BAHAN KIMIA YANG BERISIKO MENIMBULKAN G (1)

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA INDUSTRI
“BAHAN KIMIA YANG BERISIKO MENIMBULKAN GANGGUAN
KESEHATAN DALAM INDUSTRI PUPUK DI PALEMBANG
SERTA CONTOH VENTILASI UMUM DAN LOKAL”

OLEH :
Ivan Fadillah Setyo Rizky
1408.13251.145

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN LINGKUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Bahan Kimia yang Berisiko Menimbulkan
Gangguan Kesehatan Dalam Industri Pupuk di Palembang Serta Contoh Ventilasi
Umum dan Lokal” dalam memenuhi UTS dari mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Industri II. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, Mei 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Salah Satu Industri Pupuk di Palembang........................................................3

2.2 Bahan Kimia dalam Indsutri Pupuk Petrokimia.............................................4
2.2.1 Ammoniak (NH3)....................................................................................4
2.2.2 Karbon Dioksida (CO2)...........................................................................4
2.3 Toksisitas Bahan Kimia dalam Industri Pupuk Petrokimia............................5
2.3.1 Ammoniak (NH3)....................................................................................5
2.3.2 Karbon Dioksida (CO2)...........................................................................6
2.4 MSDS.............................................................................................................7
2.4.1 Ammoniak (NH3)....................................................................................7
2.4.2 Karbon Dioksida (CO2).........................................................................10
2.5 Ventilasi........................................................................................................14
2.5.1 Ventilasi Umum.....................................................................................15
2.5.2 Ventilasi Lokal.......................................................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha pertanian modern termasuk dalam usaha kehutanan semakin
tergantung pada pemakaian pupuk. Hal ini sejalan dengan usaha peningkatan
produksi pertanian melalui penggunaan varietas unggul yang membutuhkan
pupuk lebih banyak. Produksi pertanian yang tinggi dapat diperoleh tanpa
penggunaan pupuk yang merupakan cirri dari system pertanian intensif. Dalam
usaha pertanian yang intensif tersebut kesuburan tanah terus mengalami
kemerosotan akibat diambil oleh tanaman dan hilangnya pupuk karena pencucian
dan penguapan. Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
produksi hasil pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh
petani adalah pupuk urea, yang berfungsi sebagai sumber nitrogen bagi tanaman.
Pupuk urea merupakan salah satu produk strategis yang sangat penting
peranannya dalam menunjang produksi pertanian! Pupuk urea yang baik adalah
jika komposisi kimia yang terkandung di dalamnya telah ditentukan menurut
Standart Nasional Indonesia (SNI) dan Internasional Standart Organisation ISO
sehingga pupuk urea tersebut sangat baik dan aman untuk digunakan sebagai
pupuk penyubur tanaman (Teguh, 2015).
Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk
butiran curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok

unsur nitrogen. Di tanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium.
Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman
biasanya separuhnya. Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea
seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran
Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna merah
muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna
putih, untuk dipasarkan secara komersial) (Effendi, 2010).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau
pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri
tersebut lalu dicampur dengan amonia. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur

1

dengan

es

kering

(karbondioksida)


menghasilkan

amonium

karbamat.

Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk
menghasilkan urea dan air (Ratnasari, dkk 2015).
Udara yang tercemar gas amoniak dapat menyebabkan iritasi mata serta
saluran pernafasan. Pada kadar 2500 – 6500 ppm, gas amoniak melalui inhalasi
menyebabkan sesak nafas (dyspnea), bronchospasm, nyeri dada, sembab paru,
batuk darah, bronchitis dan pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit (Fauziah, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bahan kimia apa sajakah yang terdapat dalam industri pupuk yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja serta bagaimanakah contoh
ventilasi umum dan lokal serta penjelasannya ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bahan kimia dalam industri pupuk yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan pada pekerja.
2. Mengetahui contoh ventilasi umum dan lokal serta penjelasannya.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Salah Satu Industri Pupuk di Palembang.
Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk
urea berbentuk butiran kristal berwarna putih merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan sifatnya sangat mudah menyerap air, karena itu sebaiknya disimpan
di tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur N
sebesar 46% (Anonim, 2013).
Beberapa contoh pupuk nitrogen ialah pupuk urea. Urea merupakan pupuk
nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Kekurangan nitrogen
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun menjadi hijau muda dan jaringanjaringannya mati. Pupuk urea termasuk pupuk yang higrokopis (menarik uap air)
pada kelembapan 73% sehingga urea mudah larut dalam air dan mudah diserap
oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2008).

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adaah berupa pupuk urea. Urea
adalah pupuk buatan hasil persenyawaan amoniak (NH3) dengan karbondioksida
(CO2) dan bahan dasarnya biasanya dari gas alam. Kandungan Nitrogen total
berkisar antara 45-46%. Urea mempunyai sifat higroskopis dan pada kelembaban
udara 73% urea akan menarik uap air dari udara. Keuntungan menggunakan
pupuk urea adalah mudah diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan nitrogen
yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.
Kekurangannya adalah apabila diberikan kedalam tanah yang miskin hara, urea
akan berubah ke wujud awalnya yaitu amoniak (NH3) dan karbondioksida (CO2)
yang mudah menguap. Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah meningkatkan
pertumbuhan tanaman, membuat daun tanaman menjadi lebar dengan warna yang
lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan, dan meningkatkan perkembangbiakan
mikroorganisme di dalam tanah (Djokosetiyanto 2008).

3

2.2 Bahan Kimia dalam Indsutri Pupuk Petrokimia
2.2.1


Ammoniak (NH3)
Amoniak (NH3) , merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada

pH rendah dan disebut amonium, amoniak sendiri berada dalam keadaan
tereduksi. Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja , juga dari
oksidasi zat organis secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air
buangan industri dan penduduk Air tanah hanya mengandung sedikit NH3, karena
NH3 dapat menempel pada butir-butir tanah liat selama infiltrasi air ke dalam
tanah dan sulit terlepas dari butir-butir tanah liat tersebut. Kadar amoniak yang
tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya pencemaran (Saud, T 2011).
Amoniak di atmosfer berasal dari berbagai sumber, antara lain berasal
dari dekomposisi kotoran, ketidaksempurnaan dalam proses produksi dan aplikasi
pupuk, proses pembakaran yang tidak sempurna, emisi dari binatang jinak.
Amoniak merupakan senyawa yang memiliki waktu tinggal yang relative singkat
di atmosfer, sekitar 10 hari, amoniak merupakan gas yang terbanyak di
atmosfer setelah N2 dan N2O. Terdapat konsentrasi rata-rata amoniak di
atmosfer sebesar 0.06 mg/m3 (Akbar, 2010).
2.2.2

Karbon Dioksida (CO2)

Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika

dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbondioksida di
atmosfir, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.
Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva,
membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan
ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya:
cocacola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk
kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan
kehidupan hewan. Pada keadaan STP, rapatan karbondioksida berkisar sekitar
1,98 kg/m3, kira-kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbondioksida
(O=C=O) mengandung dua ikatan rangkat yang berbentuk linier. Ia tidak bersifat
dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa
membantu pembakaran logam seperti magnesium. Pada suhu -78,51 0C,

4

karbondioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi.
Bentuk padat karbondioksida biasa disebut sebagai “es kering”. Fenomena ini
pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada

tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai pendingin yang relatif murah.
Sifat–sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbondioksida langsung
menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es
kering adalah untuk pembersih sembur (Anonim1, 2014).
2.3 Toksisitas Bahan Kimia dalam Industri Pupuk Petrokimia
2.3.1

Ammoniak (NH3)
Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia

yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida
yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh,
sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi
manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam
paru – paru dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai
tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta
berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan

berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di
bronkus yang dinamakan bronchitis. Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation
bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi. Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan
berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahanperubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan
otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium
size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara
ke paru-paru dan dapat merusaknya (Anonim2, 2014).

5

Berdasarkan

penjelasan

diatas

toksisistas

gas

ammoniak

dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yaitu, gas ammonia masuk kedalam tubuh
melalui beberapa urutan hidung – faring – laring – trakea – bronkus. Gas
ammoniak ini dapat menembus sampai bronkus karena ukuran partikelnya yang
kecil sehingga dapat lolos sampai bronkus. Kadar ammoniak di udara yang
melebihi 2500 – 6500 ini apabila terus dhirup oleh pekerja maka dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit bronkitis. Pada bronkus apabila
kadar ammonia ini terus terakumulasi maka menyebabkan penyumbatan pada
bronkus sehingga timbul peradangan pada bronkus inflamasi / peradangan ini
disebut bronkitis (Ardiansyah, 2009).
2.3.2

Karbon Dioksida (CO2)
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang

kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta
partikel/mm3. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau),
bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll. Oleh karena adanya rangsangan dari
partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut
getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar
sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui reflek batuk. Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya
sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat
partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi
reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana :
Otot

polos

yang

menghubungkan

cincin

tulang

rawan

akan

berkontraksi/memendek/mengkerut Produksi kelenjar lendir yang berlebihan bila
ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi
sembab/pembengkakan dalam saluran napas (Afandi, 2009).
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas
yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat

6

mengeluarkan napas. Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa
jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan
(merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya
dapat hilang sendiri tanpa diobati (Fauzzia, dkk 2013).
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada
berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak
seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk
berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun
dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul
komplikasi yang serius. Hal yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran
gas O2 dan CO2 pada alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital
(tertutama otak) yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka
menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku
kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun. Pada keadaan tersebut di atas
merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan harus
secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat (Kirby,
2008).
2.4 MSDS
MSDS adalah dokumen yang dibuat khusus tentang suatu bahan kimia
mengenai pengenalan umum, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan,
pemindahan dan pengelolaan limbah buangan bahan kimia tersebut. Berdasarkan
isi dari MSDS maka dokumen tersebut sebenarnya harus diketahui dan digunakan
oleh para pelaksana yang terlibat dengan bahan kimia tersebut yakni produsen,
pengangkut, penyimpan, pengguna dan pembuang bahan kimia. Pengetahuan ini
akan dapat mendukung budaya terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja
(Tahir, 2010).
2.4.1 Ammoniak (NH3)
Produk kimia dan identifikasi perusahaan
Nama produk
Amoniak, anhydrous
Sinonim
Amoniak, 82-00-0, NH3
Identifikasi bahaya
7

Bahaya fisik

Gas mudah menyala (termasuk gas yang tidak stabil

Bahaya kesehatan

secara kimiawi/chemically unstable gas)
 Toksisitas akut, lisan
 Toksisitas akut, penghirupan
 Kerusakan/gangguan kulit

 Gangguan mata/kerusakan mata serius
Bahaya lingkungan
Bahaya terhadap lingkungan akwatik, bahaya akut
Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Tindakan pertolongan pertama untuk paparan melalui rute-rute yang beda
Inhalasi
Pindah ke udara yang segar dan tetap dalam posisi
istirahat yang nyaman untuk bernapas. Beri Oksigen
atau pernapasan buatan jika diperlukan. Jangan
menggunakan

cara

mulut-ke-mulut

bilakorban

menghirup bahan. Lakukan pernapasan buatan
dengan bantuan topeng saku yang dilengkapi katup
satu-arah atau alat bantu pernapasan medis lainnya
yang sesuai. Menelpon Pusat Penanganan Racun atau
Bersentuhan dengan kulit

dokter/tenaga medis.
Segera melepaskan semua baju yang terkontaminasi.
Jika radang dingin (frostbite) terjadi membenamkan
area yang kena di dalam air hangat (diantara 100°F
(38°C) dan 110°F (43°C) - tidak lebih dari 112°F
(44°C). Tahan terbenam selama 20 hingga 40 menit.
Cari

pertolongan

medis.

Basuh

kulit

dengan

air/shower. Segera panggil Dokter atau pusat kontrol
racun. Luka bakar akibat bahan kimia harus
ditangani
Tertelan

oleh

dokter.

Cuci

pakaian

yang

terkontaminasi sebelum dipakai kembali.
Ketidakmungkin karena bentuk kemasan. Segera
panggil Dokter atau pusat kontrol racun. Basuh
mulut. Jangan merangsang untuk muntah. Jika terjadi
muntah, jaga posisi kepala rendah sehingga isi dari

perut tidak masuk ke paru-paru.
Tindakan Penanggulangan Kebakaran
8

Media pemadam api

Kabut air. Busa. Bubuk kimia kering Karbon

dioksida (CO2)
Penyimpanan dan Penanganan Bahan
Tindakan-tindakan teknis
Semua peralatan yang digunakan harus diarde selama
Ventilasi lokal dan umum

menangani produk.
Gunakan hanya diluar atau di area yang berventilasi

Tindakan pengamanan

baik.
Jauhkan dari panas/ percikan api/ lidah api/
permukaan-permukaan

yang

panas

.Dilarang

merokok. Jangan dipegang, disimpan atau dibuka di
dekat api yang terbuka, sumber api atau sumber
pemercik api. Lindungi bahan dari sinar matahari
langsung. Tutup katup sesudah setiap kali digunakan
dan

ketika

kerusakan

kosong.
fisik;

Melindungi

jangan

tarik,

silinder
rol,

dari
geser,

atau jatuhan. Saat memindahkan silinder, bahkan
untuk jarak dekat, gunakan gerobak (troli, truk
tangan dll.) yang dirancang untuk memindahkan
silinder. Penyedotan air kembali ke dalam wadah
harus dicegah. Jangan biarkan bahan kembali ke
dalam wadah. Menghilangkan udara dari sistem
sebelum

masukkan

gas.

Hanya

gunakan

perlengkapan yang semestinya ditentukan dan yang
sesuai

untuk

produk

ini,

suhu

dan

tekanan

pasokannya. Hubungi pemasok gas Anda jika raguragu. Jangan sampai kena mata, kulit, atau pakaian.
Jangan cicipi atau menelan. Hindari menghirup gas.
Ketika menggunakan, jangan makan, minum, atau
Kontrol

merokok. Hindari pelepasan kelingkungan.
pemaparan/perlindungan pribadi Batas paparan Indonesia.

NAB/KTDS

(Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

No.Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas, Lampiran II)
Komponen-komponen
BPJK
BRSW
Amoniak (CAS 7664-41- 24 mg/l
17 mg/l

9

7)
35 ppm
Batas paparan pekerjaan BPJK
Nilai

Batas

Ambang

ACGIH US
Alat Pelindung Diri
Perlindungan pernapasan

25 ppm
BRSW

35 ppm

25 ppm

Jika kontrol teknis tidak mampu jaga konsentrasi
terbawa udara di bawah batasan pemaparan yang
disarankan (jika berlaku) atau ke tingkat yang dapat
diterima (di negara-negara di mana batasan-batasan
pemaparan belum ditentukan) alat bantu pernafasan
yang diakui harus digunakan. Carilah petunjuk dari
pengawas lokal Cari nasehat dari penyelia tentang

Perlindungan tangan

standar perlindungan pernapasan di perusahaan.
Pakai sarung tangan tahan-bahan-kimia yang sesuai.
Sarung tangan pelindung termal dianjurkan. Sarung
tangan yang memadai dapat disarankan penyuplai

sarang tangan.
Sifat-sifat Fisika dan Kimia
Jenis benda (bentuk)
Gas mampat, cair.
Warna
Tidak berwarna.
Bau
Mengiritasi.
Sumber : SDS Indonesia (2016)
2.4.2 Karbon Dioksida (CO2)
Produk kimia dan identifikasi perusahaan
Nama produk
Karbon dioksida
Rumus Kimia
CO2
Identifikasi bahaya
Bahaya lain yang tidak Kontak dengan cairan bisa menyebabkan luka bakar
berkontribusi

terhadap dingin / radang dingin.

Klasifikasi : Asphyxiant PERINGATAN:
dalam konsentrasi tinggi

dioksida

di

Konsentrasi

atas

sekitar

1

kadar

karbon

persen

adalah

berbahaya. Praxair merekomendasikan pemantauan
terus menerus dengan alarm untuk menunjukkan
tidak aman Kondisi sebelum dan selama pemaparan
personil potensial. Gunakan alat pemantau yang

10

sesuai Untuk memastikan tingkat oksigen yang aman
(minimal 19,5 persen) dan tingkat karbon dioksida
yang aman.
Tindakan Penanggulangan Kebakaran
Media pemadam yang Gunakan media pemadam yang sesuai untuk api
cocok
sekitarnya.
Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Tindakan pertolongan pertama untuk paparan melalui rute-rute yang beda
Terhirup
Angkat ke udara segar dan tetap tenang dalam posisi
nyaman

bernafas. Jika

tidak

bernafas,

berikan

pernapasan buatan, dengan tambahan oksigen yang
diberikan oleh tenaga ahli. Jika bernafas sulit, tenaga
Kontak kulit

ahli harus memberi oksigen. Hubungi dokter.
Mungkin menyebabkan frostbite. Karbon dioksida
padat (es kering), Segera rendam embun beku
dengan air hangat agar tidak melebihi 41 ° C (105 °
F). air

Suhu

harus

ditoleransi

dengan

kulit

normal. Pertahankan pemanasan kulit minimal 15
menit Atau sampai pewarnaan dan sensasi normal
kembali ke daerah yang terkena. Dalam kasus besar
Paparan, buang pakaian sambil mandi dengan air
hangat. Mencari evaluasi medis dan Perawatan
Kontak mata

sesegera mungkin.
Segera basuh mata secara menyeluruh dengan air
sedikitnya selama 15 menit. Pegang kelopak mata
terbuka dan Jauh dari bola mata untuk memastikan
bahwa

semua

permukaan

memerah

secara

menyeluruh. Hubungi dokter mata segera
Penyimpanan dan Penanganan Bahan
Kondisi penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan berventilasi baik.
Simpan

dan

gunakan

dengan

ventilasi

yang

memadai. Simpan saja Dimana suhu tidak akan
melebihi 125 ° F (52 ° C). Wadah aman yang tegak
lurus untuk dijaga Mereka jatuh atau terjatuh. Pasang
tutup pelindung katup, bila tersedia, cukup kencang
11

dengan tangan. Simpan wadah penuh dan kosong
secara terpisah. Gunakan sistem persediaan pertama
masuk pertama Untuk mencegah penyimpanan
kontainer penuh dalam waktu lama Gas ini lebih
berat daripada udara dan di ruang tertutup cenderung
terakumulasi di dekat lantai, Menggusur udara dan
mendorongnya ke atas. Ini menciptakan suasana
kekurangan oksigen di dekat lokasi lantai. Ventilasi
ruang sebelum masuk. Verifikasi konsentrasi oksigen
secukupnya.
Alat Pelindung Diri
Kontrol teknik yang

Gunakan sistem pembuangan lokal dengan kecepatan
aliran yang cukup untuk mempertahankan pasokan
udara yang memadai Zona pernapasan pekerja.
Mekanikal (umum): Ventilasi pembuangan umum
mungkin Dapat diterima jika bisa menjaga pasokan
udara yang memadai. PERINGATAN: Konsentrasi
tingkat Karbon dioksida di atas sekitar 1 persen
berbahaya. Praxair merekomendasikan terus menerus
Pemantauan dengan alarm untuk menunjukkan
kondisi tidak aman sebelum dan selama personil
potensial Eksposur. Gunakan alat pemantau yang
sesuai untuk memastikan tingkat oksigen yang aman
(minimal 19,5 Persen) dan tingkat karbon dioksida

Bahan

untuk

pelindung

yang aman.
pakaian Pakailah sarung tangan kerja dan sepatu metatarsal
untuk penanganan silinder. Peralatan pelindung
dimana Dibutuhkan Pilih sesuai dengan OSHA 29

Bahaya termal

CFR 1910.132, 1910.136, dan 1910.138.
Pakailah sarung tangan isolasi dingin saat melakukan

Perlindungan mata

transfeksi atau memutus hubungan transfer.
Kenakan kacamata pengaman saat menangani
silinder; Kacamata anti-bukti dan perisai wajah
selama Pergantian silinder atau kapan pun kontak
12

dengan produk dimungkinkan. Pilih pelindung mata
di Sesuai dengan OSHA 29 CFR 1910.133.
Perlindungan kulit dan tubuh : Sesuai kebutuhan
pengelasan, pakai tangan, kepala, dan pelindung
tubuh untuk mencegah cedera Radiasi dan percikan
api. (Lihat ANSI Z49.1.) Minimal, ini termasuk
sarung tangan tukang las dan Kacamata pelindung,
dan mungkin termasuk pelindung lengan, celemek,
topi, dan pelindung bahu Juga sebagai pakaian yang
Perlindungan pernafasan

besar.
Bila kondisi tempat kerja memerlukan penggunaan
respirator, ikuti program perlindungan pernafasan itu
Memenuhi OSHA 29 CFR 1910.134, ANSI Z88.2,
atau MSHA 30 CFR 72.710 (jika ada). Gunakan
kartrid pemurni udara atau pemurni udara jika
tingkat

tindakan

terlampaui.

Pastikan

bahwa

Respirator memiliki faktor proteksi yang tepat untuk
tingkat eksposur. Jika jenis kartrid Respirator
digunakan, cartridge harus sesuai untuk pemaparan
bahan kimia. Untuk Keadaan darurat atau kejadian
dengan tingkat paparan yang tidak diketahui,
gunakan pernapasan mandiri Aparat (SCBA).
Kontrol pemaparan/perlindungan pribadi
ACGIH
ACGIH TLV-TWA
5000 ppm
ACGIH

(ppm)
ACGIH TLV-STEL

30000 ppm

USA OSHA

(ppm)
OSHA PEL (TWA) (mg /

9000 mg / m³

USA OSHA

m³)
OSHA PEL (TWA)

5000 ppm

(ppm)
Sifat-sifat Fisika dan Kimia
Keadaan fisik
Gas
Penampilan
Gas tak berwarna
Massa molekuler
44 g / mol
Warna
Tidak berwarna
13

Bau

Tidak berbau
Sumber : SDS ID (2016)

2.5 Ventilasi
Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan
manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang
baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan
kesehatan. Sebelumnya terlebih dahulu masyarakat harus mengetahui pengertian
dari ventilasi. Ventilasi sendiri adalah tempat keluar masuk dan pertukaran udara
yang digunakan untuk memelihara dan juga mengatur udara sesuai kebutuhan dan
kenyamanan. Prinsip kerja ventilasi ini adalah membuat suatu proses pertukaran
udara yang terjadi karena perbedaan tekanan yang mana udara akan bergerak dari
tempat yang bertekanan tinggi menuju tempat yang bertekanan rendah. Ventilasi
dapat berupa pintu, jendela, lubang angin, ventilasi sistem pengendali suhu dan
kelembaban, ventilasi sistem pengeluaran udara (exhaust system) dan pemasukan
udara (supply system), atau juga bisa dibantu menggunakan kipas angin (fan).
Pengadaan ventilasi tentunya mempunyai tujuan, antara lain (Saptari, 2011) :
1. Mengeluarkan kontaminan
2. Mengatur panas atau dingin di dalam ruangan
3. Menyegarkan ruangan dengan pertukaran udara
4. Mengencerkan konsentrasi kontaminan dalam udara
5. Mencegah terjadinya peledakan atau kebakaran
2.5.1

Ventilasi Umum
Ventilasi umum digunakan untuk menurunkan konsentrasi kontaminan

udara di dalam ruang kerja sampai mencapai kadar/tingkat yang tidak
membahayakan. Ventilasi umum ini dapat terlaksana dengan 2 cara, yaitu
(Muhammad Arief, 2012) :
1. Ventilasi horizontal (silang)
Aliran udara yang masuk tidak boleh terhambat, tidak boleh terlalu kuat
dan juga harus diarahkan ke bagian yang ditempati. Karena pada
dasarnya semakin besar perbandingan lubang ventilasi, maka semakin
tinggi pula kecepatan angin yang masuk.
14

2. Ventilasi vertikal
Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan udara luar dan
dalam bangunan. Contohnya saja seperti pembuatan cerobong. Semakin
tinggi cerobong udara, maka semakin baik pula sirkulasi udara dalam
ruangan.
Syarat-syarat menggunakan ventilasi umum, yakni :


Toksisitas rendah



Jumlah kontaminan tidak besar (sedikit) dan tidak terus-menerus



Sumber merata



Konsentrasi rendah
Gambar 2.1 Ventialasi Umum Pada Sebuah Gedung
Pada gambar diatas ventilasi umum dimana suatu bangunan memanfaatkan

jendela untuk aliran udara masuk dari utara menuju selatan (terdapat penunjuk
arah) untuk mensirkulasi udara dalam ruang gedung tersebut Sistem ventilasi ini
berfungsi untuk menjaga udara di tempat kerja agar tetap nyaman cara mensuplai
udara segar ke tempat kerja dan membuang udara kotor dari tempat kerja.
Ventilasi umum dapat memindakan panas dan udara yang terkontaminasi dengan
cara mengencerkan udara yang terkontaminasi dengan suplai udara segar sebelum
dihirup oleh pekerja. Oleh pola kerja sistem seperti ini, sistem ventilasi umum
memiliki beberapa persyaratan agar penggunaannya efektif dan efisien (Saptari,
2011).

15

2.5.2

Ventilasi Lokal
Local Exhaust Ventilation (LEV) termasuk alat kontrol engineering

(kerekayasaan) yang utama dan harus tersedia untuk mengurangi konsentrasi dari
gas, debu, uap, asap dan kotoran di udara. Salah satu jenis ventilasi adalah Local
Exhaust Ventilation (LEV). Local Exhaust Ventilation merupakan sistem yang
menggunakan ventilasi khusus untuk mencegah atau mengurangi tingginya
tingkat zat-zat berbahaya di lingkungan tempat kera (Saptari, 2011).
Secara ideal, sistem LEV seharusnya terdiri dari 4 bagian: hood,Duct work, air
cleaning device, dan fan (Muhammad Arief, 2012).
a. Hood
Hood menangkap kontaminan dengan memanfaatkan momentum yang
sedang terjadi. Faktor yang mempengaruhi rancangannya berdasarkan
pada bentuk, kecepatan serta arah di mana kontaminan dilepaskan. Untuk
partikel kontaminan yang besar dan berat, maka hood harus diletakkan
pada posisi tepat di atasnya.
b. Duct
Duct work menyediakan jalan untuk membawa kontaminan ke bagian
pembersih udara. Kecepatan dari udara pada saluran ini harus cukup tinggi
untuk mencegah partikel-partikel besar dari pengendapan di dalam Duct.
Makin besar partikel, maka makin tinggi kecepatannya.
c. Air cleaning
Air cleaning device memisahkan kontaminan dari aliran udara sebelum
melanjutkan ke fan dan dilepaskan ke atmosfer atau di daur ulang ke area
kerja. Terdapat dua bagian, yaitu: air filters dan dust collectors. Air filters
dirancang untuk memisahkan konsentrasi partikel yang berukuran kecil
dari udara. Dust collectors dirancang untuk memisahkan konstrasi partikel
yang berukuran lebih besar, yang biasanya terdapat di udara pada proses
industri.
d. Fan
Fan merupakan alat yang berfungsi untuk menyalurkan udara ke semua
agian alat LEV. Fan harus memiliki tekanan yang cukup untuk

16

memindahkan volume udara melalui hood, ducts, dan alat pengumpul pada
kecepatan yang tepat. Setiap bagian dari elemen LEV harus dirancang
secara khusus untuk berbagai tipe kontaminan yang dipisahkan. Selain itu
setiap elemen juga harus dilakukan perawatan pada kondisi optimum
melalui inspeksi dan perawatan regular.
Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan melalui
corong penghisap yang berada di dekat sumber kontaminan. Tahap selanjutnya
dari corong penghisap langsung disalurkan melalui pipa-pipa saluran dibantu
dengan penyedot udara. Kemudian tahap terakhir udara bersih dibuang langsung
ke atmosfer.
Ventilasi lokal mempunyai 5 tipe, yakni:
1. Ventilasi lokal dengan sistem pembersih kontaminan.
2. Ventilasi lokal dengan corong pengeluaran yang berada di dekat sumber
kontaminan.
3. Ventilasi lokal dengan corong celah.
4. Ventilasi lokal dengan sistem tiup dan bisa (push and pull exhauster).
5. Ventilasi lokal untuk pembuangan kontaminan yang ada pada pabrik
penyepulan logam.

Gambar 2.2 Ventilasi Lokal di Pemotongan Kayu
Pada gambar diatas ventilasi lokal yang ada di tempat pemotongan kayu,
dimana debu hasil pemotongan kayu langsung dihisap oleh hood (lingkaran
merah) lalu diteruskan padaDuct work (kotak merah) yang nanti akan diteruskan
17

pada fan. Jadi debu yang dihasilkan tidak sampai mengonaminasi udara tempat
bekerja dan pekerja tidak memerlukan APD masker karena risiko pajanan debu di
tempat kerja Cara kerja ventilasi buangan keluar local adalah penangkap
kontaminan dari jalur pajanan dan membunganya ke penampungan atau ke luar
tempat kerja untuk mencegah pekerja menghirup udara yang telah terkontaminasi.
Sistem ventilasi ini dapat digunakan untuk kontaminan yang mempunyai
toksisitas tinggi dan dalam jumlah besar karena sistem ventilasi ini akan sesegera
mungkin menangkap kontaminan ketika keluar dari sumber (Muhammad Arief,
2012).

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pupuk merupakan bahan yang dapat meningkatkan produksi pangan,
namun disisi lain produksi pupuk ini juga menghasilkan emisi dan dapat
menyebaban gangguan kesehatan kepada pekerja. Bahan kimia dalam
industri pupuk petrokimia yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dan penyakit adalah gas ammonial (NH3) dan Karbon Dioksida (CO2).
2. Contoh aplikasi umum yaitu adanya cross ventilation pada sebuah gedung
dimana aliran udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan lebih rendah.
sedangkan aplikasi ventilasi lokal pada pemotongang kayu agar debu yang
dihasilkan tidak sampai mengontaminasi udara di tempat kerja.
3.2 Saran
1. Bagi industri pupuk urea sebaiknya memperhatikan kondisi peralatan
produksi agar tetap aman digunakan.
2. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker diperlukan untuk
mengurangi paparan gas ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2).
3. Adanya ventilasi di tempat kerja merupakan suatu keuntungan karena
dapat mengurangi kadar bahan pencemar di tempat kerja bahkan bisa
mengeliminasi bahan pencemar di udara tempat kerja tersebut dengan
adanya ventilasi lokal.
4. Sebaiknya pembuangan gas hasil produksi pupuk diberi sebuah scrubber
pada cerobong pembuangan untuk mengurangi emisi gas yang dihasilkan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, B. 2009. Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan
Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola
Bottling Indonesia Unit Medan. Universitas Sumatra Utara.
Ahmad, T., Sofiarsih L., & Rusmana. 2007. The growth of Patin Pangasius
hypopthalmus in a close system tank. Aquaculture. 2(1): 67-73.
Akbar, R.A. 2010. Efisiensi Nitrifikasi dalam Sistem Biofilter. Submerged Bed,
Trickling Filter dan Fluidized Bed. (Skripsi). Institut Teknologi
Bandung.
Anonim1. 2014. Emisi CO2 pada Sistem Perumahan Perkotaan. Dalam http:
//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33596/3/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 1 Mei 2017.
Anonim2.

2014. Mari Mengenal Apa Itu Pajak Karbon. Dalam
http://www.fiskal.co.id/berita/fiskal-15/2931/mari-mengenal-apakahitupajak-karbon#.VFXhpRYe1t. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017.

Ardiansyah. 2009. Daya Rosot Karbondioksida Oleh Beberapa Jenis Tanaman
Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga. (Skripsi). Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Aziz, Azwan, 2009, Pengaruh Material Penutup Atap terhadap Nilai RTTV,
Tesis Magister Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
Badan Standar Nasional, 2001, Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung, SNI 03-6572-2001,
Standar Nasional Indonesia.
Badan Standar Nasional, 2011, Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada
Bangunan Gedung, SNI 6390-2011, Standar Nasional Indonesia.
Bishop, J.K.B. & R.E. Davis. 2010. Autonomous Observing Strategies for the
Ocean Carbon Cycle. Lawrence Berkeley National Laboratory. Paper
LBNL-46860.
Djokosetiyanto, D., A. Sunarma., dan Widanarni. 2008. Perubahan Ammonia
(NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N) Pada Media
Pemeliharaan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) di dalam Sistem
Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia, V(1): 13-20.

20

Fauzzia, Malida., Izza Rahmawati dan I Nyoman Widiasa. 2013. Penyisihan
Amoniak dan Kekeruhan Pada Sistem Resirkulasi Budidaya Kepiting
Dengan Teknologi Membran Biofilter. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri. Vol. 2 (2): 155-161
Kirby.

2008. Emisi CO2 pada Sistem Perumahan Pekotaan. Dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33596/3/Chapter%20II.
pdf . Diakses pada tanggal 1 Mei 2017.

Muhammad Arief, 2012. Lokal Exhaust Ventilation/Ventilasi Pengeluaran
Setempat. Dosen, FKM Peminatan Keselamatan & Kesehatan Kerja
Univ Esa Unggul
Saud, T., T.K. Mandal., R. Gadi., D.P. Singh., S.K. Sharma., M. Saxena., and A
Mukherjee. 2011. Emission Estimates of Particulate Matter (PM) and
Trace Gases (SO2, NO and NO2) from Biomass Fuels Used in Rural
Sector of Indo-Gangetic Plain, India. Journal of Atmospheric
Environment 45, 5913 – 5923.
SDS Indonesia. Amoniak, anhydrous. versi#: 01. Tanggal Revisi - Tanggal
dikeluarkan: 21-Juli-2016.
Tahir, Iqmal. 2010. Pengelolaan Dan Implementasi Material Safety Data Sheet
(MSDS) Pada Riset Mahasiswa Untuk Mendukung Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Di Laboratorium. Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Yogyakarta 55281
U.S. Code of Federal Regulations 29 CFR 1910.1200, Hazard Communication.
Carbon dioxide Safety Data Sheet P-4574 Date of issue: 01/01/1980.
Revision date: 10/17/2016. Supersedes: 07/19/2016.

21