Hubungan Gangguan Fungsi Hormon Tiroid Dengan Derajat Keparahan Pada Anak Penderita Infeksi Susunan Saraf Pusat

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Otak merupakan daerah steril yang terlindungi dari infeksi oleh barier yang
khusus, antara lain tulang tengkorak kepala dan sawar darah otak (bloodbrain barier). Dengan demikian, infeksi susunan saraf pusat (SSP) relatif
jarang terjadi.1 Di Surabaya, insiden meningitis bakterial tahun 1986-1992
jumlah pasien pertahun berkisar antara 60-80 pasien. Di RSU Dr. Soetomo
Surabaya dari tahun 1988-1993 didapatkan angka kematian berkisar 13-18%
dengan kecacatan 30-40%. Laki-laki lebih banyak terkena dibandingkan
perempuan.2 Di Amerika Serikat, insiden meningitis bakterial sebagai
meningitis yang paling sering terjadi yaitu berkisar tiga sampai lima kasus per
100 000 populasi di tahun 1995.

Berbagai agen dapat menginfeksi SSP

seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa.3
Meningitis merupakan inflamasi dari membran otak dan saraf spinal
(leptomeningen seperti araknoid, dura dan pia mater), sedangkan ensefalitis

adalah merupakan proses inflamasi yang mengenai serebrum. Walaupun
kedua hal ini sering dipisahkan sebagai dua penyakit yang berbeda, namun
pada beberapa kasus, khususnya infeksi yang disebabkan oleh virus, bisa
terjadi secara bersamaan dan dikenal sebagai meningoensefalitis.4,5
Keparahan infeksi SSP didasarkan pada manifestasi klinis, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG). Infeksi SSP yang
17
Universitas Sumatera Utara

berat memiliki gejala seperti kejang, kegagalan pernapasan, gangguan
kesadaran, demam, dan kelainan yang jelas pada EEG.6
Hormon tiroid adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang
berfungsi mensintesis triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4).7 Sintesis hormon
tiroid membutuhkan iodine, tiroid peroksidase, tiroglobulin, dan hidrogen
peroksida. Ketiga proses ini berhubungan satu sama lain sehingga gangguan
pada salah satu proses berpengaruh pada produksi hormon tiroid.8
Gangguan fungsi hormon tiroid dapat terjadi pada anak penderita
infeksi SSP yang ditandai oleh menurunnya kadar T3. Suatu studi yang
mengambil sampel sebanyak 123 orang anak penderita infeksi SSP diperoleh
37 (30%) anak mengalami gangguan fungsi tiroid, hasil rata-rata nilai T3, T4

serum pada anak penderita infeksi SSP berat lebih rendah dibandingkan
anak sehat. Data menunjukkan bahwa total T3 dan T4 dalam LCS (Liquor
Cerebro Spinal) jauh lebih rendah dari T3 dan T4 serum pada anak dengan
Infeksi SSP yang berat. Penurunan nilai T4 pada LCS lebih besar daripada
nilai T3 pada anak dengan infeksi SSP berat. Pada anak dengan T3 yang
rendah menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah
dibandingkan pada anak dengan T4 rendah.6,9

18
Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat apakah ada hubungan
gangguan fungsi hormon tiroid dengan derajat keparahan pada anak
penderita infeksi susunan saraf pusat ?
Untuk itu tujuan penelitian untuk melihat hubungan gangguan fungsi
hormon tiroid dengan derajat keparahan pada anak penderita infeksi susunan
saraf pusat.

1.3. Hipotesis

Ada hubungan gangguan fungsi hormon tiroid dengan derajat keparahan
pada anak penderita infeksi susunan saraf pusat.

1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan gangguan fungsi hormon tiroid dengan derajat
keparahan pada anak penderita infeksi susunan saraf pusat.
1.4.2. Tujuan khusus
Mengetahui hubungan derajat keparahan infeksi SSP pada anak dengan
status nutrisi dan frekuensi jantung.

19
Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian
1. Dibidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai
hubungan gangguan fungsi hormon tiroid dengan derajat keparahan
pada anak penderita infeksi susunan saraf pusat.
2. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah pada
bidang endokrin dan neurologi mengenai pentingnya pemantauan fungsi

tiroid pada anak penderita infeksi susunan saraf pusat.

20
Universitas Sumatera Utara