Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka konseptual
Kerangka konseptual bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur anak
usia sekolah di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo.
Kualitas tidur anak usia sekolah di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung
Kabupaten Karo meliputikualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur,
kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur
siang.Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Skema 3.1.
Kualitas tidur anak usia sekolah di
posko pengungsianerupsi Gunung
Sinabung Kabupaten Karo meliputi:
1. Kualitas tidur subjektif
2. Latensi tidur
3. Durasi tidur
4. Kebiasaan tidur
5. Gangguan tidur
6. Penggunaan obat tidur
7. Disfungsi pada siang hari


1. Baik
2. Buruk

Skema 3.1. Kerangka konseptual penelitian

23
Universitas Sumatera Utara

24

3.2.Defenisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari satu variabel, yaitu variabel kualitas tidur anak
usia sekolah di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung yang akan dijelaskan
pada tabel 3.1.
No
1

Variabel

Defenisi

Operasional

Kualitas
tidur anak
usia sekolah
di
posko
pengungsian
erupsi
Gunung
Sinabung
Kualitas tidur
Kabupaten
subjektif yaitu
Karo
merupakan
merupakan
pandangan
kepuasan
seseorang

anak
mengenai
terhadap
kualitas
tidurnya
tidurnya
meliputi 7
Latensi
komponen
tidurmerupakan
yaitu
jumlah waktu
kualitas
yang
tidur
diperlukan
subjektif,
sampai jatuh
latensi tidur, tertidur setelah
durasi tidur,

berbaring
efisiensi
ditempat tidur
kebiasaan
dan atau
tidur,
setelah lampu
gangguan
tidur
saat tidur,
dimatikan.
penggunaan
Durasi tidur
obat tidur
merupakan
dan
jumlah waktu
disfungsi
tidur yang
aktivitas

diukur dari
sehari-hari.
mulai tidur di
malam hari
sampai

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

Wawancara
terstruktur
dengan
menggunakan
kuesioner
berjumlah 9 butir
pertanyaan
Wawancara

terstruktur
dengan
penghitungan
melalui Skor
kuesioner No 9

Jumlahnya ≤5
(Baik) & 6-21
(Buruk)

Ordinal

0. Baik
1. Cukup
baik
2. Cukup
buruk
3. Sangat
buruk


Ordinal

Wawancara
terstruktur
dengan
penghitungan
melalui Skor
kuesioner No 2 +
No 5a

Wawancara
terstruktur
dengan
penghitungan
melalui Skor
kuesioner No 4

0. Jika
Nominal
jumlahnya

0
1. Jika
jumlahnya
1-2
2. Jika
jumlahnya
3-4
3. Jika
jumlahnya
5-6
0.
1.
2.
3.

>7 jam
6-7 jam
5-6 jam
85%
75-84%

65-74%
5 – 21 kualitas tidur buruk.
4.6. Validitas dan relibilitas
4.6.1. Validitas
Penelitian ini menggunakan kuesioner PSQI yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia oleh Alim, Noorhana & Elvira (2015) dan digunakan
sesuai dengan kebutuhan untuk anak. Pada penelitian ini, tidak dilakukan uji
validitas dikarenakan instrumen PSQI versi bahasa Indonesia telah dilakukan uji
validitas menggunakan validitas isi (content validity) dengan skor validitas isi
yaitu 0,89. Yang berarti instrumen PSQI versi bahasa Indonesia ini sahih dan
layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen PSQI versi bahasa
Indonesia merupakan instrumen yang valid untuk dilakukan penelitian terhadap
setiap responden tanpa memandang kriteria responden.

Universitas Sumatera Utara

31

4.7.2. Reliabilitas
Penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas dikarenakan instrumen PSQI

versi bahasa Indonesia ini telah dilakukan uji reliabilitas di Indonesia oleh Alim,
Noorhana & Elvira (2015) dengan skor uji Cronbach Alpha 0,79 yang
membuktikan bahwa instrumen PSQI versi bahasa Indonesia ini telah reliabel dan
dapat dilakukan penelitian pada sampel di Indonesia.
4.7. Pengumpulan data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal
peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian permohonan izin yang telah
diperoleh dikirimkan ketempat penelitian yaitu di posko pengungsian korban
erupsi Gunung Sinabung Kelurahan Simpang Enam Kecamatan Kabanjahe
Kabupaten Karo. Setelah mendapatkan izin peneliti mendatangi lokasi penelitian
sesuai jadwal pengumpulan data yaitu pada bulan Mei 2017.
Pengambilan data dilakukan pada dua waktu pagi hari dan sore hari di area
pengungsian dan pada dua kali kunjungandikarenakan sampel pada penelitian ini
adalah anak usia sekolah yang masuk sekolah pada siang hari. Untuk
mempercepat pengumpulan data, peneliti dibantu oleh enam orang asisten peneliti
yang telah diberikan penjelasan dan dilakukan pelatihan mengenai prosedur
penelitian, risiko, manfaat dan hak-hak responden pada penelitian ini. Asisten
peneliti tersebut memiliki strata pendidikan yang sama yaitu SMA. Mereka adalah
Syamsidar (131101110), Widiya Yulian Situmeang (131101123), Aprita Siburian

(131101111), Wardatul Jannah (131101126), Winda Mey Sari

Depari

Universitas Sumatera Utara

32

(130901029) dan Nomi Lupianti Sembiring (130902119). Selanjutnya peneliti dan
asisten peneliti bertemu dengan koordinator pengungsian untuk meminta izin
penelitian. Dikarenakan orangtua dari responden tidak berada di posko
pengungsian peneliti dan asisten peneliti menemui orangtua responden yang
kebetulan berada di posko jika ada responden yang orangtuanya tidak berada di
posko peneliti dan asisten peneliti meminta persetujuan untuk menjadi responden
kepada wali dari calon responden yang memiliki cukup usia dan berkompeten
untuk memberikan izin kepada calon responden. Setelah itu peneliti dan asisten
peneliti mengumpulkan seluruh responden di satu lokasi. Selanjutnya peneliti dan
asisten peneliti menjelaskan tujuan, risiko, manfaat dan hak-hak responden.
Setelah responden memahami hal yang telah dijelaskan oleh peneliti dan asisten
peneliti,selanjutnya peneliti dan asisten peneliti mewawancarai responden sekitar
lima menit. Disaat yang bersamaan peneliti dan asisten peneliti mengisi kuesioner
berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan membuat kode pada
kuesioner tanpa menuliskan nama responden.
Peneliti dan asisten peneliti melakukan pengumpulan data melalui dua kali
pertemuan dikarenakan peneliti dan asisten peneliti sulit menentukan waktu untuk
bertemu. Pengumpulan data pertama dilakukan pada tanggal 11 Mei 2017 dan
memperoleh 19 responden yang telah diwawancarai. Pertemuan kedua dilakukan
pada tanggal 23 Mei 2017 dan memperoleh 56 responden yang telah
diwawancarai. Setelah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, pengumpulan data dinyatakan selesai dan selanjutnya
dilakukan analisa data.

Universitas Sumatera Utara

33

4.8. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data
melalui beberapa tahap

dimulai dengan memeriksa kelengkapan data yang

dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat
segera diperbaiki, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan data
kekomputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program
komputerisasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat selanjutnya
data di interpretasikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai
karakteristik responden dan variabel kualitas tidur anak usia sekolah di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Mei 2017, dengan jumlah responden sebanyak 75 orang anak usia
sekolah yang tinggal di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten
Karo yang beralamat di simpang VI Kabanjahe.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa anak usia sekolah yang
berada di pengungsian didominasi oleh laki-laki (n= 47 orang atau 67,2%) dan
rata-rata umur anak usia sekolah 9-10 tahun. Rentang pendidikan anak usia
sekolah yang dominan adalah kelas 3 dan kelas 5 (n= 17 atau 22,7%). Agama
yang mendominasi pada penelitian ini yaitu agama Islam (n=41 orang atau
54,7%). Pada penelitian ini tidak ditemukan anak usia sekolah dengan riwayat
penyakit yang dapat mengganggu tidur. Berdasarkan hasil penelitian, keadaan
rumah responden yaitu didominasi dengan keadaan rumah yang rusak sebagian
(n=42 atau 56%). Sementara itu, keadaan orangtua responden didominasi banyak
yang masih hidup (n= 73 atau 97,3%). Rata-rata responden penelitian memiliki
jumlah bersaudara 3-4 orang dengan jumlah 69 responden yang mengatakan
bahwa mereka memiliki saudarakandung yang masih hidup (92%).Responden
yang yang mengeluhkan gangguan tidur yang sering dirasakan yaitu suara ribut
34
Universitas Sumatera Utara

35

(n=57 orang atau 67%). Sementara kegiatan responden sebelum tidur didominasi
dengan belajar (n=58 atau 77,3). Responden yang mengungkapkan tidak
merasakan lelah sebelum tidur berjumlah 46 orang (61,3%). Sejumlah 66 orang
(88%) dari 75 orang mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan motivasi untuk
cepat tidur, baik itu dari orangtua ataupun karena ada tugas.

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dari responden berdasarkan karakteristik
responden(n=75)
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
6 tahun
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
Kelas
1 SD
2 SD
3 SD
4 SD
5 SD
6 SD
Agama
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Riwayat Penyakit
Ada
Tidak ada
Keadaan rumah
Utuh
Rusak sebagian
Rusak total
Keadaan orangtua
Masih hidup
Ada yang meninggal
Sudah meninggal
Jumlah bersaudara
Tidak ada
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
6 orang

Frekuensi

Persentase (%)

47
28

62,7
37,3

2
5
15
8
13
14
18

2,7
6,7
20
10,7
17,3
18,7
24

6
8
17
15
17
12

8
10,7
22,7
20
22,7
16

41
29
5

54,7
38,7
6,7

75

100

20
42
13

26,7
56
17,3

73
2
-

97,3
2,7
-

1
9
11
20
14
9
5

1,3
12
14,7
26,7
18,7
12
6,7

Universitas Sumatera Utara

37

(Lanjutan)
7 orang
8 orang
Keadaan saudara kandung
Tidak ada
Masih hidup
Ada yang meninggal
Gangguan tidur
Suara ribut
Dingin
Sempit
Lain-lain
Kegiatan sebelum tidur
Belajar
Cuci piring
Membaca
Bermain
Berdoa
Mendengarkan musik
Merasa lelah
Ya
Tidak
Motivasi
Ya
Tidak

4
2

5,3
2,7

10
62
3

13,3
82,7
4

57
17
5
1

76
16
6,7
1,3

58
1
4
2
8
2

77,3
1,3
5,3
2,7
10,7
2,7

29
46

38,7
61,3

66
9

88
12

Universitas Sumatera Utara

38

5.1.2. Kualitas tidur anak usia sekolahdi posko pengungsian erupsi
gunung sinabung Kabupaten Karo
Berdasarkan hasil penelitian terdapat kualitas tidur anak usia sekolah di
posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo didominasi oleh
kualitas tidur baik (n=52 orang atau 68%). Hal ini dipengaruhi oleh nilai dari
tujuh komponen kualitas tidur. Hasil dari komponen tersebut menjelaskan bahwa
mayoritas jawaban responden memiliki kualitas tidur yang baik.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dari responden berdasarkan kualitas tidur anak
usia sekolah di posko pengungsian erupsi gunung sinabung Kabupaten Karo
(n=75)
Karakteristik
Kualitas tidur
Baik
Buruk

Frekuensi

Persentase (%)

51
24

68
32

Untuk menilai kualitas tidur individu terdapat 7 komponen yang akan
dinilai yaitu, kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan
tidur, gangguan saat tidur,penggunaan obat tidur dan disfungsi aktivitas seharihari. Berdasarkan hasil penelitian, komponen kualitas tidur subjektif dinilai sesuai
dengan jawaban pertanyaan nomor enam. Penilaian pertanyaan menggunakan skor
0 (sangat baik), skor 1 (baik), skor 2 (buruk) dan skor 3 (sangat buruk). Jumlah
anak yang mengatakan memiliki kepuasan tidur yang baik merupakan jawaban
yang mendominasi yaitu berjumlah 41 orang (54,7%).

Universitas Sumatera Utara

39

Komponen latensi tidur dinilai dengan cara penilaian yaitu dengan
menjumlahkan skor penilaian kuesioner nomor 2 dan 5a (lihat lampiran 2).
Berdasarkan hasil penjumlahan dibagi menjadi empat kategori yaitu skor 0 (hasil
penjumlahan 0), skor 1 (hasil penjumlahan 1 s/d 2), skor 2 (hasil penjumlahan (3
s/d 4) dan skor 3 (hasil penjumlahan 5 s/d 6). Jumlah anak yang memiliki latensi
tidur (sulit terlelap) didominasi oleh skor 1 (total skor pertanyaan kuesioner No 2+
No 5a = 1 s/d 2) dengan jumlah anak 45 orang (60%).
Komponen durasi tidur dinilai dengan cara penilaian yaitu sesuai dengan
pertanyaan nomor empat. Berdasarkan hasil penilaian dibagi menjadi empat
kategori yaitu skor 0 (>7 jam), skor 1 ( >6 s/d 7 jam), skor 2 (5 s/d 6 jam) dan skor
3 (7 jam dengan jumlah anak 45 orang (60%).
Komponen efisiensi tidur dinilai dengan cara penilaian yaitu dengan
membandingkan jumlah jam tidur dan jumlah jam ditempat tidur lalu dikalikan
100% (lihat lampiran 2). Berdasarkan hasil penghitungan dibagi menjadi empat
kategori yaitu skor 0 (efisiensi >85%), skor 1 (efisensi 75% s/d 84%), skor 2 (65%
s/d 74%) dan skor 3 (efisiensi 85%) dengan jumlah anak 75 orang (100%).
Komponen gangguan saat tidur dinilai dengan cara penilaian yaitu dengan
menjumlahkan skor jawaban pertanyaan nomor 5b s/d 5j. Hasil penjumlahan
dibagi kedalam empat kategori yaitu skor 0 (jumlah skor 0), skor 1 (jumlah skor 1
s/d 9), skor 2 (jumlah skor 10 s/d 18) dan skor 3 (jumlah skor 19 s/d 27). Jumlah

Universitas Sumatera Utara

40

anak yang memiliki gangguan saat tidur didominasi oleh skor 1 (jumlah skor 1 s/d
9) dengan jumlah anak 51 orang (68%).
Komponen penggunaan obat tidur dinilai melalui pertanyaan nomor tujuh.
Penilaian dibagi kedalam empat kategori yaitu skor 0 (tidak ada dalam sebulan
terakhir), skor 1 (sekali dalam seminggu), skor 2 (dua kali dalam seminggu) dan
skor 3 (tiga kali atau lebih dalam semingu). Jumlah anak yang menggunakan obat
tidur didominasi oleh skor 0 (tidak ada dalam sebulan terakhir) dengan jumlah
anak 72 orang (96%).
Komponen disfungsi pada siang hari dinilai dengan cara penilaian yaitu
menjumlahkan skor jawaban pertanyaan nomor delapan dan nomor sembilan.
Hasil penjumlahan dibagi kedalam empat kategori yaitu skor 0 (jumlah skor 0),
skor 1 (jumlah skor 1 s/d 2), skor 2 (jumlah skor 3 s/d 4) dan skor 3 (jumlah skor
5 s/d 6). Jumlah anak yang memiliki disfungsi tidur sehari-hari didominasi oleh
skor 1 (jumlah skor 1 s/d 2) dengan jumlah anak 34 orang (45,4%).

Universitas Sumatera Utara

41

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dari responden berdasarkan tujuh
komponen penilaian kualitas tidur (n=75)
Karakteristik
Kualitas tidur subjektif
Sangat baik
Baik
Buruk
Sangat buruk
Latensi tidur
Skor 0
Skor 1 s/d 2
Skor 3 s/d 4
Skor 5 s/d 6
Durasi tidur
>7 jam
>6-7 jam
5-6 jam
85%
75-84%
65-74%
7 jam sebanyak 72 orang (96%). Kondisi di area
penelitian yang dingin, menyebabkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi.
Sehingga suplai oksigen ke otak juga akan berkurang (Guyton & Hall, 2007). Hal
ini akan menimbulkan rasa kantuk sehingga akan menyebabkan responden cepat
untuk pergi ke tempat tidur. Ditambah lagi jadwal tidur responden yang sudah
diatur oleh koordinator posko dan pihak yang ikut serta dalam menentukan jadwal
responden tidur pada pukul 20.00 s/d 21.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara

45

Komponen empat yaitu efisiensi kebiasaan tidur. Efisiensi kebiasaan tidur
adalah jumlah proporsi tidur pada periode waktu yang diisi oleh tidur dan
merupakan rasio antara jumlah waktu tidur dengan jumlahwaktu yang dihabiskan
ditempat tidur(Alim, Noorhana & Elvira, 2015). Pada penelitian ini keseluruhan
responden memiliki efisiensi kebiasaan tidur >85%. Hal ini dipengaruhi oleh
durasi tidur responden. Berdasarkan pemaparan pada komponen durasi tidur
dijelaskan bahwa mayoritas responden memiliki durasi tidur >7 jam. Responden
pada penelitian ini cenderung mengungkapkan durasi tidur yang dirasakannya
sama dengan durasi tidur responden sebenarnya. Sehingga dapat diperolah data
bahwa mayoritas dari responden memiliki efisiensi kebiasaan tidur >85%.
Komponen lima yaitu gangguan saat tidur. Gangguan saat tidur adalah halhal eksternal yang dapat mengganggu tidur responden (Alim, Noorhana & Elvira,
2015). Pada penelitian ini skor gangguan saat tidur didominasi oleh skor 1 s/d 9
dengan jumlah responden 51 orang (68%). Pada komponen gangguan tidur,
ditentukan dengan cara menjumlahkan kuesioner nomor 5c s/d 5j. Komponen
gangguan tidur didominasi oleh permasalahan gangguan tidur karena ingin ke
kamar mandi, merasa kedinginan dan mimpi buruk. Pada anak-anak jumlah urin
yang dapat menyebabkan rangsangan adalah sekitar 200-250 mL. Hal ini
menyebabkan anak mudah terbangun untuk pergi ke kamar mandi (Saputra,
2013). Selain itu, anak usia sekolah lebih sering mengalami stress dibandingkan
generasi sebelumnya (Wong, et al, 2009). Kecenderungan terhadap stress ini
dapat meningkatkan rasa takut anak seperti rasa takut terhadap gelap, takut
terluka, diculik atau takut dengan keadaan pembedahan. Keadaan seperti ini dapat

Universitas Sumatera Utara

46

meningkatkan terjadinya mimpi buruk, terlebih saat kondisi anak sedang sakit.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rohmaningsih (2013) dan Budayani (2015) yang
menyatakan bahwa stress berhubungan dengan kualitas tidur.
Komponen enam yaitu penggunaan obat tidur. Penggunaan obat tidur
menunjukkan seseorangmenggunakan obat tiduratau tidak dalam membantuuntuk
tidur(Alim, Noorhana & Elvira, 2015).Pada penelitian ini didominasi oleh
responden yang mengungkapkan tidak ada menggunakan obat untuk membantu
tidur yaitu 72 orang (92%). Kondisi responden yang berada di pengungsian
dengan asupan nutrisi yang cukup, sangat kecil kemungkinan responden untuk
jatuh sakit. Sehingga bidan tempat responden berobat tidak mudah memberikan
beberapa golongan obat tidur. Sebab, berdasarkan penelitian Agustin (2013) yang
menyatakan bahwa penggunaan dariobat tidur dapat mengganggu tahap III danIV
tidur REM dimana pada obat tidur inimenekan fase tidur REM yang
dapatmenyebabkan seringnya terjaga padamalam hari.
Komponen tujuh yaitu disfungsi tidur siang hari.Disfungsi tidur siang hari
yaitu tidakmampu seseorangdalam beraktivitas pada siang hari(Alim, Noorhana &
Elvira, 2015). Pada komponen inimenunjukkan sebagian besar respondendengan
skor 1 s/d 2 sebanyak 34 orang(45,3%). Pada masa usia sekolah, sering
meningkatkan aktivitasnya antara lain dengan bermain, berlari-lari melompat dan
lain-lain (Wong, et al, 2009). Hal ini dapat disebabkan oleh karena aktivitas yang
dilakukan responden pada siang hari dan melakukan tidur yang panjang pada pagi
hari. Hal ini dapat berdampak terhadap aktivitas individu di siang hari (Khasanah
& Hidayah, 2012). Berdasarkan teori, diketahui bahwa jumlah jam tidur pada

Universitas Sumatera Utara

47

anak usia sekolah yaitu 10-11 jam/hari. Sehingga apabila jumlah jam tidur
tersebut tidak terpenuhi oleh anak akan berdampak terhadap aktivitas sehariharinya (Saryono & Widiyanti, 2011).
Penilaiankualitas tidur responden menggunakankuesioner Pitsburgh Sleep
Quality Index(PSQI) versi Bahasa Indonesia yang telah diterjemahkan oleh Alim,
Noorhana & Elvira (2015). Dari hasil penelitian diapatkan bahwa 51 orang anak
usia sekolah (68%) memiliki kualitas tidur yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh
mayoritas komponen dengan responden yang memilih skor satu yaitu komponen
kualitas tidur subjektif, latensi tidur, gangguan tidur dan disfungsi pada siang hari.
Selain daripada komponen tersebut, mayoritas responden memilih skor nol.
Sehingga jika dijumlahkan, skor dari mayoritas responden ≤5. Hal ini yang
mempengaruhi kualitas tidur pada penelitian ini menjadi baik.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian yang berjudul “kualitas tidur anak usia
sekolah di posko pengungsian erupsi gunung sinabung kabupaten karo” pada
tahun 2017 penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
6.1.1. Dapat diketahui dari karakteristik respondenanak yang berada di
posko mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47 orang
(62,7%) dengan usia 12 tahun sebanyak 18 orang (24%), jenjang
pendidikan kelas 3 dan 5 SD sebanyak 17 orang (22,7%), responden
beragama islam sebanyak 41 orang (54,7%), keseluruhan responden
tidak memiliki riwayat penyakit, kondisi rumah rusak sebagian
sebanyak 42 orang (56%), keadaan orangtua yang masih hidup
sebanyak 73 orang (97,3%), jumlah bersaudara 3 orang sebanyak 20
orang (26,7%), keadaan saudara kandung yang masih hidup sebanyak
62 orang (82,7%), gangguan tidur yang sering dirasakan yaitu suara
ribut sebanyak 57 orang (67%), kegiatan belajar sebelum tidur yaitu
sebanyak 58 orang (77,3%), tidak merasa lelah sebelum tidur
sebanyak 46 orang (61,3%), mendapat motivasi untuk tidur cepat
sebanyak 66 orang (88%)
6.1.2. Dapat diketahui dari kualitas tidur anak usia sekolah di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo didominasi
oleh kualitas tidur baik (n=52 orang atau 68%).
48
Universitas Sumatera Utara

49

6.2. Rekomendasi
6.2.1. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi evidance based practice bagi mahasiswa
dan institusi pendidikan keperawatan tentang kualitas tidur anak usia sekolah di
posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo.
6.2.2.

Pelayanan keperawatan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa anak usia sekolah didominasi oleh
kualitas tidur yang baik. Walaupun kualitas tidur yang baik diperoleh pada
penelitian ini, diharapkan kepada petugas kesehatan agar tetap terlibat
denganpemerintah Kabupaten Karo dalam peningkatan pelayanan di posko
bencana alam. Petugas Kesehatan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah
Kabupaten Karo tentang pentingnya tidur untuk anak.
1.1.1.

Penelitian keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
anak di posko bencana alam.

Universitas Sumatera Utara