Ditribusi Mortalitas dalam Perawatan Pasien Infark Miokard Akut di RSUP H. Adam Malik-Medan berdasarkan Tricuspid Annular Plane Systolic Excursion (TAPSE)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian utama di dunia saat
ini. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Hal ini tidak
lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan
berubahnya pola hidup (WHO, 2012).
Berdasarkan World Health Statistic 2012, pada tahun 2008 terhitung
sebanyak 17,3 juta (30%) kematian di seluruh dunia terjadi akibat penyakit
kardiovaskular, dengan 7,3 juta orang (12%) diantaranya meninggal akibat
penyakit jantung koroner (PJK). Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular
diperkirakan akan meningkat terus hingga 25 juta kematian pada tahun 2030
(WHO, 2012). Hal yang sama diungkapkan oleh American Heart Association,
yaitu bahwa penyakit kardiovaskular menjadi penyebab 32,8% dari total kematian
dunia, dengan 16% persen diantaranya disebabkan oleh PJK (Roger, 2012).
Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian nomor satu di
negara-negara maju. Di Amerika pada tahun 2008, penyakit kardiovaskular
merupakan

penyebab kematian pertama, dengan angka mortalitas 1.944 juta


(45%), dengan 881 ribu orang diantaranya meninggal karena PJK. Di negaranegara Eropa diperhitungkan 20.000–40.000 orang dari 1 juta penduduk
menderita PJK. Di Jepang pada tahun 2006 didapatkan dari 3.081 pasien yang
turut dalam studi Jikei, tercatat 41 % yang menderita PJK (WHO, 2012).
Di negara berpenghasilan rendah, PJK merupakan penyebab kematian
nomor dua dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%). Di Indonesia penyakit
kardiovaskular menempati urutan pertama penyakit penyebab kematian yaitu
mencapai 308.000 orang pada tahun 2008 (WHO, 2012).
Menurut departemen kesehatan RI, jumlah angka kematian di rumah sakit
akibat penyakit kardiovaskular mencapai 23.163 orang dengan case fatallity rate
sebesar 11,06%. Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia menyebutkan pada tahun
2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di

Universitas Sumatera Utara

rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah PJK, yaitu
sekitar 110.183 kasus. Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark
miokard akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan
penyakit jantung lainnya (13,37%) (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Penyebab kematian pasca infark miokard adalah multifaktorial. Penelitianpenelitian sebelumnya menunjukkan kematian akibat infark miokard terutama

terkait dengan luasnya miokard yang cedera. Selain itu, penurunan fraksi ejeksi
dan peningkatan volume akhir sistolik dan diastolik ventrikel kiri dapat menjadi
salah satu prediktor penting. Faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi prediktor
peningkatan

risiko

kematian

yaitu

aritmia

ventrikel

pada

pengujian

elektrofisiologi atau selama 24 jam pemantauan rawat jalan, lebarnya kompleks

QRS, adanya gelombang T alternans, adanya dispersi gelombang QT yang
berlebihan, variabilitas denyut jantung, dan level troponin yang terus menerus
naik (Bunch, 2007).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pareira dkk. pada tahun 2006 didapati
angka kematian selama periode rawat inap pada pasien dengan infark miokard
ventrikel kiri yang terkait dengan ventrikel kanan lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien yang menderita infark miokard ventrikel kiri saja (Pareira, 2006).
Infark miokard ventrikel kiri yang berkaitan dengan infark miokard ventrikel
kanan diperkirakan terjadi pada 14%–84% kasus (Pareira, 2006). Keterlibatan
ventrikel kanan biasanya terjadi pada 30–50% kasus infark inferior, dan pada 10%
kasus infark anterior. Beberapa komplikasi dapat menyertai infark inferior yang
disertai infark ventrikel kanan, komplikasi ini dapat menimbulkan kematian
(Pandey, 2006).
Fungsi ventrikel kanan sangat terkait dengan manifestasi klinis dalam
berbagai kondisi, namun telah lama kurang diperhatikan (Sanchis, 2010). Dalam
sebuah studi oleh Hammon, 2008, didapatkan bahwa disfungsi ventrikel kanan
dapat memprediksi prognosis pasien ST-Elevation Myocardial Infarction
(STEMI) (Bedetti, 2011). Penurunan fungsi sistolik ventrikel kanan dapat
dikaitkan dengan kejadian gagal jantung setelah infark miokard. Hal ini
dikarenakan ventrikel kanan sensitif dengan perubahan beban kerja ventrikel.


Universitas Sumatera Utara

Meningkatnya tekanan diastolik akhir ventrikel kiri akan menyebabkan
pembesaran ventrikel kanan dan penurunan fungsi sistolik ventrikel kanan
(Anavekar, 2008).
Penilaian fungsi ventrikel kiri telah menjadi pemeriksaan standar pada
kasus infark miokard, hal ini dikarenakan dalam banyak studi sebelumnya fungsi
ventrikel kiri telah terbukti sebagai prediktor morbiditas dan mortalitas. Namun,
penilaian fungsi ventrikel kanan pasca infark miokard masih belum lazim
dilakukan (Engstrom, 2010).
Pengukuran fungsi ventrikel kanan dapat dilakukan secara praktis melalui
pemeriksaan ekokardiografi, salah satunya dengan metode Tricuspid Annular
Plane Systolic Excursion (TAPSE). American Society of Echocardiography

merekomendasikan penggunaan TAPSE secara rutin sebagai sebuah metode
sederhana dalam estimasi fungsi sistolik ventrikel kanan (Bleeker, 2006).
Dapat disimpulkan dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa disfungsi
ventrikel kanan telah terbukti menjadi penanda prognosis buruk serta prediktor
kematian pada pasien infark miokard akut. Namun, karena evaluasi ekokardiografi

pada infark miokard akut terutama masih diarahkan untuk fungsi evaluasi
ventrikel kiri dan komplikasi mekaniknya, data yang tersedia untuk nilai
prognostik disfungsi ventrikel kanan sangatlah terbatas.
Karena itu, dalam studi ini peneliti tertarik untuk mengetahui distribusi
mortalitas dalam perawatan pasien infark miokard akut berdasarkan Tricuspid
Annular Plane Systolic Excursion (TAPSE).

1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana distribusi mortalitas dalam perawatan pasien infark miokard akut di
RSUP H. Adam Malik-Medan berdasarkan Tricuspid Annular Plane Systolic
Excursion (TAPSE)?

Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui distribusi mortalitas dalam perawatan pasien
infark miokard akut di RSUP H. Adam Malik-Medan berdasarkan

Tricuspid Annular Plane Systolic Excursion (TAPSE).

1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jumlah populasi pasien infark miokard akut.
2. Untuk mengetahui score Tricuspid Annular Plane Systolic
Excursion (TAPSE) pada pasien yang menderita infark miokard

akut.
3. Untuk mengetahui tingkat mortalitas dalam perawatan pasien
yang menderita infark miokard akut.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, diantaranya :
1. Memberi informasi kepada bidang pendidikan, khususnya bidang
kedokteran, mengenai ditribusi mortalitas dalam perawatan pasien infark
miokard akut berdasarkan Tricuspid Annular Plane Systolic Excursion
(TAPSE).
2. Memberi informasi mengenai infark miokard akut kepada unit pelayanan
kesehatan khususnya pihak RSUP H. Adam Malik Medan dalam

pengembangan strategi pengobatan yang dapat memperbaiki kondisi
pasien infark miokard akut dengan keterlibatan ventrikel kanan.
3. Sebagai data dasar infark miokard akut untuk penelitian berikutnya.

Universitas Sumatera Utara