CONTOH BEBERAPA ULAR YANG TIDAK BERBISA

CONTOH BEBERAPA ULAR YANG TIDAK BERBISA :
1. Elaphe radiata

Species : Elaphe radiata Schlegel, 1837
N.I. : Copperhead Racer, Striped Racer, Ular Trawang, Ular Lanang Sapi (Jawa), Ular Tikus.
a. Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna kekuningan, dengan empat garis longitudinal berwarna hitam pada
bagian tubuh depan
- Tubuh bagian depan belakang berwarna kuning
- Tubuh bagian ventral berwarna kuning
- Terdapat garis hitam dari mata dan melintang pada bagian belakang kepala
- Panjangnya ± 2000 mm
- Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti

huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
b. Habitat : Darat, lading
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Burung dan Tikus
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
2. Elaphe flavolineata


Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837
N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa).
a. Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi panjang yang
belang dengan putih bagian depan
- Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang)
- Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam
- Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman
- Panjangnya ± 2400 mm
- Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti
huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
b. Habitat : Darat -lading
c. Aktivitas : Diurnal - siang hari
d. Makanan : Kadal, katak dan burung
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang

3. Ptyas korros

Species : Ptyas korros Schlegel, 1837

N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur
a. Ciri-ciri :
- Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan
- Sisik tubuh bagian belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya.
- Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning.
- Mata bulat, besar dan hitam.
- Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal).
- Panjangnya 300 mm – 1700 mm
b. Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon
c. Tipe gigi : Aghlypa
e. Aktivitas : Diurnal
f. Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
h. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

4. Ptyas mucosus

Species : Ptyas mucosus
N.I. : Banded Rat Snake, Bandotan Macan, ular dumung macan (Jawa)
a. Ciri-ciri:
- Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan atau kehijauan (olive)

- Terdapat garis-garis vertical hitam pada begian kepala (bibir) dan belakan
- Tubuh bagian ventral berwarna putih
- Mata bulat, besar,hitam
- Pada yang muda terdapat garis-garis terang pada bagian depan
- Panjang ± 50 mm – 2500 mm
b. Habitat : Darat (semak-semak), persawahan/lading
c. Aktivitas : Diurnal
d. Tipe gigi : Aghlypa
e. Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Singapore, Malaysia, China Selatan, Siam,Burma,

5. Lycodon aulicus

Species : Lycodon aulicus Linne, 1754
N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah
a. Ciri-ciri :
- Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik – tiktik putih diseluruh tubuh
- Tubuh bagian ventral berwarna putih
- Kepalanya oval dengan leher bergaris putih
- Mata bulat besar

- Panjangnya ± 500 mm – 750mm
b. Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah
c. Aktivitas : Noctural, malam hari
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Cicak
f. Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan

6. Xenopeltis unicolor

Species : Xenopeltis unicolor Reinwald, 1827
N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi (jawa)
a. Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan
memantulkan warna pelangi
- Tubuh bagian ventral berwarna putih
- Kepalanya pipih
- Mata bulat besar
- Panjangnya ± 700 mm – 1000 mm
b. Habitat : Darat, peliang (di dalam tanah)
c. Aktivitas : Noctural, malam hari

d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Ular, cacing, katak, tikus
f. Populasi : Nias, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,

7. Gonyosoma oxycephala

Species : Gonyosoma oxycephala Boie,1827
N.I. : Red-tailed Racer, Dak Awu, Gadung Luwuk/Gadung Perak.
a. Ciri-ciri :
- Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga ujung ekor
berwarna perak abu – abu
- Ekor berwarna abu - abu
- Kepala oval
- Mata horizontal, panjangnya ± 2500 mm
b. Habitat : Pepohonan, arboreal
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari
d. Makanan : Katak, tikus, burung, telur
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

8. Dendrelaphis pictus


Species : Dendrelaphis pictus
N.I. : Painted Bronzeback, Ular Tampar (Jawa), Ular Tali Picis, Ular Lidi
a. Ciri-ciri :
- Tubuh coklat dan ada 2 garis hitam memanjang dari kepala ke ekor
- Bagian bawah terdapat garis kunig memanjang hingga ekor
- Jika marah, muncul bintik putih di leher
- Lidah berwarna merah
- Kepala oval
- Mata horizontal, panjangnya ± 1000 mm
b. Habitat : Pepohonan, arboreal
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari

d. Makanan : Katak, tikus, belalang, cicak, jangkrik
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, sulawesi, papua
f. Type bisa : Jika menggigit manusia tidak berbahaya, tetapi racun nya sangat mematikan untuk
sesama ular.
9. Xenocrophis piscator

Species : Xenocrophis piscator Schlegel, 1837

N.I. : Chequered Keelback, Bandotan Tutul dan Bandotan Tunggal (Jawa)
a. Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna kuning atau coklat kehijauan (olive) dengan tanda hitam berbentuk S
berwarna hitam pada sepanjang tubuhnya atau garis-garis longitudinal
- Tubuh bagian ventral putih dan terdapat garis hitam pada tiap sisiknya
- Terdapat garis hitam pada bagian belakang mata
- Mata bulat besar

- Bila marah ular ini akna memipihkan tubuhnya ketanah
- Panjangnya ± 1100 mm – 1200 mm
b. Habitat : ½ perarian, dekat kolam, sungai, sawah
c. Aktivitas : Diurnal
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Katak dan ikan
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang
10. Ular Sanca Kembang

Species : sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython
reticulatus
N.I. : Sanca kembang atau sanca batik

a. Ciri-ciri :
- Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae)
relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45
deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya.
- memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna
hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya.
- Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang.
Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas)
terdepan memiliki lekuk (celah) pendeteksi panas (heat sensor pits) (Tweedie 1983).
b. Habitat : kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.
c. Aktivitas : Nocturnal (aktif pada malam hari), membunuh mangsa dengan membelit..
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Katak dan ikan
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang

11. Ular Kawat

Species : Indotyphlops braminus
N.I. : common blindsnake, Brahminy blindsnake, flowerpot snake, bootlace snake (Eng.); ular kawat,
ular cacing (Ind.), ular duwel.

a. Ciri-ciri :
- Ular kawat bertubuh amat kecil, nampak berkilau seperti sepotong kawat kecil kehitaman. Panjang
tubuh hingga 20 cm, akan tetapi jarang yang lebih panjang dari 15 cm. Kebanyakan malah sekitar 10
cm atau kurang.
- Tubuhnya berwarna hitam, kehitaman, kecoklatan, atau abu-abu kebiruan. Umumnya lebih gelap di
bagian dorsal (punggung) dan lebih muda di sisi ventral (perut). Ekornya amat pendek dan pada
ujungnya terdapat runcingan serupa duri. Terkadang kedua ujungnya (kepala dan ekor) berwarna lebih
muda atau keputihan.
-Matanya tersembunyi dan hanya nampak sebagai bintik gelap samar-samar di balik sisik kepalanya.
Oleh sebab itu, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai blind snake (ular buta). Sisik-sisik yang
menutupi bagian tengah tubuh tersusun dalam 20 deret, amat halus dan serupa saja bentuknya di
bagian dorsal maupun ventral.
b. Habitat : Kebiasaan ular ini yang hidup di bawah tanah (fossorial)
c. Aktivitas : Nocturnal, malam hari
d. Makanan : Telur-telur semut, rayap dan berbagai serangga kecil, ulat, serta cacing tanah
e. Populasi : Di Indonesia ular kawat menyebar di seluruh kepulauan.

12. Ular Serasah

Species : Sibynophis geminatus

N.I. : collared snake atau striped litter snake.
a. Ciri-ciri :
- Ciri utamanya terletak pada kalung tebal berwarna kuning jingga di tengkuk, dengan sepasang pita
kuning agak jingga kecoklatan yang membujur di punggungnya (geminatus = berpasangan). Warna
punggung selebihnya coklat tua kemerahan, dengan garis hitam halus putus-putus di antara warna
coklat dengan pita kuning. Kepala coklat muda, dengan bibir atas berwarna putih menyolok..
- Sisi bawah tubuh (ventral) kuning di bawah leher, kuning muda sampai putih kehijauan di sebelah
belakang; dengan bercak-bercak hitam beraturan di batas lateral. Iris mata berwarna kekuningan.
b. Habitat : Rerumputan, berpohon-pohon atau berumpun bambu tidak jauh dari aliran sungai
c. Aktivitas : Siang hari (diurnal)
d. Makanan : Memangsa jenis-jenis kadal.
e. Populasi : Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, Sarawak dan Sabah.

Anatomi ular
Anatomi ular sangat unik dan berbeda dengan reptilia lainnya.Tubuh ular memanjang dan
kehilangan anggota gerak (tangan – kaki) sehingga organ tubuhnya juga berdifensiasi secara spesifik.
Ular tidak memiliki kelopak mata bergerak, tapi topi transparan yang disebut “brille” sebagai penutup
mata pelindung. Karena itu, gerakan mata mereka cukup terbatas. Mereka juga tidak memiliki telinga
eksternal, telinga tengah, atau membran timpani (gendang telinga). Sebaliknya, mereka menggunakan
tulang kecil kecil (tulang telinga), yang disebut “columella,” untuk mendeteksi getaran gelombang

suara dilakukan melalui tanah. Mereka mampu mengambil beberapa gelombang suara dilakukan
melalui udara, tetapi hanya pada frekuensi yang sangat rendah.
Ular juga bau dengan cara yang sangat berbeda dari mamalia. Mamalia membawa partikel udara ke
dalam kontak dengan penciuman (berbau) saraf dengan bernapas mereka ke dalam rongga hidung
melalui lubang hidung. Ular memiliki kedua lubang hidung dan rongga hidung, tetapi mereka tidak
digunakan untuk bau. Sebaliknya, lidah menjentikkan sebenarnya perangkat berbau. Ada organ kecil
di atap rongga mulut yang disebut “organ vomeronasal”, atau “organ Jacobson.” Lidah bercabang
digunakan untuk membawa partikel udara menit ke dalam kontak dengan organ ini, dan ular
kemudian merasakan dan mengidentifikasi bau sebagai mangsa, predator, atau sebaliknya. Jadi, tidak
seperti mamalia, lidah tidak digunakan untuk rasa atau bantuan dalam menelan, tetapi hanya sebagai
aksesori berbau organ.

Kulit
Pada bagian kulit ular, ditutupi oleh sisik yang melindungi mereka dari abrasi atau dehidrasi.
Timbangan di bagian atas dan samping ular lebih kecil dan lebih tipis daripada yang ditemukan di sisi
perut. Tebal, skala besar di perut disebut “sisik,” dan mereka membantu untuk melindungi dan
mendukung jaringan yang berada dalam kontak dengan tanah.
Meskipun ular sering digambarkan sebagai “berlendir,” kulit mereka sebenarnya sangat kering, Pada
kenyataannya, mereka hanya memiliki dua kelenjar kulit – sepasang kelenjar bau anal yang
mengeluarkan zat yang digunakan untuk menarik pasangan, memberikan perlindungan dari predator,
dan wilayah mark. Tidak seperti hewan lain, ular terus tumbuh sampai hari mereka mati. Akibatnya,
ular berganti kulit secara periodik mereka dalam proses yang disebut “ecdysis.” Sebelum shedding
kulit, ular mengambil rona sedikit kebiruan dan mata tampak berawan. Hal ini disebabkan oleh cairan
terletak di antara lapisan kulit. Tungau, kekurangan gizi, dan trauma, antara lain, dapat menyebabkan
dysecdysis, atau shedding normal.

Otot dan penggerak
Otot-otot ular yang digunakan baik untuk memindahkan mangsa tertelan secara internal dan gerakan
tubuh secara umum, atau gerak. Ada empat tipe dasar penggerak dalam ular:
Serpentine atau perkembangan lateralis: Bentuk penggerak adalah merangkak bergelombang, biasa
disebut ‘merayap’, dan bentuk yang paling umum dari gerakan. Hal ini memungkinkan ular untuk
mencapai kecepatan maksimum dan digunakan oleh semua ular air untuk berenang.
Bujursangkar: besar, ular berat juga menggunakan ulat atau “inchworm” gerakan untuk melakukan
perjalanan dalam garis lurus. Mereka mampu bergerak kulit perut ke depan dan kemudian tarik bagian
tubuh bersama.
Sidewinding: penggerak ini adalah ketika ular melemparkan tubuh mereka dalam gerakan perulangan
samping. Ular yang hidup di gurun pasir lepas pada menggunakan jenis penggerak adaptif.

Skeleton dan gigi
Ular dapat memiliki antara 130-500 tulang, dengan tulang rusuk yang melekat pada masingmasing. Ini belum termasuk tulang di bagian ekor, tetapi hanya mereka yang maju dari kloaka (analog
dengan anus pada mamalia).
Bagian unik dari kerangka ular adalah susunan tengkorak dan gigi. Adaptasi di tengkorak
memungkinkan ular untuk makan mangsa yang jauh lebih besar dari diri mereka sendiri. Tulang
dihubungkan oleh ligamen elastis, memungkinkan banyak peregangan. Sendi rahang atas dan bawah
ditempatkan sangat posterior (jauh ke belakang) di tengkorak, yang memungkinkan mulut untuk
membuka selebar mungkin. Juga, tulang rahang bawah tidak menyatu bersama-sama di depan, yang
berarti, mereka dapat bergerak terpisah ketika ular menelan mangsa besar. Selain itu, ular memiliki
tulang longgar terpasang tambahan disebut “kuadrat” di setiap sisi. Ini memberikan “ganda engsel”
pada sendi dan sebagai menelan ular, itu bergantian bergerak rahang pada setiap sisi wajah dan

“berjalan” mangsa ke dalam mulutnya. Adaptasi lain yang membantu ular untuk menelan mangsa
adalah kurva mundur dari gigi. Mereka miring ke arah tenggorokan dan bertindak sebagai kait untuk
mencegah mangsa hidup dari menggeliat longgar. Ular gigi keduanya acrodont (melekat pada tulang)
dan polyphydont (mampu tumbuh kembali ketika hilang), dan ular mungkin memiliki beberapa set
gigi sepanjang masa. Hal ini diperlukan, karena gigi sering hilang saat makan. Jenis gigi ular memiliki
berbeda tergantung pada metode yang digunakan untuk menangkap dan membunuh mangsanya. Ada
tiga jenis gigi di snakea:
Constrictor gigi: Kebanyakan ular memiliki dua baris gigi pada setiap rahang atas dan satu baris pada
setiap rahang bawah. Semua gigi yang pendek dan hook-seperti. Semua ular non-berbisa memiliki
pembatas gigi, terlepas dari apakah atau tidak mereka benar-benar menyempitkan mangsanya.
Sistem pernapasan
Sistem pernapasan ular meliputi trakea (tenggorokan), bronkus, paru-paru, dan kantung udara.
Trakea berasal di belakang rongga mulut, dan berakhir di dekat jantung, dimana cabang menjadi dua
bronkus. Bronkus kiri mengarah ke paru-paru kiri, yang sangat kecil atau sama sekali vestigial. Organ
sisa kecil, merosot, dan tidak berfungsi. Bronkus kanan mengarah ke paru-paru kanan, yang
memanjang. Bagian depan dari paru-paru adalah pembuluh darah (dengan pembuluh darah) dan
fungsi dalam pertukaran gas, tetapi paruh kedua paru-paru adalah avascular (tanpa pembuluh darah)
kantung udara yang meluas ke daerah ekor. Kantung udara melakukan fungsi hidrostatik di sebagian
besar ular, mengatur tekanan di dalam rongga tubuh. Karena ular tidak memiliki diafragma, udara
masuk dan keluar paru-paru karena aksi otot tubuh dan gerakan tulang rusuk.
Sistem pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, dan kelenjar.
Kerongkongan berjalan berdekatan dengan kantung udara dari faring, atau tenggorokan, ke perut.
Pada mamalia, esofagus sangat berotot dan bergerak makanan ke perut. Pada ular, namun, esofagus
memiliki sangat sedikit otot dan makanan pindah ke perut lainnya gerakan seluruh tubuh.
Persimpangan antara esofagus dan perut tidak didefinisikan dengan baik, dan perut itu sendiri tidak
sangat maju. Hal ini pendek dan sempit dengan lipatan memanjang interior untuk meningkatkan luas
permukaan untuk pencernaan dan penyerapan. Usus kecil adalah juga relatif sederhana. Mungkin ada
beberapa loop atau lipatan, tetapi untuk sebagian besar itu adalah tabung panjang yang menerima
makanan dari lambung, menyerap nutrisi dari itu, dan transport ke usus besar, atau usus besar. Usus
kemudian membawa kotoran untuk pembukaan kloaka mana dibuang. Kloaka adalah ruang umum,
menerima produk dari pencernaan, berkemih, dan sistem reproduksi.
Hati, kandung empedu, dan pankreas semua yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Hati adalah
organ terbesar dalam ular, mengisi ruang antara jantung dan perut. Salah satu dari banyak fungsi hati
adalah untuk menghasilkan empedu, enzim pencernaan. Kandung empedu dan limpa ditemukan dekat
ujung posterior hati. Empedu kandung empedu toko yang diproduksi oleh hati dan rilis ke dalam usus

kecil bila diperlukan. Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan ke dalam usus kecil, serta
memproduksi hormon yang mengatur gula darah.
Sistem kardiovaskular
Dua atrium dan satu ventrikel membentuk jantung tiga bilik ular. Hak dan atrium kiri
menerima darah dari paru-paru dan tubuh masing-masing, dan menyebarkannya ke ventrikel untuk
diedarkan lagi. Terbungkus dalam kantung, yang disebut “perikardium,” jantung terletak di
percabangan dari bronkus. Jantung mampu bergerak, namun, karena kurangnya diafragma.
Penyesuaian ini melindungi jantung dari kerusakan potensial ketika mangsa tertelan besar melewati
kerongkongan. Limpa melekat pada kandung empedu dan pankreas dan berfungsi untuk menyaring
darah dan mendaur ulang sel darah merah tua. Kelenjar timus terletak di jaringan lemak di atas
jantung dan bertanggung jawab untuk pematangan sel kekebalan khusus dalam darah.
Sistem endokrin
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar yang mengeluarkan hormon penting untuk fungsi tubuh
normal. Ular memiliki kelenjar endokrin yang sama seperti mamalia. Beberapa contoh adalah tiroid,
paratiroid, dan kelenjar adrenal. Kelenjar tiroid terletak di daerah tenggorokan bertanggung jawab
untuk pertumbuhan dan perkembangan, seperti shedding normal kulit. Paratiroid adalah struktur
dipasangkan berlokasi dekat tiroid dan membantu dalam metabolisme kalsium. Kedua kelenjar
adrenal yang terletak di wilayah ekor, tergantung di sebuah mesenterium (lembar membran
melampirkan organ ke dinding tubuh) dekat organ reproduksi. Mereka mengeluarkan hormon
epinefrin (adrenalin) yang meningkatkan denyut jantung dan pernapasan saat hewan tersebut dalam
situasi berbahaya.
Sistem urogenital
Ginjal adalah organ yang bertanggung jawab untuk output urin. Pada ular, ginjal memanjang,
dan ginjal kanan terletak lebih dekat ke kepala dari kiri. Organ-organ ini menyaring darah dan
mengeluarkan produk sisa, yang kemudian terkonsentrasi dan diangkut, melalui ureter, untuk kloaka.
Ureter adalah tabung berongga untuk mengangkut urin. Pada mamalia, ureter bermuara di kandung
kemih dimana urin disimpan dan kemudian dikeluarkan melalui tabung lain yang disebut “uretra.”
Karena ular tidak memiliki kandung kemih, kencing tidak disimpan, dan ureter kosong langsung di
kloaka.
Gonad pasangan, testis pada pria dan indung telur pada wanita, yang terletak di cara yang sama,
dengan hak yang lebih dekat ke kepala dari kiri. Mereka juga terletak dekat ke kepala dari ginjal. Pada
wanita, ovarium dekat saluran telur, yang membawa telur ke rahim sebelum mereka memasuki
kloaka. Beberapa ular yg menelur (bertelur) dan beberapa vivipar (memiliki kelahiran hidup). Pada
mamalia, laki-laki memiliki dua saluran yang terkait dengan setiap teste – epididimis dan duktus
deferens. Ular tidak memiliki epidiymides dan sperma hanya diangkut dari teste melalui duktus

deferens ke kloaka. Laki-laki ini juga memiliki organ yang disebut “hemipenis” yang terletak di
belakang pembukaan kloaka. Para hemipenis dipasangkan organ kelamin, dan mereka berdua
berfungsi penuh, meskipun hanya satu per satu digunakan untuk mentransfer sperma ke betina. Para
hemipenis yang terkait erat dengan kelenjar bau, atau kelenjar musk, yang juga hadir pada wanita.

Tengkorak bertipe diapsid modifikasi dengan satu condylus occipital tunggal. Jantung
memiliki 3 ruang (1 ventrikel, 2 atrium). Organ pencernaan mengalami modifikasi bentuk menjadi
memanjang, limpa dan pancreas bersatu (splenopancreas) dan kantung empedu terpisah dari hepar.
Sebagian ular memiliki bisa (venom) dan sebagian lagi memiliki organ pit sebagai pendeteksi panas
untuk mengidentifikasi mangsa.
Struktur kulit menebal dan bersisik. Terjadi proses ganti kulit secara keseluruhan (ecdysis) secara
periodik. Frekuensi tergantung umur, pakan, pertumbuhan dan temperatur. Ular muda dapat
mengalami ecdysis 4 – 6 kali setahun dan ular dewasa 1 – 2 kali setahun masih dalam batas normal.

Kesehatan Ular
Kebersihan menjadi kunci utama kesehatan ular dalam peliharaan. Kebersihan ular dilakukan
dengan memandikan ular secara periodic. Mandi ini dilakukan terutama setelah urinasi/defekasi.
Frekuensi mandi dapat 2 – 3 kali per minggu. Cara memandikan dengan memasukkan ular kedalam
bak besar berisi air dan bila perlu disabun/sampoo untuk membersihkan kulit dari kotoran yang
menempel pada permukaan kulit. Gunakan sabun/sampo bayi yang lembut supaya tidak menyebabkan
iritasi dan merusak kulit. Selesai mandi segera dikeringkan dengan kain lap/handuk. Adakalanya ular
menolak dikeluarkan dari bak air, bila ini terjadi biarkan ular berendam dalam air selama beberapa
menit samapai beberapa jam baru diangkat. Ular baru dimasukkan kembali kedalam kandang etelah
kondisinya benar-benar kering.
Kebersihan kandang dijaga dengan mengganti substrat alas kandang secara periodik. Substrat
alas kandang berupa pasir/gravel dan serbuk kayu paling cocok digunakan untuk kandang besar
berlantai semen/tanah karena dapat menyerap air dan memberi suasana dingin/sejuk dalam kandang,
namun membutuhkan ketelatenan dalam membersihkan. Namun material ini kurang cocok untuk
digunakan pada kandang aquarium karena cuaca di negara tropis yang cenderung hangat dan lembab
memicu tumbuhnya jamur dan mikroorganisme pathogen. Penggunaan kertas koran sebagai alas
kandang cocok untuk kandang model aquarium. Alas ini hendaknya segera diganti apabila ular
urinasi/defekasi ataupun basah karena air minum yang trumpah.
Pemeriksaan kesehatan secara umum hendaknya dilakukan secara periodik. Idealnya sebulan
sekali dilakukan general check up untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum dan mengetahui
adanya kelainan secara dini. Pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi pemeriksaan umum,
pemeriksaan kepala, mulut, gigi, mata, kulit, muskuloskeletal, auskultasi organ dalam, kloaka dan
ekor. Adanya kelainan pada saat pemeriksaan hendaknya segera dilakukan pemeriksaan laboratoris

secara lebih detail untuk dapat menentukan langkah penanganan dan pengobatan. Pemeriksaan gigi
penting dilakukan untuk mengetahui adanya gigi tanggal yang terjebak dalam mukosa mulut/ginggiva
yang dapat menyebabkan anoreksia dan stomatitis.
Gangguan kesehatan yang umum dijumpai pada ular peliharaan bisanya berupa
anoreksia/menolak makan, luka traumatik, fraktur tulang spinal, konstipasi dan distokia. Gangguan ini
umumnya terjadi karena mismanagemant dan improper diets. Cara mengatasinya adalah dengan
perbaikan manajemen perawatan dan manajeman pakan. Gangguan berupa penyakit umumnya
berupa infestasi parasit baik eksternal maupun internal dan infeksi oleh mikroorganisme biasanya
viral yang diikuti infeksi sekunder bakteri. Infeksi viral yang disertai bacterial seringkali ditemukan
pada kasus mouth rot/stomatitis, infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran pencernaan.
Penanganan penyakit infeksi ini dengan pemberian obat-obatan yang sesuai dengan agen
penyebabnya. Pemberian

obat/medikasi harus dilakukan oleh seorang dokterhewan supaya

pengobatan tepat untuk menghindari overdosis obat dan resistensi agen penyakit karena pengobatan
yang salah.