Gambaran Resiliensi Pada Siswa Smp Korban Bullying Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam
pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian
(Hadi, 2000).
Penelitian mengenai gambaran resiliensi pada siswa korban bullying di
SMP Methodist 1 Medan ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif.
Menurut Azwar (2000), metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan
untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik
mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.

A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel
merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu
konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya
variasi (Kerlinger, 2000). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran resiliensi
pada siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan ini, maka variabel
penelitian, yaitu resiliensi.


B. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat
diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional
dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam
menginterpretasi masing - masing variabel penelitian (Hadi, 2000).
1. Resiliensi
Resiliensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan
untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Terdapat
tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian
impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan
pencapaian.
b.

Regulasi Emosi
Regulasi emosi adalah mampu untuk tetap tenang di bawah kondisi yang
menekan, mampu untuk mengatur emosi dengan baik dan mengekspresikan
emosi secara tepat.

c.


Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls adalah mampu untuk mengendalikan keinginan,
dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri, dan mampu
menguji keyakinan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
rasional.

d.

Optimisme
Optimisme adalah mampu untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di
masa depan, memiliki kepercayaan bahwa situasi yang sulit suatu saat akan

berubah menjadi situasi yang lebih baik dan memegang kendali atas arah
kehidupan.
e.

Analisis Penyebab Masalah
Analisis penyebab masalah adalah mampu untuk mengidentifikasikan secara
akurat


penyebab dari

permasalahan

yang dihadapi,

mampu untuk

memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah,
mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup, dan bangkit dan
meraih kesuksesan.
f.

Empati
Empati adalah mampu untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap
orang lain, mampu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan
psikologis orang lain.

g.


Efikasi diri
Efikasi diri adalah memiliki keyakinan bahwa mampu memecahkan masalah
yang dialami dan mencapai kesuksesan.

h.

Pencapaian
Pencapaian adalah mampu untuk meraih aspek positif atau mengambil
hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa, mampu untuk
meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya, dan berani
mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupan.

Resiliensi dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu pada skala resiliensi.
Jika semakin tinggi skor skala resiliensi yang diperoleh, maka semakin tinggi
tingkat resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying. Demikian sebaliknya,

jika semakin rendah skor skala resiliensi yang diperoleh, maka semakin rendah
tingkat resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying.


C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi
dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu
sifat yang sama (Hadi, 2000). Kelompok yang besar yang berkepentingan dalam
penelitian adalah populasi, kelompok kecil individu yang berpartisipasi dalam
penelitian adalah sampel (Gravetter & Forzano, 2006). Agar informasi yang
diperoleh dari sampel benar-benar mewakili populasi, sampel tersebut harus
mewakili karakteristik populasi yang dimilikinya (Kuncoro, 2003). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SMP Methodist 1 Medan. Karakteristik sampel
dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami bullying.
Sampel adalah bagian dari populasi. Artinya, sampel merupakan
sekelompok individu yang dipilih dari populasi yang dimaksudkan sebagai wakil
populasi dari suatu penelitian. Sampel harus memiliki sedikitnya satu sifat yang
sama agar dapat dilakukan generalisasi (Kaplan & Saccuzo, 2005). Subjek
penelitian menurut Azwar (2009) adalah sumber utama data penelitian, yaitu
mereka yang memiliki data mengenai variabel yang akan diteliti. Karakteristik
subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitasnya. Karakteristik
subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Termasuk remaja awal. Remaja awal menurut Monks (1999) berusia
12-15 tahun.


b. Siswa yang mengalami bullying
- Verbal bullying
Berbentuk name-calling (memberi nama julukan), taunting (ejekan),
belittling (meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang kejam),
personal defamation (fitnah secara personal), racist slurs (menghina
ras), sexually suggestive (bermaksud/bersifat seksual) atau sexually
abusive remark (ucapan yang kasar).
- Physical bullying
Meliputi menampar, memukul, mencekik, mencolek, meninju,
menendang, menggigit, menggores, memelintir, meludahi, merusak
pakaian atau barang dari korban.
- Relational bullying
Meliputi perilaku pengabaian, pengisolasian, pengeluaran, dan
penghindaran.
Responden dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik incidental
sampling dimana pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor
kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik
tertentu (Hadi, 2000). Pada penelitian ini sampel diambil dengan cara memilih
subjek dengan bantuan guru sekolah SMP Methodist 1 Medan untuk

mengumpulkan subjek dalam satu kelas dan mendatangi subjek secara langsung
untuk mengisi skala yang sudah disediakan.
Sebelum skala penelitian atau skala resiliensi disebar, terlebih dahulu
disebar skala bullying. Skala bullying ini tidak diuji coba karena hanya digunakan

untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang
tidak. Skala bullying disebar kepada siswa yang merupakan subjek penelitian,
kemudian skala bullying tersebut di skoring dan subjek dikategorikan dengan
menggunakan standard error measurement. Standard error measurement
membagi sampel menjadi 2 kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Dalam
penelitian ini siswa yang mengalami bullying adalah siswa yang memiliki skor
tinggi pada skala bullying. Siswa yang mengalami bullying akan dilihat
resiliensinya dan siswa yang tidak mengalami bullying tidak akan digunakan
dalam penelitian.
Menurut Azwar (2009), secara tradisional statistika menganggap jumlah
sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun, sesungguhnya
tidak ada angka yang dapat dikatakan dengan pasti. Oleh sebab itu, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 63 orang.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode self-reports. Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk
memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur
adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan
datanya (Hadi, 2000).
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan, yaitu:
1. Skala Bullying
Skala bullying ini hanya digunakan untuk screening atau memisahkan
sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying yang digunakan
dalam penelitian ini disusun berdasarkan karaktersitik bullying yang dikemukakan
oleh Coloroso (2006). Skala perilaku bullying menggunakan skala model Likert.
Skala ini terdiri dari 7 aitem dengan menggunakan 5 pilihan jawaban, yaitu: tidak
pernah menjadi korban perilaku bullying, hanya terjadi satu sampai dua kali dalam

beberapa bulan terakhir, dua sampai tiga kali dalam sebulan, kira-kira sekali
seminggu, dan beberapa kali dalam seminggu.
Penilaian untuk respon yang diberikan subjek untuk setiap pernyataan
berturut-turut adalah 1,2,3,4,5. Kemudian siswa akan dikategorikan mengalami
bullying atau tidak dengan menggunakan kategorisasi standard error
measurement.

2. Skala Resiliensi
Skala Resiliensi disusun berdasarkan 7 (tujuh) kemampuan yang
membentuk resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002), yaitu
regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab
masalah, efikasi diri, dan reaching out.
Variabel dalam skala Resiliensi ini diukur dengan model skala yang
dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Likert yaitu 5
(lima) pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak
Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan
mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable) dan di skoring 1, 2,
3, 4, 5. Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur ini juga tertera identitas diri
yang harus diisi oleh responden.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi resiliensi

yang dimiliki oleh siswa korban bullying, begitu juga sebaliknya semakin rendah
skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah resiliensi yang dimiliki oleh
oleh siswa korban bullying.

Tabel 2. Blue Print Skala Resiliensi

No. Aspek Resiliensi

Aitem

Jumlah

Favorable

Unfavorable

1.

Regulasi Emosi


13, 25, 26, 40

2, 7, 23, 31

8

2.

Pengendalian Impuls

4, 15, 42, 47

11, 36, 38, 55

8

3.

Optimisme

18, 27, 32, 53

3, 33, 39, 43

8

4.

Analisis Penyebab Masalah

12, 19, 21, 48

1, 41, 44, 52

8

5.

Empati

10, 34, 37, 46

24, 30, 50, 54

8

6.

Efikasi diri

5, 28, 29, 49

9, 17, 20, 22

8

7.

Pencapaian

6, 8, 14, 56

16, 35, 45, 51

8

Total

56

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah
penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang
dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan
informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai
suatu tes (Azwar, 2009). Peneliti akan melakukan uji coba pada alat ukur berupa
skala Resiliensi pada sejumlah responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur
yang valid dan reliabel.

1. Uji Validitas
Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan
pengukuran (Azwar, 2009).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam
skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat
relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah
disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan
oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2009).
Setelah skala Resiliensi diujicobakan pada sejumlah sampel, peneliti akan
melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi
persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan
antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut
yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem
dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai
dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar,
2009).
Peneliti menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product
Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala kepercayaan

(trust). Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang
dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2009). Berdasarkan pengolahan
data yang dilakukan dengan SPSS versi 16.00 for Windows akan diperoleh aitemaitem yang memenuhi persyaratan.
Menurut Azwar, (2009) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi
minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi
harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik.

2. Uji Reliabilitas
Menurut Azwar (2009) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah.
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat
dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan
oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya.
Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan
indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersamasama (Azwar, 2009).

Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan

pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali
penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Teknik yang
digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach. Pengujian reliabilitas

ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala Resiliensi. Reliabilitas dinyatakan
oleh koefisien reliabilitas (rxx‟) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai
dengan 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti
semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah
mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas. Teknik estimasi
reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan
menggunakan program SPSS Versi 16.00 for Windows.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala Resiliensi diuji
cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan
karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya
uji coba alat ukur adalah untuk melihat daya diskriminasi aitem dan reliabilitas
aitem. Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer spss versi
14.
Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 23 Februari 2012
dan 30 Februari 2012 diujicobakan pada 300 siswa-siswi SMP Raksana dan SMP
Darussalam di kota Medan. Adapun distribusi hasil uji coba skala dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Uji Coba Skala Resiliensi
No.

Aspek Resiliensi

Aitem

Total

Favorable

Unfavorable

13, 26

-

2

4, 15, 42, 47

36

5

32, 53

-

2

12, 19, 48

-

3

10, 37

50

3

1

Regulasi Emosi

2

Pengendalian
Impuls

3

Optimisme

4

Analisis Penyebab
Masalah

5

Empati

6

Efikasi diri

5, 28, 29, 49

-

4

7

Pencapaian

6, 8, 14, 40,56

-

5

22

2

24

Total

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 56 aitem skala Resiliensi dengan 300
orang subjek (n=300), terdapat 24 aitem yang memiliki koefisien korelasi item
total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r > 0,148)
dengan reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,99. Koefisien determinasi aitem-aitem
yang valid bergerak dari 0,155 hingga 0,342.
Aitem-aitem yang ada pada skala ini dilakukan perubahan tata letak urutan
nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih
tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem yang akan
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada di bawah ini:

Tabel 4. Penomoran Baru Skala Resiliensi
No.

Aspek Resiliensi

Aitem

Total

Favorable

Unfavorable

7, 11

-

2

1, 9, 18, 19

15

5

14, 23

-

2

6, 10, 20

-

3

5, 16

22

3

1

Regulasi Emosi

2

Pengendalian
Impuls

3

Optimisme

4

Analisis Penyebab
Masalah

5

Empati

6

Efikasi diri

2, 12, 13, 21

-

4

7

Pencapaian

3, 4, 8, 17,24

-

5

22

2

24

Total

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap
tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian
Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :
a. Rancangan alat ukur penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun alat ukur penelitian, yaitu skala
Resiliensi. Skala ini berupa skala Likert dengan pilihan respon yang telah
disederhanakan oleh peneliti menjadi 5 pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S
(Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Penyusunan
skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan
operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala Resiliensi dibuat
dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 yang terdiri dari pernyataan-pertanyaan
dan setiap pernyataan memiliki 5 alternatif jawaban.
b. Permohonan izin
Sebelum melakukan persiapan dalam hal perizinan peneliti menentukan
tempat penelitian. Kemudian peneliti meminta surat izin pengambilan data kepada
pihak Fakultas Psikologi dan mengantarkannya ke sekolah yang menjadi tujuan
penelitian adapun dalam hal ini yaitu SMP Methodist 1 Medan sebagai lokasi
untuk pengambilan data penelitian, SMP Raksana Medan dan SMP Darussalam
untuk melaksanakan tryout skala penelitian.
c. Uji Coba Alat Ukur
Setelah alat ukur selesai disusun, maka selanjutnya peneliti mendiskusikan
aitem yang telah dikonstruksi dengan dosen pembimbing untuk melihat
validitasnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validasi validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan professional
judgement yakni oleh dosen pembimbing. Kemudian, skala tersebut diujicobakan
terlebih dahulu kepada siswa SMP Raksana Medan pada tanggal 23 Februari 2012

dan SMP Darussalam pada tanggal 30 Februari 2012. Adapun jumlah sampel
untuk tryout adalah sebanyak 300 orang
d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala resiliensi.
Pembuatan alat ukur dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian
yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat aspek-aspek untuk memudahkan
dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print
dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk item-item pernyataan. Setelah
item tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing
untuk mendiskusikan apakah item yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek
penelitian secara umum. Aitem-aitem tersebut kemudian diujicobakan kepada
sampel yang mirip dengan sampel penelitan. Dari hasil uji coba dapat dilihat
aitem mana saja yang memiliki nilai korelasi yang baik dan aitem tersebut lah
yang digunakan sebagai alat pengambilan data dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka
aitem-aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang
sudah lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian
yang sesungguhnya. Dalam penelitian ini, semua eksemplar skala yang disebarkan
tersebut kembali dan semuanya layak untuk dianalisis lebih lanjut. Penelitian
dilakukan di SMP Methodist 1 Medan pada tanggal 23 Maret. Sebelum skala
penelitian disebar, terlebih dahulu disebar skala bullying. Skala bullying ini tidak

diuji coba karena hanya digunakan untuk screening atau memisahkan sampel
yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying disebar kepada 160
siswa. Kemudian skala bullying tersebut di skoring dan subjek dikategorikan
dengan menggunakan standard error measurement. Dapat dilihat dari 160 siswa
tersebut, siswa yang mengalami bullying adalah sebanyak 63 orang. Sehingga
jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 orang.

3. Tahap Pengolahan Data
Data diolah dengan analisis deskriptif dengan menghitung frekuensi, nilai
maksimum, nilai minimum, range, standard deviasi (σ), serta mean (µ) untuk
masing-masing kemampuan pembentuk resiliensi. Kemudian subjek akan
dikategorikan dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal yaitu
kategorisasi jenjang (ordinal).
Berikut adalah rumus untuk masing-masing kategori.
x < (µ - 1,0σ)

kategori rendah

(µ - 1,0σ) ≤ x < (µ + 1,0σ)

kategori sedang

(µ +1,0σ) ≤ x

kategori tinggi

Sebelum membagi subjek ke dalam kategori terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas. Hal ini merupakan syarat dalam menggunakan kategorisasi jenjang
(ordinal). Uji normalitas dilakukan dengan One-sample Kolmogorov Smirnov
dengan bantuan SPSS versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p >

0.05. Adapun nilai p yang didapat dalam penelitian ini adalah 0,271 sehingga p <
0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini
terdistibusi normal.

H. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu
variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau
membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu kelompok
dalam satu hal variabel (Purwanto, 2008). Hadi (2000) menyatakan bahwa
penelitian deskriptif akan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis
sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang
diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat
dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
Azwar (2009) juga menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian
deskriptif didasari oleh angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Analisa
data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan yang akan disajikan
adalah ukuran tengah meliputi nilai mean dan ukuran variasi meliputi standar
deviasi, minimum dan maksimum. Mean adalah angka rata-rata. Nilai maksimum
dan nilai minimum digunakan untuk mengetahui range (selisih antara nilai
maximum dan minimum). Nilai kuadrat penyimpangan dari nilai mean disebut
dengan varian. Agar satuan varian sama dengan mean, maka dikembangkan
ukuran variasi yang disebut dengan standar deviasi. Standar deviasi merupakan

akar dari varian, dimana standar deviasi yang semakin besar menunjukan variasi
yang semakin besar pula (Hastono, 2001).

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian.
Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran
umum subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data
penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan
atas data yang ada.
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Methodist 1 Medan
dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini
akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelasnya.
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan

jenis

kelamin,

penyebaran

subjek

penelitian

digambarkan seperti pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Usia

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Laki-Laki

24

38,1

Perempuan

39

61,9

Jumlah

63

100

dapat

Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek laki-laki lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 24 orang (38,1%),
sedangkan subjek perempuan berjumlah 39 orang (61,9%). Penyebaran subjek
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas
Berdasarkan kelas, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan
seperti pada tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6. Persentase Subjek Berdasarkan Kelas

Kelas

Jumlah (orang)

Persentase (%)

I

22

34,9

II

27

42,9

III

14

22,2

Jumlah

63

100

Tabel 6 menunjukkan jumlah subjek yang berada di kelas II (42,95) lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah subjek di kelas I (34,9%) dan III (22,2%).
Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelas dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Kelas
B. Hasil Penelitian
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan
karakteristik

variabel

yang

diteliti.

Fungsi

analisis

deskriptif

adalah

menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Hastono, 2001).
1. Gambaran Umum Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1
Medan
Berikut ini akan disajikan deskripsi umum skor resiliensi subjek
penelitian. Data ini penting dalam pengolahan data dalam mengkategorikan
subjek ke dalam tiga kelompok subjek yang dimaksudkan. Deskripsi umum skor

maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi resiliensi siswa yang mengalami
bullying dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Deskripsi Umum Skor Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar
Deviasi Skor Resiliensi
Data

Variabel

N

Min

Maks

Mean

Standard
Deviasi

Resiliensi

Data Empirik

63

55

105

81,70

12,144

Dari hasil tersebut maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi resiliensi yaitu : rendah, sedang,
dan tinggi. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok,
dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Pengkategorian Resiliensi

Rumus

Kategori

X < (µ - 1,0 σ)
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ)
X ≥ (µ + 1,0 σ)

Rendah
Sedang
Tinggi

Keterangan :
X : Skor yang didapatkan oleh subjek
µ : Mean empirik skala
σ : Standard deviasi
Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 8 dan skor mean dan standar
deviasi yang ada pada tabel 7 di atas maka diperoleh penggolongan resiliensi
siswa serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada
tabel di bawah ini:

Tabel 9. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1
Medan

Variabel
Resiliensi

Rentang Skor

Kategorisasi

Frekuensi (N)

Persentase (%)

X < 70

Rendah

11

17,5

70 ≤ X < 94

Sedang

40

63,5

X ≥ 94

Tinggi

12

19

63

100

Jumlah

Tabel 10. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1
Medan

Subjek dengan
kategorisasi
resiliensi

Min

Maks

Mean

SD

N

Rendah

55

69

64,18

4,665

11

Sedang

71

93

80,82

5,755

40

Tinggi

95

105

100.67

3,339

12

Jumlah

63

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa siswa korban bullying memiliki resiliensi pada
tingkat sedang yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) sedangkan resiliensi yang
tergolong tinggi sebanyak 12 orang (19%) dan resiliensi rendah sebanyak 11
orang (17,5%). Grafik kategorisasi dapat dilihat di bawah ini:

Grafik 3. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1
Medan

2. Gambaran Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP
Methodist 1 Medan
Gambaran resiliensi siswa korban bullying juga dapat dilihat dari aspekaspek resiliensi yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati,
analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan pencapaian. Kategorisasi resiliensi
siswa korban bullying secara keseluruhan ditinjau dari tiap-tiap aspek dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Secara Umum Siswa
Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan

Aspek

Rentang Skor

Kategorisasi

Frekuensi
(orang)

Persentase
(%)

Regulasi
Emosi

X