Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan Tentang Penyakit Menular Seksual(PMS)

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SMA NEGERI 6 MEDAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NOOR HUDA BINTI ABD WAHAB

070100442

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SMA NEGERI 6 MEDAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

Oleh :

NOOR HUDA BINTI ABD WAHAB

070100442

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul: Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan

Tentang Penyakit Menular Seksual(PMS)

Yang dipersiapkan oleh:

NOOR HUDA BINTI ABD WAHAB 070100442

Hasill Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui.

Penang, 25 November 2010 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan Tentang Penyakit Menular Seksual(PMS)

Nama: Noor Huda Binti Abd Wahab NIM : 070100442

Pembimbing Penguji I

(dr Johny Marpaung, Sp.OG) (dr. Hemma Yulfi , DAP&E, M. Med,Ed)

Penguji II

(dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, Mpd.Ked)


(5)

ABSTRAK

Latar belakang Pada tahun 1990, WHO telah melakukan estimasi dengan jumlah kasus yang melibatkan Penyakit Menular Seksual ini adalah sebanyak lebih daripada 250 ribu setiap tahun dan PMS ini masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan secara global. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap PMS ini akibat dari pelbagai faktor seperti dorngan daripada teman, informasi tentang seks yang kurang serta inisiasi yang terlalu dini untuk memulakan hubungan seksual.

Metode Penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 200 orang pelajar yang dipilih dengan menggunakan teknik acak stratifikasi mengikut kelas respoden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner yang mempunyai 10 soalan yang terbagi atas soalan berkaitan dengan pengetahuan tentang PMS, gejala yang sering timbul pada penderita PMS, cara penularan serta cara pencegahan bagi PMS ini.

Hasil tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 Medan ini berada dalam kategori sedang dengan rata-rata sebanyak 60,5 % bagi kesemua soalan

yang ditanyakan didalam kuesioner.


(6)

ABSTRACT

Background In 1990, WHO estimated that over 250 million new cases of STIs had occurred every year and STD still become a public health problem of major significance globally. Young people are more vulnerable to get STD due to influence of the sexual behaviour of young people such as peer pressure, lack of information and also early initiation of sexual activities.

Method this study is a descriptive study with a total sampel of 200 students which is selected using stratified random sampling based on their classes..The instrument of this study is questionnaire consists of 10 question focuses about the knowledge of STD such as the symptoms, mode of transmission and the prevention of the disease.

Results the acknowledgement of the student from SMA Negeri 6 Medan is majority in medium category with score 60,5 % based on all the question on the questionnaire.


(7)

KATA PENGHANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur ke hadrat Allah SWT atas segala rahmat dan krniaan-Nya sehingga laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini dapat dihasilkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).

Dalam penulisan laporan hasil karya tulis ilmiah ini, saya telah mendapat banyak bimbingan, saran serta tunjuk ajar daripada berbagai pihak. Oleh iti, dikesempatan ini saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

1. Dr Johny Marpaung, Sp.OG selaku dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, tenaga dan idea dalam proses menyediakan proposal sehingga menyelesaikan hasil laporan penelitian ini.

2. Kedua orang tua saya, Hj Abd Wahab bin Muhammad serta ibunda Siti Rahmah Binti Mamat atas doa, sokongan serta segala ilmu yang dicurahkan kepada saya sepanjang menyelasaikan tugasan ini. 3. Semua teman-teman setambuk 2007 yang banyak membantu serta

berkongsi pendapat dalam menyiapkan tugasan ini.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam bidang ilmu kedokteran untuk diperkembangkan lagi pada masa akan dating.

Penang,25 November 2010. Penulis,

Noor Huda Binti Abd Wahab NIM: 070100442


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN..………. i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1.Latar belakang……….... 1

1.2.Rumusan Masalah……….. 2

1.3.Tujuan Penelitian……….... 3

1.3.1. Tujuan Umum………... 3

1.3.2. Tujuan Khusus………... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pengetahuan... 4

2.2. Penyakit Menular Seksual(PMS)... 4

2.2.1. Definisi Penyakit Menular Seksual... 4

2.3. Klamidia... 6

2.3.1. Etiologi ... 6

2.3.2. Epidemiologi ... 6

2.3.3. Tanda dan Gejala ………. 6

2.3.4. Terapi ... 7

2.4. Sifilis ... 7

2.4.1. Etiologi ... 7

2.4.2. Epidemiologi ... 8

2.4.3. Tanda dan Gejala ... 8

2.4.4. Terapi ... 10

2.4.5. Prognosis ... 10

2.5. Gonore ... 11

2.5.1. Etiologi ... 11

2.5.2. Epidemiologi ... 11

2.5.3. Tanda dan Gejala ... 11

2.5.4. Terapi ... 12

2.6. Granuloma Inguinale ... 12

2.7. Chancroid ... 12

2.8. Trikomoniasis ... 13


(9)

2.10. Human Papiloma Virus ... 14

2.11. Human Imunodeficiency Virus ... 14

2.12. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keterlibatan ... 15

2.13. Langkag Pencegahan ... 16

BAB 3: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 17 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2. Definisi Operasional... 17

BAB 4 : METODE PENELITIAN... 18

4.1. Jenis Penelitian... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data... 20

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 21

4.5 Pengolahan dan Analisa Data... 21

BAB 5 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 22

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden ……….. 22

5.3. Hasil Analisa Data ……… 22

5.4. Pembahasan……… 27

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN... 31

6.1. Kesimpulan... 31

6.2. Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 20 5.1 Gambaran Karekteristik Responden yang Telah Ditetapkan

Berdasarkan Teknik Acak Stratifikasi.

22

5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelajar yang dipilih untuk Berdasarkan Kelas.

23

5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Berkaitan Penyakit Menular Seksual

23

5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Tentang Maksud dan Contoh Penyakit Menular Seksual

24

5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Tentang Gejala atau Keluhan Yang Sering Timbul Pada PMS.

25

5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Tentang Cara Penularan Pada PMS.

25

5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Mengenai Cara Pencegahan PMS.


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti 35

Lampiran 2 Informed Consent 36


(13)

ABSTRAK

Latar belakang Pada tahun 1990, WHO telah melakukan estimasi dengan jumlah kasus yang melibatkan Penyakit Menular Seksual ini adalah sebanyak lebih daripada 250 ribu setiap tahun dan PMS ini masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan secara global. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap PMS ini akibat dari pelbagai faktor seperti dorngan daripada teman, informasi tentang seks yang kurang serta inisiasi yang terlalu dini untuk memulakan hubungan seksual.

Metode Penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 200 orang pelajar yang dipilih dengan menggunakan teknik acak stratifikasi mengikut kelas respoden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner yang mempunyai 10 soalan yang terbagi atas soalan berkaitan dengan pengetahuan tentang PMS, gejala yang sering timbul pada penderita PMS, cara penularan serta cara pencegahan bagi PMS ini.

Hasil tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 Medan ini berada dalam kategori sedang dengan rata-rata sebanyak 60,5 % bagi kesemua soalan

yang ditanyakan didalam kuesioner.


(14)

ABSTRACT

Background In 1990, WHO estimated that over 250 million new cases of STIs had occurred every year and STD still become a public health problem of major significance globally. Young people are more vulnerable to get STD due to influence of the sexual behaviour of young people such as peer pressure, lack of information and also early initiation of sexual activities.

Method this study is a descriptive study with a total sampel of 200 students which is selected using stratified random sampling based on their classes..The instrument of this study is questionnaire consists of 10 question focuses about the knowledge of STD such as the symptoms, mode of transmission and the prevention of the disease.

Results the acknowledgement of the student from SMA Negeri 6 Medan is majority in medium category with score 60,5 % based on all the question on the questionnaire.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit menular seksual atau dikenal sebagai infeksi menular seksual (IMS) adalah suatu penyakit infeksi yang ditularkan melalui seseorang individu kepada individu yang lain melalui kontak seksual. Terdapat kurang lebih 30 jenis penyakit yang bisa terjadi akibat daripada infeksi ini seperti sifilis, gonorre, klamidia, penyakit penurunan imunitas tubuh (Acquired Immunodeficiency

Syndrome ). Selain itu, penyakit seperti sifilis ini juga bisa ditularkan oleh ibu

kepada anaknya ketika lewat jalan lahir. Prevalensi sedunia dilaporkan sekitar 340 miliar kasus yang melibatkan infeksi menular seksual ini yang mana terjadi pada kelompok usia antara 15 hingga 49 tahun (Ali, Rinzin, et al, 2001).

Menurut Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit (CDC), terdapat 65 ribu penderita IMS ini yang masih belum diubati. Pada tahun 2008, kasus klamidia yang dilaporkan adalah sebanyak 1,210,523 ,manakala kasus gonore di Amerika pula adalah sebanyak 336,742 kasus. Namun kasus yang dilaporkan ini masih tidak dapat menggambarkan jumlah sebenar kasus yang berlaku karena masih ada kasus yang tidak dilaporkan dan juga asimptomatis.

Menurut laporan daripada Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), jumlah penduduk di Sumatera Utara yang berusia diantara 15 hingga 19 tahun pada tahun 2007 adalah kira-kira 1,434,875. Golongan remaja ini biasanya mendapatkan pengetahuan reproduksi dari sumber-sumber seperti media cetak dan elektronika, teman sebaya dan pergaulan sosial. Kenapa golongan remaja lebih rentan untuk mendapatkan pelbagai penyakit berkaitan dengan masalah reproduksi ini? Antara lima faktor penting yang mempengaruhi para remaja untuk melakukan hubungan seksual pada kali pertama ialah untuk membuktikan


(16)

cinta mereka kepada pasangan masing-masing, rasa ingin mencoba yang sememangnya sudah wujud dalam naluri seorang remaja untuk mencoba segala sesuatu yang baru, pengaruh daripada teman, akibat dibawah pengaruh obat-obatan atau zat terlarang sehingga remaja tidak membedakan hal yang benar atau salah, dan juga faktor-faktor lain (Anasrul dan Fonny, 2005).

Selain itu juga, menurut hasil penelitian yang dilakukan di Jakarta dan juga Surabaya, jumlah pelajar laki-laki yang aktif secara seksual di sekolah menengah semakin meningkat daripada 8.8% pada tahun 1997 menjadi 22.9% pada tahun 1999. Manakala bagi jumlah pelajar perempuan turut mengalami peningkatan jumlah daripada 0.5% kepada 4.3% di Jakarta dan di Surabaya sebanyak 8% kepada 11.4%(WHO, 2006).

Hasil daripada survey yang dilakukan pada kelompok usia 15-19 tahun, ternyata pengetahuan mereka berkaitan dengan infeksi menular seksual serta penyakit HIV ini tidak terlalu rendah. Sebanyak 59.8% daripada pelajar perempuan pernah mendengar tentang PMS ini dan sebanyak 27.7% daripada mereka tahu mengenai cara transmisi daripada infeksi ini. Sebanyak 17.0% daripada mereka pula mengetahui mengenai langkah-langkah pencegahan daripada infeksi ini(WHO, 2006).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan daripada latar belakang yang didapatkan, maka rumusan yang dapat dibuat ialah mengenai tingkat pengetahuan pelajar sekolah menengah berkaitan dengan infeksi menular seksual ini. Adakah mereka benar-benar mengerti tentang hal ini serta bagaimana pengetahuan mereka berkaitan dengan tindakan yang patut mereka lakukan untuk mengelakkan terjadinya infeksi seperti ini?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar-pelajar Sekolah Menengah (SMA) tentang Penyakit Menular Seksual.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1 Mengetahui tentang tingkat pengetahuan pelajar mengenai bermacam jenis penyakit yang tergolong dalam Penyakit Menular Seksual.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan pelajar-pelajar sekolah menengah tentang cara- cara penularan infeksi menular seksual ini.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan pelajar-pelajar sekolah menengah tentang langkah-langkah pencegahan daripada infeksi ini.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Kepada para pelajar sendiri tentang pengetahuan mereka berkaitan dengan penyakit menular seksual ini.

2. Kepada peneliti sendiri dan juga peneliti yang lain untuk dijadikan bahan informasi untuk penelitian lanjutan.

3. Kepada Instansi Kesehatan untuk terus meningkatkan lagi usaha-usaha untuk memberikan pendidikan kepada para pelajar serta membanteras Penyakit Menular Seksual ini dengan melibatkan pelajar sekolah menengah.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Penyakit Menular Seksual (PMS)

2.2.1 Definisi Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual atau dikenal sebagai infeksi menular seksual (IMS) adalah suatu penyakit infeksi yang ditularkan melalui seseorang individu yang terinfeksi kepada individu yang lain melalui kontak seksual. Kontak seksual ini bisa melalui kontak secara oro-genital, ano-genital, walaupun tanpa melakukan penetrasi alat kelamin. Hal ini karena aktifitas seksual melibatkan kontak yang begitu intimasi sehingga memudahkan peluang bagi mikroorganisma tersebar daripada seorang individu kepada individu yang lainnya. Selain itu, penyakit ini juga bisa ditularkan daripada seorang ibu yang telah terinfeksi kepada bayi didalam kandungannya.

Pelbagai macam mikroorganisma yang bisa ditularkan daripada individu yang telah terinfeksi ini seperti infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan penyakit seperti sifilis, gonore, chancroid, granuloma inguinale,

nongococcal urethritis, trchomoniasis dan chlamydial cervitis. Selain bakteri,


(19)

yang menyebabkan terjadinya penyakit seperti moluskum kontagisum, genital warts, genital herper, dan penyakit yang dikenal sebagai Acquired

Immunodeficiency Syndrome(AIDS).

PMS mempunyai beberapa ciri yaitu (Daili, 1999):

1. Penularan penyakit ini tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.

2. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakuka n hubungan kelamin

3. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti kata mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit.

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor dapat mempengaruhi meningkatnya insidensi PMS ini, antara lain:

1. Perubahan demografik secara luar biasa; a. Peledakan jumlah penduduk

b. Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan pelbagai alasan, misalnya pekerjaan, liburan, dan rapat/kongres/seminar.

c. Kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industri menyebabkan lebih banyak kebebasan sosial dan lebih banyak waktu yang terluang. 2. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografik di

atas, terutama dalam bidang agama dan moral.

3. Kelalaian beberapa Negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan pendidikan seks khususnya.

4. Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan alat kotrasepsi.

5. Akibat pemakaian antibiotik yang tidak teratur sehingga terjadi resistensi pelbagai mikroorganisma.

6. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai terutama laboratorium dan klinik pengobatan.

7. Banyaknya kasus asimtomatik, tidak merasa sakit atau terdapt keluhan sehingga memikirkan tidak akan ditularkan kepada yang lain.


(20)

Untuk melakukan diagnosa berdasarkan gejala klinis itu tergantung kepada penyakit-penyakit tersendiri karena semua penyakit menular seksual ini tidak sama tanda dan gejalanya.Mengikut statistik yang dikeluarkan oleh WHO 1995 dan 1999 penyakit yang sering terjadi akibat daripada hubungan seksual ini antaranya ialah chlamydial, sifilis, dan gonorrhea (UNAIDS, 1998).

2.3 Klamidia. 2.3.1 Etiologi:

Chlamydia merupakan infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia

trakomatis yang bisa menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan pada uretra dan juga servik.Infeksi ini merupakan infeksi yang mempunyai insidensi tertinggi dengan jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 659,000 di Amerika Syarikat pada tahun 1999. Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan sempurna bisa menyebabkan terjadinya pelbagai masalah kesehatan yang lainnya seperti kehamilan ektopik, penyakit inflamasi pelviks dan juga infertilitas.

2.3.2 Epidemiologi:

Pada tahun 1997, jumlah kasus yang dilaporkan di Amerika adalah sebanyak 537,904 kasus yaitu sebayak 205,5 bagi 100,000 populasi. Namun, pada tahun 2008, jumlah itu menigkat dua kali lipat menjadi 1,210,523 kasus. Pada tahun 2008 juga, jumlah kasus klamidia pada golongan lelaki kulit hitam 12 kali lebih tinggi berbanding lelaki kulit putih dan lapan kali lipat lebih tinggi pada wanita kulit hitam berbanding wanita kulit putih (CDC, 2009).

2.3.3 Tanda dan gejala:

Setelah 4 hingga 28 hari selepas melakukan hubungan seksual dengan individu yang terinfeksi, gejala yang sering timbul ialah rasa seperti terbakar pada uretra saat berkemih.Selain itu turut disertai dengan keluarnya sekret yang keruh daripada penis yang mana sekret yang keluar lebih sedikit berbanding pada kasus Gonore. Pada waktu pagi, meatus eksternal akan kelihatan merah dan melekat


(21)

bersama sekret yang keluar. Namun, bagi wanita tanda dan gejala hampir tiada (asimtomatis) sehingga sukar untuk menegakkan diagnosa. Bagi wanita, gejala yang kelihatan ialah seperti urgensi dan nyeri saat berkemih. Diagnosa untuk kasus Chlamydia ditegakkan setelah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sekret yang didapat daripada pasien.

Pada pasien wanita, 40% yang mendapat infeksi ini tanpa mendapatkan rawatan yang tepat akan menderita Pelvic Inflammatory Disease(PID), yaitu keadaan inflamasi akut dan kronis yang melibatkan uterus, tuba Fallopio dan ovarium. Daripada jumlah ini, 20% akan menga lami infertilitas, 18% akan mengalami sakit pinggang yang kronis dan 9% akan mengalami komplikasi dalam kehamilan.

2.3.4 Terapi:

Klamidia bisa diubati dengan antibiotik azitromisin dengan dosis tunggal atau dengan doksisilin dua kali sehari selama satu minggu. Pengobatan ini tidak hanya untuk individual yang terlibat, tetapi turut melibatkan pasangan mereka untuk mengelakkan berlaku lagi infeksi ketika melakukan hubungan seksual. Individu yang menderita Klamidia ini dinasehatkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sehingga diyakini sudah sembuh dan pengobatan selesai. Wanita yang mana pasangan mereka tidak dilibatkan dalam pengobatan mempunyai risiko tinggi untuk mendapat infeksi kembali dan infeksi yang multipel ini akan meningkatkan risiko untuk mengalami masalah reproduksi yang serius seperti infertilitas (CDC, 2006).

2.4 Sifilis: 2.4.1 Etiologi:

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang berbentuk heliks dengan membrane sitoplama yang terdiri daripada lapisan peptidoglycan di sertai dengan flagella yang memudahkan pergerakan bakteri ini. Sifilis adalah paling berbahaya pada stadium primer dan sekunder dimana bakteri ini bisa memasuki tubuh melalui membrane mukosa seperti yang terdapat di vagina, mulut, ataupun


(22)

melalui kulit. Dalam jangka masa beberapa jam, bakteri ini bisa sampai di nodus limfe seterusnya menyebar keseluruh tubuh melalui system peredaran darah.

Sifilis bisa ditularkan melalui hubungan seksual secara langsung melalui lesi mukosa pada individu yang terinfeksi kepada pasangannya, transfusi darah ataupun melalui plasenta daripada ibu yang telah terinfeksi (sifilis kongenital) (Kumar, Abbas, et al, 2007).

2.4.2 Epidemiologi:

Pertama kali dijumpai di kawasan epidemik pada abad ke-16 dan pada waktu ini sifilis masih lagi dikenal sebagai suatu infeksi endemik diseluruh dunia. Di Amerika Serikat, hampir 6000 kasus yang dilaporkan setiap tahun dan jumlah kasus ini semakin meningkat sejak tahun 2000 (Kumar, Abbas, et al, 2007).

Prevalensi untuk penyakit sifilis ini bagi wanita berusia 15-49 tahun adalah sebanyak 0.8 bagi tahun 1997-1999. Manakala bagi wanita pekerja seks komersial pula adalah 29,7 bagi tahun 2000-2001.

2.4.3 Tanda dan gejala:

Tanda dan gejala bagi Sifilis ini dapat terjadi diantara hari 9 hingga ke-90, biasanya pada hari ke-21 selepas infeksi. Sifilis terbagi atas beberapa stadium antaranya stadium primer, sekunder, laten, dan tertiary. Infeksi ini bisa bertahan bertahun lamanya sekiranya tidak ditangani dengan betul sehingga bisa mengakibatkan kerusakan pada organ jantung dan otak.

Pada stadium primer ini, luka (kankre) pada bagian yang terinfeksi tidak disertai rasa nyeri seperti pada bagian penis, vagina dan vulva. Luka yang dipanggil sebagai kankre ini biasanya bersifat tunggal, namun bisa berkembang menjadi lebih dari satu. Kankre ini timbul dengan warna merah kemudian bisa bertukar menjadi lesi yang terbuka. Kankre ini tidak berdarah disertai dengan pembengkakan pada kalenjar limfe yang berhampiran. Kankre ini bisa sembuh selepas 3 hingga 12 minggu.

Stadium sekunder ditandai dengan timbulnya kemerahan pada kulit (skin


(23)

tidak disertai rasa gatal ataupun nyeri dan biasanya timbul pada telapak tangan dan juga telapak kaki yang mana bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Selain dari kemerahan yang timbul bisa juga terjadi demam, lelah, hilang selera makan, dan kehilangan berat badan yang merupakan gejala yang umum. Sebanyak 50% mengalami pembengkakan pada kalenjar limfe pada seluruh badan dan 10% lagi kasus mengalami inflamsi pada mata.

Selepas pasien sembuh daripada stadium primer dan sekunder, penyakit ini memasuki fase laten dimana infeksi masih lagi terjadi dalam tubuh tetapi tidak menunjukkan gejala. Stadium ini bisa berlanjtan sampai beberpa tahun malahan bisa sampai beberapa dekad. Sifilis pada fase ini tidak berbahaya berbanding stadium primer dan sekunder.

Pada stadium tertiary, tiga tipe sifilis yang bisa terjadi, antaranya ialah sifilis tertiary yang jinak, sifilis kardiovaskuler, dan neurosifilis. Pada tipe pertama itu sangat jarang pada masa kini dan ditandai dengan adanya benjolan yang dipanggil gummas pada kulit ataupun pada barbagai organ. Benjolan ini tumbuh dengan perlahan, sembuh dengan sempurna dan meninggalkan parut. Bagian yang paling sering timbul benjolan ini ialah pada kulit kepala, muka, dan kaki. Sifilis kardiovaskuler pula timbul 10 hingga 25 tahun selepas terinfeksi dengan bakteri ini dan bisa timbul aneurysm (kelemahan dan dilatasi) pada aorta ataupun kebocoran pada katub aorta. Semua ini akan membawa kepada gejala sesak nafas, nyeri dada dan gagal jantung. Neurosifilis pula terjadi dalam tiga bentuk yaitu meningovaskuler, paretic (kelumpuhan general) dan tabetic (tabes

dorsalis)(Kumar, Abbas,et al, 2007).

Sifilis dan kehamilan paling sedikit berlaku pada dua pertiga wanita hamil yang telah terinfeksi dengan bakteri Treponema sebelumnya. Efek sifilis pada kehamilan dan janin terutamanya tergantung pada lamanya infeksi terjadi, dan pada pengobatannya. Jika penderita diobati dengan baik, bayi yang lahir tidak akan terinfeksi (Saifuddin, Wiknjosastro, 2005).


(24)

2.4.4 Terapi :

Obat yang merupakan pilihan ialah Penisilin di mana obat ini dapat menembus plasenta dan mencegah terjadinya infeksi pada fetus dan mengobati fetus yang telah terinfeksi; juga efektif untuk merawat neurosifilis.

Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari 0,03 unit/ml. Yang penting ialah kadar tersebut harus bertahan dalam serum selama sepuluh sampai empat belas hari unutk sifilis lanjut dan dini, dua puluh satu hari untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.

Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam Penisilin;

• Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, bersifat kerja singkat.

• Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM) , lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.

• Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juta unit akan bertahan dalam serum 2-3 minggu, bersifat kerja lama.

Kepada penderita yang sensitif (alergi) pada Penisilin bisa di obati dengan Eritromisin 2 gram per os selama 10-15 hari. Eritromisin estolat tidak boleh diberikan sebab obat ini tidak mencegah terjadi sifilis kongenital. Harus dilaksanakan follow-up yang teliti untuk mengelakkan terjadi rekuren (kambuh) (Natahusada, Djuanda, 2003).

2.4.5 Prognosis:

Jika sifilis ini tidak diobati, maka seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat sifilis tersier, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria sebanyak 9% dan pada wanita 5 % dan dari jumlah ini, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit pula akan sembuh dalam 7-14 hari manakala pembesaran kalenjar getah bening pula akan menetap beberapa minggu (Natahusada, Djuanda, 2003).

Prognosis sifilis congenital yang dini pula adalah baik dan pada tahap lanjut prognosisnya tergantung pada kerusakan yang telah ada (Natahusada dan Djuanda, 2003)


(25)

2.5. Gonore: 2.5.1 Etiologi:

Merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria (gonokok) gonore yang menginfeksi pada lapisan dalam mukosa pada uretra, serviks, rectum, dan juga tenggorokan serta konjungtiva mata.

2.5.2 Epidemiologi:

Daripada tahun 1975 hingga 1997, jumlah kasus Gonore ini semakin menurun sebanyak 74% ekoran daripada program pengontrolan kasus Gonore yang dilaksanakan. Jumlah kasus Gonore ini dilihat mendatar (plateau) untuk beberapa tahun sebelum kembali meningkat sehingga kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 2006 ialah sebanyak 358,366 kasus (CDC, 2006).

2.5.3 Tanda dan gejala:

Pada lelaki, gejala pertama yang timbul ialah rasa tidak enak pada uretra diikuti dengan rasa nyeri saat berkemih dimana gejala ini timbul 2 hingga 7 hari selepas infeksi. Selain itu disertai dengan keluarnya pus dari uretra dan urgensi untuk berkemih serta peningkatan frekwensi berkemih.

Pada wanita biasanya tanpa gejala beberapa minggu atau bulan selepas infeksi. Sekiranya terdapat gejala, itu biasanya muncul pada hari ke-7 hingga 21 selepas mendapat infeksi. Namun apabila terdapat gejala pada wanita biasanya lebih hebat berbanding gejala yang di tunjukkan oleh lelaki seperti selalu berkemih, nyeri saat berkemih, keluar sekret dari vagina, dan juga demam. Apabila melibatkan serviks, rektum, tuba Fallopi, ovari, dan uretra, semua bagian ini akan merasa nyeri terutama ketika melakukan hubungan seksual.

Pada beberapa kasus, bakteri ini bisa menyebar melalui sirkulasi darah sehingga bisa sampai ke tulang dan sendi menyebabkan terjadinya bengkak dan nyeri. Selain itu bisa juga menyebabkan demam karena pelepasan pelbagai mediator. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan pada sekret yang keluar dari penis ataupun vagina untuk mengenal pasti bakteri yang terlibat (Kumar, Abbas,


(26)

2.5.4 Terapi:

Ternyata pilihan utama untuk pengobatan Gonore ialah Penisilin + Probenesid, kecuali didaerah yang tinggi insidensi Neisseria gonorrhea Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Secara epidemiologis, pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal.

Bagi Penisilin, pilihan obat yang paling efektif ialah penisilin G prokain akua dengan dosis 4,8 juta unit + 1gram probenesid. Kontraindikasinya adalah pada pasien yang alergi penisilin. Sekiranya menggunakan ampisilin, dosisnya ialah 3,5gram +1 gram probenesid, dan amoksisilin pula dengan dosis 3gram + 1gram probenesid. Sefalosporin dapat juga digunakan dengan pilihan obat Seftriakson yang cukup efektif dengan dosis 250 gram secara intramuscular. Obat lain yang bisa digunakan antara lain ialah kuinolon, Tiamfenikol, dan Kanamisin (Natahusada, Djuanda, 2003).

2.6. Granuloma Inguinale

Granuloma Inguinale adalah PMS yang jarang terjadi dan disebabkan oleh bakteri Calymmatobacterium granulomatis yang menyebabkan peradangan yang kronis

pada alat genital.

Gejala mulai timbul bermula pada minggu pertama hingga minggu ke-12 selepas terinfeksi. Gejala yang pertama muncul ialah timbul nodul yang bewarna merah tanpa rasa nyeri yang kemudiannya tumbuh perlahan-lahan membentuk satu atau lebih bulatan. Bagian tubuh yang terinfeksi seperti penis, skrotum, paha dalam, vagina dan vulva (Beers, Fletchers, et al, 2004).

2.7. Chancroid

Merupakan PMS yang disebabkan oleh bakteri Heamophilus ducreyi yaitu bakteri gram negatif dari golongan coccobacillus. Bagi penyakit ini, gejala akan mulai timbul pada hari ke-3 hingga 7 selepas terinfeksi, dimana pasien akan mengalami rasa nyeri dan timbul papul eritem pada bagian genital eksternal. Pada lelaki, lesi yang mulai muncul adalah pada bagian penis, manakala bagi wanita pada vagina atau pada area periuretra. Setelah beberapa hari, ulkus yang ireguler akan timbul


(27)

pada permukaan lesi primer. Ciri-ciri daripada ulukus ini ialah rasa nyeri lebih hebat pada lelaki dibanding dengan wanita.

2.8. Trikomoniasis

Trikomoniasis merupakan PMS yang megenai pada vagina atau uretra yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, yaitu sejenis organism yang hanya mempunyai satu sel saja.

Trichomonas vaginalis biasanya akan menginfeksi pada alat genital serta saluran kemih pada kedua-dua jenis kelamin baik wanita maupun lelaki. Namun begitu, gejala lebih banyak kelihatan pada wanita dimana hampir 20% wanita mendapatkan trikomoniasis pada vagina sepanjang usia reproduktif mereka. Antara gejala tersebut ialah keluarnya secret bewarna seperti kuning kehijauan dan bervariasi bagi setiap individu. Selain itu akan berlaku iritasi pada vulva sehingga menimbulkan rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual. Pada kasus yang lebih berat bisa terjadi nyeri saat berkemih dan meningkatnya frekwensi untuk berkemih.

Bagi lelaki pula, infeksi pada uretra bisa tanpa atau symptom yang minimal, dan jarang melibatkan prostat atau epididimis. Untuk terapi diberikan metronidazol dengan dosis tunggal secara oral dan turut melibatkan pasangan mereka.

2.9. Genital Herpes Simplex

Infeksi herpes pada bagian genital atau dikenal sebagai herpes genitalis merupakan PMS yang mempunyai jumlah kasus yang tinggi di Amerika. Walaupun kedua-dua jenis virus, herpes 1(HSV-1) dan herpes simpleks-2(HSV-2) bisa menyebabkan infeksi pada genital dan juga oral, namun kebanyakan kasus lebih disebabkan oleh HSV-2.

Lesi primer yang timbul ialah vesikel eritem serta nyeri pada mukosa atau kulit area genitalia serta nyeri ketika berkemih. Bagian anorektal juga biasa untuk timbul vesikel ini bagi golongan homoseksual. Selain itu terdapat juga sekret


(28)

uretra, pembesaran kalnjar limfe disertai rasa nyeri, serta timbul gejala sistemik lain seperti demam dan juga pusing.

Infeksi herpes pada neonatus terjadi pada hampir separuh kasus yang melibatkan ibu yang telah terinfeksi. Infeksi ini didapat oleh neonatus ketika melewati jalan lahir yang telah terinfeksi. Manifestasi klinis bagi neonatus yang terinfeksi akan mulai timbul pada minggu kedua kelahiran ditandai dengan muncul bintik-bintik merah pada kulit(rash), encephalitis, pneumonitis dan nekrosis hepar dengan jumlah 60% kasus bayi meninggal (Kumar, Abbas, et al, 2007).

2.10. Human Pappilomavirus(HPV)

HPV ini bisa menyebabkan terjadinya genital warts (kondiloma akuminata) yang berbentuk seperti jengger ayam yang biasanya tumbuh pada vagina, penis dan rektum. Warts ini biasanya muncul pada bulan pertama hingga bulan keenam selepas terinfeksi dengan gambaran permukaan yang lembut, lembap, bewarna merah dan bengkak serta membesar dengan cepat.

Sekumpulan warts yang tumbuh di kawasan yang sama dan mempunyai permukaan yang kasar member gambaran seperti bunga kol.

2.11. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh HIV-1 dan HIV-2 yang mana virus ini akan merusakkan sel darah putih yang dipanggil limfosit dalam badan secara progresif. Transmisi untuk tekena infeksi ini dapat melalui banyak cara, namun salah satu yang biasa terjadi ialah melalui hubungan seksual dengan individu yang telah terinfeksi. Ketika melakukan hubungan sekseual, membrane mukosa yang melapisi mulut, vagina, penis dan rektum akan terdedah kepada cairan badan yang telah terkontaminasi.

Kebanyakan pasien mengalami gejala inisial yang hampir tidak disadari oleh diri mereka sendiri. Gejala yang sering timbul ialah seperti demam, kemerahan pada kulit, lemah dan pembengkakan nodus limfe dalam masa


(29)

beberapa minggu selepas terinfeksi. Pasien bisa mendapat infeksi ini selama beberapa tahun hingga dekad sebelum berkembang menjadi AIDS.

2.12. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan.

Mengikut kajian yang dilakukan oleh Antono Suryoputro, Nicholas J. Ford, Zahroh Shaluhiyah (2006), tentang perilaku seksual pada remaja di Jawa Tengah, terdapat teori Social-Learning yang mengatakan bahwa perilaku manusia dibedakan oleh tiga hal yang saling berhubungan antara faktor personal/individu, faktor lingkungan, dan faktor perilaku.

Dalam faktor personal, variabel-variabel yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan mengenai HIV/AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS), aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual & reproduksi, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri dan variabel-variabel demografi seperti: usia, agama dan status perkawinan.

Faktor lingkungan melibatkan variabel-variabel seperti akses dan kontak dengan sumber-sumber informasi, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. Faktor perilaku: variabel-variabel yang termasuk didalam faktor ini adalah gaya hidup seksual (orientasi seksual, pengalaman seksual, jumlah pasangan), peristiwa-peristiwa kesehatan (PMS, kehamilan, aborsi) dan penggunaan kondom serta alat kontrasepsi.

2.13. Langkah pencegahan

Pencegahan PMS ini tidak dapat dicapai hanya dengan melakukan intervensi klinis saja. Intervensi pencegahan primer termasuk di praktek dan diluar praktek yaitu tempat dimana terjadinya transmisi infeksi ini. Hal ini melibatkan pengetahuan tentang pemakaian kondom yang betul bisa menurunkan angka kejadian kasus HIV dan juga PMS sebanyak 80 -85% .

Mengikut strategi global yang diperkenalkan oleh WHO (2006), antara langkah-langkah pencegahan yang dilakukan terhadap penyebaran PMS ini ialah:


(30)

• Kemudahan untuk akses pada kondom yang berkualitas.

• Promosi untuk mendapatkan khidmat nasehat dan rawatan yang cepat pada pasien yang telah terinfeksi dan juga pada pasangan seksualnya.

• Pelayanan kesehatan yang spesifik terhadap populasi dengan frekwensi tinggi untuk mendapat infeksi ini seperti wanita pekerja seks, remaja, pengguna zat terlarang, dan juga pemandu truk jarak jauh.

Melakukan screening pada pasien yang asimtomatis seperti pada pasien sifilis dan Chlamydial.

• Pelayanan kesehatan dengan cara kaunseling dan juga pemeriksaan untuk deteksi apakah terdapat infeksi HIV atau tidak dan ini dilakukan secara sukarela.

• Pencegahan dan penjagaan daripada kemungkinan terjadinya sifilis congenital dan konjungtiva neonates pada neonates akibat daripada infeksi yang didapat melalui jalan lahir.

• Melibatkan semua pihak termasuk sektor swasta dan juga kepedulian masyarakat dalam melakukan pencegahan PMS ini.


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep

3.2 Definisi operasional Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan para pelajar untuk menjawab pertanyaan tentang Penyakit Menular Seksual. Setiap soalan memiliki indikator yang tersendiri yang berkaitan dengan pengetahuan, cara penularan dan cara pencegahan. Jumlah soalan yang ditanya adalah sebanyak 10 soalan berkaitan dengan Penyakit Menular Seksual ini.

Cara ukur: wawancara

Alat ukur: kuesioner, dengan 10 pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban Jawaban yang benar diberi nilai =1 dan jawaban salah dinilai =0.

Kemudian, dilakukan skoring;(Pratomo, 1986) -Pengetahuan baik (total skor 75%-100%) -Pengetahuan sedang (total skor 40%-75%) -Pengetahuan kurang (total skor <40%) . skala pengukuran: Ordinal.

Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan:

- Baik - Sedang - Kurang

Pelbagai Jenis Penyakit Menular Seksual


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan para pelajar berkaitan dengan Penyakit Menular Seksual. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah cross-sectional studi, yaitu melakukan pengamatan hanya sekali dalam satu jangka waktu dan tidak ada tindak lanjut atau follow-up mengenai pengetahuan para pelajar berdasarkan umur dan jenis kelamin dan yang diambil ketika pengisian data peribadi dilakuka n didalam kuesioner.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian akan dimulai setelah pembentangan proposal penelitian ini dilakukan yaitu pada bulan Mei 2010. Bermula bulan Juni 2010 data daripada sampel akan diambil dan dinilai.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA/SMU Negeri 6 Medan. Pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan jumlah serta karakteristik sampel yang memenuhi tujuan penelitian yaitu pada remaja yang berumur 16-18 tahun.Selain itu jarak sekolah yang relatif berdekatan dengan peneliti turut memudahkan penelitian dilakukan disamping menjimatkan kos penelitian.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian. 4.3.1 Populasi

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pelajar SMA/SMU yang berumur 16-18 tahun.Menurut survey awal yang dilakukan disekolah berkenaan, jumlah paelajar adalah 400 orang pelajar, tidak temasuk pelajar di kelas III yang telah tamat persekolahan.


(33)

4.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah adalah sebagian daripada populasi dan dapat mewakili keseluruhan populasi serta mempunyai karakteristik yang mampu untuk mewakili populasi. Penentuan jumlah besar sampel yang digunakan diambil mengikut rumus berikut; (Notoatmodjo, 2005)

n = N 1 + N ( d 2 )

Keterangan :

N= Jumlah populasi n = Jumlah sampel

d 2 = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

oleh itu, jumlah sampel yang didapat ialah: N= 400

n = 400 1 + 400 (0,05)2

= 200 orang.

Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah pengambilan sampel secara acak stratifikasi dimana hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karateristik umum dari populasi terlebih dahulu, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dilakukan berdasarkan kelas dan juga jenis kelamin. Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata ini diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara random atau acak. (Notoatmodjo, 2005)


(34)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian ini, data yang digunakan adalah melalui hasil kuesioner yang akan dijawab oleh sampel dimana kuesioner akan diuji terlebih dahulu validitas dan realibilitasnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanayaan yang berbentuk lembar isian berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti dengan mempertimbangkan masalah yang akan di teliti dan dijawab oleh yang berhubungan dengan permasalahan. Selain itu turut diambil data primer mengenai umur, jenis kelamin dan pekerjaan orang tua yang akan di isi dalam data peribadi pada lembar kuesioner serta data sekunder yaitu data yang diperoleh daripada pihak sekolah.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Nomor

Pertayaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.694 Valid 0.837 Reliabel

2 0.458 Valid Reliabel

3 0.844 Valid Reliabel

4 0.694 Valid Reliabel

5 0.478 Valid Reliabel

6 0.694 Valid Reliabel

7 0.844 Valid Reliabel

8 0.498 Valid Reliabel

9 0.498 Valid Reliabel


(35)

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Hasil data yang diperoleh daripada jawaban responden akan dinilai menggunakan sistem perangkap lunak program computer SPSS. Setelah itu, dilakukan analisa data dengan cara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 yang terletak di Jalan Ansari no.34 Medan 20214, Kelurahan Sei Rengas-1. Hasil daripada data yang diperoleh dari pihak sekolah diketahui bahwa jumlah pelajar yang terdaftar pada tahun 2010 adalah sebanyak 597 orang yang terdiri daripada pelajar kelas I, II IPA, II IPS, III IPA, dan juga III IPS.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel yang diambil ialah seramai 200 orang pelajar melalui pengiraan dengan meggunakan teknik acak stratifikasi yang telah ditetapkan dan pelajar yang terlibat dalam penelitian ini adalah pelajar daripada kelas 1 dan juga pelajar kelas 2. Hal ini berikutan pelajar kelas 3 yang telah tamat sesi persekolahan sewaktu pengambilandan pengumpulan data dilakukan.

Tabel 5.1. Gambaran Karekteristik Responden yang Telah Ditetapkan Berdasarkan Teknik Acak Stratifikasi.

Kelas / program Jumlah siswa Lelaki Jumlah siswa perempuan

Jumlah

X 90 127 217

II IPA 61 67 128

II IPS 25 30 55

Total 176 224 400

5.3. Hasil Analisa Data.

5.3.1. Karekteristik Responden

Berdasarkan hasil pengiraan yang telah ditetapkan melalui teknik acak stratifikasi ini, jumlah pelajar yang akan di nilai pengetahuan mereka adalah seramai 200 orang dan akan dibagikan secara sama rata bagi ketiga kelas di atas. Oleh itu setiap kelas akan di ambil sebanyak 100


(37)

orang pelajar bagi kelas X dan 100 orang bagi kelas XI untuk menjawab kuesioner yang telah ditetapkan.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelajar yang dipilih untuk Berdasarkan Kelas.

Kelas Jumlah Persentase (%)

X 100 50,0

XI IPA 50 25,0

XI IPS 50 25,0

Total 200 100,0

5.3.2. Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3,5% daripada responden mempunyai pengetahuan yang kurang. Manakala 36.0% mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk dan selebihnya yaitu sebanyak 60,5% pelajar mempunyai pengetahuan yang sedang berkaitan Penyakit Menular Seksual ini.

Tabel 5.3. Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan Tentang PMS

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Kurang 7 3,5

Sedang 121 60,5


(38)

Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 65.5% (n=131) bagi soalan pertama dan 72,5%(n=145) bagi soalan kedua, responden (Pelajar SMA Negeri 6 Medan) sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit Menular Seksual ini dimana mereka semua pernah mendengar dan tahu definisi serta contoh penyakit yang dikategorikan sebagai PMS ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Tentang Maksud dan Contoh Penyakit Menular Seksual

Jawaban(soalan 1) Jumlah Persentase (%)

Benar 131 65,6

Salah 69 34,5

Total 200 100.0

Jawaban(soalan 2) Jumlah Persentase (%)

Benar 145 72,5

Salah 55 27,5

Total 200 100.0

5.3.3. Gejala/ Keluhan yang Sering Timbul Pada Penderita PMS Dari pertanyaan pada kuesioner yang berkaitan dengan pengetahuan pelajar tentang keluhan yang sering timbul pada penderita PMS, didapatkan hasil yaitu sebanyak 78,0% (n=156) responden yang menjawab dengan benar untuk soalan ini dan sebanyak 22,0% (n=44) responden selebihnya menjawab dengan jawapan yang salah.


(39)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Tentang Gejala atau Keluhan Yang Sering Timbul Pada PMS.

Jawaban(soalan 3) Jumlah Persentase (%)

Benar 156 78,0

Salah 44 22,0

Total 200 100.0

5.3.4. Cara Penularan Penyakit Menular Seksual.

Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 78,5% (n=157) responden (pelajar SMA Negeri 6 Medan) menjawab dengan benar bagi soalan nomor 4, 45,5%(n=91) responden yang menjawab dengan benar bagi soalan nomor 5 dan 43,0%(n=86), menjawab dengan benar soalan nomor 6.bagi soalan nomor 7 pula sebanyak 79%(n=158) daripada responden menjawab dengan benar. Daripada hasil ini dapat dilihat bahwa pengetahuan parqa pelajar berkaitan dengan cara penularan PMS ini masih kurang terutama pada soalan nomor 6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Tentang Cara Penularan Pada PMS.

Jawaban(soalan 4) Jumlah Persentase (%)

Benar 157 78,5

Salah 43 21,5


(40)

Jawaban(soalan 5) Jumlah Persentase (%)

Benar 91 45,5

Salah 109 54,5

Total 200 100.0

Jawaban(soalan 6) Jumlah Persentase (%)

Benar 86 43,0

Salah 114 57,0

Total 200 100.0

Jawaban(soalan 7) Jumlah Persentase (%)

Benar 158 79,0

Salah 43 21,0

Total 200 100.0

5.3.5. Cara Pencegahan PMS.

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 67,5% (n=135) responden sudah memiliki pengetahuan yang sedang tentang cara pencegahan PMS dan menjawab dengan benar bagi soalan nomor 8 dan 73% (n=146) responden menjawab dengan benar bagi soalan nomor 9. Bagi soalan nomor 10 pula sebanyak 75,5% (n=151) responden yang menjawab dengan benar.


(41)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelajar Mengenai Cara Pencegahan PMS.

Jawaban(soalan 8) Jumlah Persentase (%)

Benar 135 67,5

Salah 65 32,5

Total 200 100.0

Jawaban(soalan 9) Jumlah Persentase (%)

Benar 146 73,0

Salah 54 27,0

Total 200 100.0

Jawaban(soalan 10) Jumlah Persentase (%)

Benar 151 75,5

Salah 49 24,5

Total 200 100.0

5.4. Pembahasan

5.4.1. Pembahasan Tentang Karekteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan kerjasama daripada pihak SMA Negeri 6 Medan, didapatkan bahwa jumlah pelajar keseluruhan di sekolah tersebut pada tahun sesi 2010 ialah seramai 597 yang terdiri daripada pelajar kelas I, kelas II dan juga pelajar kelas III. Namun berikutan tanggal pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan bulan Juli, pelajar daripada kelas III tidak dapat disertakan sebagai


(42)

responden karena mereka telah tamat sesi persekolahan.Oleh itu jumlah pelajar yang diambil sebagai populasi ialah seramai 400 orang daripada kelas I dan kelas II.

5.4.2. Pembahasan Tentang Pengetahuan Mengenai Penyakit Menular Seksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 65,5% responden (pelajar) memiliki pengetahuan yang sedang tentang PMS, dimana mereka semua pernah mendengar dan tahu tentang apa yang dimaksudkan dengan Penyakit Menular Seksual ini. Hal ini dapat dinilai berdasarkan jawapan responden pada soalan nomor 1. Sebanyak 72,5% daripada responden pula menjawab dengan benar berkaitan dengan contoh penyakit yang dikategorikan sebagai PMS dan ini menunjukkan tingkat pengetahuan pelajar yang berada pada tahap yang sedang. Berikut merupakan scoring yang digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan pelajar:

5.4.3. Pembahasan Tentang Keluhan/Gejala Yang Sering Timbul Pada PMS. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 78% daripada responden menjawab dengan benar berkaitan dengan keluhan atau gejala yang sering timbul pada penderita PMS. Ini menunjukkan tingkat pengetahuan palajar berkaitan dengan keluhan pada PMS ini yang tinggi. Hal ini mungkin disebabkan gejala yang muncul pada penderita PMS ini lebih fokus pada daerah genitalia walaupun bukan pada semua kasus.

5.4.4. Pembahasan Cara Penularan PMS

Hasil penelitian mendapati sebanyak 78,5% daripada responden dapat menjawab dengan benar bagi soalan nomor 4 yaitu berkaitan dengan cara penularan PMS .Ini menunjukkan tingkat pengetahuan mereka yang tinggi berkaitan dengan hal ini. Namun, dari hasil penelitian bagi soalan 5 menunjukkan hanya 45,5% daripada pelajar yang mengetahui bahwa PMS ini bisa ditularkan melalui aktivitas seks yang bukan hanya melalui


(43)

genitor-genital. Selain itu, pengetahuan para pelajar juga masih rendah berkaitan dengan hubungan selain heteroseksual yang boleh mengakibatkan tertularnya PMS ini dimana hasil penelitian yang dilakukan menujukkan hanya 43% shaja daripada respoden yang dapat menjawab dengan benar. Manakala yang lain beranggapan bahwa hubungan seksual sesame jenis(homoseksual) tidak dapat menularkan pelbagai virus serta bakteri yan berbahaya ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh informasi yang kurang terhadap penyakit menular ini sehinggakan responden tidak mempunyai idea bagaimana infeksi ini boleh tertular melalui hubungan sesame jenis. Selain itu sebanyak 79% daripada responden menjawab dengan benar berkaitan dengan mikroorganisma yang bisa menyebabkan PMS ini dan ini menunjukkan bahwa pelajar sudah mempunyai pengetahuan yang tinggi berkaitan dengan faktor penyebab PMS seperti virus ataupun bakteri.

5.4.5. Pembahasan Tentang Cara Pencegahan PMS.

Hasil wawancara berbasis kuesioner dari 200 orang pelajar didapatkan sebanyak 67,5% daripada responden pernah mendengar tetang alat kontrasepsi seperti contoh kondom. Hal ini ekoran daripada pelbagai pendedahan daripada pelbagai sumber yang tersedia pada masa kini seperti internet dan juga majalah.

Namun demikian, sebanyak 73% sahaja daripada responden yang mengetahui kepentingan alat kontrasepsi kondom ini dalam mencegah terjadinya penyebaran pelbagai jenis kuman berbahaya yang bisa menyebabkan terjadinya PMS.Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawapan yang diberikan oleh responden bagi soalan nomor 9. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang alat kontrasepsi sahaja tidak mencukupi apabila tidaak disertai dengan pengetahuan tentang kepentingan alat tersebut.

Hasil penelitian juga menunjukkan sebanak 75,5% daripada responden mengetahui langkah pencegahan PMS yang paling efektif adalah dengan melibatkan semua sektor termasuk sektor swasta dalam tujuan


(44)

membanteras PMS ini. Hal ini sangat penting supaya mereka sadar akan tanggungjawab semua pihak dalam menangani masalah PMS ini.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan.

Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 Medan ini menunjukkan bahwa pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 Medan ini secara mayoritas berada dalam kategori sedang dengan rata-rata sebanyak 60,5 %. 6.2. Saran

Terdapat banyak usaha atau perubahan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki penelitian ini. Misalnya,

1) Peneliti lain yang berminat, mereka dapat membuat penelitian ini dengan metode analitik dimana dapat dilakukan perbandingan antara tingkat pengetahuan responden dengan jenis pekerjaan ibu bapa sehingga dapat dilakukan perbandingan antara pelajar yang datang daripada keluarga yang senang atau pun daripada keluarga yang sederhana.

2) Selain itu untuk penelitian lanjutan yang akan dilakukan pada masa akan datang dapat dilakukan dengan menilai sikap dan juga tindakan daripada responden sendiri karena penilaian tingkat pengetahuan sahaja belum menjamin untuk perilaku yang seswai dengan tinkat pengetahuan. Oleh itu penilaian untuk sikap dan tindakan juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna dalam program penyuluhan pada masa akan datang.

3) Pihak bertanggungjawab;

a) Petugas kesehatan dapat melakukan survey kesehatan yang lebih efektif untuk mencari tahu kasus-kasus yang asimtomatis terutama di daerah pedalamana supaya jumlah kasus yang sebenar dapat diketahui. Selain itu petugas kesehatan juga dapat melakukan tugas pencegahan seperti edukasi serta kaunseling kesehatan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A, Rinzin, P, Aggarwal, V, Jazan, S, Ahmed, N, Swe, M, et al, 2001.

Management of Sexually Transmitted Infections. World Health

Organization Regional Office for South-East Asia, New Delhi.

Antono Suryoputro, Nicholas J. Ford, Zahroh Shaluhiyah, 2006. Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro,

Tembalang 50239, Semarang, Indonesia:30-31

Beers, M, H., Fletchers, A, J., Jones, T, V., Porter, R, 2004. The Merck Manual of Medical Information, 2nd home ed. Simon and Schuster, Inc. New York.

Centers for Disease Control and Prevention, 2009.

Services

Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Diseases

Treatment Guidelines 2006. Available from:

http://www.cdc.gov/std/Chlamydia/STDFact-Chlamydia.htm(Accessed 2 Mei 2010)

Centers for Diseases Control and Prevention: Surveillance 2006, Natinonal profile. Departement of Health and Human Service Available from:


(47)

Daili, S.F, Natahusada, E.C, Djuanda, A, 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin, ed.ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(341-342, 388)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Available from: http://www.

depkes.go.id/downloads/profil/prov%20sumut%202007. pdf (Accessed 9

Mei 2010)

Division of Environmental Health and Communicable Disease Prevention.

Chlamydia. Available from:

2010) 5.1

Gerard J. Tortora and Bryan Derrickson, 2006. The Reproductive System. In:

Principle of Anatomy And Physiology:. 11th ed. United States of America:

John Wiley & Sons, Inc. (1097).

Kumar, Abbas, Fausto and Mitchell, 2007. The Male Genital System. In: Robbins

Basic Pathology, 8th ed. International Edition: Saunders Elsevier. 701-703

5.2 Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. PT. Jakarta: Rineka Cipta..

5.3

Notoatmodjo S, 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam: Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi pertama. Jakatra: Rineka Cipta,

139-142

Pratomo, H., dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud

5.4

5.5 Sastroasmoro S, Ismael S, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian


(48)

The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 1998. The Public

Health Approach to STD Control. Available from:

2010)

Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T, 2005. Ilmu Kandungan. Ed ke-2. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 306

World Health Organization, 2006. Availbale from: LinkFiles/Fact_Sheets_Indonesia_FS.pdf.(Accessed 7 Maret 2010)

World Health Organization, 2010. Sexually Transmitted Infections Available

from:


(49)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Huda Binti Abd Wahab Tempat/ Tanggal Lahir : Terengganu/ 26 Maret 1988

Agama : Islam

Alamat : 89, Kampung Rawai, Bukit Payong, 21400 Marang Terengganu

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus dari Tabika Kemas Kg.Rawai 2. Tahun 2000 lulus dari Sekolah Kebangsaan Simpang Rawai

3. Tahun 2003 lulus dari Maktab Rendah Sains Mara Pasir Tumboh, Kelantan

4. Tahun 2005 lulus dari Maktab Rendah Sains Mara Jasin, Melaka

5. Tahun 2007 lulus dari Alliance College of Medical Sciences(ACMS)

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Persatuan Pelajar Malaysia- Universits Sumatera Utara(PM-USU)

2. Anggota Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia(PKPMI)


(50)

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Kepada Yth : Calon Responden Penelitian Pelajar SMA Negeri 6 Medan.

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama: Noor Huda Binti Abd Wahab NIM: 070100442

Alamat : Jln Intan No 15/23, 20214 Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Meda yang sedang melakukan penelitian dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Tentang Penyakit Menular Seksual “.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian kepada responden dan kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Jika anda tidak bersedia untuk menjadi responden, maka tidak ada ancaman untuk pihak anda dan bisa mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila anda bersetuju, maka mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dilampirkan. Segala kerjasama anda didahulukan dengan ucapan terima kasih.

Medan, Mei 2010 Peneliti


(51)

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan kesediaan untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokterdan Universitas Sumatera Utara yang bernama Noor Huda Binti Abd Wahab, dengan judul penelitiannya ,”Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan

Tentang Penyakit Menular Seksual”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan merugikan kedua-dua belah pihak.Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.

Medan, Mei 2010 Responden


(52)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SMA NEGERI 6

MEDAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL.

IDENTITAS RESPODEN Nama :

Umur : Alamat :

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang BENAR. Pilih SATU jawaban saja.

Pengetahuan

1. Menurut anda, apakah yang dimaksudkan dengan Penyakit Menular Seksual?

a. PMS merupakan penyakit yang terjadi pada semua orang yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. b. Penyakir Menular Seksual(PMS) merupaka suatu penyakit yang

ditularkan ketika melakukan hubungan seksual. c. Tidak tahu

2. Antara berikut yang manakah merupakan PMS ? a. Asma

b. Sifilis


(53)

3. Menurut anda yang manakah antara berikut merupakan keluhan yang sering timbul pada PMS?

a. Keluhan pada alat kemaluan disertau dengan keluarnya secret. b. Timbulnya keluhan seperti sesak nafas dan pusing.

c. Tidak tahu

4. Menurut anda bagaimana PMS ini ditularkan melalui individu yang telah terinfeksi?

a. Melalui membrane mukosa atau kulit pasangan yang telah terinfeksi b. Melalui makanan atau pakaian yang dikongsi bersama

c. Tidak tahu

5. Menurut anda, PMS ini tidak bisa ditularkan melalui hubungan seksual secara oro-genital(melalui oral) atau ano-genital (melalui dubur)? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

6. Menurut anda, PMS tidak akan ditularkan apabila hubungan seksual dilakukan oleh pasangan gay dan lesbian(sama jantina)?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

7. Menurut anda, apakah yang menyebabkan terjadinya PMS ini? a. PMS hanya disebabkan oleh bakteri sahaja.

b. PMS terjadi akibat infeksi pelbagai bakteri, virus dan juga mikroorganisma.


(54)

8. Menurut anda , apakah yang dimaksudkan dengan alat kontrasepsi? a. Alat yang digunakan ketika melakukan hubungan seksual

b. Alat yang digunakan sebagai langkah pencegahan sama ada untuk mencegah terjadinya kehamilan dan juga terjadinya infeksi ketika melakukan hubungan seksual.

c. Tidak tahu.

9. Menurut anda penggunaan alat kontrasepsi yang betul seperti penggunaan kondom yang betul dapat mencegah terjadinya PMS?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

10.Menurut anda , langkah pencegahan yang berkesan untuk menangani kasus PMS ini? tentang kepentingan penggunaan alat kontrasepsi dan bahaya perilaku seks bebas harus dilakukan kepada pekerja seks komersial sahaja?

a. Mengumpul semua pesakit PMS untuk diberikan kaunseling dan rawatan.

b. Program penyuluhan yang melibatkan semua pihak termasuk sektor swasta dan juga masyarakat sekeliling.

c. Tidak tahu.


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Huda Binti Abd Wahab

Tempat/ Tanggal Lahir : Terengganu/ 26 Maret 1988

Agama : Islam

Alamat : 89, Kampung Rawai, Bukit Payong, 21400 Marang Terengganu

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus dari Tabika Kemas Kg.Rawai 2. Tahun 2000 lulus dari Sekolah Kebangsaan Simpang Rawai

3. Tahun 2003 lulus dari Maktab Rendah Sains Mara Pasir Tumboh, Kelantan

4. Tahun 2005 lulus dari Maktab Rendah Sains Mara Jasin, Melaka

5. Tahun 2007 lulus dari Alliance College of Medical Sciences(ACMS)

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Persatuan Pelajar Malaysia- Universits Sumatera Utara(PM-USU)


(2)

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Kepada Yth : Calon Responden Penelitian Pelajar SMA Negeri 6 Medan.

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama: Noor Huda Binti Abd Wahab NIM: 070100442

Alamat : Jln Intan No 15/23, 20214 Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Meda yang sedang melakukan penelitian dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Tentang Penyakit Menular Seksual “.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian kepada responden dan kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Jika anda tidak bersedia untuk menjadi responden, maka tidak ada ancaman untuk pihak anda dan bisa mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.

Apabila anda bersetuju, maka mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dilampirkan. Segala kerjasama anda didahulukan dengan ucapan terima kasih.

Medan, Mei 2010 Peneliti


(3)

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan kesediaan untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokterdan Universitas Sumatera Utara yang bernama Noor Huda Binti Abd Wahab, dengan judul penelitiannya ,”Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 Medan

Tentang Penyakit Menular Seksual”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan merugikan kedua-dua belah pihak.Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.

Medan, Mei 2010 Responden


(4)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SMA NEGERI 6

MEDAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL.

IDENTITAS RESPODEN Nama :

Umur : Alamat :

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang BENAR. Pilih SATU jawaban saja.

Pengetahuan

1. Menurut anda, apakah yang dimaksudkan dengan Penyakit Menular Seksual?

a. PMS merupakan penyakit yang terjadi pada semua orang yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. b. Penyakir Menular Seksual(PMS) merupaka suatu penyakit yang

ditularkan ketika melakukan hubungan seksual. c. Tidak tahu

2. Antara berikut yang manakah merupakan PMS ? a. Asma

b. Sifilis


(5)

3. Menurut anda yang manakah antara berikut merupakan keluhan yang sering timbul pada PMS?

a. Keluhan pada alat kemaluan disertau dengan keluarnya secret. b. Timbulnya keluhan seperti sesak nafas dan pusing.

c. Tidak tahu

4. Menurut anda bagaimana PMS ini ditularkan melalui individu yang telah terinfeksi?

a. Melalui membrane mukosa atau kulit pasangan yang telah terinfeksi b. Melalui makanan atau pakaian yang dikongsi bersama

c. Tidak tahu

5. Menurut anda, PMS ini tidak bisa ditularkan melalui hubungan seksual secara oro-genital(melalui oral) atau ano-genital (melalui dubur)? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

6. Menurut anda, PMS tidak akan ditularkan apabila hubungan seksual dilakukan oleh pasangan gay dan lesbian(sama jantina)?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu


(6)

8. Menurut anda , apakah yang dimaksudkan dengan alat kontrasepsi? a. Alat yang digunakan ketika melakukan hubungan seksual

b. Alat yang digunakan sebagai langkah pencegahan sama ada untuk mencegah terjadinya kehamilan dan juga terjadinya infeksi ketika melakukan hubungan seksual.

c. Tidak tahu.

9. Menurut anda penggunaan alat kontrasepsi yang betul seperti penggunaan kondom yang betul dapat mencegah terjadinya PMS?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

10.Menurut anda , langkah pencegahan yang berkesan untuk menangani kasus PMS ini? tentang kepentingan penggunaan alat kontrasepsi dan bahaya perilaku seks bebas harus dilakukan kepada pekerja seks komersial sahaja?

a. Mengumpul semua pesakit PMS untuk diberikan kaunseling dan rawatan.

b. Program penyuluhan yang melibatkan semua pihak termasuk sektor swasta dan juga masyarakat sekeliling.

c. Tidak tahu.