Perlindungan Hukum Terhadap Efek Syari’ah Dalam Hukum Pasar Modal Di Indonesia Chapter III V

57

BAB III
PROSEDUR ATAU MEKANISME PENERBITAN EFEK SYARI’AH.
A.Kaedah dan Syarat Penerbitan Efek Syari’ah
Untuk saham-saham yang termasuk kedalam perhitungan indeks, pengelola
JII melakukan seleksi dengan acuan sebagai berikut 73:
a). Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan ( termasuk
10 kapitalisasi besar) .
b). Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%.
c). Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar ( market capitalizasion ) terbesar selama satu tahun terakhir.
d). Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir
Fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) No. 20/ DSN-MUI/ 2001 menjadi
acuan untuk jenis usaha perusahaan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syari’ah
adalah:
1. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan makanan yang
nonhalal;

73

www.jsx.co.id

Universitas Sumatera Utara

58

2. Memproduksi dan mendistribusikan, dan memperdagangkan minuman
keras atau beralkohol;
3. Menyelenggarakan perjudian dan yang tergolong judi seperti kasino,
tebakan pertandingan olahraga, permainan ketangkasan;
4. Menyelenggarakan jasa perbankan yang berbasiskan sistem bunga;
5. Menyelenggarakan jasa asuransi yang bersistem bunga;
6. Menyelenggarakan

usaha

hotel,


restoran,

dan

lain-lain

yang

menyediakan makanan, minuman nonhalal, dan aktivitas yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah
Komposisi keuangan perusahaan yang sahamnya tercatat di JII adalah tingkat
likuiditasnya harus berada direntang 17-49% pendapatan bunga berada dikisaran
antara 5-15%, utang tidak boleh lebih dari 33%.
Dari sisi emiten, kondisi finansial dan managemen menjadi ukuran layak
tidaknya sahamnya tercatat di JII. Ada beberapa hal yang menjadi acuan.
PERTAMA, struktur utang ( debt to equity ratio) tidak boleh didominasi oleh
pembiayaan yang didasarkan pada sistem bunga. Perusahaan tidak boleh bergantung
pada utang yang berbasiskan sistem konvensional. KEDUA, emiten tidak boleh
mempunyai utang 45% dan modal 55%. Jika itu yang terjadi maka emiten dinyatakan
tidak layak mengundang investasi melalui pembelian sahamnya. KETIGA, emiten

dinyatakan tidak layak, jika managemennya diketahui pernah melakukan tindakan
yang bertentangan dengan prinsip syari’ah. Pengelola JII melakukan pengkajian

Universitas Sumatera Utara

59

ulang setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen indeks awal bulan Januari
dan Juli setiap tahunnya. Pemantauan terhadap perubahan pada jenis usaha emiten
dilakukan secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. 74
Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan
metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan
bobot kapitalisasi pasar ( market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga
mencakup penyesuaian-penyesuaian ( adjustmet)akibat berubahnya data emiten yang
disebabkan oleh corporate action. JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1
Januari 1995 dengan nilai awal sebesar 100 75
Tujuan seleksi saham syari’ah adalah untuk memenuhi prinsip bahwaseorang
muslim hanya mengambil sesuatu yang halal dan menghindarkan yang haram. Tujuan
berikutnya adalah menyediakan instrument kepada investor untuk berinvestasi pada
saham yang sesuai dengan prinsip syari’ah. JII melakukan seleksi berdasarkan dua

acuan, yaitu jenis usaha dan kondisi keuangan. Jenis usaha perusahaan yang
sahamnya hendak ditawarkan di JII tidak boleh 76:
a). Memproduksi makanan nonhalal
b). Memproduksi minuman keras atau beralkohol.

74

M.irsan nasruddin dkk, op cit hal 209
www.jsx.co.id
76
M.irsan nasruddin dkk, op cit hal 210

75

Universitas Sumatera Utara

60

c). Memproduksi segala sesuatu yang mengandung babi, baik itu makanan
ataupun consumer goods.

d). Menyelenggarakan usaha perjudian.
e). Menyelenggarakan kegiatan keuangan yang berbasiskan bunga dan, seperti
bank, asuransi, sewa beli (leasing) dan lain-lain.
f). Meyelenggarakan usaha hiburan seperti hotel, restoran yang menyediakan
makanan nonhalal, dan lain-lain.
Sedangkan seleksi berikutnya adalah meneliti kondisi keuangan perusahaan
yang hendak menawarkan sahamnya di JII. Rasio keuangan yang diperbolehkan
adalah rasio aset likuidnya berkisar antara 17-49% rasio pendapatan bunganya
berkisar antara 5-15%; dan rasio hutangnya 30-33%. 77
B. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan efek syari’ah di pasar modal.
Tidak ada pasar lain didunia ini yang begitu banyak macam dan model para
pelakunya seperti terdapat pada pasar modal. Didalam pasar modal terdapat lembagalembaga yang menjalani kegiatan-kegiatan pasar modal, antara lain 78
1. Emiten.
Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Sedangkan
penawaran umum yang dimaksud disini adalah kegiatan penawaran efek yang

77
78

Ibid. Hal 210

Andrian Sutedi, Loc cit , Hal 23

Universitas Sumatera Utara

61

dilakukanoleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara
yang diatur dalam undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya.
Pada pasar modal syari’ah emiten yang menerbitkan efek syariah harus
memenuhi kriteria tertentu79, yaitu:
1. Jenis usaha,produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan emiten atau

perusahaan publik yangmenerbitkan efek syari’ah tidak

boleh bertentangan dengan Prinsip-Prinsip Syari’ah. Pelaksanaan transaksi efek
dipasar modal syari’ah harus dilakukan menurut perinsip-prinsip kehati-hatian serta
tidak dibolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung
unsure dharar,gharar, riba , maisir, risywah, maksiat dan kezaliman. Termasuk
dalam transaksi yang mengandung unsure yang dilarang antara lain:

1) Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;
2). Ba’I al ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang( efek syari’ah)yang
belum dimiliki (short selling).
3).

Insider

traiding,

yang

menggunakan

invormasi

orang

dalam

untukmemperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang

4). Menimbulkan informasi yang menyesatkan
5).Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syari’ah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syari’ah
tersebut.

79

Andri Soemitra, Op cit , Hal 133-134

Universitas Sumatera Utara

62

6). Ihtikar(penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan
suatu efek syari’ah untuk menyebabkan perubahan harga efek syari’ah, dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain;
2. Jenis kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah
antara lain;
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;
2) Lembaga keuangan konvensional(ribawi), termasuk perbankan dan asuransi

konvensional ;
3) Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
4) Produsen, distributor, dan / atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudharat
5) Melakukan investasi pada emiten(perusahaan)yang padasaat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan
dari modalnya.
Adapun ketentuan umum mengenai Emiten yang sesuai dengan prinsip Syariah
80

adalah :
1. Halal Produk (dan jasa) Emiten dilarang mempunyai obyek usaha berupa

makanan-minuman yang tergolong haram, hal-hal yang berkaitan dengan maksiat dan
pornografi, Narkoba,sampai hal-hal yang lebih banyak mudharat dibanding dengan
manfaatnyamisalnya senjata dan rokok. Bahkan emiten yang bergerak di dunia
80

M.Endang Junaedi “Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di
Bidang Pasar Modal, jurnal, hal 7-8


Universitas Sumatera Utara

63

hiburan sertaperusahaan jasa hospitality yang memudahkan terjadinya maksiat juga
umumnya dihindari oleh Investor.
2. Halal Cara Perolehan – Pendapatan Riba Emiten harus mendapat
penghasilan usaha dari usaha ekonomi secara ridho samaridho serta tidak bertindak
zholim dan tidak boleh diperlakukan zholim. Riba8adalah salah satu hal yang
dilarang oleh Syariah, karena bunga bank adalaah salahsatu bentuk riba, maka bank
umum konvensional tidak bisa menjadi emiten.
3. Halal Cara Perolehan – Prinsip KeterbukaanEmiten harus menjalankan
kegiatan usaha dengan cara yang baik, memenuhiprinsip keterbukaan dan dilarang
menciptakan keraguan yang dapat merugikan (gharar). Emiten harus menyatakan
dengan jelas pada kegiatan usaha spesifik yang mana hasil emisi akan digunakan,
kemudian emiten juga harus memberikan informasi yang jelas dan tidak
menyesatkan.
4. Halal Cara Pemakaian – Manajemen Usaha
Emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami, menghormati

hak asasi manusia, menjaga lingkungan hidup, melaksanakan good corporate
governance, serta tidak spekulatif dan memegang teguh prinsip kehati-hatian. Emiten
dilarang melakukan tindakan yang mengganggu mekanisme pasar dalam memasarkan
produknya, baik gangguan dalam penawaran (ikhtiar) maupun dalam permintaan
(najasy).

Universitas Sumatera Utara

64

5. Halal Cara Pemakaian – Hubungan dengan Investor. Emiten harus
mempunyai pembukuan yang jelas dan sebaiknya terpisah mengenai kegiatan usaha
yang dibiayai, sehingga dapat dinyatakan dengan trnsparan dan adil manfaat atau
hasil usaha yang diperoleh pada kegiatan usaha yang dibiayai.
2. Perusahaan publik
Perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurangkurangnya 300(tiga ratus) pemegangsaham dan memilikimodal disetor sekurangkurangnya Rp 3.000.000.000(tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham
dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
3. OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
Badan pengawas pasar modal lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU
nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK
didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK.
4. Bursa Efek.
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efekdiantara mereka.Bursa efek didirikan dengan

Universitas Sumatera Utara

65

tujuan menyelenggrakan perdagangan Efek yang teratur, wajar, dan efisien. Yang
dapat menjadi pemegang saham Bursa Efek adalah Perusahaan Efek yang
memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek.
Bursa Efek yang ada di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) DAN Bursa Efek
Surabaya (BES) yang Oktober tahun 2007 di merger menjadi Bursa Efek Indonesia(
BEI). Kewajiban dan tanggung jawab Bursa Efek 81antara lain:
1) Bursa Efek wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan
anggota bursa Efek
2) Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek wajib disusun
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada
Bapepam (sekarang OJK)
3) Bursa Efek wajib menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan,
perdagangan,kesepadanan Efek, kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Efek.
5. Lembaga Kliring penjaminan.
Lembaga kliring danpenjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa
kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa(Pasal 1 angka 9 UUPM) yaitu
kontrak yang dibuat oleh anggota bursa efek,yaitu perantara pedagang efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan
system dan atau sarana bursa efek menurut peraturan bursa, sesuai dengan prasaratan

81

Andri soemitra, Op cit hal 119-120

Universitas Sumatera Utara

66

yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli efek, pinjam-meminjam efek, atau
kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Saat ini, untuk di Indonesia dilakukan
oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia(KPEI).
Tujuan didirikannya LKP adalah menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa yang teratur , wajar dan efisien(Pasal 14 ayat (1)
UUPM). Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) wajib menetapkan peraturan
mengenai kegiatan kliring dan penjaminan transaksi bursa , termasuk ketentuan
mengenai biaya pemakaian jasa (pasal 16 ayat (1)UUPM)
Dalam peraturan KPEI diatur antara lain mengenai ketentuan dan persyaratan:
a. menjadi anggota kliring KPEI;
b. dana jaminan dan cadangan dana jaminan;
c. jasa kliring dan penjaminan penyelesaian tansaksi tanpa warkat ;
d. pemenuhan serta kegagalan pemenuhan hak dan kewajiban anggota.Kliring Secara
Pemindahbukuan dan Pelanggaran serta Sanksinya Bagi Anggota Kliring.
Pelaksanaan kegiatan KPEI yang berkaitan langsung dengan fungsi dan
kegiatan

KSEI

dalam

penyelesaian

transaksi

bursa

tanpa

warkat

atau

pemindahbukuan(book entry settlement) adalah kegiatan kliring KPEI yang
merupakan dasar penyelesaian transaksi bursa melalui KSEI.
6. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
Definisi Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian (LPP) Dapat dilihat dari pasal
1 ayat(10) UUPM , yang menyatakan bahwa LPP adalah pihak yang

Universitas Sumatera Utara

67

menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi kustodian, perusahaan efek dan
pihak lain. Pengertian kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek
dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang
rekening menjadi nasabahnya. LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa
kustodian sentral dan menyelesaikan transaksi yang teratur, wajar dan efisien. Hal
demikian dapat dilihat dari ketentuan Pasal 14 ayat (2) UUPM No. 8 Tahun 1995 82
7. Perusahaan Efek.
Perusahaan

efek

diatur

dalam

UUPM

pasal 30-42

dan

petunjuk

pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 serta serangkaian
Keputusan Ketua Bapepam (sekarang OJK) No. 2/1996 sampai dengan Keputusan
No. 32/1996 jo Keputusan Ketua BAPEPAM No. 28/1998.83
Yang dimaksud perusahaan efek adalah perusahaan yang yang telah mendapat
izin usaha untuk menjalankan satu atau beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi ,
perantara pedagang efek, manager investasi. Perusahaan yang telah mendapat izin
usaha sebagai penjamin emisi otomatis berhak melakukan kegiatan sebagai perantara
pedagang efek 84
8. Wakil perusahaan efek
Wakil dari pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi
efek, perantara pedagang efek atau manager investasi.
82

Adrian Sutedi, Op Cit hal 25
Iman syahputra, Pengantar Hukum Pasar Modal ( Jakarta: Harvarindo 2012) hal 114
84
Ibid, hal 114

83

Universitas Sumatera Utara

68

9. Perantara Pedagang efek.
Hal ini diatur dalam BAB IV UUPM tentang perusahaan Efek dan Keputusan
Ketua Bapepam no 29/ 1996. “ Perantara ( pialang ) adalah pihak yang melakukan
kegiatan jual beli untuk kepentigan pihak lain/nasabah dengan mendapatkan imbalan
jasa/komisi. 85
“Pedagang efek” adalah pihak yang melakukan kegiatan jual beli efek untuk
rekening sendiri dengan mengharapkan keuntungan berupa selisih antara harga jual
dan harga beli ( mark up). Perantara pedagang wajib membuat dan menyimpan
catatan berkenaan dengan transaksi dan kondisi keuangnnya, serta wajib
menyelenggarakan pembukuan yang terpisah untuk masing-masing transaksi bagi diri
sendiri dan kepentingan nasabahnya.

86

Perusahaan efek sebagai perantara pedagang efek dapat dibedakan antara
perusahaan nasional dan perusahaan patungan dengan asing. Untuk perusahaan
nasional dan perusahaan patungan dengan asing. Untuk perusahaan nasional
persyaratan modal disetor harus d penuhi sekurang-kurangnya sebesar Rp. 500 juta,
sedangkan perusahaan patungan sekurang-kurangnya Rp. 1 milyar (vide pasal 33 PP
No. 45/1995). Dalam praktik sehari-hari kegiatan perusahaan efek dalam
melaksanakan perdagangan dibursa diwakili perorangan selaku wakil perantara
pedagang efek yang telah mendapat izin OJK, antara lain: memiliki keahliann

85
86

Ibid, hal 134
Ibid hal 135

Universitas Sumatera Utara

69

dibidang keperantaraan dan satu tahun dalam pemasaran/penjualan efek serta lulus
ujian Panitia Standar Profesi yang dibentuk untuk itu. 87
10. Penjamin Emisi Efek.
Pasal 1 Angka 17 UUPM memberikan definisi sebagai berikut: “ Penjamin
Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum bagi kepentingan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang
terjual.
Penjamin emisi didalam proses go public mempunyai peranan dan fungsi
sebagai berikut:

88

1. Memberikan jasa/konsultasi kepada emiten dalam rangka go public, disini
penjamin emisi merupakan mitra dalam membuat perencanaan, pelaksanaan
serta pengendalian proses emisi (dari persiapan dokumen emisi sampai pada
penjualan efek dipasar perdana).
2. Menjamin efek yang diterbitkan oleh emiten (bukan kualitas emiten), dalam
hal ini penjamin emisi bertanggung jawab atas keberhasilan seluruh saham
Emiten kepada masyarakat luas. Dalam penjaminan yang terkandung suatu
resiko ini penjamin emisi bisa melakukan bersama penjamin lainnya dalam
bentuk sindikasi.

87
88

Ibid hal 135.
Ibid hal 117-118

Universitas Sumatera Utara

70

3. Melakukan kegiatan pemasaran efek yang diterbitkan oleh Emite; dalam hal
ini penjamin mempunyai tugas yang tidak kalah pentingnya dengan kedua
fungsi terdahulu, yaitu masyarakat investor perlu memperoleh informasi
secara baik, maka perlu dilakukan pendisainan dan pendistribusian informasi
secara menarik.
Dalam kegiatan underwriting, dikenal beberapa jenis dan cara penjamin
emisi, sebagai berikut: 89
1) Kesanggupan penuh (Full commitment underwriting)
Full commitment atau sering disebut firm commitment underwriting, yaitu
suatu perjanjian penjamin emisi Efek di mana penjamin emisi mengikat diri untuk
menawarkan Efek kepada masyarakat dan pembeli sisa Efek yang tidak laku terjual.
Dari pengertian tersebut berlaku bahwa underwriter berusaha menjual di pasar,
kemudian membeli Efek yang tidak ternyata tidak laku terjual dengan harga yang
sama dengan harga penawaran pada pasar perdana.
2). Kesanggupan terbaik (Best effort commitment)
Dalam komitment ini, penjamin emisi efek akan berusaha semaksimal
mungkin menjual Efek-efek Emiten. Apabila Efek yang belum habis terjual penjamin
emisi Efek tidak wajib membelinya, dan oleh karena itu mereka hanya membayar
semua Efek yang berhasil terjual dan mengembalikan sisanya kepada Emiten.
3). Kesanggupan siaga (Stanby commitment)
89

Iskandar Z.Alwi, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2003)

hlm 26.

Universitas Sumatera Utara

71

Dalam komitmen ini, penjamin emisi Efek berusaha menawarkan Efek
maksimal kepada investor. Kemudian apabila ada sisa yang belum terjual sampai
batas waktu penawaran yang telah ditetapkan, maka penjamin emisi Efek
menyanggupi membeli sisa Efek Tersebut dengan harga tertentu sesuai dengan
perjanjian yang besarnya dibawah harga penawaran pada pasar perdana.
4) .Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none commitment)
Komitmen ini menyatakan bahwa apabila Efek yang ditawarkan ternyata
sebagian terjual, maka penjualan Efek tersebut dibatalkan sama sekali. Artinya,
bagian dari Efek yang telah laku dipesan oleh investor akan dibatalkan penjualannya
dan semua sisa Efek dikembalikan kepada Emiten. Dalam konteks ini dikenal istilah
komitment minimum atau maksimum. Apabila penjualan efek telah mencapai batas
minimum penjualan yang telah ditentukan, maka penjamin Emisi Efek dapat
meneruskan penawaran sampai batas maksimum penjualan. Akan tetapi, apabila
batas waktu tertentu Efek yang terjual belum memenuhi ketentuan jumlah minimum,
maka penjualan efek dibatalkan.
11. Penasehat Investasi 90
Penasehat investasi ( PI ) adalah perusahaan atau perseorangan yang kegiatan
usahanya memberi nasehat, membuat analisis, dan membuat laporan mengenai efek,
kepada pihak lain, seperti MI, lembaga pengelola dana pensiun ataupun pemodal
perorangan.
90

Sawidji Widioatmojo, Jurus Jitu Go Public ( Jakarta, PT Elex Media Komputindo
(kelompok kompas –gramedia) Anggota IKAPI, 2004) Hal 69

Universitas Sumatera Utara

72

PI berperan mempermudah dalam pengambilan keputusan untuk membentuk
fortopolio, misalnya berapa persen dana yang diinvestasikan pada saham, berapa
persen untuk obligasi dan lainnya.
Sedangkan hubungan PI dengan emiten diantaranya:
a). Karena investor bisa memanfaatkan jasa PI, untuk melakukan analisis atas efek
yang diinginkan, maka nasib saham atau obligasi emiten sebagian ada ditangan
PI ini. Karena itu berhati-hatilah menghadapi PI ini.
b). Suatu saat PI ini bisa mengunjungi emiten, baik di kantor maupun pabrik. PI akan
mengorek informasi yang tidak secara resmi diumumkan emiten. Karena itu lebih
baik menjawab semua pertanyaan PI dan memberikan informasi yang
dibutuhkannya.
12. Manager investasi
Manager investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pension, dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan pertaruran perundang-undangan
yang berlaku.
Menurut pasal 1 butir 11. Undang-Undang no 8 tahun 1995. Mabager
Investasi adalah
“Pihak yang kegiatan usahanya mengelola fortopolio efek untuk para nasabah
atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah , kecuali

Universitas Sumatera Utara

73

perusahaan asuransi , dana pensiun, dan dana bank yang melakukan kegiatan sendiri
kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kelembagaan ini mrupakan bagian yang terpenting berperan serta dalam
rangka penerbitan jenis efek ini.Adanya Manager Investasi membedakan dengan
penerbitan Efek lainnya, yaitu yang bertindak sebagai penerbit (issuer) adalah
Manager Investasi dan bukan pihak Kreditur Awal yang membutuhkan dana.
Kreditur awal yang mengalihkan fortopolio asetnya kepada Manager Investasi yang
untuk selanjutnya menjualnya kepada Investor , berdasarkan suatu Kontrak Investasi
Kolektif (KIK) yang mengikat para investor. 91
13. Investor atau pemodal
Investor aadalah pihak yang melakukan kegiatan investasi atau menanamkan
modalnya dipasar modal.Investor yang dikenal dipasar modal terdiri atas investor
perorangan dan kelembagaan.
Adapun peran investor diantaranya 92:
a). Investor merupakan sumber aktifitas bursa efek. Sebab dengan adanya uang yang
dibelanjakan investor di pasar modal, pialang bisa mendapatkan order jual dan
beli, emiten bisa mendapatkan modal , bursa efek bisa menyelenggrakan
perdagangan.
b.) Dalam melakukan investasi ( membelanjakan uang dipasar modal), investor bisa
meminta informasi dari pihak-pihak yang berkepentingan, seperti emiten,
91
92

Iman syahputra, Op Cit hal 105
Sawidji Widioatmojo, OP Cit Hal 66

Universitas Sumatera Utara

74

penjamin emisi, bursa efek atau perusahaan pialang. Bahkan kalau memang
diinginkan investor bisa mendapatkan nasihat dari perusahaan pialang.
c). Meskipun investor bisa mendapatkan informasi dari berbagai pihak, tetapi
keputusan investasi tetap berada ditangan investor. Dengan demikian investor
harus menanggung resiko atas keputusan yang dibuatnya
d). Sebagai salah satu pelaku pasar modal, investor mempunyai tanggung jawab atas
resiko yang terjadi
14. Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dewan Syariah Nasional dalam hal ini akan berfungsi sebagai pusat referensi
(reference center) atas semua aspek-aspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar
modal syariah. DSN akan bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan dengan
kegiatan emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah, dan kegiatan
lain berhubungan dengan efek syariah. DSN mempunyai kewenangan penuh untuk
memberikan keputusan tentang berhak tidaknya sebuah efek menyandang label
syariah. Kewenangan penuh juga dimiliki DSN dalam hal pengawasan kegiatan
emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan efek-efek syariah. 93

93

Nurul Huda dan Mohamad HeykalInvestasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta : Kencana,
2008). hal. 222.

Universitas Sumatera Utara

75

C. Prosedur Penerbitan Efek Syari’ah
Mekanisme penerbitan efek syari’ah.
Ada beberapa tahap dari proses penawaran saham di pasar perdana, yaitu: 94
a. Tahap persiapan,
Untuk memenuhi persyaratan pendaftaran emisi saham sampai denganpenjualan.
Perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu harus melakukan persiapan
internal, seperti penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan pemegang saham mengenai rencana penerbitan saham . Setelah
disetujui dalam RUPS, dilakukan penunjukan penjamin emisi, lembaga, dan profesi
penunjang pasar modal yang terkait, persiapan dokumen emisi, penyelenggaraan due
diligence meeting, penandatanganan kontrak pendahuluan dengan bursa efek.

b. Pengumuman dan Pendistribusian Prospektus
Setelah OJK

menyatakan bahwa pendaftaran pemilik saham (perusahaan

yang go public) dinyatakan sah dan efektif, emiten berkewajiban untuk
mengumumkan prospektus ringkas kepada masyarakat melalui penjamin emisi dan
agen penjual atau selling agent. Prospektus ringkas ini memuat informasi yang
komprehensif tentang perusahaan, agar investor dapat mempelajari dan memahami
berbagai aspek dari perusahaan tersebut, sehingga investor dapat mengambil
keputusan tentang keikutsertaannya dalam menginvestasikan modal atau tidak.
94

Nasrun Haroen, Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, (Jakarta :
Yayasan Kalimah, 2000), hal. 52.

Universitas Sumatera Utara

76

c. Masa Penawaran
Setelah melakukan pengumuman dan pedistribusian prospektus kepada para
investor, perusahaan melakukan penawaran, sebagai tindak lanjut dari pemberian
emisi dan penyebaran prospektus. Masa penawaran ditetapkan selama tiga hari kerja,
dan jangka waktu antara pemberian izin emisi dan saat pendaftaran di Bursa,
ditetapkan maksimum selama 90 hari. Dalam masa penawaran ini investor dapat
memesan saham dengan cara mengisi formulir pesanan yang disediakan oleh
penjamin emisi atau selling agent. Apabila formulir pendaftaran selesai diisi dan
ditandatangani, investor akan membayar harga saham sesuai dengan jumlah pesanan
kepada penjamin emisi atau selling agent. Pada pasar perdana ini investor dibebaskan
dari fee atau jasa untuk para pedagang perantara. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran masa penawaran ini, amat ditentukan oleh : 95
1) Tersedia formulir pesanan yang cukup;
2) Formulir pesanan memuat informasi yang lengkap tentang perusahaan;
3) Profesionalisme penjamin emisi dan pialang atau selling agent; dan
4) Kemampuan investor memahami dan mentaati aturan main yang ditetapkan.
Masa penawaran merupakan momentum yang menentukan terhadap apakah
saham yang ditawarkan oleh emiten akan terserap seluruhnya (full atau subscribed)
atau masih tersisa, di mana jumlah saham yang diminta lebih kecil daripada jumlah
yang ditawarkan (underscribe).

95

Ibid., hal. 54.

Universitas Sumatera Utara

77

Jika saham yang ditawarkan di pasar perdana masih tersisa, maka hal ini
bukanlah menjadi tanggung jawab penjamin emisi untuk membelinya. Namun dalam
kenyataan di lapangan, terdapat beberapa kemungkinan yang dilakukan penjamin
emisi, yaitu : 96
1) Firm underwriting commitment, penjamin emisi menjamin sepenuhnya penjualan
efek saham. Apabila ada saham yang tidak terjual, maka penjamin emisi wajib
membeli sisa saham yang tidak terjual tersebut.
2) Best effort commitment, penjamin emisi akan berusaha sebaik mungkin untuk
menjual habis saham tersebut, tetapi tidak menanggung risiko untuk membeli
saham tersebut jika masih bersisa.
3) Stand by commitment, penjamin emisi bersedia untuk membeli seluruh saham
yang tidak dibeli oleh pemegang saham lama.
d. Masa Penjatahan
Yang dimaksud dengan masa penjatahan adalah masa saat saham yang
diminta investor jauh melebihi jumlah saham yang ditawarkan emiten, sehingga
diperlukan penjatahan saham kepada para investor. Masa penjatahan ini ditetapkan
selama 12 hari kerja, terhitung mulai berakhirnya masa penawaran. Sebaliknya dapat
terjadi pesanan investor tidak mencapai jumlah saham yang ditawarkan, sehingga
seluruh pesanan dapat dipenuhi. Dalam kasus seperti ini tidak perlu dilakukan
penjatahan.

96

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

78

Proses penjatahan dalam pasar perdana dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :97
1) Fixed allotment, yaitu cara penjatahan di mana anggota penjamin emisi maupun
agen penjual telah memiliki pembeli, sehingga efek yang diberikan oleh
penjamin emisi pelaksana tidak dijual pada klien lain;
2) Separate account; prinsip dari sistem ini hampir sama dengan fixed allotment,
hanya saja di dalam sistem ini di samping jatah untuk klien, tersedia juga efek
yang akan dijual kepada investor di luar klien dekat.
3) Pooling; dalam sistem ini seluruh pesanan saham di-pool kepada penjamin emisi
pelaksana. Jika terjadi kelebihan permintaan akan dilakukan penjatahan secara
proporsional. Seluruh pemesan diberi jatah satu satuan perdagangan. Apabila
jumlah efek yang tersedia tidak mencukupi, penjatahan dilakukan dengan cara
diundi. Jika dengan cara ini masih ada sisa saham, maka dilakukan penjatahan
secara proporsional berdasarkan jumlah pesanan dari investor.
4) Gabungan antara fixed allotment dan pooling. Untuk mengimbangi masingmasing sistem dalam penjatahan efek, penjamin emisi mulai mengambil
kebijaksanaan dengan cara menggabungkan sistem fixed allotment dengan sistem
pooling.

97

Ibid., hal 55.

Universitas Sumatera Utara

79

e. Masa Pengembalian Dana
Untuk pengembalian dana ditetapkan batasan waktu maksimum, yaitu 4 hari
sejak berakhirnya masa penjatahan. Pengembalian dana merupakan masa terpenting
bagi investor, karena tidak terpenuhinya semua pesanan. Untuk itu pihak penjamin
emisi harus mengembalikan dana tersebut untuk memenuhi investasi lain.
Pengembalian dana yang tepat waktu akan mempercepat likuidasi dalam pasar modal.
f. Penyerahan Efek
Penyerahan efek harus dilakukan maksimum dalam waktu 12 hari kerja
terhitung sejak berakhirnya masa penjatahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Bursa Efek. Saham yang telah dipesan dan telah memenuhi kepastian
harus diserahkan kepada investor oleh penjamin emisi melalui agen penjual. Untuk
mengambil saham yang dipesan, investor harus memperlihatkan bukti pesanan.
g. Pencatatan Efek
Proses terakhir yang harus dilalui dalam rangka pasar perdana adalah
pencatatan efek di Bursa. Untuk itu, akan diperhitungkan biaya pencatatan (listing
fee) oleh pihak OJK yang bertindak sebagai pengelola Bursa. Ada tiga jenis efek yang
harus dibedakan dalam pencatatan efek tersebut, yaitu :98
1) Shares Listing, yaitu pencatatan saham di Bursa Efek atas sejumlah emisi yang
dilakukan. Misalnya, modal yang disetor dua juta lembar saham, sedangkan
jumlah emisi sahamnya hanya 20%, maka yang dicatat di Bursa Efek hanya 20%.

98

Ibid., hal. 56-57.

Universitas Sumatera Utara

80

Apabila emiten akan menawarkan saham lagi di masa yang akan datang, emiten
harus menempuh emisi dari awal lagi.
2) Partial Listing, yaitu pencatatan saham di Bursa Efek melebihi jumlah yang
diemisikan, tetapi masih di bawah modal yang disetor. Misalnya, total emisi
adalah 20% dari modal yang disetor, maka yang dicatatkan di Bursa Efek
melebihi 20%.
3) Company Listing, yaitu pencatatan sejumlah saham yang disetor. Artinya,
perusahaan yang bersangkutan (emiten) mencatatkan seluruh sahamnya sesuai
dengan jumlah saham yang telah disetor. Misalnya, modal yang disetor adalah
satu juta saham, total emisi 20%, maka yang dicatatkan di Bursa Efek adalah satu
juta saham tersebut.
Dengan tercatatnya efek di bursa, maka dengan resmi efek tersebut sudah
dapat diperdagangkan di pasar sekunder secara kontinu.
Penentuan harga saham di pasar perdana dilakukan atas kesepakatan emiten
dengan penjamin emisi (under-writer). Harga ini adalah harga penawaran saham
pertama kali dari penjamin emisi kepada investor selama jangka waktu yang telah
ditetapkan BAPEPAM ( sekarang OJK). 99
Penetapan harga saham ini didasarkan atas seberapa besar kekuatan pasar
menyerap saham yang ditawarkan. Semakin banyak saham yang diminta oleh pasar,

99

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

81

semakin tinggi harga saham tersebut. Yang pasti adalah bahwa harga saham yang
ditawarkan lebih tinggi dari harga nominal (harga yang tertera di lembaran saham).
Proses penerbitan obligasi syari’ah terdiri dari empat tahap yaitu sebagai
berikut: 100
a. Tahap persiapan, untuk memenuhi persyaratan pendaftaran emisi
obligasi sampai dengan penjualan. Perusahaan yang akan menerbitkan
obligasi terlebih dahulu harus melakukan persiapan internal, seperti
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan pemegang saham mengenai rencana penerbitan
obligasi. Setelah disetujui dalam RUPS, dilakukan penunjukan
penjamin emisi, lembaga, dan profesi penunjang pasar modal yang
terkait, persiapan dokumen emisi, penyelenggaraan due diligence
meeting, penandatanganan kontrak pendahuluan dengan bursa efek.
b. Tahap pengajuan, yaitu pengajuan pernyataan pendaftaran kepada
BAPEPAM –LK sampai dengan pernyataan pendaftaran menjadi
efektif.
c. Tahap penawaran umum perdana obligasi, yakni setelah dinyatakan
efektif maka obligasi dimulai ditawarkan kepada umum dipasar
modal.

100

Muhammad khamil zubair. Obligasi Dan Sukuk Perspektif Keuangan Islam”( Suatu kajian
perbandingan Jurnal Ilmu syari’ah dan hukum, vol 46 no 1.) hal 277

Universitas Sumatera Utara

82

d. Tahap pencatatan dan perdagangan, setelah kegiatan dipasar perdana
selesai, obligasi tersebut dicatatkan dibursa efek dan untuk selanjutnya
dapat diperdagangkan dipasar sekunder.
Disamping melalui proses diatas, pada obligasi syari’ah diperlukan adanya
pernyataan (opini) yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syari’ah dengan proses
seagai berikut 101:
(1) Emiten

melalui

underwritermenyerahkan

profosal

atau

surat

pemberitahuan penerbitan obligasi syari’ah kepada Dewan Syari’ah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
(2) Persentase profosal dilakukan di Badan Pelaksana Harian Dewan Syari’ah
Nasional (BPH-DSN)
(3) Dewan Syari’ah Nasional mengadakan rapat dengan TIM ahli Dewan
Pengawas Syari’ah (DPS), kemudian hasil rapat akan menyatakan hasil
opini syari’ah terkait profosal yang diajukan.

101

Burhanuddin S, OP CIT HAL 154-155

Universitas Sumatera Utara

83

BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EFEK SYARI’AH DALAM
HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA
A. Peraturan OJK terkait Efek Syari’ah.
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pasar modal Syariah di
Indonesia adalah fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (selanjutnya disebut DSNMUI) serta regulasi yang dikeluarkan oleh
Bapepam-LK (sekarang OJK) , hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya
kerancuan dalam pelaksanaan pasar modal Syariah di Indonesia.
Seiring dengan dikeluarkannya fatwa-fatwa DSN-MUI yang mengatur mengenai
pasar modal Syariah, maka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebgai pihak regulator
dalam pasar modal di Indonesia juga mengeluarkan beberapa peraturan-peraturan
yang menjadikan fatwa DSN-MUI sebagai landasan untuk menetapkan regulasi
terkait pasar modal di Indonesia.
Penerbitan peraturan-peraturan tersebut dimulai Pada tanggal 23 November 2006,
Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam-LK terkait Pasar Modal
Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A13
tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang
digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal
31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1
tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran

Universitas Sumatera Utara

84

Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam-LK pada tanggal 12 September
2007. Kemudian Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan
Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, sehingga peraturan Bapepam-LK
Nomor: IX.A13 tanggal 23 Nopember 2006 tentang Penerbitan Efek Syariah dan
peraturan Bapepam-LK tanggal 31 Agustus 2007 Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Selanjutnya
diikuti dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-523/BL/2010 tanggal 29
November 2010 tentang Daftar Efek Syariah berserta penambahannya dalam
Keputusan Bapepam-LK Nomor: Kep-557/BL/2010 tanggal 30 Desember

2010

tentang Daftar Efek Syariah. Terakhir Bapepam-LK pada tanggal 31 Mei 2011
menerbitkan peraturan Bapepam-LK Nomor:Kep-261/Bl/2011 Tentang Daftar Efek
Syariah menggantikan peraturan Bapepam-LK Nomor: Nomor:Kep-523/BL/2010
tanggal 29 November 2010 tentang Daftar Efek Syariah serta penambahannya dalam
Bapepam-LK Nomor: Kep-557/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010.102
Peraturan Efek Syariah pada Otoritas Jasa Keuangan.
POJK Nomor 61/POJK.04/2016 Tentang Penerapan Prinsip Syari’ah di Pasar
Modal Pada Manager Investasi
POJK Nomor 15/POJK.04/2015 Tentang Penerapan Prinsip Syari’ah di Pasar
Modal
102

Bapepam-LK, Himpunan Peraturan Badan Pengawas Pasar
LembagaKeuangan Tentang Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Bapepam-LK, 2010).

Modal

Dan

Universitas Sumatera Utara

85

POJK Nomor 53/POJK.04/2015 Tentang Akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syari’ah
POJK Nomor 18/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk
POJK Nomor 17/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek
Syari’ah Berupa Saham oleh Emiten Syri’ah atau Perusahaan Publik Syari’ah
POJK Nomor 16/POJK.04/2015 Tentang Ahli Syari’ah Pasar Modal
POJK Nomor 20/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek
Beragun Aset Syari’ah.
POJK Nomor 19/POJK.04/2015 Tentang penerbitan dan Persyaratan
Reksadana Syari’ah.
Sedangkan untuk penerapan Syariah di pasar modal, sampai saat ini belum
ada Undang-Undang yang mengaturnya, akan tetapi sebagai dasar penerapannya
digunakan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) yang menjadi acuan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk
menerbitkan perangkat regulasi pada pasar modal berbasis Syariah di Indonesia.
B. Kekhususan karakteristik efek syari’ah yang mengharuskan adanya
peraturan setingkat UU
Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang memiliki
karakteristik khusus. Karakteristik kini terbentuk dari adanya pemenuhan prinsip
syariah dalam menciptakan produk, membuat kontrakdalam penerbitan efek syariah,
melakukan transaksi perdagangan, serta melakukan aktivitas pasar modallainnya.

Universitas Sumatera Utara

86

Prinsip syariah yang harus dipenuhi antaralain terhindarnya aktivitas pasar modal
syariah dari unsur perjudian (maysir), ketidakpastian (gharar),sistem bunga (riba),
dan ketidakadilan 103

Sedangkan yang dimaksud dengan Majelis Ulama Indonesia (“MUI”)
menurut Peraturan Presiden Nomor 151 Tahun 2014 Tentang Bantuan Pendanaan
Kegiatan Majelis Ulama Indonesia (“Perpres 151/2014”) adalah wadah musyawarah
para ulama, pemimpin dan cendekiawan muslim dalam mengayomi umat dan
mengembangkan kehidupan yang Islami serta meningkatkan partisipasi umat Islam
dalam

pembangunan

nasional.

MUI

merupakan

mitra

pemerintah

dalam

penyelenggaraan program pembangunan pengembangan kehidupan yang islami.
Sebagaimana yang kami terlusuri dari situs Majelis Ulama Indonesia, dalam profil
dijelaskan bahwa MUI adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama,
zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkahlangkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dalam situs
tersebut disebutkan bahwa MUI sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan
cendekiawan muslim berusaha untuk:
a.

Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan
kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa
Ta’ala;

103

Road map pasar modal syari’ah 2015-2019”Membangun Sinergi Untuk Pasar Modal Yang
Tumbuh, Stabil dan Berkelanjutan” oleh Otoritas Jasa Keuangan. Hal 23.

Universitas Sumatera Utara

87

b. Memberikan

nasihat

dan

fatwa

mengenai

masalah

keagamaan

dan

kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi
terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam
memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta;
c.

Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah
timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan
nasional;

d.

Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan
cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada
masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi
secara timbal balik.
Kedudukan Fatwa MUI Sebagai Peraturan Perundang-Undangan: Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) menjelaskan bahwa Peraturan Perundangundangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundangundangan.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri 104atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

104

Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2012

Universitas Sumatera Utara

88

b. .Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Jenis Peraturan Perundang-undangan selain yang disebutkan di atas, mencakup
peraturan yang ditetapkan oleh.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
d. Mahkamah Agung (MA);
e. Mahkamah Konstitusi (MK);
f. Badan Pemeriksa Keuangan(BPK);
g. Komisi Yudisial (KY);
h. Bank Indonesia (BI);
i.

Menteri;

j.

Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UndangUndang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang;

k. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;
l.

Gubernur;

Universitas Sumatera Utara

89

m. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;
n. Bupati/Walikota;
o. Kepala Desa atau yang setingkat.

Jika merujuk pada jenis dan hierarki sebagaimana tersebut dalam UU 12/2011 di
atas, maka kedudukan Fatwa MUI bukan merupakan suatu jenis peraturan
perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. fatwa MUI
bukanlah hukum negara yang mempunyai kedaulatan yang bisa dipaksakan bagi
seluruh rakyat, fatwa MUI juga tidak mempunyai sanksi dan tidak harus ditaati oleh
seluruh warga negara. Sebagai sebuah kekuatan sosial politik yang ada dalam infra
struktur ketatanegaraan, Fatwa MUI hanya mengikat dan ditaati oleh komunitas umat
Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap MUI itu sendiri. Legalitas fatwa MUI
pun tidak bisa dan mampu memaksa harus ditaati oleh seluruh umat Islam. 105

Oleh karena itu ketika efek syari’ah tidak diatur oleh suatu Perundangundangan maka Efek Syari’ah ini bersifat tidak mengikat serta kepastian hukum
terkait efek syari’ah ini juga dipertanyakan.

C. Belum terbentuknya Bursa efek syari’ah secara lembaga

Dalam UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan
105

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5837dfc66ac2d/kedudukan-fatwa-mui-dalamhukum-indonesia (diakses tanggal 12januari 2017)

Universitas Sumatera Utara

90

UUPM kegaitan pasar modal di Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsipprinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. 106 Kegiatan Bursa efek sekurang-kurangnya harus meliputi kegiatan
pemberian jasa sebagai berikut 107.

1. Menyediakan informasi pasar, seperti fluktuasi harga, volume
perdagangan , dan informasi penting lainnya terhadap emiten.
2. Membuat aturan main yang dikenal dengan aturan bursa dengan tujuan
agar semua pelaku bursa dapat mem[eroleh kesempatan yang sama (
fairnes), baik didalam memperoleh informasi maupun kesempatan
didalam berdagang.
3. Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota bursa dan
emiten.
4. Memberikan pelayanan kepada para anggotanya, perusahaan yang
telah mencatatkan efeknya maupun kepada para pemodal, baik secara
individu maupun kepada institusional.

Merujuk pada konsep kegiatan bursa efek di atas maka sudah seharusnya efek
syari’ah Indonesia memiliki wadah untuk menggunakan prinsip syari’ah dan
mekanisme perdagangan efek yang secara murni berlandaskan prinsip syari’ah

106

Ali amin Isfandiar, Akad Muammalah Di Pasar Modal Syari’ah, Jurnal Hukum Islam
(JHI) Volume 7, Nomor 1, Juni 2009 (89-105) hal 96
107
Adrian Sutedi, Loc cit, hal 6

Universitas Sumatera Utara

91

Bisa di simpulkan bahwa pada dasarnya bursa efek syari’ah belum terbentuk dan
masih sekdar adanya alternatif agar menfasilitasi perdagangan efek syari’ah, kegiatan
pasar modal tetap dilakukan pada pasar modal konvensional namun yang
membedakannya hanyalah apakah efek tersebut sudah masuk kedalam daftar efek
syari’ah atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

92

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan
yang dirumuskan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut yaitu :
1. Pasar modal adalah salah satu produk muamalah, yakni diatur dalam UndangUndang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Transaksi di dalam pasar modal
menurut syari’ah tidak dilarang (dibolehkan) sepanjang tidak terdapat transaksi
yang bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh syari’ah Islam.
Diantara yang dilarang oleh syari’ah Islam dalam melakukan transaksi bisnis
adalah transaksi yang mengandung riba sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa Allah SWT menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Undang-undang pasar modal juga memberikan
penegasan bahwa semua transaksi di pasar modal yang terdapat di dalamnya unsur
riba maka transaksi itu dilarang.Efek-efek yang diperdagangkan dalam pasar
modal syari’ah hanya yang memenuhi kriteria syari’ah seperti saham syari’ah,
obligasi syari’ah, dan reksadana syari’ah. Untuk menghasilkan instrument yang
benar-benar sesuai dengan syari’ah, telah dilakukan upaya-upaya rekonstruksi
terhadap surat berharga, diantaranya, pertama: penghapusan bunga yang tetap dan
mengalihkannya ke surat investasi yang ikut serta dalam keuntungan dan dalam

Universitas Sumatera Utara

93

kerugian

serta

tunduk

ghumm(keuntungan/penghasilan

pada
itu

kaidah
berimbang

al-ghummu
dengan

bi

al-

kerugian

yang

ditanggung), kedua: penghapusan syarat jaminan atas kembalinya harga obligasi
dan bunganya sehingga menjadi seperti saham biasa, ketiga: pengalihan obligasi
ke saham biasa. Berdasarkan ketentuan, maka diterbitkanlah instrumen pasar
modal

syari’ah

dengan

prinsip

muqaradah/mudharab

funds

dan

muraqadhah/mudharabah bonds (obligasi muqaradah/mudharabah).
2. Prosedur penerbitan efek syari’ah dimulai dari tahap persiapan yakni, perusahaan
perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumen sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan oleh OJK, pengumuman dan pengisian prosfektus,
masa penawaran, masa pengembalian dana, penyerahan efek dan pencatatan efek
dengan tercatatnya efek di bursa, maka dengan resmi efek tersebut sudah dapat
diperdagangkan di pasar skunder secara kontinu, yang membedakan penerbitan
efek syari’ah ini adalah adanya kewenangan Dewan Syari’ah Nasional (DSN)
sebagai pengawas prinsip-prinsip syari’ah tersebut yang akan memberikan opini
terhadap efek yang akan diterbitkan, telah memenuhi syarat secara syari’ah
ataukah tidak memenuhi kriteria efek syari’ah
3. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimasi pasar modal syari’ah dari OJK atau
pemerintah misalnya undang-undang. Perkembangan keberadaan pasar modal
syari’ah saat ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang diberikan OJK
dan pemerintah lebih tergantung dari “permintaan” pelaku pasar yang

Universitas Sumatera Utara

94

menginginkan keberadaan pasar modal syari’ah. Walaupun Dewan Syari’ah
Nasional telah mengeluarkan fatwa namun , fatwa DSN MUI ini dianggap tidak
mengikat dan tidak termasuk kedalam tata urutan peraturan Perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

95

B. SARAN
1. Regulasi terkait Efek Syari’ah ini perlu di atur ke dalam suatu Peraturan
Perundang-Undangan. Bukan hanya di atur ke dalam peraturan OJK maupun
DSN-MUI karena peraturan yang dikeluarkan oleh kedua lembaga ini bersifat
tidak mengikat jika tidak diatur juga kedalam suatu perundang-undangan.
2. Merevisi Undang-Undang Pasar Modal agar memasukkan materi muatan efek
syari’ah ke dalam UU tersebut, sebab UU ini yang masih memungkinkan
masuknya materi muatan terkait efek syari’ah.
3. Membentuk Pasar modal syari’ah dan Bursa efek syari’ah secara lembaga,
sebab pada saat ini Indonesia belum memiliki pasar modal syari’ah yang
secara utuh baik sistem, mekanisme dan yang menyangkut terkait pasar ini
sehingga masih memungkinkannya unsur riba tersebut terjadi

Universitas Sumatera Utara