Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan secara langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan syarat yang harus dilewati maupun dilakukan setiap mahasiswa Program Studi DIII Administrasi Perpajakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa serta mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera yang merupakan bagian dari tujuan Negara Republik Indonesia perlunya memwujukan tujuan pembangunan nasional yang terciptanya suatu masyarakat yang sejahtera. Seiring dengan perkembangan jaman yang pesat, dimana sangat dibutuhkan sekali dana dan anggaran dalam menyokong pembangunan yang merata disegala sektor maupun aspek kehidupan. Oleh karena itu disusun suatu perencanaan, baik yang mencakup tahapan pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan rencana jangka pendek yang dititik beratkan dibidang ekonomi.


(2)

Untuk menunjang tercapainya sasaran dan tujuan pembangunan tersebut, diperlukan serangkaian kebijaksanaan yang saling mendukung, diantaranya adalah kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal ini berkaitan erat dengan masalah Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN), khususnya dari segi penerimaan negara yaitu pajak. Pajak merupakan masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat dan negara dan merupakan sumber penerimaan terbesar saat ini, ditahun sebelumnya dan masa yang akan datang Oleh karena itu, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang harus berkembang dan meningkat sesuai dengan perkembangan kemampuan rakyat dan laju pembangunan.

Jenis pajak yang diterapkan di Negara Republik Indonesia adalah; Pajak Pusat, dan Pajak Daerah. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, definisi Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun Pajak Hotel termasuk ke dalam jenis pajak kabupaten/kota yang merupakan bagian dari Pajak Daerah. Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel.


(3)

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan penyempurnaan Undang-Undang No. 34 Tahun 2004, dijelaskan bahwa pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang di sediakan oleh hotel serta mencakup seluruh persewaan di hotel. Melalui pajak pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini dilakukan dalam rangka menegakkan kemandirian pembiayaan pembangunan, maka penggalian dan penggerakan sumber penerimaan dalam negeri haruslah didasarkan kepada penerimaan pajak dengan tetap memperhatikan kemampuan pembiayaan oleh masyarakat dan dunia usaha.

Untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, pemerintah melakukan berbagai upaya antara lain dengan menyederhanakan administrasi pajak dan meningkatkan penegakan hukum bagi wajib pajak dan petugas pajak yang melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sudah selayaknya masyarakat mengerti dan memahami kewajiban dalam membayar pajak.

Melalui pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana realisasi serta optimalisasi penerimaan pajak atas hotel.

Kantor Dinas Pendapatan Daerah diharapkan dapat mengoptimalkan penerimaan Pajak Hotel sebaik-sebaiknya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk membuat pembahasan dalam


(4)

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri mengenai: “Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis bertujuan: 1.1 Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pemungutan pajak hotel pada

Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.

1.2 Untuk mengetahui data tentang realisasi penerimaan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.

1.3 Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Hotel.

1.4 Untuk mengetahui upaya-upaya yang di tempuh dalam peningkatan penerimaan Pajak Hotel.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentunya memiliki manfaat buat berbagai pihak, diantaranya adalah:


(5)

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan. b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan.

c. Meningkatkan profesionalisme dalam memperluas wawasan dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dan menerapkan ilmu khususnya dibidang perpajakan.

d. Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan sarana peningkatan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan dunia kerja.

e. Dengan melaksanakan PKLM ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia kerja, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan PKLM tersebut.

2.2 Bagi Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Untuk membantu dalam mensosialisasikan pelaksanaan peningkatan penerimaan pajak hotel.

c. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.


(6)

d. Untuk menambah ide dan gagasan untuk perbaikan sistem kerja yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.

e. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah di peroleh.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.

b. Memperkenalkan Sumber Daya Manusia program studi diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

c. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi yang bersangkutan khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

d. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Dipoma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(7)

C. Uraian Teoritis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1995 : 628), Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi. Jadi optimalisasi adalah suatu proses meninggikan atau meningkatkan. Sedangkan menurut Wikipedia, Optimalisasi adalah serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meninggikan volume dan kualitas trafik kunjungan mealui mesin mencari menuju situs web tertentu dengan memanfaatkan mekanisme kerja atau algoritma mesin pencari tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa Optimalisasi adalah suatu proses yang dilakukan dengan cara terbaik dalam suatu pekerjaan untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus mengurangi kualitas pekerjaan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah

Pasal 1 Angka 18

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Wikipedia, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.


(8)

Beberapa ahli pajak telah mendefinisikan pajak sebagai berikut:

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2011 : 1)

Menurut S. I. Djajadiningrat, Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum. (Halim, 2014 : 2)

Dengan kata lain, pengertian pajak dapat dikatakan sebagai balas jasa yang dapat diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah atas fasilitas-fasilitas yang dinikmati untuk dapat hidup layak di suatu negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Pajak ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(9)

Dengan penjelasan sebagai berikut : “dapat dipaksakan” artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti Surat Paksa dan sita, dan juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri pajak yang melekat dalam pengertian pajak diatas sebagai berikut (Suandy, 2011:10) :

1. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah.

2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya konraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah

4. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.


(10)

Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

Bagian Kesatu Tata Cara Pemungutan Pasal 70

1. Pajak Daerah yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.

2. Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.

3. Setiap Wajib Pajak membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan Pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.

4. Jenis pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Walikota adalah:

a. pajak reklame; dan

b. pajak air tanah

5. Jenis pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak adalah:

a. pajak hotel;

b. pajak restoran;

c. pajak hiburan;

d. pajak penerangan jalan;


(11)

f. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan;

g. pajak parkir; dan

h. pajak sarang burung walet.

6. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

7. Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berupa karcis dan nota perhitungan.

8. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

9. Pajak Daerah dipungut dan dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah.

1. Fungsi Pajak

1.1Fungsi Budgetair/Anggaran

Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

1.2Fungsi Regulerend/Mengatur

Menurut Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Misalnya :


(12)

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap batang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia (Mardiasmo, 2011:1)

2. Pembagian Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya:

2.1Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Pajak Pusat terdiri dari :

a. Pajak Penghasilan

b. Pajak Pertambahan Nilai

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

d. Bea Materai

e. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, Kehutanan, dan Pertambangan

2.2 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri dari :

a. Pajak Provinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat provinsi. Pajak Provinsi yang berlaku sampai saat ini, terdiri dari :


(13)

• Pajak Kendaraan Bermotor

• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

• Pajak Air Permukaan

• Pajak Rokok

b. Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat Kabupaten/Kota. Pajak Kabupaten/Kota yang berlaku sampai saat ini, terdiri dari :

• Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

• Pajak Restoran

• Pajak Hiburan

• Pajak Reklame

• Pajak Penerangan Jalan

• Pajak Hotel

• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

• Pajak Air Tanah

• Pajak Parkir

• Pajak Sarang Burung Walet


(14)

3. Pengertian Pajak Hotel

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

4. Objek Pajak Hotel

Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada paragraf diatas adalah fasilitas telepon, faksimili, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.

5.Yang Tidak Termasuk Objek Pajak Hotel

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yang tidak termasuk objek pajak hotel, antara lain:

5.1 Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;


(15)

5.2 Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

5.3 Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

5.4 Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

5.5 Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

6. Subjek Pajak Hotel

Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.

7. Wajib Pajak Hotel

Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.

8. Dasar Pengenaan Pajak Hotel

Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Hotel, antara lain :


(16)

1. Mekanisme pemungutan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Daerah Kota

Tebing Tinggi

2. Data tentang realisasi penerimaan Pajak Hotel

3. Kendala-kendala dalam pemungutan Pajak Hotel

4. Upaya-upaya yang ditempuh dalam memaksimalkan penerimaan Pajak Hotel.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri mulai dari penentuan judul, tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, dan konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber pustaka seperti : buku-buku, undang-undang, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(17)

Penulis melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang ada di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi mengenai judul dari PKLM ini.

4. Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data mengenai Pajak Hotel. Data tersebut dikelompokkan menjadi Data Primer dan Data Sekunder.

Data Primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Data Sekunder diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi, maupun literatur yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis mengumpulkan data secara lengkap dari objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, kemudian dilakukan pengelompokan data agar nantinya dapat ditarik kesimpulan yang dapat memberikan gambaran kondisi permasalahan dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut pada pegawai Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.


(18)

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan dengan pengelompokan data beserta cara pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Data Wawancara

Yaitu penulis melakukan kegiatan tanya jawab kepada petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan dalam penulisan laporan ini.

2. Data Observasi (Pengamatan)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.

3. Data Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan berbagai catatan-catatan, data-data yang telah diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan data objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(1)

• Pajak Kendaraan Bermotor

• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor • Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor • Pajak Air Permukaan

• Pajak Rokok

b. Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat Kabupaten/Kota. Pajak Kabupaten/Kota yang berlaku sampai saat ini, terdiri dari :

• Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan • Pajak Restoran

• Pajak Hiburan • Pajak Reklame

• Pajak Penerangan Jalan • Pajak Hotel

• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan • Pajak Air Tanah

• Pajak Parkir

• Pajak Sarang Burung Walet


(2)

3. Pengertian Pajak Hotel

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

4. Objek Pajak Hotel

Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada paragraf diatas adalah fasilitas telepon, faksimili, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.

5.Yang Tidak Termasuk Objek Pajak Hotel

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yang tidak termasuk objek pajak hotel, antara lain:

5.1 Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;


(3)

5.2 Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

5.3 Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

5.4 Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

5.5 Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

6. Subjek Pajak Hotel

Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.

7. Wajib Pajak Hotel

Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.

8. Dasar Pengenaan Pajak Hotel

Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Hotel, antara lain :


(4)

1. Mekanisme pemungutan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Daerah Kota

Tebing Tinggi

2. Data tentang realisasi penerimaan Pajak Hotel

3. Kendala-kendala dalam pemungutan Pajak Hotel

4. Upaya-upaya yang ditempuh dalam memaksimalkan penerimaan Pajak Hotel.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri mulai dari penentuan judul, tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, dan konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber pustaka seperti : buku-buku, undang-undang, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(5)

Penulis melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang ada di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi mengenai judul dari PKLM ini.

4. Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data mengenai Pajak Hotel. Data tersebut dikelompokkan menjadi Data Primer dan Data Sekunder.

Data Primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Data Sekunder diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi, maupun literatur yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis mengumpulkan data secara lengkap dari objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, kemudian dilakukan pengelompokan data agar nantinya dapat ditarik kesimpulan yang dapat memberikan gambaran kondisi permasalahan dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut pada pegawai Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi.


(6)

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan dengan pengelompokan data beserta cara pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Data Wawancara

Yaitu penulis melakukan kegiatan tanya jawab kepada petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan dalam penulisan laporan ini.

2. Data Observasi (Pengamatan)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.

3. Data Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan berbagai catatan-catatan, data-data yang telah diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan data objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.