Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

(1)

TUGAS AKHIR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

TENTANG

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM

MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK HOTEL PADA

DINAS PENDAPATAN KOTA

TEBING TINGGI

OLEH:

ILMI FADILA

062600060

Untuk memenuhi salah satu syarat menamatkan studi pada

Program Diploma – III Administrasi Perpajakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM DIPLOMA – III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan Sujud akan selalu saya (Penulis) panjatkan Ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan PKLM saya yang berjudul “ Upaya Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan

Penerimaan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi “, sehingga

saya dapat memperoleh gelar Ahli Madya Administrasi Perpajakan FISIP USU.

Dalam penulisan laporan akhir ini, saya telah banyak menerima bantuan materil maupun moriil berupa motivasi, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga penulisan Laporan PKLM ini dapat diselesaikan. Untuk itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Laporan Akhir ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si sebagai Ketua Jurusan PPRODIP III Administrasi Perpajakan.

3. Bapak M. Arifin Nst, S.Sos, M.SP selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah memberikan saya dukungan, bimbingan, arahan, dan kesabaran dalam penyelesaian laporan PKLM ini.

4. Bapak Jefri Sembiring, SE, MM, Bapak Syafri Amri Siregar, SE.Ak dan seluruh staf pegawai di Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi,yang telah banyak membantu saya dengan memberikan data-data yang saya perlukan untuk menyelesaikan Laporan PKLM ini.


(3)

5. Teristimewa untuk keluarga saya, terutama kedua orang tua saya tercinta, Ibu Umi Salamah Matondang dan Bapak Ali Husin Batubara. Terima Kasih atas segala perhatian, kasih saying, dukungan, doa dan segalanya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, dan terima kasih juga kepada abang saya Aulia Rahman.

6. Seluruh staf pegawai FISIP USU, Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan pengajaran, nasehat dan motivasi selama ini kepada saya.

7. Kepada teman-teman saya di Adm Perpajakan satu angkatan, angkatan ’06. terutama kepada “TAX-RANGER” atas doa dan semangatnya.

8. Serta semua pihak yang terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan Laporan Akhir ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan Laporan Akhir ini.

Akhir kata saya berharap agar ilmu yang telah saya peroleh selama mengikuti perkuliahan di Perpajakn FISIP USU dapat diabadikan untuk kesejahteraan dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di masyarakat, bangsa dan negara Indonesia serta untuk mnambah pengetahuan untuk para pembaca. Amiin.

Medan, Juni 2009 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3

C. Ruang Lingkup PKLM... 5

D. Metode PKLM ... 5

E. Metode Pengumpulan Data ... 6

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 7

BAB II. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI A. Sejarah Singkat Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi... 9

B. Tujuan dan Fungsi Tugas Pokok Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi ... 10

C. Wilayah Kerja Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi... 11

D. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi ... 11

E. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi ... 12


(5)

BAB III. GAMBARAN UMUM DATA PAJAK HOTEL

A. Pengertian Pajak Hotel... 26

B. Ketentuan Perundang-undangan Tentang Pajak Daerah Kota Tebing Tinggi ... 27

C. Objek dan Subjek Pajak Hotel ... 31

D. Dasar Pengenaan Pajak Hotel ... 32

E. Cara Perhitungan Pajak Hotel ... 32

F. Tata Cara Pembayaran Pajak Hotel... 33

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Tata Cara Penagihan Pajak Hotel... 35

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemungutan Pajak Hotel ... 37

C. Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel ... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 42


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Pegawai Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi Tabel 2 Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

DAFTAR GAMBAR


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada saat ini, sektor perpajakan memegang peranan penting sebagai sumber penerimaan negara, seperti halnya dengan penerimaan yang berasal dari pajak daerah, yang juga memiliki kontribusi yang besar bagi tiap daerah di Indonesia,yaitu sebesar 70 % kepada kas negara. Dan hal ini ditunjang oleh kemampuan dari pemerintah daerah itu sendiri untuk memperoleh sumber keuangan daerahnya dalam membiayai penyelenggaraan dan pembangunan daerah. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 bahwa daerah otonomi mempunyai kewenangan guna mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk dapat lebih aktif berperan sarta dalam pembangunan, khususnya pembangunan daerah itu sendiri.

Di dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib pajak yang dilakukan oleh orang pribadi atau kepala daerah tanpa mendapat imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku, yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dan berdasarkan Undang-undang No.34 Tahun 2000 tersebut, pajak daerah terdiri atas dua bagian, yaitu:


(8)

a. Pajak Provinsi, terdiri atas:

1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air;

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air; 3. Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor;

4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

b. Pajak Kabupaten / Kota, terdiri dari :

1. Pajak Hotel; 2. Pajak Restoran; 3. Pajak Hiburan; 4. Pajak Reklame;

5. Pajak Penerangan Jalan; dan

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Salah satu pajak daerah yang memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Tebing Tinggi adalah pajak hotel, dan ini terbukti dari penerimaan pajak dari hotel tersebut sebesar 15 %, dan diharapkan dari pajak hotel tersebut dapat menjadi sumber PAD yang potensial bagi Kota Tebing Tinggi.

Dalam pelaksanaan penerimaan pajak hotel, perlu diketahui bagaimana prosedur penagihan pajak hotel tersebut dilakukan, apa factor pendukung dan penghambat yang dapt mempengaruhi penerimaan pajak hotel, serta apa upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel tersebut.


(9)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dan menuangkannya dalam tugas akhir dengan judul “Upaya Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Peneriman Pajak Hotel

pada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Kota Tebing Tinggi”.

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

1) Tujuan PKLM

Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

a.Untuk mengetahui dan memahami bagaimana prosedur penagihan pajak hotel pada Dinas Pendapatan kota Tebing Tinggi.

b.Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam usaha pemungutan pajak hotel tersebut.

c.Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam peningkatan Pajak Daerah tersebut.

2) Manfaat PKLM

Bagi Mahasiswa :

a. Mendorong mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan perkerjan secara efektif dan efesien melalui kegiatan PKLM.

b. Mendorong mahasiswa untuk belajar megetahui bagaimana mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai.


(10)

c. Guna menciptakan dan menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab, profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Bagi Universitas Sumatera Utara :

a. Membuka interaksi antara universitas dengan instansi pemerintahan yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.

b. Mempertinggi image (pandangan masyarakat) terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan nasional, khususnya Universitas Sumatera Utara.

c. Meningkatkan mutu universitas melalui Praktik Kerja Lapangan ini.

Bagi Intansi Pemerintah (Dinas Pendapatan, Peengelola Keuangan dan Asset Kota Tebing Tinggi) :

a. Sebagai sarana untuk memperat hubungan yang positif antara instansi pemerintah dengan universitas.

b. Guna menyaring tenaga-tenaga ahli dan terampil yang nantinya menjadi tenaga-tenaga ahli yang siap pakai.

c. Meningkatkan hubungan antar dunia usaha dengan dunia pendidikan.

C. Ruang Lingkup PKLM

Dalam melaksanakan PKLM ini, penulis membatasi ruang lingkup praktek yang dilakukan. Adapun yan menjadi ruang lingkup PKLM ni adalah:


(11)

1) Mekanisme dan prosedur pemungutan pajak hotel; 2) Kontribusi, target dan realisasi penerimaan pajak hotel; 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel; 4) Faktor penghambat peneriman pajak hotel;

5) Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset) kota Tebing Tinggi dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel.

D. Metode PKLM

Untuk memperoleh data-data dan informasi yng brhubungan dengan prosedur dan tata cara pemungutan pajak hotel pada Dinas Pendapatan kota Tebing Tinggi adalah :

1. Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai hal yang dimulai dari penentuan tempat PKL, mencari bahan untuk membuat proposal, membuat surat permohonan pengantar PKLM, hingga melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta mengajukan ide-ide kerja PKLM.

2. Studi Literatur

Merupakan dasar teori yang mendukung dalam pembuatan laporan. Dalam hal ini, penulis mencari buku-buku referensi yang berkaitan dengan hal


(12)

3. Observasi Lapangan

Yaitu melakukan pengamatan pada instansi (Dinas Pendapatan) dengan tujuan untuk mendapatkan data sesuai dengan apa yang sedang diteliti.

4. Pengumpulan Data

Adalah kegiatan mengumpulkan data atau keterangan yang berkaitan dengan yang sedang diteliti, yaitu :data primer dan data sekunder

5. Analisis dan Evalusi Data

Setelah data-data yang diperlukan telah terkumpul dengan lengkap, maka dilakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang tepat dan mengevaluasi data secara kualitatif, kemudian diinterprestasikan secara objektif, jelas, dan sistematis.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:

1) Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan tanya jawab secara langsung kepada pihak yang diharapkan dapat memberikan keterangan atau data yang diperlukan.


(13)

b. Observasi

Yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Dinas Pendapatan dan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang berkaitan yang menjadi objek penelitian.

2) Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti

3) Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang diperlukan dari instansi pemerintahan yang bersangkutan, untuk menambah objektifitas yang dibutuhkan guna melengkapi laporan PKLM.

F. Sistematika Penulisan Laporan PKL Mandiri

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, diuraikan latar belakang yang menjadi pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi penelitian yaitu Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Kota Tebing Tinggi.


(14)

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

Dalam bab ini akan dibahas tentang teori dan kerangka konsep dari objek permasalahan penelitian, yaitu mengenai pajak hotel.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis kan menyajikan data, menganalisa data, dan membahas masalah yang dihadapi dalam hal pemungutan pajak hotel.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari permasalahan yang dihadapi penulis serta pengambilan tindakan dalam mengatasi masalah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA

TEBING TINGGI

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 23 Tahun 1989 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Tebing Tinggi dan kemudian ditetapkan melalui SK Walikota Madya KDH Tk II Tebing Tinggi No. 188.342.10 / Tahun 1990 tanggal 19 November 1990.

Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas di Kota Tebing Tinggi ditetapkan melalui SK Walikota Tebing Tinggi Nomor : 061.1 / 249.8.d tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi ini berdiri pada tanggal 16 Oktober 1993 yang dulunya beralamat di Jl. Gunung Lauser Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi dan diresmikan oleh Bapak Gubernur KDH Tk I Sumatera Utara. Dan sekarang Kantor Dinas Pendapatan Daerah ini beralamat di Jl. Gunung Agung No.1 Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.


(16)

B. Tujuan dan Fungsi Tugas Pokok Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

 Tujuan berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah:

1. Mengatur pendapatan pajak / retribusi daerah pada Kota Tebing Tinggi. 2. Memperlancar laju pertumbuhan pembangunan Kota Tebing Tinggi. 3. Memperlaju pertumbuhan perekonomian di Kota Tebing Tinggi.

 Fungsi dan tugas pokok Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah : 1. Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian

urusan rumah tangga dalam bidang Pendapatan Daerah dan tugas-tugas lainnya yang disarankan oleh Kepala Daerah kepadanya.

2. Melakukan perumusan oleh Kepala Daerah dan kebijaksanaan teknis terhadap tugas-tugas yang diserahkan oleh Walikota.

3. Melakukan koordinasi, bimbingan, dan pengendalian serta pengawasan terhadap kegiatan pemungut Pendapatan Daerah, menyusun program dalam rangka peningkatan / pengembangan Pendapatan Daerah berdasarkan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan pengolahan Pendapatan Daerah.

4. Membuat rancangan Peraturan Daerah tentang Pungutan Daerah.

5. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan objek atas Subjek Pajak dan Retribusi Daerah.

6. Menetapkan sejumlah pajak terutang, dan memeriksa kebenaran data informasi.


(17)

7. Mencatat dan meneliti pembayaran / penyetoran, melaksanakan proses penagihan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8. Melakukan restitusi / pengembalian atau pemindahbukuan dan melayani keberatan dan permohonan banding dari Wajib Pajak.

9. Melaksanakan pemungutan retribusi daerah dan pendapatan lainnya. 10.Meneliti, mencatat, melegalisir surat-surat berharga serta menyalurkan

kepada Dinas Pengelolaan Pemungutan Retribusi.

C. Wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

1) Kecamatan Rambutan 2) Kecamatan Bajenis 3) Kecamatan Padang Hulu 4) Kecamatan Padang Hilir

5) Kecamatan Tebing Tinggi Kota

D. Visi Dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

 Visi

Visi merupakan cara pandang kedepan dari suatu instansi yang mengandung gambaran cita-cita yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Adapun visi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah :


(18)

PROFESIONALISME, APARATUR, DAN EFEKTIFITAS ORGANISASI”.

Misi

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka instansi harus memiliki misi yang jelas juga. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintahan dan sasaran yang ingin dicapai. Maka misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi adalah :

1) Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar lebih professional dalam mengelola dan mengembangkan pendapatan daerah.

2) Mewujudkan efektifitas koordinasi dengan instansi pengelola pendapatan daerah,

3) Mengoptimalkan pendapatan daerah melalui usaha intesifikasi dan ekstensifikasi objek pajak / retribusi.

E. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

Suatu struktur organisasi akan menggambarkan secara jelas mengenai pembagian dan pembatasan antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 13 tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi, telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi beserta struktur organisasinya.


(19)

Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah : 1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, terdiri dari :

a) Subbagian Umum dan Kepegawaian

b) Subbagian Program dan Perundang-Undangan c) Subbagian Keuangan

3. Bidang Pendapatan Dana Bagi Hasil, terdiri dari : a) Seksi Dana Bagi Hasil Pusat

b) Seksi Dana Bagi Hasil Provinsi

c) Seksi Dana Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak 4. Bidang Pendapatan Pajak Daerah, terdiri dari :

a) Seksi Pendataan dan Penetapan Pajak Daerah b) Seksi Penagihan dan Pembukuan Pajak Daerah

c) Seksi Verifikasi dan Penaganan Keluhan Pajak Daerah 5. Bidang Pendapatan Retribusi Daerah, terdiri dari :

a) Seksi Pendataan dan Penetapan Retribusi Daerah b) Seksi Penagihan dan Pembukuan Retribusi Daerah

c) Seksi Verifikasi dan Penaganan Keluhan Retribusi Daerah 6. Bidang Pasar, terdiri dari :

a) Seksi Ketertiban dan Penataan Pasar b) Seksi Pengutipan Retribusi Pasar


(20)

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

F. Uraian Tugas dari Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Tebing

Tinggi

Dibawah ini akan diuraikan tugas dari masing-masing jabatan, yaitu kepala dinas, sekretaris, kepala sub bagian, dan kepala seksi.

1) Kepala Dinas

Tugasnya adalah :

 Menyusun rencana program dan pedoman teknis dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas di bidang pengelolaan pendapatan daerah baik dari sektor pajak dan retribusi maupun pengelolan pasar

 Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait dalm rangka upaya penggalian potensi yang merupakan sumber pendapatan daerah

 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pendapatn daerah maupun pengelolaan pasar.

 Memonitor dan mengendalikan pungutan pajak dan retribusi daerah dan sumber-sumber lainnya yang sah.

 Melaksanakan pembinaan dengan para staf dalam rangka mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan.

2) Sekretaris


(21)

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan.

 Membimbing hasil kerja bawahan dan mengevaluasi kerja bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

 Menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan yang meliputi perencanaan da pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan, serta kerumahtanggan.

 Mengkoordinasi penyusunan program kerja, penyelenggaraan kegiatan dan penysusunan laporan Dinas.

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Tugasnya adalah :

 Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan surat menyurat, kearsipan, asset dan kerumahtanggaan.

 Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU), Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU), pengadaan barang lingkup Dinas.

 Melaksanakan usulan pengembangan SDM melalui usulan kebutuhan, pemanfaatan dan pendayagunaan pegawai.

 Membuat laporan kegiatan bulanan, triwulan, tahunan dan insidentil kepada atasan langsung.

4) Sub Bagian Program Perundang-Undangan


(22)

 Menyusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILLPD), dan laporan lainnya dalam lingkup Dinas.

 Melaksanakan koordinasi dengan bidang-bidang dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RKJMD) dan Rencana Kerja (Renja) lingkup Dinas.

 Melaksanakan dan mengkoordinasikan perumusan perundang-undangan, telaahan hukum, pengembangan hukum serta penyiapan bahan pertimbangan atas masalah yang timbul dalam pelaksanaan tugas.

5) Sub Bagian Keuangan

Tugasnya adalah :

Melaksanakan penyusunan dan pengelolaan anggaran.

 Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi penerimaan, pembukuan, penyimpanan, pembayaran dan penyetoran pendapatan.

Mengelola gaji dan tunjangan pegawai.

 Memproses dan menghimpun laporan keuangan dana-dana yang bersumber dari bantuan pemerintah, Pemerintah Provinsi, Bantuan Luar Negeri, dan lain-lain.


(23)

 Membuat laporan realisasi keuangan bulanan. Triwulan, tahun / neraca dinas dan insidentil kepada atasan langsung.

6) Bidang Pendapatan Dana Bagi Hasil

Tugasnya adalah :

 Merumuskan penyusunan RKA dan mengendalikan DPA.

 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.

 Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Bidang Dana Bagi Hasil.

7) Bidang Pendapatan Pajak Daerah

Tugasnya adalah :

 Merumuskan penyusunan RKA dan mengendalikan DPA.

 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.

 Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Bidang Pendapatan Pajak Daerah.

8) Bidang Pendapatan Retribusi Daerah

Tugasnya adalah :

 Merumuskan penyusunan RKA dan mengendalikan DPA.

 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.

 Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Bidang Pendapatan Retribusi Daerah.


(24)

 Merumuskan penyusunan RKA dan mengendalikan DPA.

 Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.

 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.

 Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Bidang Pasar.

10) Seksi Dana Bagi Hasil Pusat

Tugasnya adalah :

 Menyiapkan Data Rencana Penerimaan Dana Bagi Hasil Pusat..

 Penatausahaan Dana Bagi Hasil Pusat.

 Menyusun Laporan Realisasi Penerimaan dan Bagi Hasil Pusat.

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA.

11) Seksi Dana Bagi Hasil Provinsi

Tuganya adalah :

 Menyiapkan Data Rencana Penerimaan Dana Bagi Hasil Provinsi..

 Penatausahaan Dana Bagi Hasil Provinsi.

 Menyusun Laporan Realisasi Penerimaan dan Bagi Hasil Provinsi.

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA.

12) Seksi Dana Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) PBB.


(25)

 Melaksanakan penatausahaan dan menyusun laporan Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan serta Bagi Hasil Lainnya.

 Melaksanakan penetapan kebijakan pengelolaan BUMD.

13) Seksi Pendataan dan Penetapan Pajak Daerah

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan pendataan dan pendaftaran Objek dan Wajib Pajak Daerah.

 Melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah dan perhitungan denda serta sanksi lainnya.

 Melaksanakan penetapan pajak daerah kepada Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan Pajak daerah dan menerbitkan NPWPD.

 Menghimpun data dan membuat kartu tanda serta menyusun Daftar Induk Wajib Pajak.

 Menyusun rencana dan melaksanakan pemeriksaan objek pajak daerah dan menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak daerah.

14) Seksi Penagihan dan Pembukuan Pajak Daerah

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah.

 Melaksanakan pembukuan penerimaan pajak daerah, menyiapkan laporan tentang Realisasi Penerimaan dan tunggakan pajak Daerah.


(26)

15) Seksi Verfikasi dan Penanganan Keluhan Pajak Daerah

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah.

 Menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari Wajib Pajak Daerah, meneliti kelebihan pajak daerah yang dapat diberikan restitusi atau pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Dinas tentang Pemberian restitusi dan pemindahbukuan.

 Menerima Surat Keberatan dari Wajib Pajak Daerah dan meneliti keberatan Wajib Pajak Daerah serta membuat pertimbangan atas keberatan Wajib Pajak Daerah.

16) Seksi Pendataan dan Penetapan Retribusi Daerah

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan pendataan Objek Retribusi Daerah.

 Melaksanakan perhitungan penetapan pokok retibusi daerah dan perhitungan denda serta sanksi lainnya.

 Melaksanakan penetapan ratribusi daerah kepada Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah dan menerbitkan SKRD.

 Menyusun rencana dan melaksanakan pemeriksaan objek retribusi daerah dan menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek retribusi daerah.


(27)

17) Seksi Penagihan dan Pembukuan Retribusi Daerah

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan penagihan atas tunggakan retribusi daerah.

 Melaksanakan pembukuan penerimaan retribusi daerah, menyiapkan laporan tentang Realisasi Penerimaan dan tunggakan Retribusi Daerah.

18) Seksi Verifikasi dan Penaganan Keluhan Retribusi Daerah

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan retribusi daerah.

 Menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari Wajib Retribusi Daerah, meneliti kelebihan retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi atau pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Dinas tentang Pemberian restitusi dan pemindahbukuan.

 Menerima Surat Keberatan dari Wajib Retribusi Daerah dan meneliti keberatan Wajib Retribusi Daerah serta membuat pertimbangan atas keberatan Wajib Retibusi Daerah.

19) Seksi Ketertiban dan Penataan Pasar

Tugasnya adalah :

 Mencatat dan membukukan semua hasil pengutipan dari Retribusi Pasar, mengevaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pengutipan Retribusi Daerah.


(28)

 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan.

 Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pengutipan Retribusi Pasar.

20) Seksi Pengutipan Retribusi Pasar

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan semua kegiatan ketertiban tempat-tempat berjualan di pasar.

 Melaksanakan semua kegiatan penataan tempat-tempat berjualan di pasar.

 Melaksanakan operasi penggusuran, melaksanakan pengambilalihan hak sewa Ruko, Kios, dan Stand dari penyewa yang menunggak pembayaran retribusi pasar.

 Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan tugas operasi penertiban pasar.

21) Seksi Pendataan dan Pengembangan Pasar

Tugasnya adalah :

 Melaksanakan pendataan jumlah Ruko, Kios, dan Stand serta jumlah pedagang penyewa ruko, kios, dan stand di Pasar Daerah.

 Melaksanakan kegiatan dalam bidang kebersihan lingkungan pasar, perawatan bangunan pasar dan mencegah terjadinya gangguan keamanan, banjir, dan kebakaran.


(29)

Memberikan saran kepada Kepala Dinas tentang langkah-langkah yang akan dipertimbangkan untuk pengembangan pasar.


(30)

Daftar Pegawai

Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

NO NAMA GOL JABATAN

1 Drs. H. Syamsul Rizal IV/c Kepala Dinas

2 Jefri Sembiring, SE, MM IV/a Sekretaris

3 Hj. Armawati Lubis III/d Kasubbag. Umum / Kepegawaian

4 Hj. Kemala Samita, SE III/c Kasubbag. Keuangan

5 Syafri Amri Siregar, SE.Ak III/b Staf

6 Siri Supriani, SE III/a Staf

7 Elfi Susianty, Amd II/c Staf

8 Yurlisna, Amd II/c Staf

9 Zuriah II/a Staf

10 Sri Muliyani II/a Staf

11 Diantri Suslawati II/a Staf

12 Ahmad Fauzi II/a Staf

13 Syafrizal Lubis II/a Staf

14 Machyuddin, SH IV/a Kabid. Pendapatan Retribusi Daerah

15 Mensen Manullang III/c Kasi Pemantauan dan Pendaftaran

16 Dapot Hasiholan III/c Kasi Penyusunan Program

17 Alfred L. Tobing, SH IV/a Kabid. Pendapatan Pajak Daerah

18 Siti Aminah, BA III/c Kasi Pengelolaan Data / Informasi

19 Sutan III/c Kasi Pemeriksaan

20 Riswan Saragih III/b Staf

21 Drs. Bambang Irianto IV/a Kabid Pendapatan Dana Bagi Hasil

22 Derisma Sinaga, SE III/b Kasi Restitusi / Pemindahbukuan


(31)

24 Amir III/a Staf

25 Nur Lina II/a Staf

26 Ali Usman Rangkuti III/d Kasi Penerimaan Lain-Lain

27 Zulfikar Faridah Hsb, SE III/b Kasi Penatausahaan Pendapatan Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain

28 Sangkot Simbolon III/d Kabid Pasar

29 Hamidah Lubis, SH III/b Staf

30 Aker Girsang III/a Staf

31 Paham Harahap II/d Staf

32 Riza Ananta II/d Staf

33 Mingsan Lumbantobing II/a Staf

34 Siti Nurhayati II/a Staf UPDT Pasar

35 Kalvin Windarko Bangun II/a Staf UPDT Pasar

36 Khairuddin II/a Staf UPDT Pasar

37 Pangku Alam Siregar II/a Staf UPDT Pasar

38 Bahtiar Sinaga I/c Staf UPDT Pasar

39 Abdi Laia I/c Staf UPDT Pasar

40 Aris Pradana I/a Staf UPDT Pasar


(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

A. Pengertian Pajak Hotel

Sebelum membahas mengenai gambaran pajak hotel, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tentang defenisi pajak daerah.

Pungutan pajak daerah yang saat ini didasarkan pada Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Undang –Undang No.34 Tahun 2000, yaitu pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapat imbalan secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggeraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pajak hotel merupakan salah satu pajak daerah berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, yang merupakan perubahan dari Undang-undang No. 18 Tahun 1997. Adapun defenisi pajak hotel yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas pelayanan hotel termasuk losmen, wisma, tempat kos, dan rumah penginapan lainnya. Mengenai pengertian hotel itu sendiri terdapat beberapa pengertian, yaitu :

a) SK Menhub No. PM 10-310 / Phb 77

Hotel adalah suatu usaha bentuk akomodasi yng dikelola secara komersial dengan menyediakan layanan penginapan serta makanan dan minuman.


(33)

b) Hotel Propietors Act, 1956

Hotel dapat diartikan sebagai suatu yang dikelola dengan menyediakan jasa pelayanan, yang mampu membayar pantas sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan dengan tidak mempunyai perjanjian khusus.

c) Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 10 Tahun 2001

Hotel adalah bangunan yang khusus disediakn bagi orang untuk dapat menginap / istirahat, memperoleh pelayanan, dan / atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, temasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untu pertokoan dan perkantoran.

B. Ketentuan Perundang-Undangan Tentang Pajak Daerah Kota Tebing

Tinggi

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi daerah, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya adalah dengan menetapkan Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan ats Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah retribusi daerah. Pemberian kwenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah agar terus berupaya untuk megumpulkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Dan Undang-Undang tersebut didukung dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah


(34)

Dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tersebut, Pemerintah Kota Tebing Tinggi diberi wewenang untuk membuat suatu peraturan daerah dalam rangka menggali sumber pemasukan daerah. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2001 Tentang Pajak Hotel.

Ketentuan Umum

1. Daerah adalah Kota Tebing Tinggi.

2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Tebing Tinggi. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Tebing Tinggi.

4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Perpajakan Daerah sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

5. Dinas Pendapatan Kota adalah Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

6. Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas pelayanan hotel.

7. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap / istirahat, memperoleh pelayanan, dan / atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, temasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untu pertokoan dan perkantoran.

8. Pengusaha Hotel adalah perorangan atau badan yang menyelenggarkan usaha hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.


(35)

9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang disingkat STPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan / atau pembayaran pajak yang terutang menurut Peraturan Perundang-undangan Pajak Daerah.

10.Surat Setoran Pajak Daerah yang disingkat SSPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pjak yang terutang ke kas daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

11.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang disingkat SKPDKB adalah Surat Ketetapan Pajak yang menetukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih haus dibayar. 12.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang disingkat

SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

13.Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang disingkat SKPDLB adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya teutang,

14.Surat Tagihan Pajak Daerah yang disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan /


(36)

15.Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha ataupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau orgnisasi yang sejenisnya, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

16.Putusan Banding adalah putusan Badan Peradilan Pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

17.Surat Ketetapan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatanterhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Kettapan Pajak Daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

18.Penyidikan Tindak Pidana dibidang Perpajakan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil, yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah itu terjadi sreta menemukan tersangkanya.


(37)

C. Objek dan Subjek Pajak Hotel

1) Objek Pajak Hotel

Objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh pembayaran di hotel. Adapun objek pajak sebagaimana yang dimaksud pada kalimat tersebut dan berdasarkan oleh Peraturan Daerah No. 10 tahun 2001 tentang pajak hotel adalah :

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain motel, wisma pariwisata, pasenggrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih yng menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

b. Pelayanan penunjang seperti telepon, faksimili, fotocopy, pelayanan cuci setrika, taxi dan pengangkutan lainnya yng disediakan atau dikelola hotel. c. Fasilitas olah raga dan hiburan antara lain pusat kebugaran (fitness center),

kolam renang, tennis, golf, karaoke, pub, discotic yang disediakan atau dikelola oleh hotel.

d. Jasa persewaan ruangan untuk pertemuan di hotel. Dikecualikan dari Objek Pajak adalah :

a. Penyewaan rumah tau kamar, apartemen atau fasilitas tempat tinggal lainnya, yang tidak menyatu dengan hotel.

b. Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren.

c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan oleh hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.


(38)

d. Pertokoan, perkantoran, dan perbankan yang dipergunakan oleh umum di hotel.

e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

2) Subjek Pajak Hotel

Sesuai dengan Peraturan Daerah No.10 tahun 2001, yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel.

D. Dasar Pengenaan Pajak Hotel

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2001 tentang pajak hotel, maka dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel.

E. Cara Perhitungan Pajak Hotel

Besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh seorang Wajib Pajak pengguna jasa hotel adalah dengan mengalikan tarif pajak sebesar 10% dengan dasar pengenaan pajak. Atau rumusnya adalah :

Pajak Hotel = 10% x Dasar Pengenaan Pajak


(39)

Mr. X menginap di salah satu hotel di kota Tebing Tinggi selama 7 hari. Sewa satu kamar seharga Rp. 300.000,00. hitunglah berapa jumlah uang yang harus dibayar oleh Mr. X kepada pengusah hotel atas pelayanan hotel tersebut ?

Penyelesaian :

Sewa kamar selama 7 hari = Rp. 300.000,00 x 7 = Rp. 2.100.000,00 Pajak hotel = 10% x Rp. 2.100.000,00 = Rp. 210.000,00 +

Rp. 1.990.000,00

Maka jumlah uang yang harus dibayar oleh Mr. X adalah Rp. 1.990.000,00

F. Tata Cara Pembayaran Pajak Hotel

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 10 tahun 2001 tentang pajak hotel, maka tata cara pembayaran pajak hotel adalah :

1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang telah ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD.

2) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalm waktu yng ditentukan oleh Kepala Daerah.

3) Pembayaran pajak sebagaimana disebutkan diatas, dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).


(40)

5) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

6) Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut denagn dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.

7) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Paja untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kuarang bayar.

8) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran angsuran dan penundaan serta tatacara pembayaran angsuran dan penundaan ditetapkan oleh Kepala Daerah.

9) Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

10)Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.


(41)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Tata Cara Penagihan Pajak Hotel

Salah satu pajak daerah yang telah memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi adalah pajak hotel. Dan hal ini diharapkan dapat menjadi sumber PAD yang potensial bagi kota Tebing Tinggi, karena dengan adanya hotel akan menambah pemasukan bagi daerah, dengan cara terus meningkatkan dan mengoptimalkan sumber-sumber penerimaanya.

Berikut ini nama-nama Hotel yang ada di Kota Tebing Tinggi : 1. Hotel Malibou

2. Hotel Safari 3. Hotel G. Parapat 4. Losmen Deli 5. Losmen Bahagia 6. Losmen Mora 7. Losmen Srikandi 8. Losmen Sederhana 9. Losmen Aricho


(42)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 10 tahun 2001 tentang pajak hotel, maka tata cara penagihan pajak hotel adalah :

1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.

3) Surat teguran, surat peringatan, atau surat-surat lain yang sejenis sebagaimana telah disebutkan diatas dikeluarkan oleh pejabat.

4) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalm jangka waktu sebagaimana telah ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar/ditagih dengan surat paksa.

5) Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis. 6) Kepada petugas pemungut diberi uang perangsang sebesar 5 % (lima

persen)

7) Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalm jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, pejabat segera menerbitkan surat perintah pelaksanaan penyitaan.


(43)

8) Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.

B. Faktor-faktor Pendukung dan Penghmbat dalam Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Hotel

Dalam hal pencapaian atau tidaknya target penerimaan pajak hotel ini, tergantung pada unsur-unsur yang terlibat dalam pencapaian target tersebut. Unsur-unsur tersebut antara lain pihak yang memungut dan mengelola pajak hotel (Dinas Pendapatan), pengunjung atau tamu yang menginap, dan secara tidak langsung masyarakat yang yang bertempat tinggal di sekitar hotel tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel adalah : 1) Faktor Pendukung, antara lain :

 Tesedianya peraturan daerah tentang pajak hotel, sebgai dasar hokum yang mendukung pemungutan pajak hotel tersebut.

 Berdirinya hotel-hotel dan sebagainya.

 Adanya pihak-pihak yang dapat mendukung pemungutan pajak ini, yaitu Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dan masyarakat.

2) Faktor Penghambat, antara lain :

 Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayar Pajak Hotel bahkan ada Wajib Pajak yang selalu menghindar dalm membayar pajak,


(44)

 Ketidakjujuran dari Wajib Pajak dalam hal melaporkan dan membayar pajaknya yang terutang.

 Ketidakmampuan dari Wajib Pajak untuk membayar pajak karena tidak mencapai target omset yang telah dibuat oleh pihak hotel.

 Kurangnya pemahaman dari Wajib Pajak tersebut tentang peraturan pajak hotel.

 Kurangnya hiburan atau fasilitas-fasilitas yang mendukung pelanggan untuk menginap sehingga menyebabkan turunyya omset yang didapat oleh pihak hotel (Wajib Pajak) dan mengakibatkan banyaknya Wajib Pajak yang menunggak pajaknya.

C. Upaya-upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak

Hotel

Dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel di Kota Tebing Tinggi, pemerintah telah melakukan usaha atau upaya yang dapat mendorong tercapainya target peneriman pajak hotel. Upaya peningkatan penerimaan pajak ini dapt dibedakan atas dua (dua) hal, yaitu :

1) Upaya Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Hotel

Ekstensifikasi adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel melalui penambahan jumlah Wajib Pajak dan perluasan Objek Pajak. Upaya ekstensifikasi ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan, pendataan, dan registrasi terhadap objek pajak


(45)

hotel yang baru. Upaya ini telah lama dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi, hal ini dapat diketahui dari informasi yang menyebutkan bahwa tidak ada lagi hotel-hotel yang tidak atau belum terdaftar.

2) Upaya Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel

Intensifikasi merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan agar Wajib Pajak membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi penerimaan pajak hotel sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Upaya ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara terus menerus agar

penyimpangan dapat ditekan serendah mungkin.

Hal ini dapat dilakukan yaitu antara lain dengan memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan pihak pemungut (fiskus) yang melakukan penyimpangan.

b) Menerapkan pengenaan sanksi denda, bunga dan kenaikan terhadap kesalahan yang dilakukan Wajib Pajak.

Pengenaan sanksi ini dikenakan apabila seorang Wajib Pajak tidak membayar pajaknya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

c) Sosialisasi kepada masyarakat tentang peraturan yang berkenaan dengan pajak hotel.


(46)

Misalnya pendekatan secara personal dengan Wajib Pajak sehingga timbul rasa saling percaya, karena dengan adanya rasa saling percaya ini wajib Pajak tidak akan ragu untuk memberikan data-data yang benar mengenai jumlah pajaknya ataupun data-data lainnya yang memang diperlukan.

d) Memperketat upaya pemungutan pajak hotel.

Misalnya dengan cara melakukan pemeriksaan dan penagihan secara mendadak ke hotel-hotel yang dianggap kurang memiliki kesadaran dalam hal pembayaran pajak.

e) Melakukan pengarahan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak yang belum memahami prosedur dan tatacara pembayaranpajak hotel. Dengan begitu akan menghilangkan anggapan bahwa membayar pajak merupakan kegiatan yang rumit atau menyusahkan. Dengan kata lain jika prosedur dan tata cara pembayaran sudah dipahami akan lebih memudahkan Wajib Pajak dalam membayar pajak

Berdasarkan upaya yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa penerimaan pajak hotel mengalami peningkatan yang cukup baik, seperti yang terlihat pada tabel target dan realisasi dibawah ini.


(47)

Tahun

Target Realisasi Persen

2005 Rp. 12.480.000 Rp. 12.615.000 101.8 % 2006 Rp. 12.480.000 Rp. 12.690.000 101.6 % 2007 Rp. 12.660.000 Rp. 12.660.000 100 % 2008 Rp. 13.293.000 Rp. 14.060.000 105.7 %

Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa realisasi penerimaan pajak hotel pada tahun 2005 mencapai target yang telah ditetapkan. Sama halnya seperti pada tahun 2006, walaupun dengan target yang sama dengan target tahun 2005, penerimaan pajaknya juga mencapai target dan dapat dikatakan meningkat melebihi tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, target dinaikkan dengan alasan melihat realisasi pada tahun sebelumnya melebihi target yang ingin dicapai, tetapi peningkatan target ini tidak menaikkan realisasi dan bahkan terlihat lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya. pada tahun 2008, pihak pemerintah daerah tetap optimis menaikkan targetnya dan ternyata optimisme pihak pemerintah daerah (Dinas Pendapatan) mebuahkan hasil. Realisasi penerimaan pajak hotel meningkat dan melebihi target. Dan terbukti pada tahun ini, realisasi penerimaan pajaknya paling besar dari 3 tahun sebelumnya.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapat imbalan secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggeraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

2) Pajak hotel merupakan salah satu pajak kabupaten / kota yang dikenakan atas pelayanan hotel.

3) Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi 10 % atas dasar pengenaan pajak.

4) Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Perangkat Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang mengelola pendapatn daerah, termasuk pajak daerah dan retribusi daerah.

5) Realisasi penerimaan pajak hotel di Kota Tebing Tinggi sudah mencapai target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.


(49)

6) Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah, khususnya pajak hotel ini adalah dengan upaya ekstensifikasi dan upaya intensifikasi pemungutan pajak hotel.

B. Saran

1) Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi tetap berupaya untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dalm membayar pajak serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ketentuan peraturan perpajakan.

2) Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi agar tetap meningkatkan kedisplinan dalam melaksanakan pekerjaan khususnya dalam hal pemungutan pajak. 3) Dalam usaha pencapian target, hendaknya Dinas Pendapatan Kota Tebing

Tinggi melakukan pendataan ulang terhadap potensi atau omset Wajib Pajak. 4) Pihak Dinas Pendapatan perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian

secara sistematis dan terus-menerus agar dapat menekan penyimpangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau fiskus.

5) Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi tetap melakukan pendataan secara sistematis agar tidak ada Wajib Pajk yang dapat menghindar dari kewajibannya membayar pajak.

6) Para pengusaha hotel hendaknya meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan sarana dan prasarana yang memedai sehingga dapt menarik para pemakai jasa hotel.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Panca, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang.

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, Fak. Hukum Univ. Islam Indonesia Press, Yogyakarta.

Prakoso, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, Univ. Islam Indonesia Press, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 65 dan No. 66 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 10 Tahun 2001 Tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 13 Tahun 2009 Tentang Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120 Tahun 1990 Tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah Lainnya, serta Pemungutan Pajak Bumu dan Bangunan Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II Seluruh Wilayah Indonesia.


(1)

hotel yang baru. Upaya ini telah lama dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi, hal ini dapat diketahui dari informasi yang menyebutkan bahwa tidak ada lagi hotel-hotel yang tidak atau belum terdaftar.

2) Upaya Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel

Intensifikasi merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan agar Wajib Pajak membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi penerimaan pajak hotel sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Upaya ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara terus menerus agar

penyimpangan dapat ditekan serendah mungkin.

Hal ini dapat dilakukan yaitu antara lain dengan memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan pihak pemungut (fiskus) yang melakukan penyimpangan.

b) Menerapkan pengenaan sanksi denda, bunga dan kenaikan terhadap kesalahan yang dilakukan Wajib Pajak.

Pengenaan sanksi ini dikenakan apabila seorang Wajib Pajak tidak membayar pajaknya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.


(2)

Misalnya pendekatan secara personal dengan Wajib Pajak sehingga timbul rasa saling percaya, karena dengan adanya rasa saling percaya ini wajib Pajak tidak akan ragu untuk memberikan data-data yang benar mengenai jumlah pajaknya ataupun data-data lainnya yang memang diperlukan.

d) Memperketat upaya pemungutan pajak hotel.

Misalnya dengan cara melakukan pemeriksaan dan penagihan secara mendadak ke hotel-hotel yang dianggap kurang memiliki kesadaran dalam hal pembayaran pajak.

e) Melakukan pengarahan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak yang belum memahami prosedur dan tatacara pembayaranpajak hotel. Dengan begitu akan menghilangkan anggapan bahwa membayar pajak merupakan kegiatan yang rumit atau menyusahkan. Dengan kata lain jika prosedur dan tata cara pembayaran sudah dipahami akan lebih memudahkan Wajib Pajak dalam membayar pajak

Berdasarkan upaya yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa penerimaan pajak hotel mengalami peningkatan yang cukup baik, seperti yang terlihat pada tabel target dan realisasi dibawah ini.


(3)

Tahun

Target Realisasi Persen 2005 Rp. 12.480.000 Rp. 12.615.000 101.8 %

2006 Rp. 12.480.000 Rp. 12.690.000 101.6 % 2007 Rp. 12.660.000 Rp. 12.660.000 100 % 2008 Rp. 13.293.000 Rp. 14.060.000 105.7 %

Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa realisasi penerimaan pajak hotel pada tahun 2005 mencapai target yang telah ditetapkan. Sama halnya seperti pada tahun 2006, walaupun dengan target yang sama dengan target tahun 2005, penerimaan pajaknya juga mencapai target dan dapat dikatakan meningkat melebihi tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, target dinaikkan dengan alasan melihat realisasi pada tahun sebelumnya melebihi target yang ingin dicapai, tetapi peningkatan target ini tidak menaikkan realisasi dan bahkan terlihat lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya. pada tahun 2008, pihak pemerintah daerah tetap optimis menaikkan targetnya dan ternyata optimisme pihak pemerintah daerah (Dinas Pendapatan) mebuahkan hasil. Realisasi penerimaan pajak hotel meningkat dan melebihi target. Dan terbukti pada tahun ini, realisasi penerimaan pajaknya paling besar dari 3 tahun sebelumnya.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapat imbalan secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggeraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

2) Pajak hotel merupakan salah satu pajak kabupaten / kota yang dikenakan atas pelayanan hotel.

3) Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi 10 % atas dasar pengenaan pajak.

4) Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Perangkat Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang mengelola pendapatn daerah, termasuk pajak daerah dan retribusi daerah.

5) Realisasi penerimaan pajak hotel di Kota Tebing Tinggi sudah mencapai target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.


(5)

6) Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah, khususnya pajak hotel ini adalah dengan upaya ekstensifikasi dan upaya intensifikasi pemungutan pajak hotel.

B. Saran

1) Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi tetap berupaya untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dalm membayar pajak serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ketentuan peraturan perpajakan.

2) Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi agar tetap meningkatkan kedisplinan dalam melaksanakan pekerjaan khususnya dalam hal pemungutan pajak. 3) Dalam usaha pencapian target, hendaknya Dinas Pendapatan Kota Tebing

Tinggi melakukan pendataan ulang terhadap potensi atau omset Wajib Pajak. 4) Pihak Dinas Pendapatan perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian

secara sistematis dan terus-menerus agar dapat menekan penyimpangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau fiskus.

5) Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi tetap melakukan pendataan secara sistematis agar tidak ada Wajib Pajk yang dapat menghindar dari kewajibannya membayar pajak.

6) Para pengusaha hotel hendaknya meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan sarana dan prasarana yang memedai sehingga dapt menarik


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Panca, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang.

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, Fak. Hukum Univ. Islam Indonesia Press, Yogyakarta.

Prakoso, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, Univ. Islam Indonesia Press, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 65 dan No. 66 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 10 Tahun 2001 Tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 13 Tahun 2009 Tentang Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120 Tahun 1990 Tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah Lainnya, serta Pemungutan Pajak Bumu dan Bangunan Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II Seluruh Wilayah Indonesia.