Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar Chapter III VI

66

BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian

ini

merupakan

penelitian

observasional

analitik

(kohort prospektif), yang akan meneliti hubungan variabel independen
(kadar s-IgA, dan persentase neutrofil), dari cairan saluran napas bawah
dengan variabel dependen (VAP awitan dini). Spesimen cairan saluran

napas bawah diambil dengan prosedur BAL, pada pasien yang dirawat
dengan menggunakan ventilator mekanik di ruang IPI, RSUP H. Adam
Malik Medan. Pengamatan ini dilakukan dengan ikut mempertimbangkan
faktor lain seperti Simplified Acute Physiology Score (skor SAPS) dan
jenis patogen saluran napas bawah, sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
Pada hari pertama, saat kondisi pasien stabil dilakukan tindakan
bronkoskopi prosedur BAL untuk mengamati kadar s-IgA, persentase
neutrofil, dan kuman patogen pada cairan saluran napas bawah.
Kemudian, pada hari ketiga setelah pasien terpapar dengan ventilator
mekanik, dilakukan kembali bronkoskopi prosedur BAL.
Pada kedua kelompok ini kembali diamati kadar s-IgA, persentase
neutrofil, dan kuman patogen pada cairan saluran napas bawah. Subyek
penelitian tetap diamati selama dirawat di ruang IPI (meninggal atau
pindah ke ruang rawat biasa).
Skor SAPS digunakan untuk membantu diagnostik, prognostik dan
evaluasi penyakit selama pasien diamati di ruang IPI. Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
dari Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang rawat Instalasi Perawatan Intensif
(IPI) RSUP H Adam Malik Medan, Sumatera Utara.

66
54

55

Waktu untuk mempersiapkan ketersediaan reagensia 13 bulan.
Waktu

untuk mendapatkan

subyek

penelitian,

pengambilan

serta


pemeriksaan laboratorium spesimen (cairan BAL), untuk memperoleh data
parameter penelitian, lebih kurang 12 bulan.
3.3. Populasi dan Subyek Penelitian serta Perlakuan Terhadap
Subyek

Berkenaan

dengan

Pertimbangan

Etik

Penelitian

Kesehatan

3.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien yang

mendapat perawatan suportif ventilator mekanis di ruang IPI di seluruh
Rumah Sakit, sedangkan populasi terjangkau adalah semua pasien
atau subyek yang mendapat perawatan suportif ventilator mekanik di
ruang IPI, RSUP H. Adam Malik, Medan Sumatera Utara.

3.3.2 Subyek (Sampel).
Pasien (subyek) yang menggunakan ventilator mekanik dirawat di
ruang IPI RSUP H. Adam Malik, yang dapat dilakukan prosedur BAL.
Subyek dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Kelompok pertama, yaitu: subyek yang tidak pneumonia
VAP (), setelah mendapat perawatan dengan ventilator
mekanik, lebih dari 48 - 72 jam, dengan nilai skor CPIS ≤ 6.
2. Kelompok kedua, yaitu: subyek dengan VAP awitan dini atau
VAP (+), setelah mendapat perawatan dengan ventilator
mekanik, lebih dari 48 - 72 jam dengan nilai skor CPIS > 6.

55

56


3.3.3 Perlakuan Kepada Subyek Berkenaan dengan Pertimbangan
Etik Penelitian Kesehatan
Berkenaan

dengan

pertimbangan

aspek

etik

penelitian

kesehatan, subyek mendapat terapi antibiotik empiris yang sesuai
dengan pola kuman di ruang rawat IPI 6 bulan sebelumnya.
Pengobatan lainnya juga disesuaikan dengan penyakit yang
mendasari. Subtitusi yang dibutuhkan subyek, tetap diberikan
seperti pemberian cairan elektrolit, albumin, dan diet yang sesuai
dengan penyakit menurut SOP RSUP Adam Malik. Dilakukan

pencatatan tanggal masuk ruang rawat IPI, keluar dan masuk ruang
rawat biasa, atau tanggal meninggal, serta penyebab kematian.

3.4. Perkiraan Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.4.1. Perkiraan Besar Sampel Pemeriksaan Kadar s-IgA:
Insidens kasus HAP adalah 5-15 kasus/1000 rawat inap ruang rawat
IPI, 80% dari kasus tersebut adalah VAP (+), insidens VAP (+)
di negara Asia bervariasi antara 4,646 kasus/1000 pasien yang
menggunakan ventilator mekanik. Pemeriksaan s-IgA pada VAP (-)
dan VAP (+), tidak didapatkan peneliti dalam kepustakaan.

n = besar sampel minimum

Zl-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  = 5%=1,96

Zl- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  = 10% = 1,282

P0 = proporsi s-IgA tanpa VAP(-) tidak diketahui = 0,5
P1 = proporsi s-IgA pada VAP(+) = 0,8
Q1 = 0,2


Q = 1 – 0,65 = 0,35

57

n = 51, Perkiraan besar sampel keseluruhan = 51 orang
3.4.2. Perkiraan Besar Sampel Pemeriksaan Persentase Neutrofil :
Insidens kasus HAP adalah 5-15 kasus/1000 rawat inap ruang
rawat IPI, 80% dari kasus tersebut adalah VAP(+), insidens VAP(+)
di negara Asia bervariasi antara 4,6-46 kasus/1000 pasien yang
menggunakan ventilator mekanik. Hasil pemeriksaan neutrofil cairan
BAL pada VAP (-) adalah ± 60% dan pada VAP(+) akan meningkat
menjadi ± 80-90% (Barreiro, 1996).

n = besar sampel minimum

Zl-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  = 5%=1,96

Zl- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  = 10% = 1,282


P0 = proporsi Neutrofil tanpa VAP () = 0,6
P1 = proporsi Neutrofil pada VAP (+) = 0,9
Q1 = 0,1

Q = 1 – 0,75 = 0,25

n = 42, Perkiraan besar sampel keseluruhan = 42 orang
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel (Subyek Penelitian)
Teknik pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan cara
consecutive sampling, yaitu mengambil subyek berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti, sampai
memenuhi jumlah sampel yang diperlukan.
Penyakit VAP di IPI adalah penyakit yang dipengaruhi beberapa
faktor, maka kriteria inklusi dibuat lebih sempit pada pemilihan pasien,
agar faktor perancu lebih sedikit. Lama pengumpulan data pada
penelitian ini sekitar 12 bulan. Waktu tersebut dianggap cukup lama,

58

sehingga hasil penelitian dengan teknik consecutive sampling ini dapat

mendekati atau menyerupai hasil probability sampling.
demografi subyek

Secara

berasal dari berbagai tempat di Sumatera Utara,

karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan pusat rujukan.
3.5.

Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.5.1. Kriteria Inklusi
a. Subyek yang dirawat di ruang IPI, yang menggunakan ventilator
mekanis.
b. Usia ≥ 18 - < 61 tahun.
c. Skor CPIS ≤6
d. Tidak ada kontra indikasi dilakukan tindakan bronkoskopi.
e. Keluarga setuju mengikuti penelitian dengan menanda tangani
lembar persetujuan.

3.5.2. Kriteria Eksklusi
a. Ada kelainan anatomi atau trauma saluran napas bawah
b. Menderita pneumonia dan tuberkulosis paru
c. Menderita penyakit HIV, proses keganasan dan DM
d. Hemodinamik pasien tidak stabil
e. Meninggal sebelum < 48 jam
f. Spesimen yang akan diperiksa tidak memenuhi syarat

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.6.1. Variabel Penelitian
a. Variabel independen :
1. S-IgA cairan BAL
2. Neutrofil
b. Variable dependen : VAP (CPIS)

59

c. Variabel perancu :
1. Biakan patogen dari cairan BAL di saluran napas bawah
2. skor SAPS

3.6.2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari seluruh variabel akan dijelaskan
secara sistematis yaitu dengan menerangkan definisi, cara ukur, alat
ukur dan hasil pengukuran (Tabel 3.1).
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel

Definisi

Indikator

Cara dan

Skala Ukur dan

Alat Ukur

Sumber Pustaka

VAP

Ventilator

Ditandai dengan

Berdasarkan

(Ventilator

Acquired

adanya infiltrat,

penilaian skor CPIS

Acquired

pneumonia atau

konsolidasi non

(skor 0-12),

Pneumonia)

biasa disebut

homogen baru dan
progresif yang

Bila < 6 VAP ()

Tejerina, 2009;

VAP yaitu
pneumonia yang

sebelumnya tidak

atau tidak

Vardakas,2012

terjadi setelah

ada. Diikuti dengan

pneumonia

pemasangan

temperatur ≥ 38°C

ventilator mekanis

atau ≤ 35°C, lekosit

> 48 jam.

≥ 12 × 10 /L atau

bila > 6 VAP (+).

Nominal
Chastre,2002;
Koenig, 2006;
Timsit,2011;

3

3

≤ 4 × 10 /L, dahak
kental dan berubah
warna, kebutuhan
oksigen meningkat.

Skor CPIS

Skor CPIS adalah

Menilai adanya

Caranya: tabel

Kategori

(Clinical

parameter untuk

demam, foto

kalkulator skor

Skala (1-12 poin)

Pulmonary

menentukan

ronsen dada,

CPIS (terlampir)

Infection

kondisi klinis

jumlah leukosit,

Skor 0-12

Score)

subyek yang

kebutuhan oksigen,

Bila nilai skor CPIS

menggunakan

perubahan jumlah

> 6, maka VAP (+)

ventilator mekanik

dan bentuk sputum,

Shan 2011;

biakan cairan BAL,

Harde,2013

 untuk menilai
adanya VAP (+)

yang menunjukkan

Pugin,1991;
ATS, 2005;
Agustyn, 2007;
Huang,2010;

60

terjadinya infeksi
paru.
Sensitivitas 93%,
spesivisitas 100%

BAL

Bronchoalveolar

Sehingga lebih

Instrumen dan

Analisa Elisa,

(Broncho

lavage, atau

banyak hal yang

teknik yang

Analisa neutrofil,

Alveolar

kurasan

didapatkan, antara

digunakan adalah

biakan cairan

Lavage)

bronkoalveolar,

lain: koloni kuman

alat bronkoskopi,

BAL

adalah tindakan

yang didapat lebih

tindakan

pencucian,

dari 105, immuno-

bronkoskopi

Pugin,1991;

pengurasan

globulin, protein,

prosedur BAL,

Haslam,1999;

alveolus dan

polimorfonuklear

kerja dan sterilitas

bronkus distal

(PMN) seperti

alat sudah di

Cardeiro,2008;

terminal, yang

neutrofil, sitokin.

standarisasi

Rasmin,2012

dapat

Sensitivitas 79%, &

memberikan

spesivisitas 100%

gambaran situasi

dibanding endo-

setempat.

tracheal aspirate

Numerik (µg/ml)

ATS,2004;
CCCT,2006;

(ETA)

s-IgA cairan

s-IgA adalah

Imunogobulin lokal

Instrumen dan

BAL

imunitas humoral

berperan penting

teknik pengukuran

(Secretory

atau spesifik,

pada pertahanan

dengan cara ELFA

Schmekel, 1995;

Imuno-

adaptif,

pejamu (host)

(Enzyme-Linked

Danielle 1999;

globulin A

pada mukosa

terhadap infeksi

dari cairan

(65-80 %) dari

paru. s-IgA 

Fluorescent Assay)

BAL)

sistemik,

Dave,2004;
Lamm,2006;

dengan alat Vidas,

Furst,2008;

selama pasien

regensia Bhrams.

Diebel 2009

melindungi dari

dalam ventilator

Kalibrasi secara

serangan patogen

mekanis, tetapi

otomatis, setiap

seperti bakteri

produksi s-IgA 

dan virus.

pada pasien yang

kalibrasi

berkembang

internasional

menjadi ARDS.

dilakukan sekali

Kadar s-IgA

setahun di

digunakan dan

61

dipengaruhi oleh

laboratorium riset.

jenis patogen
Mekanisme efek
proteksi antibodi
s-IgA belum jelas

Neutrofil

Neutrofil adalah

Neutrofil juga

Pengukuran

Persentase (%)

cairan BAL

bagian dari

memproduksi sel-

dilakukan dengan

polimorfonuklear,

sel pro-inflamatori.

alat digital sysmex

imunitas alami

Hal ini dapat

4000, dengan

(innate immunity)

memperburuk VAP,

teknik analisa

Retuerzan,2004;

yang bisa keluar

mempercepat

cairan BAL setelah

Grigoriu, 2005;

melewati endotel

terjadinya proses

dilakukan

Elgert,2009;

pembuluh

ALI/ARDS. Dalam

pemutaran 2500

vaskuler masuk

keadaan normal

rpm

ke alveol,

neutrofil dalam

distimulasi oleh

alveoli < 3%.

adanya proses

Bila pasien VAP(+),

inflamasi.

dapat mencapai

Barreiro, 1996
Morrison,1998;
Mayer,2003;

Meyer,2012;

>70%

3.7. Perlengkapan Pelaksanaan BAL dan Perlengkapan Pelaksanaan
Penelitian

3.7.1. Perlengkapan Pelaksanaan BAL
3.7.1.1 Persiapan sebelum pelaksanaan tindakan BAL
a.

Buat izin persetujuan dari keluarga ( informed consent ).

62

b.

BAL harus dilakukan dengan teknik yang benar.

c.

Amati foto dada kemudian tentukan tempat yang ideal untuk
melakukan BAL. Contoh bila dijumpai infiltrat yang luas,
maka lakukan

BAL

pada

lobus

tengah

kanan, atau

lingula kiri dengan posisi telentang
d.

Persiapkan prosedur bronkoskopi, tempat pengumpulan
preparat dan pipa isap steril

e.

Persiapkan

oksigen

dan

monitoring

lengkap

untuk

pemeriksaan vital sign
f.

Premedikasi dengan bronkodilator, dan larutan fisiologis
(NaCl 0,9 %) hangat, agar tidak terjadi bronkospasme

g.

Berikan obat sedatif dan anestesi lokal, agar pasien merasa
nyaman dan mengurangi reflek batuk.
Contoh :

 midazolam (dewasa dosis 12.5 mg IV)
dan fentanyl (dewasa dosis 25100 mcg IV).

 Anastesi lokal dengan dosis minimal:
a.

8.2 mg/kg lebih aman atau

b.

konvensional 4-5 mg/kg 2% lidocaine.

3.7.1.2 Perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan
BAL adalah:
a.

Bronkoskopi lentur/ fleksibel dan balloon tip kateter steril

b.

Larutan garam NaCl 0,9% steril hangat 37 oC, 200 cc

c.

Spuit 20cc sekali pakai 5 set

d.

Pipa isap, botol vakum yang steril

e.

Jel lidocaine 1-2%.

63

3.7.2. Teknik Pelaksanaan BAL
1.

Persiapkan prosedur preparat dan alat-alatnya, berikan sedasi
yang adekuat, alat bronkoskopi yang sudah steril.

2.

Rencanakan secara cermat perlakuan BAL dengan alat
bronkoskopi, hindari agar jangan ada kontaminasi:
a. Hindari penyedotan sebelum hasil BAL diambil.
b. Bila perlu, pipa alat sedotan dicuci terlebih dahulu
dengan larutan garam fisiologis.

3.

Minimalkan penggunaan anastesi lokal lidocaine karena
mempunyai efek bakteriostatik.

4.

Lakukan bronkoskopi, melihat seluruh cabang saluran napas
sebelum memutuskan lokasi segmen untuk dilakukan BAL.
Hindari trauma bronkus bila ada tanda-tanda perdarahan
alveoli.

5.

Setelah ujung bronkoskopi mencapai segmen lobus yang
sudah ditetapkan, maka ballon tip kateter dikembangkan agar
pengambilan cairan BAL, dilakukan dengan steril dari segmen
yang bersangkutan. Kemudian alirkan 20 ml larutan garam
fisiologis hangat dengan spuit 20cc, dan amati aliran pada
ujung bronkoskopi sekitar 20 detik. Kemudian tarik kembali
dengan spuit yang sama, secara perlahan-lahan, minimal
sebanyak 40% dari jumlah 20 cc yang dialirkan pada awalnya.

6.

Lakukan BAL, 5x berturut-turut dengan 5 set spuit 20 cc,
kemudian lakukan 5x lagi berturut-turut, sambil:
a.

Mengamati aliran gelembung dari rongga alveolar

b.

Mengulangi isapan cairan yang keluar tadi

c.

Bertindak hati-hati, karena saluran napas distal bisa kolaps,
bila dilakukan isapan dengan tekanan tinggi

d.

Mengurangi tekanan isapan atau intermiten, agar saluran
napas distal tidak kolaps

e.

Spesimen BAL segera diproses ke laboratorium

64

f.

Subyek diamati melalui monitor, 1-2 jam setelah prosedur
dilaksanakan.

3.7.3. Proses Pengiriman Spesimen ke Laboratorium
Spesimen Cairan BAL dikirim ke laboratorium riset untuk
analisis,

biakan

patogen

dan

uji

sensitivitas.

Spesimen

dimasukkan ke dalam termos es standar, untuk pengiriman
spesimen

ke

laboratorium

riset.

Pembiakan

patogen,

uji

sensitivitas dan pemeriksaan presentase neutrofil cairan BAL
dilakukan di laboratorum mikrobiologi RSUP H. Adam Malik,
Medan.
Analisis BAL (pengukuran kadar s-IgA) dilakukan di
laboratorium riset Patologi Klinik, dengan cara sebagai berikut:
cairan BAL segera disentrifuge 2500 rpm 10 menit, supernatan
diambil, masukkan ke dalam 3 sampel cup @ 0.3 cc. Supernatan
(beri identitas, nama, tanggal, dan jenis pemeriksaan), segera
dibekukan dan disimpan dalam lemari pendingin 20 hingga

70oC. Cairan sampel

dapat bertahan sampai 6 bulan di

laboratorium riset.
3.7.4. Menghindari Kesalahan Acak
Untuk menghindari kesalahan acak pada alat dan analis,
maka peneliti melakukan prosedur penelitian dan pembacaan hasil,
dengan:
1. Prosedur pemeriksaan cairan BAL dilakukan 2 kali setiap
sampel.
2. Peneliti

dan

personal

analis

yang

terlibat

dalam

pemeriksaan di laboratorium riset ini, sudah terlatih dan
cakap untuk melakukan pengukuran (CV 0.5 maka
indikator dapat mengukur.
3.9.2.

Analisis Data
Data dianalisis menggunakan perangkat lunak komputer dengan

tahapan sebagai berikut :
3.9.2.1

Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran
dari keseluruhan sampel penilitian, yang terdiri dari ratarata, nilai minimum dan maksimum, median, standar
deviasi dan distribusi data dari setiap variabel.

3.9.2.2

Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel. Sebelum melakukan beberapa uji
tersebut, data diuji terlebih dahulu dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui kenormalan
distribusi data.

3.9.2.2.1 Uji t-berpasangan (dependen)
Uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai
rata-rata dua kelompok pengamatan. Digunakan untuk data

71

berskala numerik dan berdistribusi normal dengan jumlah
yang sama (n1 = n2). Uji ini digunakan untuk analisis
perbedaan variabel pada hari pertama dengan hari ketiga
menggunakan ventilator mekanik
3.9.2.2.2

Uji t-independen (tidak berpasangan)

Uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai
rata-rata dua kelompok pengamatan Digunakan untuk data
berskala numerik dan berdistribusi normal dengan jumlah
yang sama (n1 ≠ n2). Uji ini digunakan untuk analisis variabel
pada kelompok VAP( ) dan VAP(+).
3.9.2.2.3 Uji Mann-Whitney
Uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai
rata-rata

dua

kelompok

pengamatan

yang

tidak

berpasangan. Digunakan untuk data berskala numerik dan
berdistribusi tidak normal dengan jumlah sampel sama
ataupun berbeda (n1 = n2 ; n1 ≠ n2). Digunakan untuk
menganalisis variabel

s-IgA.

3.9.2.2.4 Uji Korelasi Spearman
Uji ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara dua
variabel. Digunakan pada data berskala numerik dengan
distribusi tidak normal. Digunakan untuk menganalisis
variabel s-IgA dengan variabel neutrofil dan lainnya,
3.9.2.2.5 Uji Kruskal-Wallis
Uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai
rata-rata lebih dari dua kelompok pengamatan. Dengan
ketentuan data, yaitu data berskala kategorik atau numerik,
dan berdistribusi tidak normal dengan jumlah sampel sama

72

ataupun berbeda (n1 = n2 ; n1 ≠ n2). Untuk melihat hubungan
variabel jenis patogen dan lama rawat.
3.9.2.3

Analisis Multivariat
Analisis

multivariat

dilakukan

untuk

mengetahui

hubungan variabel bebas dengan kejadian VAP dengan menguji
sekaligus variabel yang mempunyai kemaknaan statistik pada
analisis

bivariat,

melalui

analisis

regresi

logistik.

Untuk

menganalisis hubungan antar skor SAPS dan prediksi mortalitas
(Budiarto,2002; Santoso,2012; Dahlan,2013; Syofiuddin,2013).

3.10. Etika Penelitian
3.10.1. Persetujuan / Informed Consent
Informed consent

(IC) atau Persetujuan Setelah

Penjelasan (PSP) adalah pilihan sukarela seseorang untuk
berpatisipasi dalam penelitian setelah mendapat penjelasan
dan telah memahami seluruh aspek penelitian yang relevan
dengan keputusannya untuk berpartisipasi (lampiran A,B)
3.10.2. Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KPEK)
Persetujuan
berdasarkan

pelaksanaan

ketentuan

etik

yang

penelitian

dikeluarkan

bersifat

internasional

maupun nasional, oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan
(KPEK) FK USU. Pengeluaran persetujan mengutamakan
kepentingan pasien, tidak merugikan pasien secara ekonomi,
tidak melakukan publikasi pribadi pasien, rahasia pasien akan
dijaga dengan baik (terlampir).
Sebelum

melakukan

pengumpulan

data,

peneliti

terlebih dahulu harus membuat lembar penjelasan yang jujur
dan terbuka tentang prosedur, tujuan, keuntungan dan
kerugian yang dapat terjadi selama penelitian berlangsung,

73

yang dinilai dan ditelaah oleh

Komisi Etik Penelitian

Kesehatan FK USU. Hal ini diperlukan untuk memperoleh
persetujuan etik (Ethical Clearance) dari Komisi Etik Penelitian
FK USU. Keikutsertaan responden bersifat sukarela, dan
mereka berhak tidak bersedia atau mengundurkan diri selama
proses pengumpulan data berlangsung. Apabila responden
bersedia maka calon responden menandatangani surat
persetujuan

mengikuti

penelitian

(informed

consent).

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti dan data-data
yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian ini. Selama penelitian berlangsung
segala pembiayaan adalah tanggung jawab peneliti dan tidak
membebani responden. Ethical Clearance penelitian ini
diperoleh pada awal bulan Januari 2013.

74

BAB 4
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian observasional analitik (kohort prospektif),
yang

meneliti hubungan variabel independen (kadars-IgA, persentase

neutrofil), dari cairan saluran napas bawah yang diambil dengan prosedur
BAL pada pasien yang dirawat di ruang IPI, RSUP H. Adam Malik
Medan;dengan variabel dependen(VAP awitan dini), dengan variabel
perancu skor SAPS dan kuman patogen.
4.1 Subyek Penelitian
Pasien yang dirawat di ruang IPI RSUP H. Adam Malik Medan,
yang menggunakan ventilator mekanik, dalam rentang waktu penelitian,
berjumlah 78 orang. Namun subyek yang dapat diamati pada penelitian ini
sebanyak 61 orang dari 78 orang, dan subyek tetap diamati selama
dirawat di ruang IPI (meninggal atau pindah ke ruang rawat biasa).
Subyek yang tidak dapat diamati berjumlah 17 orang, yaitu tujuh (7)
orang meninggal sebelum tiga hari, karena perdarahan dan mati batang
otak pada kasus trauma kepala dan strok. Delapan (8) orang merupakan
kontra indikasi bronkoskopi, karena pada hari ketiga, hemodinamik subyek
tidak stabil, dan dua (2) orang lagi karena sampel tidak layak kirim
(sampel diambil pada malam hari, sehingga waktu pengiriman sampel
terlambat dan proses penyimpanan sampel tidak baik).
Pada hari pertama, saat kondisi pasien stabil, hasil pemeriksaan
kadar s-IgA, persentase neutrofil pada cairan saluran napas bawah, pada
kelompok VAP (), dan VAP (+), tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Pada hari ketiga setelah pasien terpapar dengan ventilator
mekanik, dilakukan kembali bronkoskopi prosedur BAL, dan pasien
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
3. Kelompok pertama, yaitu: pasien tidak pneumonia VAP (),
setelah mendapat perawatan dengan ventilator mekanik, lebih

74

75

dari 48 - 7β jam, dengan nilai skor CPIS ≤ 6.Jumlah subyek
yang dapat diamati sampai akhir penelitian: 28 orang
4. Kelompok kedua, yaitu: pasien dengan VAP awitan dini atau
VAP (+), setelah mendapat perawatan dengan ventilator
mekanik, lebih dari 48 - 72 jam dengan nilai skor CPIS > 6.
Jumlah subyek yang dapat diamati sampai akhir penelitian:
33 orang.
Berkenaan dengan pertimbangan aspek etik penelitian kesehatan,
subyek mendapat terapi antibiotik empiris yang sesuai dengan pola
kuman di ruang rawat IPI,dan pengobatan lainnya juga disesuaikan
dengan penyakit yang mendasari. Subtitusi yang dibutuhkan subyek, tetap
diberikan seperti pemberian cairan elektrolit, albumin, dan diet yang
sesuai dengan penyakit menurut SOP RSUP Adam Malik.

4.2 Karakteristik Subyek Penelitian
4.2.1 Gambaran umum karakteristik subyek penelitian.

Pada penelitian ini terlihat bahwa subyek penelitian laki-laki lebih
banyak dari perempuan, umur rata-rata 40 tahun, dan pada subyek yang
mengalami pneumonia VAP (+) pada hari ketiga menggunakan ventilator
mekanik, lama rawat menjadi lebih lama, dan yang menemui kematian
lebih banyak (Tabel 4.1).

76

Tabel 4.1. Gambaran umum karakteristik subyek penelitian

Karakteristik

Semua subyek

VAP ()

VAP(+)

n = 61

n = 28

n = 33

Mean

39,92

38,89

40,79

Median

40,00

37,00

40,00

SD

14,04

13,66

14,52

Laki-laki

41(67,2)

20(80,0)

21(63,6)

Perempuan

20(32,8)

8(20,0)

12(36,4)

Umur (tahun)

Jenis Kelamin (orang / %)

Lama Rawat(hari)
Mean

9,34

6,82

11,48

Median

6,00

5,00

9,00

SD

7,38

4,65

8,58

Status akhir di IPI (orang/ %)
Hidup (pindah rawat)

35(57,4)

23(82,1)

12(36,4)

Meninggal

26(42,6)

5(17,9)

21(63,6)

4.2.2 Diagnosis awal subyek penelitian yang menggunakan

ventilator

mekanik.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pemilihan pasien sebagai
subyek penelitian dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, tidak
ada kelainan anatomi sistem pernapasan, dan tidak ada kontraindikasi
untuk dilakukan bronkoskopi. Secara umum, urutan terbanyak diagnosis
awal subyek penelitian adalah trauma kepala (37 orang), strok(10 orang),
pascabedah (8 orang), ensefalopati 6 (orang), dan tidak ada pneumonia
(Tabel 4.2).

77

Tabel 4.2. Diagnosis awal subyek yang menggunakan ventilator mekanik

Diagnosis Awal

Jenis kelamin

Masuk Ruang IPI

Laki-laki

Total

Perempuan

n

%

N

%

n

%

29

78,4

8

21,6

37

100,0

Semua

Trauma kepala

Subyek

Strok

5

50,0

5

50,0

10

100,0

Pascabedah

4

50,0

4

50,0

8

100,0

Encefalopati

3

50,0

3

50,0

6

100,0

Pneumonia

0

0

0

0

0

0,0

Total

41

67,2

20

32,8

61

100,0

17

77,3

5

22,7

22

100,0

Subyek

Trauma kepala

VAP()

Strok

1

33,3

2

66,7

3

100,0

Pascabedah

1

50,0

1

50,0

2

100,0

Encefalopati

1

100,0

0

0

1

100,0

Pneumonia

0

0

0

0

0

0,0

Total

20

71,4

8

28,6

28

100,0

12

80,0

3

20,0

15

100,0

Subyek

Trauma kepala

VAP(+)

Strok

4

57,1

3

42,9

7

100,0

Pascabedah

3

50,0

3

50,0

6

100,0

Encefalopati

2

40,0

3

60,0

5

100,0

Pneumonia

0

0

0

0

0

0,0

63,6

12

36,4

Total

21

33

100,0

4.2.3. Gambaran skor CPIS pada hari pertama dan hari ketiga
menggunakan ventilator mekanik pada VAP () dan
VAP (+).
Pada hari pertama, nilai rata-rata skor CPIS pada semua subyek

penelitian ≤ 6 (β,β5  1,47; nilai median: 2), dan di antara kelompok VAP

78

() dan VAP (+), nilai rata-rata skor CPIS tidak berbeda bermakna (p=
0,39). Berdasarkan ketentuan nilai skor CPIS, semua subyek tidak
mengalami pneumonia. Namun pada hari ketiga menggunakan ventilator
mekanik, didapati peningkatan skor CPIS pada kelompok VAP () dan
VAP (+), meskipun peningkatan nilai rata-rata skor CPIS pada kelompok
VAP (), tidak mencapai nilai skor > 6 (2,86  1,24; median:3), sedangkan
pada kelompok

VAP (+), menunjukkan peningkatan skor CPIS yang

sangat bermakna, dan mencapai nilaiskor > 6 (7,94  0,90; median: 8); p=
0,0001. (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Skor CPIS hari pertama dan hari ketiga menggunakan ventilator
mekanik pada kelompok VAP () dan kelompok VAP (+)

Kelompok

Hari 1

Hari 3

p.

Uji Hipotesis

Semua subyek
(n = 61)
Mean

2,25

Median

2,00

SD

1,47

VAP()

(n = 28)
Mean

1,82

2,86

Median

2,00

3,00

SD

1,31

1,24

Mean

2,61

Median
SD

0,0001

Uji t-berpasangan*

7,94

0,0001

Uji Wilcoxon**

2,00

8,00

0,39

Uji Mann-Whitney U***

1,52

0,90

0,0001

Uji Mann-Whitney U****

VAP(+)
(n = 33)

*antara VAP() hari 1 dan hari 3

***antara VAP() dan VAP(+) hari 1

**antara VAP(+) hari 1 dan 3

****antara VAP() dan VAP(+) hari 3

79

4.3 HasilPemeriksaan Kadars-IgAdari Saluran NapasBawah
Pada hari pertama,nilai rata-rata kadar s-IgA pada kelompok
VAP () dan VAP (+) tidak menunjukkan

perbedaan bermakna pada

kedua kelompok tersebut (64437,29; median: 51468,50 vs 57626,70;
median: 54300,50) (uji t-independen,p= 0,465).
Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, di kelompok
VAP (-), didapati peningkatan nilai rata-rata kadar s-IgA yang bermakna,
dibandingkan nilai kadar s-IgA pada hari pertama(64437,29 ng /ml;
median51468,50 ng/ml vs 78144,03 ng/ml; median: 65457,45 ng/ml) (uji t
berpasangan; p = 0,019). Demikian pula hal nya dikelompok VAP(+)
(57626,70 ng/ml; median: 54300,50 ng/ml vs 96778,82 ng/ml; median:
74954,30 ng/ml) (uji t berpasangan; p = 0,048).
Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, nilai rata-rata
kadar s-IgA, dikelompok VAP (-) dan VAP (+), tidak menunjukkan
perbedaan bermakna (78144,03 ng/ml; median 65457,45 ng/ml vs
96778,82 ng/ml; median:74954,30 ng/ml) (uji t-independen; p = 0.309).
Hasil pemeriksaan terhadap kadar s-IgA dari saluran napas bawah dapat
dilihat pada Tabel 4.4.

4.4 Hasil Pemeriksaan Persentase Neutrofil dari Saluran
Napas Bawah
Pada hari pertama, nilai rata-rata persentase neutrofil pada
kelompok VAP (-) dan VAP (+) tidak menunjukkan perbedaan bermakna
di antara kedua kelompok tersebut (61,04 %; median: 60,20 % vs
63,84 %; median: 60,70 %) (uji t-independen, p= 0,444).

80

Tabel 4.4. Kadars-IgA

(ng/ml)

pada

semua

subyek

pada

hari

pertamadan hari ketiga menggunakan ventilator mekanik di
kelompok VAP() dan kelompok VAP(+)

Kelompok

Hari 1

Hari 3

p.

Uji Hipotesis

Semua subyek
(n = 61)
Mean

60752,87

Median

53172,00

SD

31579,27

VAP(-)
(n = 28)
Mean

64437,29

78144,03

Median

51468,50

65457,45

SD

43225,43

35637,32

Mean

57626,70

Median
SD

0,019

Wilcoxon*

96778,82

0,048

Wilcoxon **

54300,50

74954,30

0,465

Mann-Whitney U***

16474,05

90149,08

0,309

Uji t-independen****

VAP(+)
(n = 33)

* antara VAP(-) hari 1 dan hari 3

*** antara VAP(-) dan VAP(+) hari 1

** antara VAP(+) hari 1 dan 3

****antara VAP(-) dan VAP(+) hari 3

Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, di kelompok
VAP (), didapati peningkatan nilai rata-rata persentase neutrofil yang
tidak bermakna, dibandingkan nilai rata-rata persentase neutrofil pada hari
pertama(61,04 %; median: 60,20 % vs 66,57%; median69,00 %) (uji
t berpasangan; p = 0,111). Namun di kelompokVAP (+), didapati
peningkatan bermakna dari persentase neurofil pada hari pertama
dibandingkan hari ketiga menggunakan ventilator mekanik

(63, 84 %;

81

median: 60,70 %

vs 83,28 %; median: 85,70 %)(uji t berpasangan;

p = 0,0001).
Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik,nilai rata-rata
persentase neutrofil dikelompok VAP (-) dan VAP (+), menunjukkan
perbedaan bermakna (66,57 %; median 69,00 % vs 83,28 %; median:
85,70 %) (uji t-independen; p = 0.0001). Hasil pemeriksaan terhadap
persentase neutrofil dari saluran napas bawah dapat dilihat pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5. Persentase neutrofil pada semua subyek pada hari pertama
dan hari ketiga menggunakan ventilator mekanik di kelompok
VAP () dan kelompok VAP (+)

Kelompok

Hari 1

Hari 3

p.

Uji Hipotesis

Semua subyek
(n = 61)
Mean

62,55

Median

60,70

SD

14,10

VAP()
(n = 28)
Mean

61,04

66,57

0,111

Uji t-berpasangan*

Median

60,20

69,00

SD

16,28

16,05

Mean

63,84

83,28

0,0001

Uji t-berpasangan**

Median

60,70

85,70

0,444

Uji t-independen***

SD

12,08

14,08

0,0001

Uji t-independen****

VAP(+)
(n = 33)

* antara VAP(-) hari 1 dan hari 3

***antara VAP(-) dan VAP(+) hari 1

** antara VAP(+) hari 1 dan 3

**** antara VAP(-) dan VAP(+) hari 3

82

4.5 Hasil Penilaian skor SAPS
Pada hari pertama, nilai rata-rata skor SAPS pada kelompok
VAP () dan VAP (+) tidak menunjukkan perbedaan bermakna (34,18 pts;
median: 34,00 pts vs 32,61 pts; median: 32,00 pts) (uji t-independen,
p = 0,499).
Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, di kelompok
VAP () didapati penurunan nilai rata-rata skor SAPS yang bermakna,
dibandingkan nilai rata-rata skor SAPS pada hari pertama (34,18 pts;
median: 34,00 pts vs 26,36 pts; median 25,00 pts) (uji t berpasangan;
p = 0,0001). Namun di kelompok VAP (+), didapati peningkatan bermakna
dari

skor

SAPS,

pada

hari

pertama

dibandingkan

menggunakan ventilator mekanik, (32, 61 pts;

hari

ketiga

median: 32,00 pts

vs

40,09 pts; median: 41,00 pts) (uji t berpasangan; p = 0,001).
Tabel 4.6.Penilaian skor SAPS (pts) pada semua subyek pada hari
pertama dan hari ketiga menggunakan ventilator mekanik di
kelompokVAP () dan kelompokVAP (+)

Kelompok

Hari 1

Hari 3

p.

Uji Hipotesis

Semua subyek
(n = 61)
Mean

33,33

Median

33,00

SD

8,96

VAP()

(n = 28)
Mean

34,18

26,36 0,0001

Median

34,00

25,00

SD

8,05

8,17

Uji t-berpasangan**

VAP(+)
(n = 33)
Mean
Median

32,61

40,09

0,001

Uji t-berpasangan***

83

SD

32,00

41,00

0,499

Uji t-independen****

9,74

14,82

0,0001

Uji t-independen*****

* antara VAP() hari 1 dan hari 3

***antara VAP() dan VAP(+) hari 1

** antara VAP(+) hari 1 dan 3

**** antara VAP() dan VAP(+) hari 3

Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, nilai rata-rata
skor SAPS dikelompok VAP (-) dan VAP (+), menunjukkan perbedaan
bermakna (26,36 pts; median 25,00 pts vs 40,09 pts; median: 41,00 pts)
(uji t-independen; p = 0.0001). Hasil pemeriksaan skor SAPS pada
kelompok VAP (-) dan VAP (+) dapat dilihat pada Tabel 4.6.
4.6 Hasil Pemeriksaan Patogen dari Saluran Napas Bawah
Urutan empat terbanyak dari patogen, pada subyek yang
menggunakan ventilator mekanik > 48 jam, adalah: Acinetobacter
baumanii 42,31%, MRSA 21,79%, Klebsiella pneumonia 12,82%,
Pseudomonas aeruginosa 8,97% (Tabel 4.7).
Tabel 4.7.Jenis patogen dari saluran napas bawah pada subyekyang
menggunakanventilator mekanik > 48 jam

No.

Jenis Patogen

n

%

1

Tidak ada pathogen

8

8,97

2

Acinetobacter baumanii

32

42,31

3

MRSA

17

21,79

4

Klebsiella pneumoniae

10

12,82

5

Pseudomonas aeruginosa

7

8,97

6

Burkholderia cepacia

2

2,56

7

Escherichia coli

1

1,28

8

Staphylococcus aureus

1

1,28

Total

78

100,00

84

4.7 Hubungan Antara Variabel

4.7.1 Hubungan variable CPIS dengan variabel VAP, neutrofil,
skor SAPS, s-IgA, dan jenis patogen pada hari ketiga
menggunakan ventilator mekanik
Pada

hari

ketiga

menggunakan

ventilator

mekanik,

pengamatan terhadap hubungan variabel CPIS dengan variabel
VAP, neutrofil dan skor SAPS, menunjukkan korelasi positif : dengan
VAP (nilai korelasi = 1,000), neutrofil (nilai korelasi = 0,607), skor
SAPS (nilai korelasi = 0,517). Dengan demikian, peningkatan skor
CPIS akan diikuti peningkatan ketiga variabel tersebut. Sedangkan
hubungan variabel CPIS dengan variabel s-IgA, dan varibel jenis
patogen, boleh dikatakan tidak ada (Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Hubungan variable CPIS dengan variabel VAP, neutrofil,
skor SAPS, s-IgA, dan jenis patogen pada hari ketiga
menggunakan ventilator mekanik

Variabel

Variabel

VAP

Neutrofil

Skor SAPS

S-IgA
0,748**

Skor

p

0,0001**

0,0001**

0,0001**

CPIS

r

1,000**

0,607**

0,517**

*uji korelasi Pearson
**uji korelasi Spearman

0,042**

Jenis Patogen
0,103**
0,211**

85

4.7.2 Hubungan

antara variabel kadar s-IgA dengan variabel

persentase neutrofil
Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, pengamatan
terhadap hubungan variabel kadar s-IgA dengan variabel persentase

neutrofil pada semua subyek, menunjukkan korelasi sebesar 0,299. Nilai
korelasi ini menunjukkan bahwa jika s-IgA meningkat maka neutrofil akan
menurun, atau sebaliknya.
Pada kelompok VAP (+), terlihat bahwa variabel kadars-IgA memilliki
hubungan yang lebih nyata, dengan variabel persentase neutrofil (angka

korelasi sebesar 0,461). Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa jikas-IgA
meningkat maka neutrofil akan menurun, atau sebaliknya. Namun pada
kelompok VAP () korelasi antara s-IgA dan neutrofil sangat kecil
(p = 0,967) (Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Hubungan antara variabel kadar s-IgA dengan variabel
persentase neutrofil pada kelompok VAP (+) dan VAP ()

Hubungan
antar variabel
s-IgA BAL
dengan
Neutrofil BAL

*uji korelasi Pearson

Semua subyek
n

r

p

VAP(+)
n

61 0,299 0,019 33

VAP()

r

p

n

r

p

0,461

0,007

28

0,008

0,967*

86

4.7.3 Hubungan variabel umur dengan variabel kadar s-IgA dan
persentase neutrofil pada hari ketiga menggunakan ventilator
mekanik
Pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik, nilai rata-rata
kadar

s-IgA yang lebih tinggi, didapati pada subyek dengan kelompok

umur≥ 40 tahun (974γ7,74 ng/ml83708,70), sedangkan nilai rata-rata
persentase neutrofil yang lebih tinggi didapati pada subyek
kelompok umur

dengan

< 40 (76,42 %  18,77). Berdasarkan kelompok umur

( 40 tahun dan < 40 tahun), tidak didapati perbedaan bermakna pada
nilai rata-rata kadars-IgA dan persentase neutrofil (p = 0,305 dan
p = 0,718) (Tabel 4.10).
Tabel 4.10. Hubungan umur dengan kadar s-IgA dan persentase
neutrofil pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik

Umur
(Tahun)

n

s-Ig A (ng/ml)

x  SD

p

Neutrofil (%)

0,305*

76,4218,77

x  SD

< 40

30

78705,4653834,28

> 40

31

97437,7483708,70

74,8215,58

Total

61

88225,1470664,70

76,7515,52

*uji t-independen

p

0,718*

87

4.7.4 Respon s-IgA dan neutrofil terhadap jenis patogen

Nilai rata-rata kadar s-IgA tertinggi didapati pada kelompok subyek
dengan beberapa jenis patogen (+MRSA) (124161,66 ng/ml136370,00),
dan nilai rata-rata persentase neutrofil tertinggi didapati pada kelompok
subyek dengan jenis patogen MRSA (83,30+14,36) (Tabel 4.11).
Tabel 4.11. Respon S-IgA dan neutrofil terhadap jenis patogen
Jenis Patogen

n

S-Ig A

x  SD

Neutrofil

x  SD

Tidak Ada

8

75538,6338028,01

63,7612,99

A. baumanii

23

92604,6268416,30

74,2718,76

P. aeruginosa

3

75517,9712491,54

72,8312,36

MRSA

10

50433,8150849,82

83,3014,36

K. pneumoniae

4

83960,5549214,11

75,5815,50

Multi 1 (+MRSA)

7

124161,66136370,00

83,2311,26

Multi 2 (-MRSA)

6

118592,1250884,72

68,5322,43

Total

61

88225,1470664,70

75,6117,10

4.7.5 Respon S-IgA dan neutrofil terhadap jenis patogen dari saluran
pernapasan

bagian

bawah

berdasarkan

jenis

patogen

Gram (/+)

Nilai rata-rata kadar s-IgA tertinggi didapati pada kelompok subyek
dengan beberapa jenis patogen (+MRSA) (129503,99 ng/ml134885,49).
Sedangkan nilai rata-rata persentase neutrofil tertinggi juga terdapat pada
kelompok subyek yang sama (85,74 % 5,94) (Tabel 4.12).

Tabel 4.12. Respon s-IgA dan neutrofil terhadap jenis patogen dari
saluran penapasan bagian bawah berdasarkan jenis patogen
Gram (/+)

88

Jenis Patogen

n

S-Ig A

x  SD

Neutrofil

x  SD

Tidak adapatogen

8

75538,6338028,01

63,7612,99

Gram (+)

11

52751,6048843,81

81,1915,31

Gram ()

29

88933,6862938,25

75,7717,73

Multi 1 (+MRSA)

7

129503,99134885,49

85,745,94

Multi 2 (-MRSA)

6

118592,1250884,72

68,5322,43

TOTAL

61

88225,1470664,70

76,6117,10

4.7.6 Hubungan variabel kadar S-IgA dengan variabel lainnya pada
hari ketiga menggunakan ventilator mekanik

Hasil uji korelasi variabel kadar s-IgA dengan variabel persentase

neutrofil menunjukkan korelasi (r = 0,272; p=0,034), sedangkan variabel
kadar s-IgA dengan variabel skor CPIS dan

skor SAPS tidak

menunjukkan korelasi yang bermakna (Tabel 4.13).
Tabel 4.13. Hubungan variabel kadar S-IgA dengan variabel lainnya
pada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik

Variabel
Variabel

Neutrofil

Skor

Skor SAPS

CPIS
S-IgA

Jenis
Patogen

p

0,034*

0,362*

0,082*

0,922*

r

-0,272*

-0,119*

-0,224*

-0,013*

*uji korelasi Spearman

89

4.7.7 Pengaruh variabel jenis patogen terhadap variabel lain pada
hari ketiga menggunakan ventilator mekanik
Hanya nilai rata-rata variabel VAP dan kadar s-IgA yang berbedasecara
bermakna berdasarkan perbedaan jenis patogendari saluran napas
bawah. Namun,jenis patogen tidak mempengaruhi skor SAPS. Semua
jenis patogen dapat meningkatkannilai persentase neutrofil, sehingga
kenaikan

ini

tidak

berbeda

bermakna

di

antara

masing-masing

patogen(Tabel 4.14).

Tabel 4.14. Pengaruhvariabel

jenis-jenispatogen

terhadap

variabel

lainnyapada hari ketiga menggunakan ventilator mekanik
Variabel Independen

Variabel Dependen

Jenis Patogen

Skor CPIS (VAP)

0,010*

(7 jenis patogen)

S-IgA

0,049*

Skor SAPS

0,233*

Neutrofil

0,227*

*uji Kruskal-Wallis

p.

90

4.7.8 Pengaruh variabel jenis-jenispatogen Gram (+) dan Gram ()
terhadap variabel lain pada hari ketiga menggunakan ventilator
mekanik

Dari hasil pengamatan pada penelitian ini didapati adanya
pengaruh variabel jenis patogen Gram (+/) terhadap variabel VAP dan
kadar s-IgA (Tabel 4.15).

Tabel 4.15. Pengaruhvariabel jenis patogenGram (+) dan Gram ()
terhadap

variabel

lainpada

hari

ketiga

menggunakan

ventilator mekanik
p.
Jenis Patogen

(Gram +/)

Skor CPIS(VAP)

0,016*

S-IgA

0,035*

Skor SAPS

0,258*

Neutrofil

0,457*

*uji chi-square
4.7.9 Analisis Regresi Logistik
4.7.9.1 Analisis regresi logistik variabel s-IgA dan neutrofil terhadap
variabel VAP

Hasil analisis regresi logistik, menunjukkan bahwa variabel kadar
s-IgA tidak berpengaruh terhadap kejadian VAP (p = 0,257). Namun pada
semua subyek yang menggunakan ventilator mekanik, kadar s-IgA
meningkat. Di sisi lain, variabel persentase neutrofil memiliki pengaruh
terhadap kejadian VAP (p = 0,0001), dengan OR 0,085 (CI 95%: 0,023 0,308). Hal ini berarti bahwa subyek dengan persentase neutrofil >
83,28% (Tabel 4.5), memiliki kemampuan proteksi terhadap kemungkinan

91

mengalami VAP(+), sebesar 0,085 kali dibandingkan dengan subyek yang
memiliki persentase neutrofil < 83,28% (Tabel 4.16)
Tabel 4.16. Hasil analisis regresi logistik variabel s-IgA dan neutrofil
terhadap variabel VAP
Variabel

p.

B

Exp(B) OR

CI 95%

S-IgA

0,257*

0,744

2,104

[0,581-7,617]

Neutrofil

0,0001*

-2,465

0,085

[0,023-0,308]

Constanta

0,016*

2,730

0,004

*uji regresi logistik

4.7.9.2 Analisis regresi seluruh variabel independen terhadap
variabel VAP
Hasil analisis regresi logistik secara menyeluruh, menunjukkan
bahwa variabel kadar s-IgA tidak berpengaruh terhadap kejadian VAP
(p = 0,073), namun pada uji t berpasangan, kadar s-IgA meningkat
bermakna pada kedua kelompok VAP (/+) dihari ketiga. Dalam hal ini
s-IgA sangat dipengaruhi oleh jenis patogen, dan menunjukkan nilai kadar
s-IgA yang bervariasi pada jenis patogen yang berbeda. Sedangkan tiga
variabel lainnya, memiliki pengaruh terhadap kejadian VAP (Tabel 4.17).
Tabel 4.17. Hasil analisis regresi seluruh variabel independen terhadap
variabel VAP
Variabel

p.

B

Exp(B) OR

CI 95%

S-IgA

0,073*

1,574

[0,86227,037]

Neutrofil

0,001*

4,079

4,828
0,017

[0,0030,181]

Skor SAPS

0,0001*

5,023

151,917

[9,4982429,812]

Patogen

0,045*

2,429

11,347

[1,057121,863]

Constanta

0,022*

*uji regresi logistik

5,552

0,004

92

BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik (kohort
prospektif), yang meneliti hubungan variabel independen (kadar s-IgA,
persentase neutrofil, dan kuman patogen), dari cairan saluran napas
bawah yang diambil dengan prosedur BAL, pada pasien yang yang
menggunakan ventilator mekanik di ruang IPI, RSUP

H. Adam Malik

Medan; dengan variabel dependen (VAP awitan dini).
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling,
dengan jangka waktu yang relatif lama (> 12 bulan), agar dapat menyerupai
probabilitas sampling (Sastroasmoro, 2002)
Selama pengamatan, mungkin saja terjadi drop out subyek (subyek
tidak dapat diamati). Jumlah subyek penelitian yang dapat diamati pada
penelitian ini berjumlah 61 orang dari 78 orang yang dianggap memenuhi
kriteria penelitian. Pengamatan tidak dapat

dilakukan pada 17 orang,

dengan alasan yang telah dikemukakan pada bab 4 (Hasil Penelitian),
karena memiliki kriteria ekslusi (meninggal sebelum tiga hari, hemodinamik
tidak stabil, dan merupakan kontraindikasi bronkoskopi pada hari ketiga
menggunakan ventilator mekanik, dan spesimen yang diambil dari saluran
napas bawah, tidak memenuhi syarat pemeriksaan)
Penelitian ini menggunakan kontrol internal berupa data dasar atau
data kontrol yang diambil sesaat sebelum terpajan faktor risiko, atau
sebelum ada efek infeksi atau penyakit, akibat menggunakan ventilator
mekanik. Data dasar yang diambil adalah data demografi pasien, skor CPIS,
skor SAPS kadar s-IgA, persentase neutrofil dan biakan patogen yang
diperoleh dari pemeriksaan sampel cairan

saluran napas bawah (BAL).

Selanjutnya, berbagai data tersebut diamati dan dicatat kembali pada hari
ketiga menggunakan ventilator mekanik.
Pada pengamatan di hari ketiga menggunakan ventilator mekanik,
berdasarkan kriteria yang menggunakan ketentuan skor CPIS dan SAPS,

92

93

28 orang dari 61 orang subyek yang menggunakan ventilator mekanik, tidak
mengal

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar Serum Seruloplasmin pada Preeklamsia Berat Early Onset dan Late Onset

0 77 72

Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar

0 0 30

Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar

0 0 5

Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar

0 0 10

Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar

0 0 43

Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar

0 0 17

Peran Sekretori Imunoglobulin A dan Neutrofil pada Kejadian Early Onset-Ventilator Acquired Pneumonia Berdasarkan Analisis dari Spesimen yang Diambil dengan Kurasan Bronkoalveolar

0 0 16

Hubungan Hitung Sel CD4+ Dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Chapter III VI

0 0 15

Korelasi Kadar Timbal Dalam Darah dengan Kadar Imunoglobulin E Total pada Anak Sekolah Dasar Chapter III VI

0 0 20

Kadar imunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan setelah tonsilektomi

0 0 5