Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), persepsi merupakan
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui pancaindranya. Menurut Kulsum dan M. Jauhar (2014),
persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian stimulus
yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
Menurut Tjitono F (2000), persepsi merupakan perlakuan yang
melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar,
alami dan dibaca sehingga persepsi mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta
perasaan seseorang. Yusuf (1991) menyatakan persepsi merupakan pemberian
makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek.
Pendapat ini didukung oleh Sarwono (1992) yang mendefenisikan persepsi
sebagai suatu pengenalan aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan
dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi.
Walgito (2002) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan
proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya
tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman - pengalamannya,

motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam
hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat
mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai

7

Universitas Sumatera Utara

penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu
terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan
perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap
sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan
bertindak.

2.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Muchlas (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu :
a) Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya

sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan
mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh seperti seorang
yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian
untuk orang lain, hal ini menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh
kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk
memperhatikan hal – hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa
memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
b) Target atau obyek persepsi : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain
dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu
gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda.
Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama – sama

Universitas Sumatera Utara

pula. Contoh kecelakaan dua kali di arena ice skating dalam seminggu dapat
membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya.
c) Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang
wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu „terlihat‟ oleh laki –
laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya

sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

2.1.2. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (2002), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu
melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus
tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan
berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman,
2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan
keotak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus keotak disebut
proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal,
3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang
diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam
hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu
mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai
alat inderanya.

2.1.3. Pengaruh Persepsi dalam membuat Penilaian Tentang individu lain
Dalam mempersepsikan individu lain aplikasi yang paling relevan dalam
perilaku organisasi adalah Teori Atribusi. Teori atribusi (teori hubungan)


Universitas Sumatera Utara

mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita
berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal
atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang
diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu. Sedangkan perilaku
yang disebabkan secara eksternal disebabkan oleh akibat dari sebab – sebab luar,
maksudnya individu tersebut dianggap terpaksa berperilaku demikian karena
situasi, misalnya seseorang terlambat datang karena kecelakaan.
Menurut Kulsum dan Jauhar (2014), dalam teori atribusi terdapat tiga
faktor penentu, yakni :
a) Perbedaan atau kekhususan; menerangkan apakah seseorang memperlihatkan
perilaku berbeda dalam situasi yang berbeda pula.
b) Konsesus; apabila semua individu yeng menghadapi situasi serupa merespon
dengan cara yang sama.
c) Konsistensi; dalam tindakan-tindakan individu apakah individu tersebut selalu
merespon dalam cara yang sama secara terus menerus.

2.2. Peranan Warga Sekolah Dalam Menyukseskan Sekolah Berwawasan

Lingkungan
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Sumitro dkk (2005), sekolah
merupakan lembaga sosial formal yang didirikan oleh Negara maupun yayasan
tertentu sebagai salah satu lingkungan pendidikan yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan dan meneruskan pendidikan
anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik.
Warga sekolah merupakan anggota sekolah berupa komponen hidup yang
terdiri dari masukan sumber daya manusia, masukan lingkungan dan masukan

Universitas Sumatera Utara

mentah. Dengan kata lain warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, tenaga
tata usaha, laboran, pesuruh, komite sekolah serta siswa.
Peranan warga sekolah dalam menyukseskan sekolah berwawasan
lingkungan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan anggota sekolah yang
meliputi kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha dan komite sekolah serta siswa
dalam menyukseskan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.

2.2.1. Peranan Kepala Sekolah
Untuk menggapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh

kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Kepala
sekolah harus mampu mengamalkan visi menjadi sebuah tindakan nyata di
sekolah. Kepala sekolah dapat membuat visi menjadi sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan menjadi kenyataan. Menurut Mulyasa (2004), melalui
peran, fungsi dan tugas di bawah ini kepala sekolah akan mampu mendorong visi
menjadi aksi :
1) Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya.
2) Kepala sekolah sebagai manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif,
mendorong bawahan untuk berkarir, dan mendorong keterlibatan dalam
kegiatan yang menunjang program sekolah.
3) Kepala sekolah sebagai adminstrator harus mampu melakukan aktivitas
pengelolaan

adminstrasi

yang

bersifat


pencatatan,

penyusunan

dan

pendokumenan seluruh program sekolah secara efektif dan efisien.
4) Peran kepala sekolah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh tenaga kependidikan.
5) Sebagai leader, kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga

kependidikan, membuka

komunikasi dua arah, kemampuan dalam pengambilan keputusan dan
mendelegasikan tugas.

6) Kepala

sekolah

sebagai

innovator

yaitu

mencari

gagasan

baru,

mengintegrasikan setiap kegiatan, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.
7) Kepala sekolah sebagai motivator memberikan motivasi kepada para tenaga
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.


2.2.2. Peranan Guru
Guru memiliki peranan yang penting dan strategis dalam proses
pendidikan. Guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan karena guru
membimbing peserta didik kearah kedewasaan, kematangan dan kemandirian.
Tujuh peran seorang guru, yaitu :
a) Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas – tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan
dengan mendisiplinkan anak.
b) Guru sebagai model artinya dapat menjadi contoh atau model bagi siswa.
c) Guru sebagai pengajar dan pembimbing artinya setiap guru harus memberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah.
d) Guru sebagai pelajar (learner), Peran guru sebagai pelajar menuntut guru
untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan

Universitas Sumatera Utara

keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman.
e) Guru sebagai komunikator terhadap masyarakat setempat, seorang guru

diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang
sedang dilakukan.
f) Guru sebagai pekerja administrasi, sebagai administrator pada bidang
pendidikan dan pengajaran guru dituntut bekerja secara administrasi teratur.
Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu di
administrasikan secara baik.
g) Guru sebagai kesetiaan terhadap lembaga, seorang guru diharapkan dapat
membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

2.2.3. Peranan Tenaga Pendidik Non Guru
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 23 Tahun 2013
Tanggal 19 Maret 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal pendidikan
dasar di kabupaten/kota, tenaga kependidikan bukan pendidik adalah sumber daya
manusia (SDM) di sekolah yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar (KMB) di sekolah, tetapi sangat mendukung
keberhasilannya dalam kegiatan administrasi di sekolah.

2.2.4. Peranan Siswa

Menurut Wisnu Giyono dalam Sumitro dkk (2005), peserta didik berstatus
sebagai subjek didik yang memiliki ciri khas dan otonomi ingin mengembangkan

Universitas Sumatera Utara

diri dan mendidik diri secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah
yang dijumpai sepanjang hidupnya. Peserta didik memperoleh pengetahuan,
keterampilan maupun nilai-nilai yang berasal dari pendidik (guru) termasuk
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai peduli dan berbudaya lingkungan.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 disebutkan dua kewajiban peserta didik
yaitu menjaga norma – norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
proses dan keberhasilan pendidikan serta ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Peserta didik
memiliki kewajiban untuk mengikuti seluruh kegiatan pendidikan dengan baik
dan selalu berperan aktif dalam setiap kegiatannya, termasuk kegiatan yang
berkaitan dengan program sekolah berwawasan lingkungan.

2.2.5. Peranan Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah wadah dari partisipasi masyarakat. Komite sekolah
secara mandiri mewadahi peran serta masyarakat dalam manajemen sekolah untuk
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun
luar sekolah. Wadah tersebut berfungsi sebagai forum yaitu sebagai representasi
para stakeholder sekolah terwakili secara proporsional.
Komite Sekolah dibentuk dengan maksud agar ada suatu organisasi
masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli
terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah mengembangkan konsep
yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagi kewenangan (power
sharing and advocacy model), dan kemitraan (partnership model) yang

Universitas Sumatera Utara

difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan

Peran Komite Sekolah tersebut adalah:
a) Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b) Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang

berwujud

finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan.
c) Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
d) Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif)
dengan masyarakat di satuan pendidikan.

2.3. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan merupakan salah satu cara merubah sikap dan perilaku
masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena pendidikan sangat mempengaruhi
perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitas
manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilainilai positif. Pengaruh yang ditimbulkan pendidikan memberikan dampak pada
bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan menolong dalam
pembentukan sikap yang positif.
Hal yang hampir senada juga disampaikan Kneller dalam Sumitro dkk
( 2005), bahwa pendidikan memberikan peluang kepada masyarakat untuk
melakukan suatu tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik mereka melalui lembagalembaga

pendidikan

yang

dengan

sengaja

mentransformasikan

warisan

budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari
generasi ke generasi.
Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memberikan peluang kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensinya. Tentu saja potensi yang dikembangkan
dalam pendidikan berkembang ke arah yang positif dan bermanfaat bagi peserta
didik maupun lingkungan di sekitarnya.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Lingkungan hidup mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan
kesejahteraan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam
melakukan aktivitas hubungan sosial. Seperti yang disebutkan dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dari uraian mengenai lingkungan hidup dapat diambil suatu pengertian

Universitas Sumatera Utara

bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem kehidupan yang sangat luas.
Sebuah sistem kehidupan yang mempengaruhi manusia dan makhluk hidup
lainnya. Sistem ini meliputi benda-benda mati, benda hidup seperti biota dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, keadaan alam serta daya.
Pengertian mengenai pendidikan dan lingkungan hidup jika disatukan
menjadi sebuah pengertian mengenai pendidikan lingkungan hidup, yaitu suatu
bentuk usaha yang dilakukan secara sadar, terencana dan berlangsung seumur
hidup melalui lembaga – lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lain
untuk mentransformasikan pengetahuan, nilai – nilai dan keterampilan –
keterampilan mengenai sistem kehidupan yang mempengaruhi kelangsungan
hidup serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga diperoleh
pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind),
watak (character), atau kemampuan fisik (physical acility).

2.3.1. Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah
Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah bertujuan untuk
memberi bekal tentang arti dan fungsi lingkungan dalam kehidupan secara
pribadi, keluarga dan masyarakat sehingga siswa mampu berbuat, menegur dan
bertindak terhadap proses atau kegiatan yang merusak lingkungan.
Pembelajaran di sekolah diarahkan agar siswa memiliki kemampuan
belajar dalam memperoleh informasi pengetahuan mengenai ilmu lingkungan
hidup secara utuh agar menyadari dan merefleksikan perbuatan sendiri dan juga
empati terhadap perbuatan orang lain diharapkan tumbuh melalui pendidikan
lingkungan.
Bapedalda Provinsi Sumatera Utara (2002) menyatakan untuk menentukan

Universitas Sumatera Utara

hasil pada pendidikan lingkungan hidup tercermin dari perilaku siswa antara lain :
a) Menguasai konsep dasar ekologi yaitu konsep ekosistem, sumberdaya alam
dan kebijakan lingkungan hidup.
b) Menunjukkan perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dalam
kehidupan sehari – hari baik dirumah, masyarakat dan sekolah.
c) menguasai pengetahuan dan teknologi untuk mengelola limbah dan
pencemaran air, udara, tanah yang dapat digunakan dalam keseharian
kehidupan dilingkungannya.
d) Menggalang kemitraan dalam pengelolaan lingkungan baik secara paedagogis,
ekonomi dan perundang – undangan ditingkat daerah, nasional dan global,
sesuai dengan kapasitas dan peran tanggung jawabnya dimasyarakat.
Salah satu penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah yaitu
melalui program Sekolah berwawasan lingkungan. Menurut Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (2009) Program Sekolah berwawasan lingkungan adalah salah
satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong
terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut
terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari
dampak lingkungan yang negatif.
Kata sekolah berwawasan lingkungan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
adi dan wiyata. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna sedangkan
wiyata bermakna tempat di mana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan,
norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabungkan
menjadi sekolah berwawasan lingkungan mempunyai makna yaitu tempat yang

Universitas Sumatera Utara

baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita – cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan program Sekolah berwawasan lingkungan adalah menciptakan
kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan
penyadaran warga sekolah. Diharapkan dikemudian hari warga sekolah tersebut
dapat turut bertanggungjawab dalam upaya – upaya penyelamatan lingkungan
hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama program Sekolah berwawasan lingkungan adalah
mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi
sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Untuk mengembangkan program dan
kegiatan dalam program Sekolah berwawasan lingkungan harus berdasarkan
norma-norma dasar dan berkehidupan. Norma dasar program

Sekolah

berwawasan lingkungan meliputi kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan,
dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program
sekolah berwawasan lingkungan yaitu partisipasif dan berkelanjutan. Partisipatif
yang dimaksud yaitu komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah.
Manajemen sekolah ini meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran masing-masing warga sekolah.
Sedangkan yang dimaksud dengan berkelanjutan yaitu seluruh kegiatan harus
dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.
Ada empat indikator dengan beberapa kriterianya Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (2009), sebagai tolak ukur sekolah berwawasan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

yaitu :

1) Kebijakan tentang sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Kebijakan sekolah sangat penting untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah. Pengembangan
kebijakan sekolah yang diperlukan yaitu:
 Visi dan Misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
 Kebijakan

sekolah

dalam

mengembangkan

pembelajaran

pendidikan

lingkungan hidup.
 peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non kependidikan) di bidang
pendidikan lingkungan hidup.
 Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.
 Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang
bersih dan sehat.
 Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan
yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.
2) Kurikulum Berbasis Lingkungan.
Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar dilakukan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang
dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum
berbasis lingkungan hidup untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan dapat dicapai dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
 Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang

Universitas Sumatera Utara

ada di masyarakat sekitar.
 Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
 Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
3) Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif.
Untuk

mewujudkan

sekolah

berwawasan

lingkungan

diharapkan

melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang
memberikan

manfaat

baik

bagi

warga

sekolah,

masyarakat

maupun

lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah
dalam mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah :
 Menciptakan kegiatan ektrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup
berbasis partisipatif di sekolah.
 Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.
 Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan PLH di sekolah.
4) Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah.
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu
didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi:
 Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan
lingkungan hidup.
 Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan
sekolah.
 Penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK.
 Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.

Universitas Sumatera Utara

 Pengembangan sistem pengelolaan sampah.

2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Persepsi Warga
Sekolah

Kebijakan
Sekolah

Kurikulum

Sarana dan
Prasarana

Kebijakan
Partisipatif

Sekolah Berwawasan Lingkungan

Implementasi
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Negeri 6 Medan tentang Sindroma Premenstruasi (PMS).

0 46 61

Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan Tentang Penyakit Menular Seksual(PMS)

0 35 54

PENGARUH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) TERHADAP PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DI SD NEGERI NOGOPURO YOGYAKARTA

0 9 130

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

0 0 15

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

0 0 2

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

0 0 6

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe) Chapter III V

0 0 34

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

0 0 4

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

0 0 34

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

0 0 17