Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

TESIS

Oleh

NUR AISAH POHAN 127017090/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2014


(2)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR AISAH POHAN 127017090/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2014


(3)

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF SKILL, INDEPENDENCE, AUDIT PLANNING, AND AUDIT SUPERVISION ON AUDIT QUALITY

WITH MOTIVATION AS MODERATING VARIABLE

(A Case Study at the Inspectorate of North Sumatera Province Office)

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the influence of skill, independence, audit planning, and audit supervision on audit quality simultaneously and partially and to find out that motivation could moderate the correlation of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office. The research used causal research method. The population and the samples consisted of 66 supervision officials at the Inspectorate of North Sumatera Province, taken by using census method. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple regression analysis and residual test. The result of the research showed that skill, independence, audit planning, and audit supervision simultaneously had significant influence on audit quality. Partially, only audit planning and audit supervision which had positive and significant influence on audit quality, while skill and independence had positive but insignificant influence on audit quality. The variable of motivation could moderate the correlation of the variables of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office.

Keywords: Skill, Independence, Audit Planning, Audit Supervision, Motivation, Audit Quality


(4)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keahlian, independensi, parencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial dan menganalisis bahwa motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal (causal). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Aparat Pengawas Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus sebanyak 66 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode regresi berganda dan uji residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, perencanaan audit, dan supervisi audit berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya perencanaan audit dan supervisi audit yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian dan independensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit. Variabel motivasi dalam penelitian ini dapat memoderasi hubungan antara variabel keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

Kata kunci : Keahlian, independensi, perencanaan audit, supervisi audit, motivasi dan kualitas audit.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan seizin-Nya sehingga penulis dapat merampungkan dan menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.”

Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi Pemerintah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac. Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Tavi Supriana, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran sampai dengan selesainya tesis ini.


(6)

5. Drs. Arifin Akhmad, M.Si. Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran sampai dengan selesainya tesis ini.

6. Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Dosen Pembanding yang memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini. 7. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak

memberikan arahan, saran dan kritik dalam menyusun tesis ini.

8. Rekan-rekan kerja di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang bersedia memberikan waktunya untuk pengisian kuesioner dalam penelitian ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang berarti bagi penulis.

10. Kedua orang tua dan kedua anakku Ersal Hidayat Nasution dan Owen Fatir Alfath Nasution yang memberikan doa dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna namun besar sekali harapan, semoga tesis ini dapat bermamfaat bagi berbagai kalangan yang menggunakannya.

Medan, 21 Juli 2014

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

ABSTRACT ………....ii

KATA PENGANTAR...iii

RIWAYAT HIDUP ………...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...8

1.3. Tujuan Penelitian ...9

1.4. Manfaat Penelitian ...9

1.5. Originalitas Penelitian...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……...11

2.1 Landasan Teori………...………...11

2.1.1 Internal Auditing………...…………...……11

2.1.2 Kualitas audit...14


(8)

2.1.4 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit ……..20

2.1.5 Pengaruh perencanaan audit terhadap kualitas audit ..23

2.1.6 Pengaruh supervisi audit terhadap kualitas audit ……27

2.1.7 Pengaruh motivasi terhadap kualitas audit ………….32

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………...38

3.1 Kerangka konseptual ...38

3.1.1 Pengaruh Keahlian terhadap Kualitas Audit….………38

3.1.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit…..…39

3.1.3 Pengaruh Perencanaan Audit terhadap Kualitas Audit ………..40

3.1.4. Pengaruh Supervisi audit terhadap Kualitas Audit…....41

3.1.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kualitas Audit………..…42

3.2 Hipotesis Penelitian.. ……..………42

BAB IV METODE PENELITIAN...43

4.1 Jenis Penelitian ...43

4.2 Lokasi Penelitian ...43

4.3 Populasi dan Sampel ...43

4.4 Metode Pengumpulan Data…...44

4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...47

4.6 Metode Analisa Data ……. ...51


(9)

4.8.1 Uji Normalitas ... ...53

4.8.2 Uji Multikolinieritas... ...53

4.8.3 Uji Heteroskedastisitas... ...53

4.9 Pengujian Hipotesis ...54

4.9.1 Uji F (F-test)… ...54

4.9.2 Uji t (t-test) ...55

4.10 Koefisien Determinasi (R2)… ...55

4.11 Uji Residual...56

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Responden dan Variabel Penelitian…...57

5.1.1 Karakteristik Responden……...58

5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian……….….60

5.1.3 Analisis Statistik Deskriptif……….61

5.1.3.1 Penjelasan Responden Atas Kualitas Audit (Y)………...61

5.1.3.2 Penjelasan Responden Atas Keahlian (X1)………...65

5.1.3.3 Penjelasan Responden Atas Independensi (X2)………....67

5.1.3.4 Penjelasan Responden Atas Perencanaan Audit (X3)……….70 5.1.3.5 Penjelasan Responden Atas Supervisi


(10)

Audit (X4)……….………73

5.1.3.6 Penjelasan Responden Atas Motivasi (Z)….76 5.3 Pengujian Asumsi klasik ………...78

5.3.1 Uji Normalitas……...78

5.3.2 Uji Multikolinearitas………...79

5.3.3 Uji Heterokedastisitas………..79

5.4 Uji Hipotesis………80

5.4.1 Uji Statistik F………...80

5.4.2 Uji Statistik t………81

5.4.2.1 Pengaruh Keahlian terhadap Kualitas Audit ..82

5.4.2.2 Pengaruh Independensil terhadap Kualitas Audit………...82

5.4.2.3 Pengaruh Perencanaan Audit terhadap Kualitas Audit………83

5.4.2.4 Pengaruh Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit……...………..…83

5.5 Koefisien Determinasi (R2) ………84

5.6 Analisis variabel motivasi sebagai variabel moderating….…85 5.7 Pembahasan Hasil Penelitian……….…..86

5.7.1 Pengaruh Keahlian terhadap Kualitas Audit……..…..86

5.7.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit…...89 5.7.3 Pengaruh Perencanaan Audit terhadap Kualitas


(11)

Audit………91

5.7.4 Pengaruh Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit….92 5.7.5 Motivasi dapat memoderasi hubungan Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit dengan Kualitas Audit………...94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………..….96

6.1 Kesimpulan………..96

6.2 Keterbatasan Penelitian………...97

6.3 Saran………98


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. LKPD 2011 dan Opini yang diberikan...3

2.2. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu...36

4.3. Populasi dan Sampel………...44

4.5. Defenisi Operasional Variabel ...50

5.1. Distribusi Kuesioner………...……..…………..…....57

5.1.1. Karakteristik Responden ………..….58

5.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian...………..60

5.1.3.1. Penjelasan Responden atas Kualitas Audit (Y)..………62

5.1.3.2. Penjelasan Responden atas Keahlian (X1)…………..…………..65

5.1.3.3. Penjelasan Responden atas Independensi (X2)…………..……..68

5.1.3.4. Penjelasan Responden atas Perencanaan Audit (X3)……...……..70

5.1.3.5. Penjelasan Responden atas Supervisi Audit (X4)…………..…....73

5.1.3.6. Penjelasan Responden atas Motivasi (Z)………..…………..76

5.3.1. Hasil Uji Rasio Skweness dan Rasio Kurtosis……...………78

5.3.2. Hasil Uji Multikolinieritas…………...………….………..79

5.3.3. Hasil Uji Heterokedastisitas………...………80

5.4.1. Hasil Uji F………... 80

5.4.2. Hasil Uji t ………...81

5.5. Hasil Analisa Koefisien Determinasi……….84

5.6.1. Hasil Uji Residual………...………85


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Waktu Penelitian………...…………..…………...…. 102

2. Kuesioner Penelitian ……….…….…….…….………...….…...103

3. Demografi Responden………..………112

4. Data Hasil Kuesioner ……….……….………115

5. Deskripsi Responden……….………...………..………….118

6. Uji Asumsi Klasik………...124

7. Uji F dan Uji t………...125


(15)

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF SKILL, INDEPENDENCE, AUDIT PLANNING, AND AUDIT SUPERVISION ON AUDIT QUALITY

WITH MOTIVATION AS MODERATING VARIABLE

(A Case Study at the Inspectorate of North Sumatera Province Office)

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the influence of skill, independence, audit planning, and audit supervision on audit quality simultaneously and partially and to find out that motivation could moderate the correlation of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office. The research used causal research method. The population and the samples consisted of 66 supervision officials at the Inspectorate of North Sumatera Province, taken by using census method. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple regression analysis and residual test. The result of the research showed that skill, independence, audit planning, and audit supervision simultaneously had significant influence on audit quality. Partially, only audit planning and audit supervision which had positive and significant influence on audit quality, while skill and independence had positive but insignificant influence on audit quality. The variable of motivation could moderate the correlation of the variables of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office.

Keywords: Skill, Independence, Audit Planning, Audit Supervision, Motivation, Audit Quality


(16)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keahlian, independensi, parencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial dan menganalisis bahwa motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal (causal). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Aparat Pengawas Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus sebanyak 66 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode regresi berganda dan uji residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, perencanaan audit, dan supervisi audit berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya perencanaan audit dan supervisi audit yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian dan independensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit. Variabel motivasi dalam penelitian ini dapat memoderasi hubungan antara variabel keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

Kata kunci : Keahlian, independensi, perencanaan audit, supervisi audit, motivasi dan kualitas audit.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit yang bermutu tinggi oleh APIP sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya

good governance dan clean goverment dalam sistem pemerintahan. Pengawasan intern pemerintah adalah fungsi manajemen dalam penyelenggaraan pemerintahan. Instansi pemerintah dapat diketahui apakah sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana, kebijakan, dan ketentuan yang telah ditetapkan melalui pengawasan intern. Inspektorat Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya adalah pengawas intern pemerintah atau bagian dari APIP. Kualitas audit yang dihasilkan oleh APIP baik Inspektorat Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya saat ini masih sangat kurang efektif. Hal ini terbukti dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang sudah diterbitkan bahwa masih banyak terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam instansi pemerintah. Kualitas audit sangat ditentukan oleh kualitas seorang aparat pengawas. Salah satunya berkaitan dengan keahlian APIP yang harus terus dikembangkan karena sangat berperan dalam fungsi manajemen pemerintah dan diharapkan memiliki integritas maupun profesional yang tinggi.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP wajib dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam melaksanakan audit sesuai


(18)

dengan mandat audit masing-masing. Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh APIP. Standar Audit APIP terdiri dari : Standar Umum, Standar Pelaksanaan Audit Kinerja, Standar Pelaporan Audit Kinerja dan Standar Tindak Lanjut.

Didalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK antara lain melakukan pemeriksaan keuangan dalam rangka memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Adapun kriteria pemberian opini menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 16 ayat (1), terdiri dari :

(a) Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (b) Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),

(c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, dan (d) Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (2012) menyebutkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2011 telah dikemas dalam tiga buku terdiri dari:

1. Buku Pertama yang merupakan LHP yang memuat Opini atas LKPD,

2. Buku Kedua yang merupakan LHP atas Sistem Pengendalian Internal (SPI)

dalam kerangka pemeriksaan LKPD, serta

3. Buku Ketiga yang merupakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam kerangka pemeriksaan LKPD.


(19)

LHP atas LKPD Tahun Anggaran 2011 yang telah diserahkan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 LKPD 2011 dan Opini yang diberikan.

No. Entitas Pemerintah Daerah Tanggal Penyerahan LHP Opini

1. Kab. Pakpak Bharat 14 Mei 2012 WDP

2. Kab. Asahan 16 Mei 2012 WDP

3. Kab. Labuhanbatu 16 Mei 2012 WDP

4. Kab. Tapanuli Utara 22 Mei 2012 WDP

5. Kota Pematang Siantar 22 Mei 2012 WDP

6. Kab. Tapanuli Selatan 25 Mei 2012 WDP

7. Kab. Simalungun 25 Mei 2012 WDP

8. Kota Tebing Tinggi 28 Mei 2012 WDP

9. Kab. Serdang Bedagai 28 Mei 2012 WDP

10. Kota Tanjung Balai 29 Mei 2012 WDP

11. Kab. Humbang Hasundutan 29 Mei 2012 WTP

12. Kab. Mandailing Natal 30 Mei 2012 WDP

13. Kab. Dairi 01 Juni 2012 WDP

14 Kota Sibolga 04 Juni 2012 WTP-DPP

15. Kab. Samosir 04 Juni 2012 WDP

16. Kab. Labuhanbatu Utara 05 Juni 2012 TMP

17. Kota Medan 08 Juni 2012 WTP- DPP

18. Kota Padangsidimpuan 11 Juni 2012 WDP

19. Kab. Tapanuli Tengah 14 Juni 2012 TMP

20. Kab. Toba Samosir 22 Juni 2012 WDP

21. Kab. Deli Serdang 29 Juni 2012 TMP

22. Prov. Sumatera Utara 02 Juli 2012 WDP

23. Kota Binjai 05 Juli 2012 WDP

24. Kab. Labuhanbatu Selatan 09 Juli 2012 WDP

25. Kab. Nias Barat 08 Agustus 2012 TMP

26. Kab. Langkat 10 Agustus 2012 WDP

27. Kab. Karo 16 Agustus 2012 WDP

28. Kab. Padang Lawas 03 September 2012 TMP

29. Kab. Batubara 07 September 2012 TMP

30. Kota Gunungsitoli 07 September 2012 WDP

31. Kab. Padang Lawas Utara 07 September 2012 WDP

32. Kab. Nias Selatan 07 September 2012 TMP

33. Kab. Nias 13 September 2012 TMP

34. Kab. Nias Utara 25 Oktober 2012 TMP

Sumber : Siaran Pers BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, LHP atas LKPD TA 2011 yang Telah Diserahkan.( Oktober 2012)


(20)

TMP : Tidak Memberikan Pendapat WDP : Wajar Dengan Pengecualian WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

WTP-DPP : Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI di atas menunjukkan bahwa masih banyak Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) baik Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya yang belum mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Daerah-daerah yang belum mendapatkan WTP biasanya terkait dengan masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan BPK baik terhadap peraturan perundang-undangan maupun Sistem Pengendalian Intern (SPI) di pemerintah daerah tersebut. Dalam hal ini kualitas pembinaan oleh APIP sangat berpengaruh dalam meminimalkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan anggaran dan proses pelaporan yang belum benar. Opini yang paling baik adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tapi belum tentu dijamin seratus persen (100%) bahwa tidak ada sama sekali penyimpangan. Dengan masih adanya pemerintrah daerah yang mendapatkan opini :

1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan paragrap penjelasan 2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

3. Tidak Wajar

4. Tidak memberikan pendapat

sangat dimungkinkan berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang masih ditemukan BPK ketika melakukan pemeriksaan. Untuk meminimalkan penyimpangan-penyimpangan itu diperlukan kerja keras APIP dalam melakukan


(21)

pembinaan dan pengawasan terhadap instansi-instansi pemerintah. Apabila pembinaan dan pengawasan dilakukan APIP dengan sungguh-sungguh maka akan berpengaruh terhadap peningkatkan kualitas audit secara signifikan dan juga untuk meningkatkan opini LKPD agar menjadi WTP.

Audit yang dilakukan dengan benar dan sesuai dengan standar audit akan menghasilkan audit yang berkualitas tinggi, manfaatnya sangat besar dalam pembangunan negara kita secara umum dan bagi auditi khususnya. Disamping itu dapat juga melakukan perbaikan-perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan terjadi dan dapat menurunkan tingkat kesalahan dalam mengelola manejemen organisasi auditi diperiode selanjutnya. Perbaikan yang dilakukan oleh auditi sangat terkait dengan kesesuaian rekomendasi yang diberikan oleh auditor/ pengawas. Penyimpangan yang ditemukan tidak akan efektif jika rekomendasi yang diberikan tidak sesuai dengan penyimpangan tersebut dan tidak dapat ditindaklanjuti oleh auditi.

Ada beberapa kemungkinan kendala yang dihadapi baik Inspektorat provinsi, kabupaten maupun kotamadya dalam meningkatkan mutu kualitas pemeriksaan/pengawasannya yaitu :

1. Dalam meningkatkan keahlian seorang auditor/pengawas sangat diperlukan pelatihan-pelatihan teknis berkelanjutan. Pelatihan teknis yang telah diikuti oleh auditor/pengawas mungkin masih kurang efektif karena mungkin pemahamannya kurang dimaksimalkan atas pelatihan teknis tersebut. Auditor/pengawas mungkin juga belum bisa mengikuti pelatihan teknis karena terbentur dengan jadwal penugasan. Padahal peningkatan keahlian sangat penting dalam melaksanakan tugas audit karena metodolgi


(22)

pengawasan intern pemerintah pasti akan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi pada peraturan-peraturan yang terkait. 2. Independensi auditor/pengawas mungkin terganggu dalam menjalankan

tugas audit. Hal ini bisa terjadi mungkin karena ada konflik kepentingan atau karena ada hubungan dengan auditi. Apalagi kalau sudah menyangkut kepentingan pribadi atau kelompok pimpinan maka akan memperlemah independensi auditor/pengawas ketika melaksanakan tugas.

3. Dalam penyusunan rencana audit dalam setiap tahap audit pemeriksa/ pengawas mungkin belum memahami dengan baik tujuan audit yang telah disusun sehingga pelaksanaan audit kurang efektif dan efesien dan mutu kualitas audit jadi kurang baik.

4. Supervisi audit terhadap kertas kerja pemeriksaan tim pemeriksa mungkin masih kurang karena tingginya volume penugasan yang mana juga dapat mempengaruhi kualitas audit.

5. Auditor/pengawas mungkin kurang termotivasi untuk melakukan audit secara berkualitas disebabkan tidak adanya kesadaran akan perlunya suatu audit yang berkualitas, kurang mendapat dukungan dan merasa tidak berdampak positif bagi karirnya.

Menurut PP N0.60 Tahun 2008 pasal 11 tentang Sistem pengendalian Intern Pemerintah, siap atau tidaknya kita sebagai APIP tentunya harus didukung dengan peta kemampuan yang dimiliki. Permasalahannya adalah berapa besar kemampuan yang dimilki APIP dalam rangka melaksanakan tugas profesional yang dibebankan agar dapat mewujudkan peran APIP yang efektif. Diantaranya memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efesiensi, dan


(23)

efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaran tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

Latar belakang pendidikan dan kemampuan teknis yang dimiliki oleh APIP hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Hal ini untuk mendukung apa yang telah disebutkan pada pasal 11 PP 60/2008 tersebut.

Dalam melakukan audit sangat dibutuhkan perencanaan audit yang mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan auditi agar tujuan audit dapat dicapai dan kualitas audit lebih tinggi. Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pengelolaan dana masyarakat yang diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik, maka diperlukan suatu pemeriksaan oleh auditor yang independen. Pada saat akan melakukan pemeriksaan penyusunan perencanaan audit sering dilakukan ala kadarnya dan terkadang hanya copy paste dari audit sebelumnya.

Hasil audit merupakan hasil pengawasan, pemeriksaan dan penelaahan atau analisis atas pelaksanaan program atau kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kemudian hasil pemeriksaan tersebut dibuat dalam bentuk LHP yang memuat tentang kondisi, kriteria, sebab, akibat, saran atau rekomendasi atas temuan-temuan audit pada SKPD-SKPD. Dalam LHP ini akan menggambarkan pengelolaan anggaran yang telah dipercayakan kepada SKPD-SKPD ini apakah sudah dimanfaatkan secara ekonomis, sefektif dan efesien.


(24)

Kualitas audit sangat ditentukan oleh kualitas auditor dalam menjalankan tugas auditnya yang menyangkut kemampuan, keterampilan dan kejelian auditor serta kinerja auditor menyangkut kemauan dan motivasi dalam melaksanakan audit (Media Auditor, 2012).

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP yang harus dipedomani oleh seorang APIP dan latar belakang uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi sebagai variabel moderating ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara?


(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh keahlian, independensi, parencanaan audit dan

supervisi audit terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis bahwa motivasi dapat memoderasi hubungan antara

keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran agar kualitas audit yang dihasilkan makin handal melalui peningkatan keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit di masa yang akan datang.

2. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam memperkuat peran pengawas intern dalam meningkatkan kualitas audit sehingga pembangunan negara dapat berjalan lebih efektif dan efesien.

3. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya yang akan meneliti hal yang sama.


(26)

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan topik penelitian yang pernah dilakukan oleh Marietta Sylvie Bolang (2013), Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon dalam Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah. Penelitian ini juga berdasarkan pada Peraturan Menpan Nomor : 05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit APIP yang wajib dipedomani APIP dalam melaksanakan audit. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan variabel independen. Variabel independen yang ditambahkan adalah perencanaan audit dan supervisi audit. Kedua variabel ini perlu diteliti karena menurut standar audit APIP yaitu standar pelaksanaan audit kinerja kedua variabel ini termasuk variabel yang wajib dipedomani oleh APIP ketika melaksanakan tugas, peneliti juga menambahkan variabel moderating yaitu motivasi. Motivasi yang tinggi akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Motivasi dapat mendorong seorang auditor untuk berprestasi dengan optimisme yang tinggi. Sehingga diduga variabel motivasi ini dapat memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Internal Auditing

Menurut Peraturan Menpan Nomor : 05/M.PAN/03/2008 pengawasan intern adalah kegiatan audit, reviu, monitoring, evaluasi dan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah memadai dan sesuai tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien untuk kepentingan pimpinan. Menurut Kiabel (2012) Audit internal adalah kegiatan pengawasan secara keseluruhan untuk menilai prosedur, efektivitas pengendalian dan tanggung jawab manajemen organisasi. Fungsi audit internal tidak terbatas pada operasi dari sebuah fungsi tertentu dalam sebuah organisasi. Sebaliknya, semua tercakup dalam organisasi secara terstruktur sebagai entitas yang terpisah dan bertanggungjawab untuk manajemen tingkat tinggi. Institute of Internal Auditors (IIAs) mendefinisikan auditor internal adalah auditor yang melakukan audit secara independen dan obyektif untuk memberikan konsultasi agar dapat menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan cara sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian manajemen risiko dan proses tata kelola perusahaan (Kapoor at al., 2012).

The IIAs adalah patokan yang dapat diukur atas kegiatan auditor internal yang efektif. Perubahan lingkungan menciptakan tantangan bagi auditor internal yang harus mereka hadapi saat menjalankan tugas. Auditor internal tidak hanya


(28)

diminta untuk menilai kontrol keuangan, tetapi juga untuk meningkatkan tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian dalam sebuah organisasi. Tanggung jawab mereka telah berkembang secara signifikan untuk memasukkan strategi audit, etika audit, operasional audit, kualitas audit.

Menurut Azham Md et, al (2009), dalam organisasi sektor publik, fungsi audit internal memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan akuntabilitas dan meningkatkan kinerja pemerintah. Beberapa negara telah mengembangkan kebijakan yang bertujuan memperkuat auditor internal sektor publik dan meningkatkan kapasitas mereka untuk berkontribusi. Langkah-langkah kebijakan antara lain :

1. Dibentuk audit internal di semua organisasi sektor publik ; 2. Menetapkan standar untuk perilaku profesional kerja audit;

3. Memperluas pengaturan pelaporan dan memperluas mandat untuk membuat auditor yang bertanggung jawab dan dalam penilaian kinerja.

Yola (2011) seorang peneliti Nigeria berpendapat bahwa auditor internal di sektor publik tidak memiliki sikap independen ketika melaksanakan audit sehingga tidak kompeten. Nigeria sebagai negara ekonomi berkembang dan Negara Kano khususnya harus mengumpulkan sumber daya yang efektif untuk meningkatkan kebutuhan akan pelayanan publik. Menurut Xiangdong (1997), bahwa peran auditor internal itu memiliki keuntungan lebih dari auditor eksternal dalam memperoleh informasi dengan cepat dan menemukan masalah pada tahap awal. D’Silva and Ridley (2007), Internal auditing’s international contribution to governance menyatakan bahwa auditor internal itu adalah auditor yang independen yang mana tugasnya menguji dan mengevaluasi kegiatan yang


(29)

dilakukan suatu organisasi. Tujuannya untuk membantu organisasi agar bertanggungjawab secara efektif terhadap manajemennya. Auditor akan melengkapinya dengan informasi dan rekomendasi yang membantu organisasi agar dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan biaya yang wajar atau sesuai dengan ketentuan. Dittenhofer (2001), mengamati bahwa jika kualitas audit internal dipertahankan akan memberikan kontribusi untuk kesesuaian antara prosedur dengan operasi auditi serta dapat meningkatkan efektivitas auditi dan organisasi secara keseluruhan. Audit internal yang efektif yaitu dengan melakukan evaluasi secara independen terhadap informasi keuangan, operasi, sistem dan prosedur untuk memberikan rekomendasi yang berguna bagi perbaikan yang diperlukan.

Auditor internal ini sangat membantu para SKPD-SKPD dalam hal mempertanggungjawabkan anggaran yang telah dipercayakan kepada mereka dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada setiap akhir periode auditor eksternal (BPK) akan melakukan audit untuk memberikan opini tentang seluruh aktivitas tiap-tiap SKPD. Disinilah fungsi auditor internal membantu melakukan pengawasan terhadap SKPD-SKPD atas pengelolaan anggarannya. Apabila audit benar-benar dilakukan sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan, maka kualitas audit tersebut akan lebih baik dan penyimpangan–penyimpangan yang terjadi dapat dideteksi lebih awal oleh

internal auditor sebelum eksternal auditor melakukan audit secara keseluruhan terhadap SKPD-SKPD.


(30)

Dalam hal penelitian tentang kualitas audit telah banyak menerima perhatian dalam literatur (Chen et al., 2005).

PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) (2013) menyatakan sumber daya manusia adalah salah satu aset sebuah perusahaan audit yang paling penting. Hal ini berkaitan dengan kemahiran personil auditornya. Kualitas audit selama melakukan audit sangat tergantung pada integritas, objektivitas, kecerdasan, kompetensi, pengalaman, dan motivasi auditornya dan juga dalam hal supervisi pekerjaan.

De Angelo (1981), mendefinisikan kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor menemukan adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya dan melaporkannya.

Berdasarkan Peraturan Menpan Nomor : 05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pegawas Intern Pemerintah, audit yang dilaksanakan dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar audit APIP. Standar audit APIP terdiri atas :

1. Standar Umum : mengatur tentang keahlian, independepensi dan objektivitas, kecermatan professional dan kepatuhan terhadap kode etik.

2. Standar pelaksanaan pekerjaan audit kinerja : mengatur tentang perencanaan, supervisi, pengumpulan dan pengujian bukti, pengembangan temuan dan dokumentasi.

3. Standar pelaporan audit kinerja : mencakup tentang kewajiban membuat laporan, cara dan saat pelaporan, bentuk dan isi laporan, kualitas laporan, tanggapan auditi dan penerbitan dan pendistribusian laporan.


(31)

4. Standar tindak lanjut audit kinerja : mencakup tentang komunikasi dengan auditi, prosedur pemantauan, status temuan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Kualitas audit internal ditentukan oleh kemampuan departemen audit internal untuk menemukan temuan dan memberikan rekomendasi yang efektif ketika mengaudit. Audit internal harus membuktikan bahwa hal tersebut mempunyai nilai dan dapat memberikan reputasi bagi organisasi ( Sawyer , 1995)

Government Accountability Office (2011), menyatakan bahwa sebuah laporan yang akurat harus didukung oleh bukti yang cukup, tepat dengan fakta-fakta kunci, angka, dan temuan yang dapat ditelusuri ke bukti audit. Laporan yang berdasarkan fakta, dengan jelas dari sumber pernyataan, metode, dan asumsi membantu dalam mencapai akurasi. Pengungkapan keterbatasan data dan pengungkapan lain juga berkontribusi untuk memproduksi laporan audit yang lebih akurat. Salah satu cara untuk membantu organisasi audit yang menyiapkan laporan audit yang akurat adalah dengan menggunakan proses pengendalian kualitas seperti referensi. Referensi adalah suatu proses di mana seorang auditor berpengalaman yang independen memeriksa memberikan pernyataan fakta, angka, dan tanggal dilaporkan dengan benar, temuan didukung bukti-bukti dalam dokumentasi audit, kesimpulan dan rekomendasi didasarkan atas bukti.

Kualitas pelaksanaan audit dilapangan sangat ditentukan oleh keahlian seorang auditor juga independensinya dalam mengaudit seluruh sumber daya di instansi dimana audit tersebut dilaksanakan. Kemampuan dasar harus dimiliki seorang auditor dan kemampuan lain juga diperlukan yaitu bagaimana membuat perencanaan audit yang efektif dan efesien dan bagaimana auditor-auditor ini


(32)

disupervisi dengan terus-menerus agar kualitas hasil audit lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sangat berkaitan dengan keakuratan temuan.

Sejalan dengan tuntutan profesi dan perubahan atas peraturan-peraturan yang mewajibkan seorang auditor internal harus terus meningkatkan kemampuannnya dalam bidang pengawasan intern. Begitu juga dengan sikap akan keingintahuan seorang auditor internal pemerintah atas manajemen auditi sangat penting. Bukan berarti auditi diasumsikan tidak jujur dalam hal pengelolaan anggarannya tetapi juga harus dipertimbangkan skeptitisme professional kemungkinan auditi bersikap tidak jujur. Sikap skeptitisme profesional ini juga harus melekat dalam diri auditor karena sikap ini akan membuat seorang auditor internal lebih berhati-hati dan teliti serta kritis dalam melakukan audit.

Auditor internal dalam melakukan audit harus bisa menentukan prioritas audit setelah dilakukan penilaian terhadap SPI auditi. Hal ini berkaitan dengan waktu pemeriksaan, tenaga yang akan diturunkan dan biaya audit yang telah ditetapkan sehingga dapat melaksanakan pemeriksaan secara efektif, efesien dan berkualitas. Pemilihan sampel audit yang diambil dari sejumlah temuan-temuan yang sudah terindikasi oleh pemeriksa/pengawas harus didasarkan pada temuan yang material dan mempunyai dampak yang besar terhadap kerugian negara. Apabila temuan ini masih bisa diperbaiki harus segera diperbaiki tetapi tetap dilaporkan agar secepatnya bisa ditindaklanjuti oleh auditi. Auditor internal pemerintah pada dasarnya adalah untuk membina dan memberikan saran-saran perbaikan kepada auditi apabila masih bisa diperbaiki atas penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi. Penyimpangan-penyimpangan-penyimpangan ini harus


(33)

dilaporkan dalam bentuk Naskah Hasil Pemeriksaan (NHP) supaya ditanggapi auditi sebelum disusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh auditor/pengawas.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP dalam standar pelaporan menyebutkan bahwa laporan hasil audit yang dibuat oleh auditor harus jelas dan dimengerti oleh pengguna laporan. LHP yang disusun harus berdasarkan Kerta Kerja Pemeriksaan (KKP) agar informasinya akurat dan objektif dan auditi dapat segera melakukan tindak lanjut.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor : 05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Lampiran 3 SPKN yang terdapat dalam Peraturan BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007 paragraf 17 menyatakan pemeriksaan akan lebih bermamfaat jika temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat di tindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa secara efektif. Auditi bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi dan memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Pemantauan secara terus-menerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

2.1.3 Pengaruh keahlian terhadap kualitas audit.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa : auditor/pengawas harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata


(34)

Satu (S-1) atau yang setara. Latar belakang pendidikan serta sikap dan perilaku merupakan kriteria standar yang harus dimiliki para auditor APIP untuk mencapai mutu audit yang tinggi. Kinerja audit akan tercipta dengan baik apabila APIP harus mempunyai kriteria tertentu yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekruitmen. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

Pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh auditor/pengawas, wajib menggunakan SPKN. Pernyataan standar umum pertama SPKN adalah Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Organisasi pemeriksa dalam menerima pegawai harus memiliki prosedur rekruitmen, pengembangan berkelanjutan dan evaluasi atas pemeriksa untuk mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Meinhard, et al, (1987) menyatakan pengetahuan itu diukur dengan seberapa tinggi pendidikan auditor


(35)

sehingga auditor akan memiliki pengetahuan di lapangan dan dapat mengetahui berbagai isu, selain itu auditor akan lebih mudah untuk mengikuti perkembangan.

Auditor harus memiliki kompetensi teknis seperti auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Selain kompetensi, auditor wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit, lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Pelatihan di bidang akuntansi sektor pemerintah dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas auditi juga sangat diperlukan. APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan.

Seorang auditor harus mempunyai Sertifikat Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education) sesuai dengan jenjangnya. Sri lastanti (2005) mengatakan keahlian atau kompetensi adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Audit membutuhkan keahlian tinggi dan profesionalisme. Keterampilan ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain, antara lain, adalah pengalaman. Menurut Tubbs (1992) auditor yang berpengalaman memiliki kelebihan dalam hal : (1) Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami akurat kesalahan, (3) Menemukan penyebab kesalahan. Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan dan untuk mengklasifikasikan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur sistem


(36)

akuntansi yang digunakan (Libby, 1985). Berdasarkan berbagai teori yang diperoleh maka latar belakang pendidikan, pengetahuan kompetensi teknis (auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan) dan peningkatan keahlian melalui penjenjangan dan pelatihan teknis berkelanjutan sangat berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.1.3 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit

Seorang auditor selain memiliki keahlian audit, juga diharuskan memiliki independensi dan objektivitas yang tinggi dalam melakukan audit agar dalam memberikan pendapat atau kesimpulan sesuai dengan apa yang terjadi tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan. Pernyataan standar umum kedua SPKN adalah dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi dan obyektifitas auditor atau APIP diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. APIP sebagai auditor harus ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari


(37)

intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditi dalam melaksanakan tanggungjawabnya.

Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Pike (2003) mengatakan ketika auditor tidak independen, keinginan untuk menghasilkan audit yang berkualitas tinggi menjadi rendah karena auditor tidak membuat upaya serius untuk mengidentifikasi salah saji material dan ketika ada yang teridentifikasi, auditor tidak akan selalu melaporkan itu.

Peraturan BPK – RI No. 1 Tahun 2007 yang mengatur tentang SPKN lampiran 2 paragraf 19 disebutkan bahwa : Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pemeriksanya apabila memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain:

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.


(38)

b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek

pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.

f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah,

APIP yang mengalami gangguan independensi atau obyektifitas baik secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP. Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias. Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Independensi auditor ini penting karena berdampak pada kualitas audit. Independensi auditor adalah isu penting bagi profesi auditor dan telah banyak dilakukan penelitian atas hal ini.

Suseno (2013) mengatakan salah satu faktor kunci untuk terus mempertahankan, meningkatkan kualitas audit dan menjaga kelangsungan akuntan publik adalah melalui penerapan sikap independen dalam melakukan audit.


(39)

2.1.4 Pengaruh perencanaan audit terhadap kualitas audit

Perencanaan adalah dasar untuk setiap audit yang efisien dan efektif. Tim audit yang dapat mengatur waktunya untuk membuat sebuah penilaian risiko audit yang efektif dan merencanakan audit yang sesuai, maka kualitas pelaksanaan audit semakin bagus dan dapat menghemat anggaran secara eksponensial (Ukraine Business Daily 2012).

INTOSAI Auditing Standards (2004) Aspek tahap Perencanaan yang membutuhkan pertimbangan cermat meliputi :

1. Pengetahuan tentang lembaga/organisasi auditi.

Informasi latar belakang tertentu tentang lembaga/organisasi auditi yang telah dikumpulkan sebelumnya.

2. Laporan Audit organisasi sebelumnya.

Laporan audit sebelumnya mungkin menunjukkan masalah masih ada tindak lanjut yang belum diselesaikan dan juga dapat memberikan wawasan tambahan perspektif auditor.

3. Komunikasi dengan auditor sebelumnya.

Auditor sebelumnya sudah mengetahui kendala-kendala yang dihadapi atas organisasi auditiyang akan di audit.

4. Persiapan rencana audit dan jadwal waktu

Auditor harus menyiapkan rencana audit dan jadwal audit dan fleksibel dalam mengalokasikan sumber daya yang sesuai.

5. Penilaian risiko dan materialitas.

Auditor harus menilai risiko dan materialitas sesuai dengan standar yang didasarkan pada lembaga yang diaudit .


(40)

6. Komunikasi dengan lembaga yang diaudit.

Hal ini penting bagi auditor untuk mengkomunikasikan temuan audit dan rekomendasi yang penting untuk membangun komunikasi yang efektif dengan auditi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 05/M.Pan/03/2008 menyebutkan bahwa dalam membuat perencanaan audit seorang auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi dan alokasi sumber daya. Penetapan sasaran ini untuk mendeteksi adanya kelemahan dari sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kecurangan. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan ruang lingkup audit yang meliputi aspek keuangan dan operasional auditi. Metodologi yang digunakan untuk :

1. Penetapan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur audit tertentu. 2. Penetapan jumlah bukti yang akan diuji.

3. Penggunaan teknologi audit yang sesuai seperti teknik sampling dan pemamfaatan komputer untuk alat bantu audit.

4. Pembandingan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Perancangan prosedur audit untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan dan kecurangan.

Sasaran audit adalah untuk menilai apakah auditi apakah telah menjalankan kegiatannya secara ekonomis, efesien dan efektif. Sedangkan ruang lingkup audit adalah batas audit dan secara langsung terkait dengan tujuan audit.


(41)

auditor akan menilai dan melaporkan, seperti program tertentu, dokumen atau catatan yang diperlukan, jangka waktu terakhir, dan lokasi yang akan audit.

Metodologi menjelaskan bahwa kondisi dan luas prosedur audit dalam mengumpulkan dan menganalisis bukti untuk mencapai tujuan audit. Prosedur audit adalah langkah-langkah spesifik yang dilakukan pemeriksa/pengawas untuk mencapai tujuan audit. Auditor harus merancang metodologi untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa bukti-bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor dalam kaitannya dengan tujuan audit dan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima. Menurut Mahathevan (2003) Prosedur analitis adalah yang paling membantu dalam mendeteksi kecurangan atau kesalahan dan sangat membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko.Sedangkan menurut Martinov et al,.(1998), penilaian risiko dan materialitas yang melekat dibuat sehingga bagaimana semua terintegrasi dalam perencanaan pengujian audit. Kedua penilaian ini merupakan bagian integral dari proses perencanaan audit saat ini sesuai dengan model risiko audit.

Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji penerapannya karena berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Auditor harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern auditi dan mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur sistem pengendalian intern telah


(42)

dirancang dan diterapkan secara memadai. Pemahaman atas rancangan sistem pengendalian intern digunakan untuk menentukan saat dan jangka waktu serta penentuan prosedur yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Seorang auditor harus memasukkan pengujian atas sistem pengendalian intern auditi dalam prosedur auditnya. Efektivitas pengendalian internal yang signifikan dalam konteks tujuan audit dapat mempengaruhi risiko audit. Akibatnya, auditor dapat menentukan bahwa perlu untuk memodifikasi sifat, waktu, atau luasnya prosedur audit berdasarkan penilaian auditor pengendalian internal dan hasil pengujian pengendalian internal. Misalnya, aspek yang kurang terkontrol dari sebuah program memiliki risiko lebih tinggi dari kegagalan, sehingga auditor dapat memilih untuk memfokuskan upaya lebih di daerah ini. Sebaliknya, kontrol yang efektif pada entitas yang diaudit dapat memungkinkan auditor untuk membatasi tingkat dan jenis pengujian audit yang diperlukan. Auditor dapat memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal melalui pertanyaan, observasi, pemeriksaan dokumen dan catatan, reviu auditor lain.

Merencanakan pengujian untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus mempertimbangkan dua faktor yaitu rumitnya peraturan perundang-undangan yang dimaksud dan masih barunya peraturan perundang-undangan tersebut.

Auditor juga harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan (fraud) yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan audit. Faktor-faktor terjadinya kecurangan yang harus diperhatikan oleh auditor adalah keinginan atau tekanan yang dialami seseorang untuk melakukan kecurangan, kesempatan yang


(43)

memungkinkan terjadinya kecurangan, dan sifat atau alasan seseorang untuk melakukan kecurangan.

Auditor juga harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk mencapai sasaran penugasan dalam pelaksanaan audit. Audit harus dilaksanakan oleh sebuah tim yang secara kolektif harus mempunyai keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan audit.

Tiga alasan utama auditor merencanakan audit dengan baik: (1) memperoleh bukti kompeten yang memadai,

(2) membantu menjaga biaya audit dikeluarkan dalam jumlah wajar, (3) menghindari kesalahpahaman dengan klien.

Audit yang berkualitas dapat dilaksanakan jika audit dilakukan berdasarkan standar audit yang ditetapkan dan atas pelaksanaan audit tersebut telah sesuai dengan Pedoman Kendali Mutu Pelaksanaan Audit yaitu : Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 19 tahun 2009 Bab IV paragraf 1 disebutkan bahwa : pelaksanaan audit merupakan bagian terpenting dari tugas audit karena itu pengendalian mutu pelaksanaan audit menjadi sangat penting. Kesesuaian dengan rencana audit, kesesuaian dengan program audit dan kesesuaian dengan standar audit menjadi perhatian utama agar pelaksanaan audit mempunyai mutu yang tinggi dan menghasilkan kualitas audit yang baik.

2.1.5 Pengaruh supervisi audit terhadap kualitas audit.

Supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atas penugasan audit agar tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien untuk memberikan


(44)

rekomendasi perbaikan kinerja auditi. Supervisi dalam audit meliputi seluruh aktivitas manajemen audit mulai dari pemberian arahan (perencanaan/planning), penggunaan tenaga ahli dalam audit, pelatihan/training (pengorganisasian), memberikan instruksi (pelaksanaan/actuating), reviu atas pekerjaan yang telah dilakukan (controlling), serta upaya penjaminan mutu agar penugasan audit sesuai dengan standar audit yang meliputi pengendalian dan penjaminan kualitas (quality control and quality assurance).

Government Auditing Standards (2011) menyatakan bahwa supervisor audit adalah mereka yang ditunjuk untuk mengawasi auditor dan mengawasi staf audit. Sifat dan tingkat pengawasan tim audit dan reviu pekerjaan audit dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, seperti ukuran organisasi audit, pentingnya pekerjaan, dan pengalaman tim audit. Diklat Pembentukan Auditor Pengendali Teknis (2008) menyebutkan bahwa dalam penugasan audit, kegiatan supervisi audit sebenarnya dilaksanakan secara berjenjang mulai dari ketua tim, pengendali teknis sampai dengan pengendali mutu tim audit. Namun demikian, dalam praktiknya, kegiatan supervisi audit lebih ditekankan pada peran

supervisor atau pengendali teknis.Supervisi dalam setiap tahapan audit dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan audit serta menjaga mutu/kualitas pekerjaan audit. Dalam penugasan audit, supervisi bukan hanya merupakan aktivitas manajerial berupa pengawasan saja, melainkan juga merupakan upaya pengendalian dan penjaminan terhadap mutu hasil audit (quality control and quality assurance). Untuk mendukung peran sebagaimana diuraikan diatas, maka


(45)

1. Kompetensi konseptual, yaitu pemahaman atas konsep terhadap tugas pokok serta bidang usaha organisasi yang dikerjakannya

2. Kompetensi manajerial, yaitu untuk kemampuan untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya dalam rangka mencapai untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Kompetensi teknikal, yaitu kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan secara teknis sehari-hari dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.

4. Kompetensi interpersonal pengawasan audit dilakukan dalam memberikan bimbingan yang cukup dan arahan untuk tim audit yang ditugaskan untuk mencapai tujuan audit dan mengikuti persyaratan yang berlaku.

Supervisor berperan dalam mengarahkan tim dalam merencanakan pengujian subtanstive dengan menyusun Program Kerja Audit, mengawasi langkah kerja tim sesuai dengan program kerja audit yang direncanakan, serta mensupervisi perumusan temuan hasil audit. Tahap ini antara lain:

1. Memberikan pengarahan atas penyusunan program kerja pengujian

substantive kepada tim audit.

2. Meyakinkan bahwa seluruh prosedur audit dalam PKA serta prosedur-prosedur lain telah dilaksanakan.

3. Supervisor harus meyakinkan bahwa seluruh langkah audit yang dirumuskan dalam PKA telah dilakukan. Jika terdapat langkah yang belum dilakukan,

supervisor perlu meneliti penyebabnya dan memantau pelaksanaan selanjutnya. Jika terdapat langkah audit yang tidak dapat dilaksanakan,


(46)

supervisor dapat membantu tim audit untuk mencari alternatif-alternatif prosedur lain yang dapat dilakukan auditor untuk mencapai tujuan audit.

Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi audit dengan tujuan antara lain untuk mengetahui:

1. Pemahaman anggota tim audit atas rencana audit; 2. Kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit;

3. Kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja audit untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit;

4. Kelengkapan dan akurasi laporan audit yang mencakup terutama pada kesimpulan audit dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit.

SPKN dalam Peraturan BPK Nomor 1 tahun 2007 menyatakan hal serupa dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan. Standar Audit tersebut menyatakan pernyataan sebagai berikut : Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya. Selanjutnya standar audit tersebut menjelaskan atas pengertian supervisi audit antara lain sebagai berikut: 1. Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti

tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai.

2. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan reviu atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan


(47)

3. Supervisor harus yakin bahwa staf benar-benar memahami mengenai pekerjaan pemeriksaan yang harus dilakukan, mengapa pekerjaan tersebut harus dilakukan, dan apa yang diharapkan akan dicapai.

4. Bagi staf yang berpengalaman, supervisor dapat memberikan pokok-pokok mengenai lingkup pekerjaan pemeriksaan dan menyerahkan rinciannya kepada staf tersebut.

5. Bagi staf yang kurang berpengalaman, supervisor harus memberikan pengarahan mengenai teknik menganalisis dan cara mengumpulkan data.

Reviu oleh pengendali teknis pada kertas kerja pemeriksaan tim audit harus dilakukan secara periodik agar menjamin bahwa perkembangan audit kinerja masih efisien, efektif, mendalam, obyektif, dan sesuai dengan ketentuan. Tim audit yang merasa perlu temuan-temuannya diangkat sebaiknya mengkonsultasikannya dengan pimpinan tertinggi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa:

1. Tim audit memahami tujuan dan rencana audit; 2. Audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit; 3. Prosedur audit telah diikuti;

4. Kertas kerja audit memuat bukti-bukti yang mendukung temuan dan rekomendasi;

5. Tujuan audit telah dicapai .

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 05/M.Pan/03/2008 menyebutkan bahwa pada setiap tahap audit kinerja, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan auditor. Supervisi harus


(48)

dilakukan pada seluruh tahapan audit. Dimana dalam hal ini yang bertindak melakukan itu adalah pengendali teknis. Standar pelaksanaan audit yang kedua menyebutkan bahwa supervisi harus dilaksanakan pada setiap tahapan audit agar dicapai sasaran audit yang ditetapkan, terjaminnya kualitas audit yang tinggi, dan meningkatnya kemampuan auditor.

2.1.6 Pengaruh Motivasi terhadap Kualitas Audit

Menurut Soegoto (2009), motivasi kerja adalah serangkaian kekuatan yang menyebabkan orang berperilaku dalam cara tertentu untuk mencapai kepuasan dan produktivitas kerja yang baik dan memadai. Motivasi kerja karyawan merupakan faktor penting dalam kemajuan perusahaan. Karyawan dengan motivasi tinggi akan menghasilkan kinerja terbaik dan produktif, sebaliknya karyawan dengan motivasi rendah akan rendah kinerja dan produktifitasnya.

Menurut Adams (1963), motivasi adalah fungsi bagaimana seseorang melihat dirinya dalam perbandingan dengan orang lain. Pada dasarnya orang menentukan tujuan untuk dirinya sendiri dan ia mendapat motivasi untuk bekerja kearah tujuan ini karena dengan mencapainya akan menguntungkan baginya. Sedangkan menurut Lowehnson and Collins (2001), menyebutkan motivasi auditor independen dalam melakukan audit pemerintah yaitu:

1. Penghargaan Intrinsik atau kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu orang lain yang mana kenikmatan pribadi terdiri dari pekerjaan yang menarik, stimulasi intelektual, pekerjaan yang menantang (mental), kesempatan pembangunan dan pengembangan pribadi, serta kepuasan pribadi. Dan kesempatan membantu orang lain terdiri dari pelayanan


(49)

masyarakat, kesempatan membantu personal klien, dan kesempatan bertindak sebagai mentor bagi staf audit.

2. Penghargaan Ekstrinsik atau karir dan status yang mana karir terdiri dari keamanan atau kemapanan kerja yang tinggi, kesempatan karir jangka panjang yang luas, dan peningkatan kompensasi. Sedangkan untuk status terdiri dari pengakuan positif masyarakat, penghormatan dari masyarakat, prestise atau nama baik, meningkatkan status sosial.

Menurut Mardiasmo (2002c) KAP melaksanakan audit pemerintah dilandasi keyakinan bahwa dirinya akan memperoleh kenikmatan pribadi, antara lain berupa kenikmatan meningkatkan kemampuan intelektualitas, membuka kesempatan pengembangan pribadi serta mempertimbangkan bahwa audit pemerintah merupakan suatu pekerjaan yang menarik dan memberikan tantangan mentalitas profesional. Patner juga berkeyakinan bahwa dengan melaksanakan audit dapat meningkatkan karir dalam arti peningkatan kemapanan, kesempatan berkarir secara lebih luas dan terbuka di masa mendatang, serta peningkatan kompensasi atau penghasilan yang diperoleh. Partner berkeyakinan akan memperoleh pengakuan positif, penghormatan, dan nama baik atau prestise dari masyarakat, serta peningkatan status sosial dalam masyarakat. Secara teori jelas bahwa dengan adanya motivasi dalam seorang auditor/pengawas akan berdampak pada peningkatan kualitas audit.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan kualitas audit telah banyak dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh :


(50)

Bolang (2013)dengan judul penelitian pengaruh kompetensi, independensi dan pengalaman terhadap kualitas audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi secara parsial memiliki pengaruh positif tetapi tidak terlalu signifikan terhadap kualitas petugas inspektorat. Namun, independensi dan pengalaman memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dari pegawai negeri yang bekerja di kantor inspektorat itu.

Gandayana (2012) dengan judul penelitian analisis pengaruh kompetensi auditor, independensi auditor dan tekanan waktu audit, terhadap kualitas hasil audit dengan pemahaman sistem informasi sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini menunjukkan kompetensi auditor, independensi auditor dan tekanan waktu audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial hanya independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara, namun dengan adanya interaksi dari variabel moderating yaitu pemahaman sistem informasi merubah independensi auditor menjadi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara.

Ishak (2009) dengan judul penelitian pengaruh independensi dan keahlian profesional auditor internal terhadap kualitas audit dengan pengalaman kerja sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama adanya pengaruh signifikan antara independensi terhadap kualitas audit. Kedua adanya pengaruh signifikan antara keahlian profesional terhadap kualitas audit.


(51)

Ketiga interaksi independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja sebagai variabel moderating tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.

Hambali (2010) dengan judul penelitian pengaruh tekanan anggaran waktu, pelatihan teknis dan supervisi terhadap kualitas audit BPK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Hal tersebut menunjukkan auditor BPK dalam menghadapi tekanan anggaran waktu cenderung untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kualitas audit BPK. Sedangkan pelatihan teknis secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit BPK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan oleh BPK telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh auditor dalam melakukan pengauditan. Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa supervisi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit BPK.

Rosadhy (2010) dengan judul penelitian pengaruh perencanaan dan tekanan anggaran waktu (time budget pressure) terhadap kualitas hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada BPK-RI Perwakilan jawa Tengah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan audit dan tekanan anggaran waktu berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Artinya, semakin baik perencanaan pemeriksaan dan semakin meningkatnya anggaran waktu pemeriksaan akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan, sebaliknya semakin buruk perencanaan dan semakin meningkat tekanan anggaran waktu akan menurunkan kualitas hasil pemeriksaan.


(52)

Tabel 2.2. Ikhtisar Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu

Peneliti Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 2 3

Bolang Marietta Sylvie (2013) Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon Dalam Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Variabel Independen: Kompetensi, Independensi Dan Pengalaman Variabel Dependen : Kualitas Audit

Kompetensi secara parsial memiliki pengaruh positif tetapi tidak terlalu signifikan terhadap kualitas petugas inspektorat. Namun, independensi dan pengalaman memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dari pegawai negeri yang bekerja di kantor inspektorat itu. Gandayana Tri (2012) Analisis Pengaruh Kompetensi Auditor, Independensi Auditor Dan Tekanan Waktu Audit, Terhadap Kualitas Hasil Audit Dengan Pemahaman Sistem Informasi Sebagai Variabel Moderating Variabel Independen: Kompetensi Auditor, Independensi Auditor Dan Tekanan Waktu Audit Variabel Dependen : Kualitas Audit

Penelitian ini menunjukkan kompetensi auditor, independensi auditor dan tekanan waktu audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial hanya independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara, namun dengan adanya interaksi dari variabel moderating yaitu pemahaman sistem informasi merubah independensi auditor menjadi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara.

Ishak Isyrin (2009) .

Pengaruh Independensi dan Keahlian Audit Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit dengan pengalaman kerja sebagai variabel moderating Variabel Independen : Independensi dan Keahlian Audit Auditor Internal. Variabel Dependen : kualitas audit

Hasil penelitian menunjukkan pertama, adanya pengaruh signifikan antara independensi terhadap kualitas audit. Kedua, adanya pengaruh signifikan antara keahlian profesional terhadap kualitas audit. Ketiga, interaksi independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja sebagai variabel moderating tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.


(53)

Lanjutan Tabel 2.2.

Peneliti Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 2 3

Hambali Denny (2010)

Pengaruh tekanan anggaran waktu, pelatihan teknis dan supervisi terhadap kualitas audit BPK

Variabel Independen : tekanan anggaran waktu, pelatihan teknis dan supervisi. Variabel Dependen : kualitas audit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Hal tersebut menunjukkan auditor BPK dalam menghadapi tekanan anggaran waktu cenderung untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kualitas audit BPK. Sedangakan pelatihan teknis secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit BPK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan oleh BPK telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh auditor dalam melakukan pengauditan. Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa supervisi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit BPK .

Farid Kurniawan

Rosadhy (2010)

Pengaruh Perencanaan dan Tekanan Anggaran Waktu (Time Budget Pressure) terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah daerah (Studi pada BPK-RI Perwakilan jawa Tengah). Variabel Independen : Pengaruh Perencanaan dan Tekanan Anggaran Waktu (Time Budget Pressure) Variabel Dependen : Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah daerah (Studi pada BPK-RI Perwakilan jawa Tengah).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan audit dan tekanan anggaran waktu berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Artinya, semakin baik perencanaan pemeriksaan dan semakin meningkatnya anggaran waktu pemeriksaan akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan, sebaliknya semakin buruk perencanaan dan semakin meningkat tekanan anggaran waktu akan menurunkan kualitas hasil pemeriksaan.


(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah penelitian dan landasan teori, maka kerangka konseptual peneliti terlihat pada Gambar 3.1.

jj

H1

H2

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Kerangka konsep tersebut menggambarkan adanya pengaruh keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel moderating.

3.1.1 Pengaruh keahlian terhadap kualitas audit

Keahlian seorang auditor/pengawas sangat berpengaruh terhadap kualitas audit yang akan dihasilkannya. Keahlian ini terbentuk sejak dari sekolah formal dan diperkuat dengan adanya pendidikan-pendidikan berkelanjutan dan

pelatihan-Motivasi ( Z)

Keahlian (X1)

Independensi (X2)

Perencanaan Audit (X3)

Supervisi Audit (X4)

Kualitas Audit (Y)


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Secara simultan, keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit

berpengaruh terhadap kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, dan sejalan dengan hipotesis penelitian. Hal ini berarti bahwa keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit merupakan unsur yang saling terikat satu sama lain untuk meningkatkan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial perencanaan audit dan supervisi audit berpengaruh terhadap kualitas audit tetapi keahlian dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2. Motivasi terbukti merupakan variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan variabel kualitas audit.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Hasil Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu :

1. Kuesioner yang diberikan kepada responden sebagian besar dalam bentuk pertanyaan tertutup tentang persepsi responden selama melakukan tugas audit dilapangan. Namun sudah mewakili bagaimana peranan seorang auditor/pengawas ketika melaksanakan tugasnya.

2. Penelitian ini masih memasukkan sebagian variabel independen dari standar umum audit APIP dan standar pelaksanaan audit APIP.


(2)

6.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas dan keterbatasan penelitian disarankan agar :

1. Hasil penelitian atas variabel independen yang berpengaruh positif seperti keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit sebaiknya lebih ditingkatkan. Untuk variabel independen yang signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara seperti perencanaan audit dan supervisi audit lebih dimaksimalkan. Perencanaan audit yang dibuat baik itu sebelum audit dilaksanakan maupun selama tahap pelaksanaan audit harus sesuai dengan sasaran dan tujuan audit. Sehingga apa yang harus diprioritaskan untuk pendalaman pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyimpangan lebih diutamakan dengan lebih meningkatkan independensi atas audit tersebut. Begitu juga dengan supervisi audit supaya lebih memaksimalkan supervisi audit terhadap tim audit oleh pengendali teknis maupun oleh ketua tim terhadap anggota tim audit. Terutama bagi auditor/pengawas yang masih kurang pemahamannya atas pelatihan teknis atau yang belum bisa mengikuti pelatihan teknis atas perubahan peraturan-peraturan audit yang terkait, sehingga kualitas audit yang dihasilkan lebih bermutu tinggi.

2. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dalam membuat kuesioner dalam bentuk angket/pertanyaan terbuka dan hasil jawaban bisa dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif.

3. Agar menambahkan variabel independen lainnya dari standar umum dan standar pelaksanaan audit sesuai dengan Standar Audit APIP


(3)

Per/05/M.Pan/03/2008 yang wajib dipedomani oleh APIP. Standar umum audit APIP lainnya seperti : variabel kecermatan professional dan kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas audit APIP. Standar pelaksanaan audit APIP lainnya seperti : variabel pengumpulan, pengujian bukti dan pengembangan temuan terhadap kualitas audit APIP.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azham Md et, al (2009), “Internal Audit in the Federal GovernmentOrganizations of Malaysia:The Good, The Bad and The Very Ugly?”, The paper was a slightly revised version of a paper presented at The International

Asia-Pacific Conference on Forensic Accounting and Financial Criminology

2009, 15-17 June 2009 at Kuala Lumpur Tow.

Adams, J. S. 1963. “Toward an understanding of inequity”. Journal of Abnormal

and Social Psychology, 11, 422-436.

Bolang, Marietta Sylvie (2013), “Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon Dalam Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah”, Journal

Accountability , ISSN: 2338-3917

BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (2012), :” LHP atas LKPD TA 2011 yang Telah Diserahkan”, Siaran Pers BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

Chen, Y.M., Moroney, R., and Houghton, K, 2005, . “Audit Committee Composition and the Use of an Industry Specialist Audit Firm.” Accounting and Finance 45: 217-239.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling” and Disclosure Regulation. Journal of Accounting and Economics 3. pp. 113-127.

Dittenhofer, M. (2001), “Internal audit effectiveness: an expansion of present methods”, Managerial Auditing Journal, Vol. 16 No.8, pp.443-50.

D’Silva et, al,., 2007, ”Internal auditing’s international contribution to governance”, International Journal Business Governance and Ethics, Vol. 3, No. 2, 2007 113

Fearnley, S. and Beattie, V. and Brandt, R. (2005), “ Auditor independence and audit risk: a reconceptualisation”. Journal of International Accounting

Research 4(1):pp. 39-71

Goleman, D. 2001. “Working White Emotional intelligence”. (terjemahan Alex TriKantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Government Accountability Office (2011), “Government AuditingStandards” , By the Comptroller General of the United States, December 2011

Hambali, Denny (2010), “Pengaruh tekanan anggaran waktu, pelatihan teknis dan supervisi terhadap kualitas audit BPK”, Electronic Theses &

Dissertations (ETD) Gajah Mada University.

INTOSAI 2004, “Audit of International Institutions Guidance for Supreme

Audit”, INTOSAI Auditing Standards, paragraph 3.1, Planning, IFAC

International Standards on Auditing, the ISAs 300-320

Ishak, Isyrin, (2009), “Pengaruh Independensi dan Keahlian Profesial Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit dengan Pengalaman Kerja sebagai variable moderating”,RespositoryUniversitas Andalas.


(5)

Kiabel ,Bariyima ,David (2012), “Internal Auditing and Performance of Government Enterprises: A Nigerian Study”. Global Journal of

Management and Business Research Volume 12 Issue 6 Version 1.0

March , Rivers State University of Science and Technology.

Libby R. 1995. “The role of knowledge and memory in audit judgment”. In Judgment. Decision Making Research in Accounting and Auditing, edited by H. Ashton and R. H. Ashton, pp. 179-206. New York: Cambridge University

Libby, R., and D. Frederick. 1990. “Experience and the ability to explain audit findings”. Journal of Accounting Research. 28: 348–367.

Lowenshon, S.H., and Collins, F., 2001, “The Role and Perceptions of Independent Audit Partner in the Governmental Audit Market”,

Accounting and the Public Interest, Vol. I..

Meinhardt J, Moraglio JF, Steinberg HI. 1987. “Governmental audits: An action plan for excellence”. Journal Accounting., 164(1): 86-91

Mardiasmo, 2002c, “Pengaruh Rewards Instrumentalities dan Environmental Risk Factors terhadap Motivasi Partner Auditor Independen untuk

Melaksanakan Audit Pemerintah”, Penelitian Mandi

Martinov et al,. 1998, “The Assessment and Integration of Materiality and Inherent Risk: An Analysis of Major Firms’ “, Audit Practices1 School of Accounting, Faculty of Commerce and Economics, International

Journal of Auditing Int. J. Audit. 2: 103–126 (1998), University of New

South Wales, Australia

Media Auditor, Edisi 13, Desember 2012

Pike, Joel E (2003). “Studies on Audit Quality. University of Wisconsin-Madison”. Working Paper.

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) , 2008. “Supervisi Audit, Diklat Pembentukan Auditor Pengendali Teknis

PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) 2013. “Standing

Advisory Group Meeting Discussion – Audit Quality Indicators “,MAY

15-16, 1666 K Street, NW Washington, D.C. 20006

Rosadhy, Kurniawan, Farid (2010), “ Pengaruh Perencanaan dan Tekanan Anggaran Waktu (Time Budget Pressure) terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah daerah (Studi pada BPK-RI

Perwakilan jawa Tengah)”,

Santoso, Singgih ,2000, “Buku latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT.Elex Media

Komputindo, Jakarta

Sawyer, L.B. (1995), “Internal Auditor, An internal; audit philosophy”, August, pp.46-55.

Sri Lastanti, Hexana. 2005.” Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik “: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset


(6)

Salehi et al,., (2009) “ Audit Competence and Audit Quality: Case in Emerging Economy”, International Journal Of Business and Management, Vol 4, No, 2, February.

Suseno, Novie Susanti (2013), “ An empirical analysis of auditor independence and audit fees on audit quality”, International Journal of Management

and Business Studies ISSN: 2167-0439Vol. 3(3). March.

Suseno, Novie Susanti (2013), “The Influence Of Independence, Size Of Public Accountant Office Toward Audit Quality And Its Impact On Public Accountant Office Reputation”, International Journal Of Scientific &

Technology Research Volume 2, Issue 3, February.

Sugoto (2009), www.pio_123 _motivasi kerja.

Xiangdong, W. (1997), “Development trends and future prospects of internal auditing”, Managerial Auditing Journal, Vol. 12 No.4/5, pp.200-4.

Tubbs, R.M. 1992. “The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount of Knowledge”. The Accounting Review.Oktober. p. 783-801. Ukraine Business Daily , 2012, World; Press Release: “ Special Seminar On

Internal Audit, December 19 - 21TH 2012.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara”.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007.”Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”. Jakarta

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (2008) Nomor : 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008, tentang” Standar Audit

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)”.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi , No.19 Tahun 2009 tentang “ Pedoman Kendali Mutu Audit

APIP”.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 60 Tahun 2008 tentan “ Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah”.

Yola (2011), “Effectiveness of Internal Audit as Instrument of Improving Public Sector Management”, Journal of Emerging Trends in Economics and

Management Sciences (JETEMS) 2 (4): 304-309 © Scholarlink Research