Pengaruh Corporate Social Responsibility. docx

Makalah ini adalah hasil penelitian
tentang apakah penerapan CSR sebagai
wujud kepedulian sosial dari
perusahaan-perusahaan berdampak
pada menigkatnya kinerja keuangan
karena beberapa perusahaan yang
melaksanakan CSR menunjukkan kinerja
keuangan yang menurun

Makalah
Pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) dan
Ukuran Perusahaan terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan
(Study pada Perusahaan
Manufaktur Sektor
Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2013)

1


Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(Study pada Perusahaan Manufaktur Sektor Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)
Rilla Gantino, Dr., SE., MM., CA.
Staf Pengajar Prodi Akuntansi Univ Esa Unggul
rillaalgamar@yahoo.com
Ahmad Syukri Fadholi
Alumni Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Univ Esa Unggul
ahmadsyukrif@yahoo.com

ABSTRAK
Corporate Social Responsibility (CSR) dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
pertambangan baik secara bersama-sama ataupun secara individual.

Dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
periode tahun 2010-2013 yaitu sebanyak 40 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan Corporate Social Responsibility dan
Ukuran Perusahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dalam hal ini menggunakan Return On Equity (ROE), Corporate Social
Responsibility berpengaruh terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan dan Ukuran
Perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Kata kunci : Return On Equity, Cash Ratio, Earnings Per Share, Current Ratio,
Dividend Payout Ratio.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham.Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm
performance) yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai

1

2


perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan.Kinerja perusahaan yang baik juga bermakna
bagi konsumen, komunitas, karyawan, dan pemasok termasuk dalam

pemasok adalah

kreditur, yaitu pemasok dana (Khaira, 2011). Perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik
akan menghasilkan laba yang maksimal sehingga memiliki tingkat pengembalian investasi
yang tinggi. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa kinerja perusahaan memperlihatkan
kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun
hutang.Kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja perusahaan. Salah satu ukuran kinerja
perusahaan adalah Return on Equity (ROE). Return On Equity (ROE) merupakan salah satu
cara untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan antara laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri.
Menurut Harahap (2007:156)

ROE digunakan untuk mengukur

besarnya


pengembalian terhadap investasi para pemegang saham.Angka tersebut menunjukkan
seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham.ROE diukur dalam
satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga
semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE memberikan
indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan
tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cendrung
naik sehingga kinerja keuangan perusahaan juga ikut meningkat.
Menurut Abriani, dkk (2012), untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan agar
lebih baik perlu juga dilakukan nya penerapan Corporate social Responsibility (CSR).
Corporate social responsibility (CSR) adalah salah satu alat yang dapat digunakan
perusahaan untuk menghindari konflik antara perusahaan dengan lingkungannya. Penerapan
CSR penting guna mencegah terjadinya kerugian sosial dan lingkungan akibat aktivitas
operasional perusahaan. CSR juga menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan
lagi sekedar kegiatan ekonomi, yang menciptakan profit demi kelangsungan usaha, tapi juga
tanggung jawab sosial dan lingkungan Beny dan Azhar (2008).
Nelling et.al (2006), menemukan pengaruh yang signifikan antara CSR dengan
kinerja keuangan. Penelitian Chung and Chang (2008) beranggapan bahwa perusahaan yang
mengungkapkan CSR lebih banyak maka kinerja keuangan perusahaan cenderung akan
meningkat. Selanjutnya menurut Indrawati (2009), CSR juga dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan, karena dengan perusahaan menerapkan CSR maka dapat membantu


3

perusahaan untuk mencegah timbulnya biaya eksternal, sehingga kinerja keuangan akhir
tahun perusahaan akan dinilai positif oleh pihak internal dan eksternal perusahaan.
Sebelumnya hasil peneitian, Sarumpaet (2005) tidak menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara CSR dengan kinerja keuangan. Hal ini karena investor lebih memilih
untuk mendapatkan informasi tentang tanggung jawab sosial dari pihak ketiga dan informasi
pemerintah untuk mengetahui indikator kinerja ekonomi perusahaan.
Selain penerapan CSR, kinerja keuangan dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan
menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Panjaitan (2004) dalam penelitiannya mengutip pernyataan dari penelitian Ferri and Jones
(1979) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan karena kalau
dilihat dengan cara total aktiva yang meningkat otomatis kinerja keuangan perusahaan bagus.
Penerapan tersebut di dukung oleh salah satu peneliti yaitu penelitian Lin (2006) serta
Wright (2009) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik akan
tetapi tidak menuntut kemungkinan perusahaan yang kecil memiliki kinerja yang buruk.
Calisir (2010) juga menemukan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kinerja

perusahaan sektor teknologi informasi dan komunikasi di Turki.
Namun Huang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan Taiwan yang berada di China. Demikian juga Talebria (20100
tidak menemukan pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang terdaftar di
Tehran Stock Exchange.
PT Sumber Mineral Nusantara (Bima, NTB) menerima penolakan dari masyarakat
setempt yang akan melakukan penambangan emas. Hal ini karena tambang emas dianggap
akan membahayakan mata pencarian warga yang sebagian besar penduduknya bertani dan
nelayan dan keberadaan tambang dikhawatirkan akan membongkar tanah dan mengganggu
sumber air yang akhirnya akan menggangu pertanian warga. Berbagai upaya telah dilakukan
PT. Sumber Mineral Nusantara salah satu nya dengan melaksanakan CSR akan tetapi PT.
Sumber Mineral Nusantara masih menghadapi penolakan dari warga.

4

B.

Pembatasan Masalah
Agar tujuan penelitian dapat tercapai dan untuk memudahkan dalam


menganalisa, maka dilakukan pembatasan masalah, sebagai berikut :
1.

Perusahaan yang digunakan sebagai populasi dalam penelitian ini yaitu Perusahaan
Manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
berdasarkan pada tahun 2010-2013.

2.

Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu kinerja keuangan perusahaan
variabel independennya yaitu Corporate social responsibility (CSR) dan Ukuran
perusahaan.

3.

Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, berupa laporan keuangan perusahaan
manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2010 –2013.

C. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
1.

Seberapa besar pengaruh Corporate social responsibility (CSR) dan Ukuran Perusahaan
terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di

2.

Bursa Efek Indonesia periode (2010-2013)?
Seberapa besar pengaruh Corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

3.

Indonesia periode (2010-2013)?
Seberapa besar pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan
manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (20102013) ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Corporate social responsibility (CSR) dan
Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor
2.

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2010-2013)
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Corporate social responsibility (CSR)
terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode (2010-2013)

5

3.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode (2010-2013)

II. Kajian Pustaka
A. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teory keagenan (Agency Theory) (Brigham and Houston, 2004) dalam teori agensi

muncul karena adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal)
yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk
kontrak kerja sama dimana prinsipal mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada
agen dalam mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan
mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut akan memperoleh keuntungan dengan
bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor. Namun menurut Eisenhardt teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan
diri sendiri, (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang,
dan (3) manusia selalu menghindari resiko.
Berdasarkan 3 asumsi sifat dasar manusia tersebut, salah satu nya manusia selalu
menghindari resiko, manusia yang di maksud dalam asumsi tersebut adalah seorang
pemegang kepintingan dalam perusahaan salah satunya seorang manajer, dengan tegas nya
seorang manajer dalam melakukan pengambilan keputusan untuk selalu menghindari risiko
dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian yang dapat menurunkan kinerja
keuangan perusahaan, dengan cara melakukan penerapan CSR, dengan manajemen
melakukan kegiatan tersebut bisa meningkatkan kinerja perusahaan dan pandangan
masyarakat baik terhadap perusahaan tersebu, sehingga bisa mendatangkan investor –
investor baru, akan tetapi dengan perusahaan melakukan kegitan CSR laba yang dihasilkan
perusahaan akan berkurang sehingga deviden yang diberikan kepada investor juga akan
berkurang (Kurdi, 2000).

B. Teori Pesinyalan (Signalling Theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan

9

6

unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi(Jogiyanto,
2000).
Salah satu informasi baik yang diberikan bagi para investor yaitu informasi bahwa
perusahaan tersebut sudah melakukan penerapan CSR, dengan perusahaan melakukan
penerapan CSR maka pandangan perusahaan dimata investor bisa lebih baik. Sehingga
investor menjadi tertarik untuk berinvestasi kedalam perusahaan tersebut.dengan banyak nya
investor yang berinvestasi kedalam perusahaan tersebut, membuat kinerja keuangan dan laba
yang di hasilkan perusahaan akan meningkat (Sharpe, 1997:211 ; Ivana, 2005:16).
C. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah mengukur sampai sejauh mana prestasi,
peningkatan, posisi atau performance dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan
keuangan, baik melalui neraca maupun laba rugi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (Syafrudin, 2005: 153). Menurut Febryani dan Zulfadin (2003) kinerja
keuangan perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di
manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumber daya nya.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai maka dilakukan
penilaian kinerja.Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan yang berdasar pada sasaran, standar, dan
kinerja yang telah ditentukan. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis
laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham, sehingga nilai perusahaan akan
tercermin dari harga sahamnya (Eugene, 1978:272-284, dikutip oleh Calorina, 2007).
Laporan keuangan menurut Manulang, dkk (2010) adalah struktur dan proses yang
menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan guna mencapai
tujuan pelaporan keuangan. Jadi, laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang
sangat penting dalam menilai perkembangan perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan

7

menilai prestasi yang dicapai perusahaan pada saat lampau, sekarang dan rencana waktu yang
akan datang. Melihat laporankeuangansuatuperusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas
suatu perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan hasil dari suatu
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi serta sebagai alat pengukur
kinerja perusahaan masa depan.
D. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang
berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelummya (Mulyadi, 2001). Sedangkan menurut
penelitian Januarti dan apriyanti (2005) pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan
dengan penilaian analisa rasio keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk
menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja keuangan. Rasio keuangan,
yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik operasi perusahaan masa lalu.
Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan digunakan untuk
membantu memperkirakan pendapatan dan dividen masa yang akan datang.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja adalah analisis
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi 5 jenis berdasarkan
ruang lingkup nya menurut Harmono (2009) yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas terdiri dari: current ratio, quick ratio, cash ratio dan net
working capital
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: debt to assets, long term debt to equity, dan debt
to equity.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Rasio aktivitas terdiri dari: inventory turnover, TATO (total asetss turnover), dan cash
turnover.
4. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Rasio rentabilitas/profitabilitas terdiri dari: net profit margin, gross profit margin, C,
return on equity, dan ROI (return on investment).

8

5. Rasio Pasar
Rasio ini memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya
atas biaya investasi. Rasio pasar terdiri dari: price earning ratio, earning per share, dan
price to book value.
Pada penelitian ini peneliti memilih Rasio profitabilitas yaitu Return onequity (ROE)
sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan, Return on equity merupakan alat yang
sering digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, return on
equity (ROE) juga dapat memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Return on equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang
membandingkan laba bersih (net income) dengan total shareholders equity perusahaan.
Menurut Cheng dan Christiawan (2011), Return on equity

(ROE) menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih. Investor selalu berharap untuk
mendapatkan ROE tinggi, akan tetapi harapan investor ini tidak selalu sesuai dengan
kenyataannya karena adanya faktor risiko. Semakin tinggi ROE perusahaan dianggap
kabar baik (good news) karena ROE yang besar berarti semakin besar peluang para
investor untuk memperoleh laba bersih dari setiap modal yang diinvestasikan.
Sebaliknya, semakin rendah ROE perusahaan dianggap sebagai kabar buruk (bad news)
karena, ROE yang rendah berarti semakin kecil peluang pemilik perusahaan keuntungan
dari laba bersih untuk setiap modal yang diinvestasikan.
E. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat miningkatkan
kinerja keuangan tersebut Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan suatu
perusahaan sangat beragam, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu.
Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut berbeda meskipun mengukur hal
yang sama. Dari fenomena tersebut, maka penelitian ini akan membuktikan faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja keuangan yang belum sepenuhnya menunjukan hasil yang
konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya. Dalam penelitian ini
menggunakan 2 faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan yaitu:

corporate social

responsibility (CSR) dan ukuran perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kenerja keuangan suatu perusahaan, CSR merupakan suatu satu bentuk

9

tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk
meningkatkan ekonomi, yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan
berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat secara lebih luas Hadi (2011). Menurut Tamam (2007), CSR sebagai komitmen
perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial,
ekonomi, dan lingkungan serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang
manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Kotler (2000) menjelaskan bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh atas
aktivitas CSR. Adapun manfaat dari CSR tersebut adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan penjualan dan market share.
b. Memperkuat brand positioning.
c. Meningkatkan citra perusahaan.
d. Menurunkan biaya operasi.
e. Meningkatkan daya tarik perusahaan di mata para investor dan analisis
keuangan.
Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan
menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan, sehingga
nama perusahaan di mata masyarakat dan investor itu baik sehingga investor juga tertarik
untuk menanamkan modal nya ke perusahaan tersebut yang membuat kinerja keuangan akan
meningkat.
Menurut Suharto (2008) dengan menggunakan dua pendekatan minimal ada delapan
kategori perusahaan dalam melaksanakan CSR.Pendekatan yang dimaksud dalam hal ini
adalah pendekatan porsi keuntungan perusahan dan besarnya anggaran CSR dan tujuan CSR
apakah untuk promosi atau pemberdayaan.
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya profit suatu perusahaan :
a. Perusahaan Minimalis yaitu perusahaan dengan profit yang rendah dan memiliki
anggaran CSR yang rendah
b. Perusahaan Ekonomis yaitu perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi namun
anggaran CSR nya rendah
c. Perusahaan Humanis yaitu perusahaan yang memiliki profit yang rendah namun
memiliki anggaran CSR yang relatif besar
d. Perusahaan Reformis yaitu perusahaan yang memiliki profit besar dan angaran CSR
yang besar.
2. Berdasarkan tujuan untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat
a. Perusahaan pasif yaitu perusahaan yang menerapkan CSR dengan tujuan yang tidak
jelas. Bukan untuk promosi bukan pula untuk pemberdayaan masyarakat

10

b. Perusahaan Impresif

yaitu perusahaan yang melaksanakan CSR dengan tujuan

sebagai sarana promosi bagi perusahaan
c. Perusahaan Agresif yaitu perusahaan yang melaksanakan CSR dengan tujuan utama
pemberdayaan masyarakat disamping juga bertujuan promosi
d. Perusahaan Progresif yaitu perusahaan yang melaksanakan CSR dengan tujuan
promosi sekaligus pemeberdayaan masyarakat (Suharto, 2008).
Terdapat 2 metode pengungkapan CSR, yaitu :
1) Metode Global Reporting Initiative (GRI)
Corporate Social Disclosure Index (CSDI) berdasarkan GRI (Global Reporting
Initiative) yang terdiri dari tiga fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan
sosial sebagai sustainability reporting Dengan menggunakan rumus :
CSRDIj =

∑ X Ij
nj

Keterangan:
CSRDIj = CSR Disclosure Index perusahaan j
Xij = 1=jika item i diungkapkan; 0= jika item i tidak diungkapkan.
nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 79
Dengan demikian, 0≤CSRIj≤1
2) Metode Sembiring
Pengungkapan CSR yang dikemukakan oleh Sembiring (2005) terdiri dari tujuh
tema yang dijabarkan ke dalam 78 item. Ke –78 item tersebut didapat dari
penelitian Sembiring (2005) yang ia peroleh dengan cara menyesuaikan item
pengungkapan milik Hackston & Milne yang semula terdiri atas 90 item
pengungkapan. Penyesuaian tersebut didasarkan pada peraturan Bapepam No.
VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk
diaplikasikan di Indonesia sehingga terdapat 78 item pengungkapan yang terdiri
dari 7 tema pengungkapan yaitu: Lingkungan, Energi, Kesehatan dan
Keselamatan Tenaga Kerja, Lain-lain Tenaga Kerja, Produk, Ketrlibatan
Masyarakat dan Umum.
Dengan adanya dua metode pengungkapan CSR ini maka penulis harus memilih
salah satu dari metode yang ada yaitu metode dari teori sembiring, hal ini berdasarkan

11

peraturan bapepam no. VIII . G2 tentang laporan tahunan dan kesesuian item tersebut untuk
di aplikasikan di Indonesia maka di lakukan penyesuaian, sehingga tersisa 78 item
pengungkapan.
2. Ukuran Perusahaan
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan
besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm),
perusahaan besar laba yang di hasilkan pertahun di atas 1miliar, perusahaan menengah laba
yang di hasilkan pertahun 500- 1miliar sedangkan perusahaan kecil laba yang di hasilkan
pertahun di bawah 500 juta, Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh
terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang
dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002). Semakin besar ukuran
suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal
ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk
menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal
asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (abdul Halim, 2007).
Menurut Agnes Sawir (2004), ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan
dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:
a. ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana
dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang
terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya
peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika
penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat
dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor
mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
b. ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan.
Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang,
termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan
perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar
kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi
kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
c. ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang
lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan
diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain

12

tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan
rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu
sistem manajemen.
Penentuan perusahaan berdasarkan kepada total aktiva perusahaan. Total aktiva
dipilih dalam penelitian ini sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan
bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan
penjualan (Ardi dan Lana, 2007), semakin besar aktiva suatu perusahaan, maka akan semakin
besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan
semakin banyak juga perputaran uang yang membuat kinerja keuangan perusahaan menjadi
meningkat.
F. Penelitian Sebelumnya
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut penelitian Crisostomo, freire dan vasconcellos melakukan penelitian
mengenai corporate social responsibility, firm value and financial performance
dengan data yang diambil dari lembaga sosial Brasil dan analisis ekonomi (Ibase)
selama periode 2001 hingga 2006. Dengan hasil penelitian ini bahwa CSR
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, dan kinerja keuangan (Crisostomo
et.al., 2010).
2. Menurut penelitian Choi meneliti hubungan empiris antara CSR dan kinerja
keuangan perusahaan di Korea. Penelitian tersebut bertujuan untukmengetahui
hubungan empiris antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan dengan menyediakan
bukti komprehensif pertama di Koreayang menggunakan pengukuran CSR
multidimensi. Penelitian ini menggunakan data sebanyak 1122 perusahaan yang
terdaftar di Korea Exchange (KRX) selama periode tahun 2002-2008. Hasil dari
penelitiantersebut adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara CSR indeks
stakeholder tertimbang dan kinerja keuangan perusahaan namuntidak terdapat
hubungan signifikan antara CSR indeks rata-rata tertimbang dan kinerja keuangan
perusahaan (Choi et.al., 2010).
3. Menurut penelitian Saleh meneliti hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan
perusahaan di Malaysia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menyelidikiapakah
terdapat bukti-bukti mengenai dampak CSR sertadampak dari dimensi-dimensi CSR
yaitu relasi dengan pegawai, keterlibatan terhadap masyarakat, produk, dan

13

lingkungan terhadap kinerja keuangan untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Malaysia. Penelitian ini menggunakan data 200 perusahaan besar dari 499
perusahaan yang terdaftar di Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) Bursa Malaysia
periode tahun 2000-2005. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa CSR
berhubungan positif signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan sementara dalam
hubungan jangka panjang, CSR cenderung tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan (Saleh N.M et.al., 2008).
4. Menurut penelitian Hardikasari ini menujukan bahwa ukuran dewan direksi
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kinerja keuangan, Ukuran
dewankomisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
danukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja
keuangan (Hardikasari, 2011).
5. Dahlia dan Siregar meneliti pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan dan kinerja
pasar perusahaan di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menguji
pengaruh dari CSR terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan. Data
yang digunakan dalam penelitian adalah sampel sebanyak 77 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 dan 2006. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda dalam melakukan pengujian. Hasil dari
penelitian ini adalah pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Return on Equity (ROE) sebagai pengukur kinerja keuangan, tetapi pengungkapan
CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap Cumulative Abnormal Return (CAR)
sebagai pengukur kinerja pasar (Dahlia dan Siregar, 2008).
Pada tabel 2.1 berikut ini menunjukkan ringkasan dari penelitian terdahulu yang
mempunyai hubungan dengan faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1

Nama
Vicente Lima
Crisóstomo,Fátia
deSouza Freire,
Felipe Cortes de
Vasconcellos
(2010)

Judul
Corporate
Social
Responsibility,
Firm Value and
Financial Performance in Brazil

Variable
X:CSR.
Y:Financial
Performance
(ROA, ROE) Firm
Value(Tobin’sQ)

Alat
Analitis
Regresi
linier
berganda

Hasil penelitian
X:CSR.
Y:Financial
Performance (ROA,
ROE)FirmValue
(Tobin’sQ).

14

2

Jong-Seo
Choi,
YoungMin
Kwak, dan
Chongwoo
Choe
(2010)

Corporate
Social Responsibility dan Kinerja
Keuangan
Perusahaan:
Bukti dari
Korea

Variabel Independen: Indeks CSR
Rata-Rata
Tertimbang,
Indeks CSR
Stakeholder
Tertimbang
Variabel
Dependen:
Kinerja Keuangan Perusahaan
BerbasisAkuntansi
(ROA dan ROE)
dan Kinerja
Perusahaan

Regresi
linier
berganda

Terdapat Hubungan
Positif dan
Signifikan
Antara CSR Indeks
Stakeholder
Tertimbang dan
Kinerja Keuangan
Perusahaan Namun
Tidak Terdapat
Hubungan Signifikan Antara CSR
Indeks Rata-Rata
Tertimbang dan
Kinerja Keuangan
Perusahaan.

Mustaruddin Saleh,
Norhayah
Zulkifli,
dan
Rusnah
Muhamad
(2008)

Pengujian
Empiris
Hubungan
Antara
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
dan Kinerja
Keuangan
pada Pasar
Ekonomi
Bertumbuh

Regresi
binary
logistik

CSR Berhubungan
Positif Signifikan
dengan Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Sementara Dalam
Hubungan Jangka
Panjang, CSR
Cenderung Tidak
Berpengaruh
Terhadap Kinerja
Keuangan

4

Pramudji
dan
Hardikasari
(2011)

Pengaruh GCG dan
ukuran perusahaan
terhadap
kinerja
keuangan
study
kasus perusahaan
perbankan

Variabel
Independen:
CSR, Dimensi
CSR (Relasi
Pegawai, Keterlibatan Masyarakat,
Produk, dan
Lingkungan)
Variabel
Dependen:
Kinerja Keuangan
Perusahaan
(ROA, Stock
Market Return,
dan Tobin’s
Kinerja
perusahaan
perbankan
Mekanisme
corporate
governance
Ukuran
perusahaan

Regresi
linier
berganda

ukuran dewan
direksi dan ukuran
dewan komisaris
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kinerja
perusahaan.Ukuran
perusahaan tidak
signifikan terhadap
kinerja keuangan.

5

Lely
Dahlia dan
Sylvia
Veronica
Siregar

Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap

Regresi
linier
berganda

Pengungkapan CSR
Berpengaruh Positif
dan Signifikan
Terhadap ROE
Sebagai Pengukur

3

Variabel
Independen:
CSR
Variabel
Dependen:

15

(2008)

Kinerja
Perusahaan
(Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Yang
Tercatat Di
Bursa
Efek Indonesia
Pada Tahun
2005
dan 2006)

Kinerja
Keuangan
(ROE) dan
Kinerja Pasar
(CAR)
Variabel
Kontrol:
Leverage,
Ukuran
Perusahaan,Beta,P
ertumbuhan,
Pendapatan Tidak
Terduga

Kinerja Keuangan,
Tetapi
Pengungkapan
CSR Tidak
Berpengaruh
Signifikan Terhadap
CAR Sebagai
Pengukur Kinerja
Pasar.

G. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja
Corporate social responsibility (CSR) suatu tindakan sukarela untuk mensejahtrakan
masyarakat yang ada di dalam lingkungan perusahaan dengan melakukan kegiatan yang
bersifat sosial, perusahaan yang melakukan penerapan CSR mempunyai banyak keuntungan
yaitu bisa meningkatkan penjualan dan market share, Memperkuat brand positioning,
Meningkatkan citra perusahaan, Menurunkan biaya operasi, Meningkatkan daya tarik
perusahaan di mata para investor dan analisis keuangan sehingga para investor tertarik untuk
menanamkan modal nya kedalam perusahaan. Bedasarkan banyak nya keuntungan yang di
peroleh perusahaan dalam melakukan penerapan CSR bisa sangat berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan akan menjadi meningkat.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja
Ukuran perusahaan dapat diukur dari total aktiva yang dimiliki oleh masing-masing
perusahaan.Ukuran perusahaan juga terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm).Besar
kecilnya ukuran suatu perusahaan dilihat dari total aktiva yang di peroleh perusahaan setiap
tahun nya, semakin besar total aktiva perusahaan maka akan semakin besar pula kegiatan
produksi dalamperusahaan, kegiatan produksi yang besar memebuat semakin besar total
penjualan suatu perusahaan makaakan semakin banyak juga perputaran uang yang membuat
kinerja keuangan perusahaan menjadi meningkat.
H. Gambar Kerangka Pikir (halaman selanjutnya)

16

I. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis menggunakan alternatif
hipotesis sebagai berikut:
H1

: Corporate social responsibility (CSR) dan Ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan.

H2

: Corporate social responsibility (CSR) berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan.

H3

: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerj

Gambar Kerangka Pikir Penelitian

Investor
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Perusahaan Sektor Pertambangan

feedback

Laporan Keuangan

Corporate social
responsibility (CSR)
(X1)

Kinerja keuangan

Ukuran perusahaan (X2)
Uji asumsi klasik
Analisis Regresi linier
berganda
Hasil Analisis dan
Kesimpulan
Gambar 2. Kerangka
Pikir Penelitian

17

III. Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Penelitian ini mengambil data-data laporan
keuangan yang telah disediakan di website Bursa Efek Indonesia.
2. Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Desember
2014 sampai dengan selesai.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
berupa laporan keuangan dari perusahaan sektor pertambangan periode 2010-2013
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
penulis dari laporan keuangan perusahaan pertambangan yang melakukan penerapan
CSR periode 2010-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui.: http:
//www.idx.co.id
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini diambil dari seluruh perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013.
2. Sampel
a. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian dan kriteria
yang diinginkan oleh peneliti. Kriteria dalam pengambilan

sampel adalah

sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 2010-2013.

18

2. Perusahaan yang melaporkan penjualan dan laba bersih dari periode 20102013.
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan berturut-turut dari periode
2010-2013.
b. Sampel yang di ambil
Tahun 2010 ada 10 perusahaan sektor pertambangan
Tahun 2011 ada 10 perusahaan sektor pertambangan
Tahun 2012 ada 10 perusahaan sektor pertambangan
Tahun 2013 ada 10 perusahaan sektor pertambangan
Jadi jumlah sampel ada 40 perusahaan
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara riset
keperpustakaan, yaitu membaca, memahami dan mengumpulkan buku, literatur, catatan
perkuliahan, artikel, jurnal, dan lain-lain sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh
data sekunder berupa informasi dan data teknis yang akan digunakan sebagai landasan
teori dan dasar analisis dalam penelitian ini.
Pengumpulan data dalam penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengamatan.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data perusahaan sektor
pertambangan yang sudah go public pada periode 2010 sampai 2013 dan sahamnya
terdaftar di BEI.
E. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara
variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X) mempunyai distribusi normal
atau tidak (Ghozali, 2005). Proses uji normalitas data dilakukan dengan cara
mendeteksi normalitas suatu distribusi adalah dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik normal probability, dengan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut,
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

19

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik
jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
BLUE dapat dicapai jika memenuhi uji asumsi klasik, yaitu:
a. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya
korelasi antara variabel bebas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas ( Ghozali, 2005). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat masalah multikolinieritas. Langkah-langkah pengujian
multikolinieritas:
Ho

: Tidak ada korelasi antar variabel independennya

Ha

: Terdapat korelasi antar variabel independennya

Jika nilai tolerance> 0,10 atau nilai VIF 10 maka Ho ditolak (terjadi
multikolinieritas).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang
berdekatan.Autokorelasi adalah korelasi antara serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu atau menurut ruang (Ghozali, 2005). Cara mendeteksi
adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W adalah apabila
nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa
pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
Hipotesis :
Ho

: Tidak ada autokorelasi

Ha

: Ada korelasi

20

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada
kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain (Ghozali, 2005). Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah
kesalahan baku koefisien regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan
indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang
terlalu besar. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar
titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
Langkah-langkah pengujian heteroskedastisitas :
Ho

: Tidak ada heteroskedastisitas

Ha

: Ada heteroskedastisitas

Keputusan :
Jika Signifikan 0,05, maka Ho diterima artinya tidak ada heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a.

Analisis Regresi Linear Berganda
Metode yang digunakan dalam model regresi berganda adalah sebagai berikut:
1). Uji F (Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat
(Ghozali, 2005). Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh
secara simultan antara variabel independen yaitu Corporate social
responsibility (CSR) (X1), Ukuran perusahaan (X2), terhadap variabel
dependen yaitu Kinerja keuangan (Y).
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e
Hipotesis :
Ho : Variabel independen tidak secara linear berhubungan dengan variabel
dependen.

21

Ha

: Variabel independen secara linear berhubugan dengan variabel
dependen.

Dasar pengambilan keputusan :
Jika Sig < 0,05 maka Ha diterima.
Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak.
2). Uji t (Pengujian Parsial/ Individu)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
(Ghozali,2005). Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien
regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial
antar variabel independen yaitu Corporate social responsibility (X1), Ukuran
perusahaan (X2),terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan (Y).
Hipotesis :
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Ha : Terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusannya :
(a) Jika Sig < 0,05 maka Ha diterima.
(b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Jenis Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel independen
dan dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan
sebagai berikut :
a. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah kinerja keuangan yang diukur dengan
menggunakan Return on Equity (ROE) (Toto, 2008). ROE diartikan sebagai
tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan modal sendiri. Dalam penelitian ini
ROE satu tahun

ke depan dihitung dengan menggunakan

rumus net

22

income/equity untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut Priadi
rumus perhitungan ROE dengan metode net income/equity adalah (Toto, 2008) :

ROE =

laba bersih
x 100%
Ekuitas

b. Variable independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2005). Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari (Toto, 2008).
1). Corporate social responsibility (CSR)
Pengungkapan CSR yang dikemukakan oleh Sembiring (2005) terdiri dari
tujuh tema yang dijabarkan ke dalam 78 item. Ke –78 item tersebut didapat
dari penelitian Sembiring (2005) yang ia peroleh dengan cara menyesuaikan
item pengungkapan milik Hackston & Milne yang semula terdiri atas 90 item
pengungkapan. Penyesuaian tersebut didasarkan pada peraturan Bapepam
No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk
diaplikasikan di Indonesia sehingga terdapat 78 item pengungkapan yang
terdiri dari 7 tema pengungkapan yaitu: Lingkungan, Energi, Kesehatan dan
Keselamatan Tenaga Kerja, Lain-lain Tenaga Kerja, Produk, Ketrlibatan
Masyarakat dan Umum.
Rumus perhitungan corporate social responsibility disclousure adalah
sebagai berikut :

CSRD =

jumlah itemCSR yang diungkapkan
78 item pengungkapanCSR

2). Ukuran perusahaan
Pengertian ukuran perusahaan adalah besarnya suatu perusahaan yang diukur
dari total aktiva penjualan. Pengukuran variabel ini akan menggunakan nilai
total aktiva. Skala pengukuran adalah dengan skala rasio.

Size =

total aset tahunini−total aset tahun sebelumnya
total aset tahun sebelumnya

23

Tabel 3. Operasional Variable dan Pengukurannya
No

Variable
1

Kinerja keuangan

2

Corporate social
responsibility
(CSR)

Indikator

ROE =

Skala

laba bersih
x 100%
Ekuitas
CSRD =

Skala
Rasio
Skala rasio

jumlah item CSR yang diungkapkan
78 item pengungkapanCSR
3

Ukuran

.

perusahaan

Size=

Skala
Rasio

total asset tahunini−total asset tahun sebelumnya
total asset tahun sebelumnya
IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Statistik Deskriptif Penelitian
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang
menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini
untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama
mencakup nilai rata-rata (mean), nilai
55
ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar deviasi. Hasil statistik
deskriptif dari masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Deskriptif Penelitian
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CSR

40

.24

.74

.5075

.14022

SIZE

40

-.08

46.90

1.6885

7.42442

ROE

40

.03

.98

.3563

.20500

Valid N (listwise)

40

(Sumber: Olah Data SPSS)

1. Statistik Deskriptif CSR

24

Tabel 5.1 diatas menunjukkan statistik deskriptif yang dimiliki oleh masingmasing variabel yaitu variabel Corporate Social Responsibility, Ukuran
Perusahaan dan Return on Equity. Pada variabel Corporate Social Responsibility
terlihat dari 40 Sampel yang ada, terlihat nilai rata-rata yang diperoleh yaitu
0,5075, nilai minimum sebesar 0,24, nilai maksimum sebesar 0,74 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,14022, hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini telah

mengungkapkan penerapan CSR dengan baik, rata-rata 39 indikator dari 78
indikator telah diungkapkan.
2. Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan (Size)
Variabel Ukuran Perusahaan menunjukkan rata-rata sebesar 1,6885
perhitungan ukuran perusahaan dilihat dari total asset suatu perusahaan dan
standar deviasi sebesar 7,42442 dengan nilai minimum -0,08 dan nilai
maksimum 46,90. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan besar yang memiliki tingkat aset yang tinggi.
3. Statistik Deskriptif ROE
Variabel Return on Equity diatas menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,3563
perhitungan ROE dilihat dari laba bersih di bagi dengan ekuitas (modal )

dan

nilai standar deviasi sebesar 0,20500 dengan nilai minimum 0,03 dan nilai
maksimum 0,98. Berdasarkan angka tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini mengalami
kinerja keuangan yang kurang baik, karena terlihat dari hasil nilai rata – rata
perhitungan ROE hanya 0,3563 yang hampir mendekati nilai minum yaitu 0,03
hal ini sesuai dengan data mentah yang di oleh penulis dimana penulis
mengamati tingkat ROE masing-masing perusahaan dari periode satu ke periode
berikutnya rata-rata mengalami penurunan dan tidak konsisten, hal ini yang
mengakibatkan kinera keuangan perusahaan buruk.
B. Uji Kualitas Data
1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
dependen dan variabel independen berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji
normalitas menggunakan P-P Plot, dengan kriteria apabila titik titik pada P-P Plot

25

berada pada garis lurus atau mendekati garis lurus, maka dapat dinyatakan bahwa
distribusi data normal.

(Sumber: Olah Data SPSS)

Gambar 5.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Berdasarkan gambar 5.1 diatas terlihat titik titik yang ada berada di garis
lurus atau mendekati garis lurus. Hal tersebut menunjukkan bahwa data penelitian
ini telah diambil dari populasi yang terdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat
terlihat juga dari grafik histogram berikut ini :

(Sumber: Olah Data SPSS)

Gambar 5.2 Grafik Histogram
Gambar 5.2 diatas menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal
dan tidak terlalu bergeser ke kanan atau ke kiri, hal ini dapat disimpulkan bahwa
model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Pengujian Multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).Suatu model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Jika terjadi korelasi
maka terdapat problem multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (VIF

26

= 1/tolerance). Dalam satu model dikatakan terjadi multikolinearitas jika nilai

VIF diatas 10.
Tabel 5.2 Uji Multikolinearitas

a.
b.

Dependent Variable: ROE
(Sumber: Olah Data SPSS)

Berdasarkan tabel pengujian diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel
bebas yang memiliki tolerance yang kurang dari 0,10 (10%), begitu pula hasil
pengujian VIF untuk semua variabel bebas kurang dari 10, dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam penelitian ini.
2. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Pengujian
ini juga bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Dasar
pengambilan keputusan untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan memplotkan grafik antara SRESID dengan ZPRED di mana
gangguan heteroskedastisitas akan tampak dengan adanya pola model dalam
penlitian terlihat pada gambar berikut ini :

(Sumber: Olah Data SPSS)

Gambar 5.3 Scatterplot

27

Berdasarkan gambar 5.3 Scatterplot diatas menunjukkan titik-titik yang
tersebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, hal ini
bermakna tidak ada gangguan heteroskedastisitas pada model dalam penelitian ini.
3. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi atau
tidak.Hasil penelitian dapat dikatakan baik jika dalam data tersebut tidak terdapat
masalah autokorelasi diantara variabel-variabelnya. Cara yang digunakan untuk
mendeteksi masalah ini adalah dengan melihat hasil Durbin Watson jika diantara -2
< DW