mardisar dan Sari (2007) pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor Variabel Independen : Akuntabilitas, Pengetahuan
Variabel Dependen : Kualitas Hasil Kerja Auditor
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa untuk
Kompleksitas pekerjaan atau tugas yang rendah, baik Aspek akuntabilitas dan Interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan. Sukriah, dkk (2009) pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan Variabel independen : Pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi
Variabel dependen : Kualitas hasil pemeriksaan
Pengalaman kerja, objektifitas, dan
kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan, independensi dan integritas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Singgih dan Bawono (2010) pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit Variabel independen : Independensi, Pengalaman, Due Professional Care Dan Akuntabilitas.
Variabel dependen :
independensi, due
professional care, dan
akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
(44)
Akuntabilitas (X1)
Kualitas Hasil Audit (Y) Integritas (X2) Skeptisisme Profesional (X3) kualitas audit Supardi dan Mutakin (2008) pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor Variabel independen : Akuntabilitas
Variabel dependen : Kualitas hasil kerja auditor
Ada hubungan positif antara akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengidentifikasi 3 variabel independen yaitu Akuntabilitas (X1), Integritas (X2), dan Skeptisisme Profesional (X3) yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap kualitas hasil audit (variabel dependen = Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut: H1 H2 H3 H4
(45)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori, hasil penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran tentang pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional terhadap kualitas hasil audit maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
H2 : Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
H3 : Skeptisisme Profesional berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
H4 :Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausatif (causal research). Penelitian kausatif merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa sebab-akibat antara 2 atau lebih variabel. penelitian ini diarahkan untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui sejauhmana pengaruh variabel Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme profesional mempengaruhi variabel Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 8 Medan.
3.3 Batasan Operasional
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 3 variabel independen yang diperkirakan berpengaruh terhadap kualitas hasil audit (Y) pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yaitu Akuntabilitas (X1), Integritas (X2) dan Skeptisisme Profesional (X3).
(47)
3.4 Definisi Operasional
Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen (dependent variable) dan tiga variabel independen (independent variable). variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai pengaruh positif ataupun negatif bagi variabel dependen nantinya. Dalam penelitian ini Variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hasil audit (Y), sedangkan variabel independen adalah akuntabilitas (X1), integritas (X2) dan skeptisisme profesional (X3).
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1 Kualitas hasil audit (Y)
Kualitas hasil audit (Y) adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi SKPD. Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas hasil audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model Wooten dijadikan sebagai indikator untuk kualitas hasil audit yaitu: (1) Deteksi salah saji, (2) Kesesuaian dengan standar auditing, (3) Kepatuhan terhadap SOP, (4) Resiko audit, (5) Prinsip kehati-hatian, dan (6) Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor. Semua pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju
(48)
(STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
3.4.2 Akuntabilitas (X1)
“Akuntabilitas (X1) merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain” (Tetlock, 1984). Variabel akuntabilitas diukur menggunakan indikator (1) motivasi (2) pengabdian pada profesi dan (3) kewajiban sosial. Semua pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
3.4.3 Integritas (X2)
“Integritas (X2) merupakan sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit. Auditor dituntut untuk jujur dengan taat pada peraturan, tidak menambah atau mengurangi fakta dan tidak menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun” (Sari, 2007). Integritas merupakan tanggung jawab auditor untuk tidak merugikan orang lain, memperbaiki hasil kerjanya, konsisten terhadap pekerjaan serta bersikap sesuai norma dan perturan yang berlaku. Indikator dalam mengukur integritas yaitu (1) kejujuran auditor, (2) keberanian auditor, (3) sikap bijaksana auditor, dan (4) tanggung jawab auditor. Semua pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5. Skala nilai yaitu sangat
(49)
tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
3.4.4 Skeptisisme Profesional (X3)
Skeptisisme Profesional (X3) merupakan kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Variabel Skeptisisme Profesional akan diukur dengan aspek-aspek Skeptisisme Profesional yaitu (1) sikap skeptis dan (2) keyakinan yang memadai. Semua pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Variabel Dependen Kualitas Hasil Audit (Y) Probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi SKPD
1. Deteksi salah saji 2. Kesesuaian dengan
standar auditing 3. Kepatuhan terhadap
SOP
4. Resiko audit 5. Prinsip
kehatian-hatian
6. Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor
(50)
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Variabel Independen Akuntabilitas (X1) dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk mempertanggungjawab kan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain
1. motivasi
2. pengabdian pada profesi
3. kewajiban sosial
Likert
Integritas (X2)
sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit.
1. kejujuran auditor 2. keberanian auditor 3. sikap bijaksana
auditor
4. tanggung jawab auditor Likert Skeptisisme Profesional (X3) kemahiran profesional yang cermat dan seksama.
1. sikap skeptis 2. keyakinan yang
memadai
Likert
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Untuk skala pengukuran variabel, peneliti menggunakan skala likert 1 sampai 5. “Skala likert adalah sebuah jawaban dimana responden diminta untuk memberikan pernyataan setuju atau tidak setuju” (Sekaran, 2011). Semakin tinggi nomor jumlah, maka semakin besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
(51)
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Jumlah populasi sebanyak 80 (delapan puluh) orang yang terdiri dari berbagai bidang disiplin ilmu.
Sedangkan sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan metode sensus dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian. Sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen.
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Pada penelitian ini data primer didapat dari pengisian kuesioner oleh auditor yang bekerja di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. “Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara dan sifatnya saling melengkapi” (Sekaran, 2011). Data sekunder berupa sumber pustaka pendukung penulisan penelitian yang diperoleh dari literatur yang relevan dari permasalahan sebagai dasar pemahaman terhadap obyek penelitian dan untuk menganalisisnya secara tepat. Sumber data penelitian ini diperoleh langsung dari responden yang telah ditentukan untuk diteliti melalui sumber asli atau tanpa melalui perantara, dengan menggunakan metode survey yaitu menggunakan kuesioner.
(52)
3.8 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer, digunakan penelitian lapangan (field
research) dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Menurut
Indriantoro dan Supomo (2002 : 154), teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menyatakan pendapatnya terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Kuesioner yang diajukan akan dikirimkan kepada para auditor di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang jawabannya dinyatakan dengan menggunakan skala Likert.
Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahap yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara untuk dilakukan pengolahan data.
3.9 Metode Analisis
3.9.1 Uji Kualitas Data
Keabsahan (validity) suatu hasil penelitian sangatlah tergantung pada alat pengukur variabel yang akan diteliti. Alat ukur atau instrumen berupa kuesioner dikatakn memberikan hasil yang akurat dan stabil jika alat ukur itu dapat diandalkan. Jika alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data tidak andal atau tidak dapat dipercaya, maka hasil
(53)
penelitian yang diperoleh tidak akan valid. Oleh karena itu dalam penelitian ini diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas.
3.9.1.1 Uji Validitas
“Uji validitas adalah untuk mengetahui sah tidaknya instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti” (Ghozali, 2012:52). Pada penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor pertanyaan. Perhitungan yang akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statiscal Package
for Social Science). Dimana validitas data diukur dengan
membandingkan r hitung dan r tabel, jika :
• Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan kuesioner tersebut valid.
• Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat dikatakan kuesioner tersebut tidak valid.
3.9.1.2 Uji Reliabilitas
“Reliabilitas adalah alat untuk menguji suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk dan
(54)
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dan stabil dari waktu ke waktu” (Ghozali, 2012:47). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach
alpha. suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
3.9.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan indepedennya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pungujian satu sisi yaitu
(55)
dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu:
1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
Selain melihat nilai signifikansi dari uji
Kolmogorov-Smirnof, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi
normal dapat dilihat dari melihat grafik.
3.9.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi, dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan lawannya, Variance Inflation
Factor (VIF). Jika variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut
maka variabel bebas tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
(56)
3.9.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot (Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi. Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
3.9.3 Uji Hipotesis
3.9.3.1 Model Regresi Linier Berganda
Alat uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda (Multiple Regression
Analysis). Hal ini akan menunjukkan hubungan (korelasi) antara
kejadian satu dengan kejadian yang lainnya. Karena terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linier dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linier berganda. Analisis ini dilakukan untuk
(57)
mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen dalam model terhadap variabel dependen. Formula yang digunakan dalam analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan :
Y : Kualitas hasil kerja auditor
α : Konstanta
β : Koefisien regresi X1 : Akuntabilitas X2 : Integritas
X3 : Skeptisisme Profesional
e : error
Analisis kualitas hasil audit (Y) yang dipengaruhi oleh akuntabilitas (X1), integritas (X2) dan skeptisisme profesional (X3) menggunakan metode statistik dengan taraf signifikansi α = 0,05 artinya derajat kesalahan sebesar 5%.
3.9.3.2 Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen : akuntabilitas (X1),integritas (X2) dan skeptisisme profesional(X3) terhadap variabel dependen, kualitas hasil audit(Y) secara bersama-sama.
(58)
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah dengan membandingkan F hitung dengan F tabel :
• apabila angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak
• apabila angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, atau
• apabila F hitung < F tabel maka Ha ditolak
• apabila F hitung > F tabel maka Ha diterima
3.9.3.3 Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (akuntabilitas (X1), integritas (X2) dan skeptisisme profesional (X3) ) terhadap variabel dependen (kualitas hasil audit (Y) ) secara terpisah.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel :
• apabila angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak
• apabila angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, atau
(59)
• apabila t hitung > t tabel maka Ha diterima
3.9.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Menurut Ghozali (2012:97) nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu yang artinya nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan jika mendekati nol adalah kebalikannya.
(60)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Singkat Objek Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga teknis daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Sumatera Utara dengan tugas membantu Gubernur dalam melakukan pengawasan fungsional terhadap kegiatan perangkat daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara.
4.2 Deskripsi Data
Pada penelitian ini jumlah kuesioner yang disebar kepada responden di lingkungan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 80 dan dilakukan dalam satu tahap. Kemudian sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, kuesioner diambil kembali. Dari 80 kuesioner yang dibagikan yang kembali 66 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 66 kuesioner sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1
(61)
Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner
Frekuensi Persentase
Kuesioner yang disebar 80 100 %
Kembali 66 82,5 %
Tidak Kembali 14 17,5 %
Sumber : Data diolah 2015
4.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan data responden yang telah dikumpulkan, maka dapat diperoleh data tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari Umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, latar belakang pendidikan, masa menjadi auditor dan masa pada jabatan saat ini pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Demografi Responden
No. Demografi Responden Frekuensi Persentase
I Umur
1 31 – 40 Tahun 16 24,3 %
2 41 – 50 Tahun 22 33,3 %
3 51 – 60 Tahun 28 42,4 %
II Jenis Kelamin
1 Pria 50 75,8 %
2 Wanita 16 24,2 %
III Pendidikan Terakhir
1 S3 2 3,0 %
(62)
3 S1 32 48,5 %
4 D3 - 0,0 %
5 Lainnya 2 3,0 %
IV Latar Belakang Pendidikan
1 Akuntansi 14 21,2 %
2 Non Akuntansi 52 78,8 %
V Masa menjadi Auditor
1 0 – 5 Tahun 22 33,3 %
2 6 – 10 Tahun 22 33,3 %
3 11 – 15 Tahun 16 24,3 %
4
15 Tahun 6 9,1 %
VI Masa pada jabatan saat ini
1 0 – 5 Tahun 26 39,4 %
2 6 – 10 Tahun 18 27,3 %
3
12 – 15 Tahun 20 30,3 %
4
15 Tahun 2 3,0 %
Sumber : Data diolah 2015
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa responden dengan rentang usia 31 – 40 tahun terdapat sebanyak 16 orang atau 24,3 %, usia 41 – 50 tahun sebanyak 22 orang atau 33,3 % dan usia 51 -60 tahun sebanyak 28 orang atau 42.4 % dari responden keseluruhan.
(63)
Untuk Jenis kelamin responden pria sebesar 50 orang atau 75.8% dan responden perempuan sebesar 16 orang atau 24.2% dari responden keseluruhan.
Hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan responden relatif tinggi, hal ini dapat dilihat bahwa hanya 2 orang atau 3,0 % dari responden yang mempunyai tingkat pendidikan dibawah S1, sedangkan tingkat pendidikan S1 sebanyak 32 orang atau 48,5 % dan tingkat pendidikan S2 sebanyak 30 orang atau 45,5 % ada 2 orang atau 3,0 % yang memiliki jenjang pendidikan S3.
Hasil penelitian untuk latar belakang pendidikan dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan non akuntansi yaitu sebanyak 52 orang atau 78,8 % dan yang berlatar belakang pendidikan akuntansi sebanyak 14 orang atau 21,2 % dari responden keseluruhan.
Untuk masa menjadi auditor para responden terdiri dari untuk masa 0–5 tahun sebanyak 22 orang atau 33,3 %, masa 6-10 tahun sebanyak 22 orang atau 33,3 %, untuk masa 11-15 tahun sebanyak 16 orang atau 24,3 %, dan untuk masa diatas 15 tahun sebanyak 6 orang atau 9,1 % dari responden keseluruhan.
Berdasarkan masa jabatan pada saat ini terlihat bahwa kuesioner diisi oleh responden dengan masa jabatan 0-5 tahun sebanyak 26 orang atau 39,4 %, untuk masa jabatan 6-10 tahun sebanyak 18 orang atau 27,3
(64)
%, untuk masa jabatan 11-15 tahun sebanyak 20 atau 30,3 % dan untuk masa jabatan diatas 15 tahun sebanyak 2 orang atau 3,0 % dari responden keseluruhan.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian adalah data primer.
4.3.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan
software SPSS versi 17, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Berdasarkan hasil uji validitas
dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa rhitung lebih besar r-tabel, di mana nilai r-tabel untuk sampel sebanyak 20 adalah 0,444. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.3.1.2 Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai
cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan
(65)
suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki koefisien
Cronbach’s alpha > 0,6 maka kuesioner penelitian tersebut
dinyatakan reliabel. Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen tersebut reliabel.
Tabel 4.3
Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Alpha
Cronbach’s
Batas
Reliabilitas Keterangan
Kualitas Hasil Audit (Y) 0,933 0,6 Reliabel
Akuntabilitas (X1) 0,926 0,6 Reliabel
Integritas (X2) 0,948 0,6 Reliabel
Skeptisisme Profesional (X3) 0,938 0,6 Reliabel
Sumber : lampiran 3
4.4 Deskripsi Statistik
Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kualitas Hasil Audit 66 5 25 20.56 2.851
Akuntabilitas 66 5 25 20.20 3.049
Integritas 66 5 25 19.59 3.048
Skeptisisme Profesional 66 6 25 20.55 2.769
Valid N (listwise) 66
(66)
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa :
1. Nilai rata-rata dari variabel dependen kualitas hasil audit adalah 20.56 dengan standar deviasi 2.851, dengan nilai maksimum 5.00 dan nilai minimum 25.00. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.
2. Nilai rata-rata dari variabel independen akuntabilitas adalah 20.20 dengan standar deviasi 3.049, dengan nilai maksimum 5.00 dan nilai minimum 25.00. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.
3. Nilai rata-rata dari variabel independen integritas adalah 19.59 dengan standar deviasi 3.048, dengan nilai maksimum 5.00 dan nilai minimum 25.00. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.
4. Nilai rata-rata dari variabel independen skeptisisme profesional adalah 20.55 dengan standar deviasi 2.769, dengan nilai maksimum 6.00 dan nilai minimum 25.00. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai maksimum dan minimum.
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi dari variabel penelitian secara keseluruhan berada dibawah nilai rata-rata dari keseluruhan jawaban responden. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel data penelitian adalah representasi yang baik dari keseluruhan data.
(67)
4.5 Pengujian Asumsi Klasik 4.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov dan dengan melihat analisis grafik.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.22912060
Most Extreme Differences Absolute .074
Positive .074
Negative -.056
Kolmogorov-Smirnov Z .605
Asymp. Sig. (2-tailed) .858
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
(68)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui apakah data penelitian telah berdistribusi normal atau tidak, dan hasil test distribution ternyata menunjukkan normal, yang ditunjukkan oleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.858 (> 0.05), dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z 0.605 (<1.97). Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada gambar Normal P-Plot berikut ini:
Sumber : Lampiran 6
Gambar 4.1.
Output SPSS Normal P-Plot
Pada gambar 4.1 Normal P-Plot menunjukkan bahwa distribusi data cenderung mendekati garis distribusi normal, distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan, berarti data tersebut
(69)
mempunyai pola seperti distribusi normal, artinya data tersebut sudah layak untuk dijadikan bahan dalam penelitian.
Sumber : Lampiran 6
Gambar 4.2
Output SPSS Grafik Histogram
Dari gambar 4.2 grafik Histogram di atas diketahui bahwa variabel kualitas hasil audit (Y) berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng kekiri atau kekanan.
4.5.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila terdapat variabel independen saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Persamaan regresi yang baik
(1)
Lampiran 12 Tabel T Statistik
TINGKAT SIGNIFIKANSI
dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1% satu sisi 10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05%
1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619
2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599
3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610
5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869
6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959
7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408
8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041
9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781
10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587
11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437
12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318
13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221
14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140
15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073
(2)
17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965
18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922
19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883
20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850
21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819
22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792
23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 3,485 3,768
24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 3,467 3,745
25 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3,450 3,725
26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,435 3,707
27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,421 3,690
28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 3,408 3,674
29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,396 3,659
30 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 3,385 3,646
31 1,309 1,696 2,040 2,453 2,744 3,375 3,633
32 1,309 1,694 2,037 2,449 2,738 3,365 3,622
33 1,308 1,692 2,035 2,445 2,733 3,356 3,611
34 1,307 1,691 2,032 2,441 2,728 3,348 3,601
35 1,306 1,690 2,030 2,438 2,724 3,340 3,591
36 1,306 1,688 2,028 2,434 2,719 3,333 3,582
(3)
38 1,304 1,686 2,024 2,429 2,712 3,319 3,566
39 1,304 1,685 2,023 2,426 2,708 3,313 3,558
40 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704 3,307 3,551
41 1,303 1,683 2,020 2,421 2,701 3,301 3,544
42 1,302 1,682 2,018 2,418 2,698 3,296 3,538
43 1,302 1,681 2,017 2,416 2,695 3,291 3,532
44 1,301 1,680 2,015 2,414 2,692 3,286 3,526
45 1,301 1,679 2,014 2,412 2,690 3,281 3,520
46 1,300 1,679 2,013 2,410 2,687 3,277 3,515
47 1,300 1,678 2,012 2,408 2,685 3,273 3,510
48 1,299 1,677 2,011 2,407 2,682 3,269 3,505
49 1,299 1,677 2,010 2,405 2,680 3,265 3,500
50 1,299 1,676 2,009 2,403 2,678 3,261 3,496
51 1,298 1,675 2,008 2,402 2,676 3,258 3,492
52 1,298 1,675 2,007 2,400 2,674 3,255 3,488
53 1,298 1,674 2,006 2,399 2,672 3,251 3,484
54 1,297 1,674 2,005 2,397 2,670 3,248 3,480
55 1,297 1,673 2,004 2,396 2,668 3,245 3,476
56 1,297 1,673 2,003 2,395 2,667 3,242 3,473
57 1,297 1,672 2,002 2,394 2,665 3,239 3,470
(4)
59 1,296 1,671 2,001 2,391 2,662 3,234 3,463
60 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660 3,232 3,460
61 1,296 1,670 2,000 2,389 2,659 3,229 3,457
62 1,295 1,670 1,999 2,388 2,657 3,227 3,454
63 1,295 1,669 1,998 2,387 2,656 3,225 3,452
64 1,295 1,669 1,998 2,386 2,655 3,223 3,449
65 1,295 1,669 1,997 2,385 2,654 3,220 3,447
66 1,295 1,668 1,997 2,384 2,652 3,218 3,444
67 1,294 1,668 1,996 2,383 2,651 3,216 3,442
68 1,294 1,668 1,995 2,382 2,650 3,214 3,439
69 1,294 1,667 1,995 2,382 2,649 3,213 3,437
(5)
Lampiran 13 Tabel F Statistik
df untuk penyebut
(N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97
(6)
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95