Pemanfaatan Lembaga Pendidikan Dalam Mem

Pemanfaatan Lembaga Pendidikan Dalam Membentuk Generasi Anti
Korupsi di Indonesia
Oleh: Ridwan Anugerah Mantu
Budaya Korupsi di Indonesia
Sebagian besar orang berpendapat, bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya.
Budaya korupsi kini tidak hanya terjadi di tingkat lembaga negara, tapi juga di lingkungan
akademis maupun yang religius. Selain itu, korupsi di nilai tidak pandang bulu. Baik yang tua
maupun muda, bisa laki-laki atau perempuan, atasan atau bawahan, pejabat negara hingga
pejabat desa, bahkan tidak hanya di kalangan eksekutif ataupun legislatif, tapi sudah sampai
pada tingkat lembaga yudikatif. Apakah ini berarti bangsa kita telah menjadi Generasi
Korupsi ? mungkinkah ini menadakan korupsi sudah menjadi kebutuhan ?
Indonesia layaknya negeri sarang penyamun. Predikat ini barangkali tepat disematkan untuk
Indonesia. Pasalnya, korupsi yang tergolong sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary
crime) ini telah merajalela dan tumbuh subur di bumi nusantara. Sederet kasus korupsi telah
terungkap. Sekedar contoh adalah terkuaknya mega skandal Bank Century yang menguras
uang rakyat hingga 6,7 triliun rupiah. Selanjutnya, kasus korupsi proyek pembangunan Pusat
Olahraga Hambalang, di Sentul, Bogor. Ada juga kasus simulator SIM yang melibatkan
petinggi kepolisian. Kasus korupsi lainnya yang relatif anyar adalah korupsi yang melibatkan
para petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kasus mantan ketua Mahkamah Konstitusi,
Akil Mochtar, dan kasus korupsi keluarga Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten serta
berbagai kasus korupsi lainnya.

Deskripsi yang dipaparkan di atas menunjukan sebuah tatangan yang berat untuk di jalani
oleh bangsa ini. Timbul sebuah rasa pesimisme dalam diri bangsa ini mengingat budaya
korupsi sudah menjadi kebiasaan bahkan sudah melembaga dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebiasaan seperti pungutan liar, suap saat di tilang, money politics saat pemilu maupun
pemilukada dan berbagai tindakan yang mengarah pada budaya korupsi.
Statistik Kasus Korupsi di Indonesia
Semakin masifnya perilaku korup dapat kita lihat dalam berbagai pemberitaan di media cetak
maupun elektronik. Makin meningkatnya kasus korupsi di negara ini dapat kita lihat dari data
pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK) hingga
1

tahun 2013. Jenis perkara korupsi yang mendominasi antara lain seperti penyuapan sebanyak
170 kasus, pengadaan barang dan jasa 115 kasus, serta penyalahgunaan anggaran 38 kasus1.
Sisanya adalah pengutan 14 kasus, perizinan 13 kasus, tindak pidana pencucian uang 11
kasus dan upaya merintangi proses penyidikan KPK sebanyak 3 kasus2. Per 28 Februari 2014,
di tahun 2014 ini KPK melakukan penanganan korupsi yang sebagiannya dari jenis perkara
penyuapan yaitu sebesar 4 kasus, korupsi pengadaan barang/jasa sebanyak 2 kasus, TPPU
sebanyak 2 kasus, merintangi proses penmyidikan 1 kasus, dan korupsi berupa pungutan
sebanyak 1 kasus3.
Dalam laporan KPK, pejabat eselon I, II dan III menempati urutan pertama sebagai profesi

yang paling banyak melakukan korupsi disusul swasta, anggota DPR dan DPRD serta kepala
daerah4. Sementara itu Kementerian menempati urutan pertama sebagai instansi terkorup di
Indonesia5. Dan ironisnya, ibu kota DKI Jakarta menjadi wilayah dengan jumlah korupsi
terbesar di Indonesia6.
Data Political and Economic Risk Consultancy (PERC), tahun 2010 Indonesia menempati
peringkat pertama negara terkorup dari 16 negara di Asia Pasifik tujuan investasi. Sementara
data Transparency International menyebut indeks persepsi korupsi tahun 2010 masih di angka
2,8. Tak beda jauh dengan indeks persepsi korupsi pada tahun sebelumnya.
Perlunya Pendidikan Anti-Korupsi di Indonesia
Memerangi korupsi tidak bisa hanya melalui pendekatan hukum. Pendekatan hukum memang
telah sukses menyeret banyak koruptor ke meja hijau dan menjebloskannya ke jeruji besi,
namun pendekatan ini nyatanya gagal memberantas korupsi sampai akar-akarnya.
Kendatipun telah banyak lembaga dan regulasi pemberantasan korupsi dibuat, namun jenis
patologi sosial ini nyatanya tetap saja marak terjadi dan bahkan kian menggurita di bumi
nusantara.
1

Anonim. Penanganan TPK Berdasarkan Jenis Perkara. http://acch.kpk.go.id/statistikpenanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-jenis-perkara. Diakses pada 17 April
2014
2

Ibid
3
Ibid
4
Anonim. Penanganan TPK Berdasarkan Profesi/Jabatan. http://acch.kpk.go.id/statistikpenanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-tingkat-jabatan. Diakses pada 18 April
2014.
5
Anonim. Penanganan TPK Berdasarkan Instansi. http://acch.kpk.go.id/statistikpenanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-instansi. Diakses pada 18 April 2014.
6
Anonim.Penanganan TPK Berdasarkan Wilayah. http://acch.kpk.go.id/statistikpenanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-wilayah. Diakses pada 18 April 2014.

2

Karena korupsi telah “membudaya” di tengah masyarakat Indonesia, maka harus ada
langkah-langkah fundamental untuk memberantas dan mencegahnya. Salah satu langkah
tersebut adalah dengan mengajarkan Pendidikan Anti-Korupsi di institusi-institusi
pendidikan. Pendidikan Anti-Korupsi merupakan instrumen yang strategis dan efektif untuk
menanamkan mental anti-korupsi kepada peserta didik7. Pasalnya, Pendidikan Anti-Korupsi
dapat membentuk kepribadian dan mindset anti-korupsi, sehingga perilaku koruptif yang
telah “membudaya” dapat dibinasahkan dari bumi nusantara. Pendidikan Anti-Korupsi dapat

diajarkan di setiap institusi dan jenjang pendidikan di Indonesia, baik formal, informal
maupun non-formal.
Implementasi Pendidikan Anti-Korupsi di institusi pendidikan bukanlah hal yang sulit. Sebab,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerjasama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) telah membuat modul Pendidikan Anti-Korupsi dari jenjang
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Di samping itu, Kemendikbud juga telah
menggandeng KPK untuk menyelenggarakan Training of Trainer (TOT) Pendidikan AntiKorupsi untuk Perguruan Tinggi. KPK telah melatih lebih dari 1.000 dosen di sepuluh
wilayah perguruan tinggi di Indonesia dengan berbagai modul pencegahan dan
pemberantasan korupsi8. KPK juga mempunyai buku pegangan yang menjelaskan detail
persoalan korupsi di Indonesia. Buku pegangan itu bisa menjadi panduan perguruan tinggi
dalam menyusun program-program antikorupsi di kampus hingga menjadi silabus pendidikan
untuk mahasiswa. Dalam hal ini memang KPK berkepentingan agar lulusan perguruan tinggi
menjadi pribadi tangguh dan berintegritas serta tak mudah terpengaruh perilaku korup9. Di
level sekolah, Kemendikbud bersama KPK juga telah menyelenggarakan TOT tentang
Pendidikan Anti-Korupsi bagi guru-guru di sejumlah daerah di Indonesia.
Selain Kemendikbud dan KPK, lembaga lain yang patut diapresiasi adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK)10. BPK belakangan ini getol melakukan road show ke berbagai perguruan
tinggi guna mengkampanyekan urgensi Pendidikan Anti-korupsi. Salah satu anggota BPK,
7


Ahmad Anshori. Mencetak Generasi Anti Korupsi.
http://www.wawasanews.com/2013/12/mencetak-generasi-anti-korupsi.html. Diakses
pada 18 April 2014.
8
Khaeruddin. KPK Latih 1.000 Dosen.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/27/13063511/KPK.Latih.1.000.Dosen. Diakses
pada 18 April 2014
9
Peryataan Abraham Samad dalam dialog dengan Forum Rektor Perguruan Tinggi Negeri
se-Indonesia di Jakarta, 24 Oktober 2012.
10
Ahmad Anshori. Op Cit. http://www.wawasanews.com/2013/12/mencetak-generasi-antikorupsi.html. Diakses pada 18 April 2014.

3

Ali Masykur Musa, menuturkan bahwa korupsi merupakan tindak kejahatan luar biasa yang
perlu perjuangan secara sistemik untuk menangkal dan mencabut korupsi beserta akarakarnya11. Salah satu tumpuan negara untuk melemahkan budaya korupsi adalah peran aktif
kampus untuk mengkader generasi antikorupsi. Salah satu caranya adalah dengan
memasukkan kurikulum Pendidikan Anti-Korupsi.
Pendidik Berkarakter Anti Korupsi

Pendidikan Anti-Korupsi akan berhasil jika didukung oleh tenaga pendidik yang berkarakter
anti-korupsi. Jika pendidiknya memiliki karakter anti-korupsi, maka pembelajaran
Pendidikan Anti-Korupsi dengan mudah dapat dilakukan. Di samping itu, sukses atau
tidaknya Pendidikan Anti-Korupsi bergantung pada kualitas para pendidik.
Lebih dari itu, pendidik harus mampu merancang metode dan media pembelajaran yang tepat
dan menarik. Tujuannya, supaya peserta didik senantiasa senang dengan Pendidikan AntiKorupsi. Dengan demikian, materi Pendidikan Anti-Korupsi akan mudah dicerna dan
tertanam dalam diri mereka.
Pendidik dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti presentasi, diskusi
kelompok, cerita, games, kuis, seni peran/drama, puisi, musik dan sebagainya. Sementara
terkait media pembelajaran, pendidik dapat menggunakan berbagai media semisal internet,
poster, film, gambar, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, model pembelajaran Pendidikan Anti-Korupsi tidak boleh hanya menekankan
dimensi kognitif saja, namun juga mencakup dimensi afektif dan psikomotorik 12. Dengan kata
lain, Pendidikan Anti-Korupsi tidak boleh hanya menekankan kemampuan intelektual semata,
namun juga menekankan sikap dan prilaku anti-korupsi. Karena itu, pendidik tidak boleh
hanya semata-mata mengajarkan kajian tentang korupsi, namun yang jauh lebih penting
adalah mendidik anak didiknya agar memiliki sikap dan perilaku anti-korupsi.
Keteladanan menjadi faktor penting dalam Pendidikan Anti-Korupsi. Pendidik harus dapat
menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya dalam penanaman budaya anti-korupsi.


11

Eidi Krina Jason Sembiring. Ali Masykur: Mahasiswa harus jadi kader antikorupsi.
http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/30/13/789036/ali-masykur-mahasiswaharus-jadi-kader-antikorupsi. Diakses 18 April 2014.
12
Ahmad Anshori. Op Cit. http://www.wawasanews.com/2013/12/mencetak-generasi-antikorupsi.html. Diakses pada 18 April 2014.

4

Ucapan, sikap, dan tindakan mereka harus senantiasa mencerminkan nilai-nilai anti-korupsi.
Seorang pendidik haram hukumnya melakukan tindakan koruptif.
Dalam hal evaluasi pembelajaran, pendidik tidak boleh hanya mendasarkan diri pada
kemampuan kognitif semata, namun harus mendasarkan diri pada sikap dan perilaku anak
didiknya. Nilai-nilai anti-korupsi seperti kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab harus
menjadi pertimbangan utama pendidik dalam pemberian nilai. Dengan kata lain, pendidik
dalam menentukan nilai anak didiknya tidak boleh hanya didasarkan pada kemampuan
akademik semata, namun didasarkan pula pada sejauhmana kesadaran anak didiknya dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai anti-korupsi dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup
Dari paparan diatas dapat sismpulkan bahwa guna menciptakan generasi anti korupsi

merupakan tatangan yang cukup berat saat ini. Generasi anti korupsi tidak hanya berfokus
pada pendidikan anti korupsi bagi para generasi muda tapi juga pada kualitas para
pendidiknya. Tanpa pendidik yang berkarakter anti korupsi, maka generasi anti korupsi tidak
akan pernah tercipta.
Bila semua paparan diatas dapat direalisasikan, harapan untuk menjadikan lembaga
pendidikan sebagai salah satu garda terdepan pemberantasan korupsi di Indonesia akan lebih
mudah terwujud. Dengan demikian, akan lahir generasi berkarakter anti-korupsi, sehingga
Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang besar dan bersih dari praktik korupsi.

CURRICULUM VITAE
LOMBA TULIS NASIONAL 2014 : MENUJU GENERASI ANTI KORUPSI

5

Nama

: Ridwan Anugerah Mantu

Tempat, Tanggal Lahir


: Jakarta, 13 Maret 1995

Alamat Rumah
Makassar

: Jalan Sunu Kompleks UNHAS Blok H No. 14

No. Handphone

: 085695159294

No. Telp

: Tidak Ada

E-mail

: [email protected]

Status


: Mahasiswa

Sekolah/Universitas

: Universitas Hasanuddin

Alamat Sekolah/Universitas

: Jalan Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar.

6