makalah konsep dasar bank sebagai badan

i

MAKALAH
ZAKAT BANK SEBAGAI BADAN HUKUM
(Konsep dasar badan hukum)
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Fiqih Kontemporer Perbankan
Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun oleh:
Riano Triadi

141271910

KELAS D
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
JURAI SIWO METRO
2017


3

A. Pendahuluan
Zakat merupakan salah satu kewajiban muslim yang tidak hanya sebagai
ibadah mahdhah pertanda hubungan harmonis secara vertikal dengan Allah
SWT, tetapi juga sebagai kewajiban yang bersifat horizontal sesama muslim
dan sesama manusia. Artinya zakat juga merupakan salah satu bentuk
filantropi dalam Islam.
Secara normatif harta yang harus dizakati ada 5 macam, yaitu zakat
binatang ternak, zakat pertanian, zakat perdangan, zakat emas dan perak, dan
harta rikaz. Seiring dengan perkembangan zaman dan aktifitas ekonomi serta
berbagai kegiatan yang profitable, ulama kontemporer seperti Yusuf
Qardhawi, Ali al- Salus, Muhyiddin al-Ashfar melakukan ijtihad untuk
pengembangan hukum Islam terkait macam-macam harta dan asset yang wajib
dizakati. Yusuf Qarad-hawi misalnya, berdasarkan hasil ijtihadnya dengan
melihat realitas aktifitas ekonomi modern yang semakin variatif, berpendapat
bahwa harta yang wajib dizakati ada Sembilan macam, yaitu: zakat binatang
ternak, zakat emas dan perak/zakat uang, zakat kekayaan dagang, zakat
pertanian, zakat madu, dan produksi hewani, zakat barang tambang dan hasil
laut, zakat investasi pabrik, gedung, dan sebagainya, zakat pencarian dan

profesi serta zakat saham dan obligasi.1
Zakat badan hukum merupakan bagian dari kajian fikih kontemporer yang
belum di atur bahkan belum disinggung dalam kajian fiqih klasik. Oleh karena
itu regulasi zakat lembaga atau badan hukum ini berdasarkan ijtihad dan
regulasi ayang dibuat oleh ulama kontemporer seperti Yusuf Qardhawi. Selain
itu, zakat badan hukum atau perusahaan itu dilandaskan pada undangundang
zakat yang berlaku pada suatu negara.
Pada makalah ini akan dibahas secara detail mengenai konsep dasar badan
hukum, ketentuan zakat badan hukum dan implikasinya dalam lembaga
keuangan syari’ah.

Imam Mustofa, “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”, Millah Vol. XIV,
No. 1, Agustus 2014, h. 174.

1

4

B. Definisi badan hukum
Badan hukum adalah merupakan terjemahan dari suatu istilah hukum

Belanda

rechtspersoon ,

atau

persona

moralis

(Latin),

atau

legal

persons(Inggris). Persona adalah terjemahan dari bahasa Yunani prosopon.

Istilah prosopon digunakan oleh Epictetus dan kaum Stoa yang mengacu pada
manusia individual dalam kapasitasnya menjalankan peran khusus dalam

memaknai kehidupan sebagaimana ditentukan oleh akal universal. Dari
penggunaan kaum Stoa tersebut, istilah persona atau pribadi masuk dalam
hukum Romawi sebagai persona ficta untuk menunjukan pelaku kewajiban
dan pemegang hak secara hukum. Berdasarkan latar belakang tersebut,
munculah istilah-istilah seperti artificial person, juridical person, juristic
person dan body corporate yang diakui memiliki nama dan hak-hak dan

kewajiban, perlindungan, dan penghargaan layaknya manusia.2
Para akhli hukum (de heersende leer) di Indonesia memberikan beberapa
definisi tentang badan hukum sebagai berikut :3
1. R. Subekti
Badan Hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang
dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang
manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat di gugat atau menggugat
di depan hakim.
2. Rochmat Soemitro
Badan hukum (rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai
harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi.
3. Sri Soedewi Maschun Sofwan
Manusia adalah badan pribadi (manusia tunggal). Selain manusia, dapat

juga oleh hukum diberikan kedudukan sebagai badan pribadi kepada
wujud lain, disebut badan hukum yaitu perkumpulan dari orang-orang
bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan
Johnny Ibrahim, “Eksistensi Badan Hukum di Indonesia Sebagai Wadah dalam
Menunjang Kehidupan Manusia”, Law Review Volume XI No. 1 - Juli 2011, h.7.
3
Chidir Ali, “Badan Hukum”, (Bandung: Alumni, 1999), h.19-20.
2

5

harta kekayaan, yang disisihkan untuk tujuan tertentu (Yayasan) keduaduanya merupakan badan hukum.
Istilah badan hukum (syakhshiah i’tibariyah hukmiyah) tidak disebutkan
secara khusus dalam pandangan fiqh. Badan hukum sebagai subjek hukum
karena terdiri dari kumpulan orang-orang yang melakukan perbuatan hukum
(tasharruf). Badan hukum merupakan analogi dari keberadaan manusia dalam
subjek hukum. Ketentuan menjadikan badan hukum sebagai subjek hukum
tidak boleh bertentangan dengan rinsip-prinsip akad yang terdapat dalam AlQur’an dan sunnah.4
Sebuah badan hukum sebagai subyek hukum adalah setidaktidaknya memiliki
beberapa unsur pokok :

1. Perkumpulan orang (organisasi)
2. Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling), dalam hubunganhubungan hukum (rechtsbetrekking)
3. Mempunyai harta kekayaan sendiri
4. Mempunyai pengurus
5. Mempunyai hak dan kewajiban
6. Dapat di gugat atau menggugat di depan Pengadilan.
Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang melakukan
kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Badan hukum merupakan
pendukung hak yang tidak berjiwa (bukan manusia) dan merupakan gejala
sosial yaitu suatu gejala riil, sesuatu yang dapat dicatatdalam pergaulan
hukum, biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari
besi,batu dan sebagainhya, tetapi yang terpenting bagi pergaulan hukum
adalah karena badan hukum itu mempunyai kekayaan yang sama sekali
terpisah dari kekayaan.

Imam Mustofa, “ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual (jawaban Hukum Islam
atas Berbagai problem Kontekstual Umat)”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 39.
4


6

Badan hukum dapat terjadi karena undang-undang menyatakan dengan
tegas sebagaimana halnya pasal 1 angka 1 UUPT, tetapi dapat diakui jadi
badan hukum karena ada ciri-ciri tertentu.5

C. Jenis-jenis Badan Hukum
Ada beberapa jenis dan bentuk badan hukum yaitu6:
1. Badan Hukum Publik
Yaitu dibagi menjadi 3 diantaranya:
a. Badan Hukum Publik yang otonom
Adalah intuisi yang memiliki hak dan kewajiban konstitusi serta
memiliki otoritas pengawasan dan regulasi secara penuh.
b. Badan hukum publik semiotonom
Instuisi

independen

yang


mempunyai

hak

dan

kewajiban

konstitusional untuk menyelenggarakan progran-program negara.
c. Badan hukum wali amanat
Badan independen yang dipercaya UU untuk menyelenggarakan
sistem jaminan sosial dan kelola dana amanah milik peserta.
2. Badan hukum privat
Yaitu dibagi menjadi 4 diantaranya:
a. Perseroan terbatas
Badan usaha yang dibentuk dengan kumpulan modal baik milik
pemerintah maupun orang per orang
b. Koperasi
Kumpulan anggota yang dibentuk untuk usaha bersama yang dibiayai
dari iuran anggota.

c. Yayasan
Kumpulan orang perorang yang dibentuk untuk misi sosial dan
kemanusiaan.
Herlin Budiono, “Arah Pengaturan Pandangan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas dalam Menghadapi Era Global”, volume 1 nomor 2 – agustus 2012,
h.189.
6
Imam mustofa, ijtihad Kontemporer ., h. 40-41.
5

7

d. Perorangan
Seseorang yang menawarkan jasa karena kompetensinya.

D. Syarat-syarat Badan Hukum
Untuk keikut sertaannya dalam pergaulan hukum maka suatu badan
hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh badan
hukum, yaitu7:
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari anggota-anggotanya.

2. Hak dan kewajiban badan hukum terpisah darihak dan kewajiban para
anggota-anggotanya.
Berangkat dari pemaparan di atas, maka zakat badan hukum dapat
didefinisikan sebagi zakat harta yang wajib dikeluarkan oleh badan hukum
atau lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya atau mustahiq sesuai dengan syariat Islam dan hukum serta
regulasi yang berlaku di suatu negara. Pada penelitian ini, badan hukum yang
dimaksud

adalah

badan

hukum

yang

profitable,

bertujuan


untuk

mengembangkan harta dan mencari laba atau keuntungan, yaitu lembaga
keuangan Syariah, seperti Baitul Mâl wa Tamwîl (BMT), koperasi syariah
dan bank syariah.
Menurut Riduan Syahrani8 ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu badan hukum /perkumpulan/badan usaha agar dapat dikatakan sebagai
badan hukum (rechtpersoon). Menurut doktrin syarat-syarat itu adalah
sebagai berikut:
1. Adanya kekayaan yang terpisah.
2. Mempunyai tujuan tertentu.
3. Mempunyai kepentingan sendiri.
4. Ada organisasi yang teratur.

7

Ibid., h.42.
Riduan Syahrani, “ Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung:
Alumni,1985), h.61.
8

8

E. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum
Pengertian subjek hukum berarti perbuatan manusia yang dituntut oleh
Allah berdasarkan ketentuan hukum syara. Perbuatan yang dibebani hukum
dalam ushul fiqh dikenal dengan istilah mukalaf. Subjek hukum terdiri dari
dua macam yaitu manusia sebagai subjek hukum dan badan hukum, dalam
rukun akad, kedua subjek hukum tersebut berkedudukan sebagai aqidain.
Namun agar aqidain dapat mengadakan bisnis secara sah, maka harus
memenuhi syarat kecakapan (ahliyah) dan kewenangan (wilayah) bertindak
di hadapan hukum.9
Menurut teori tradisional, subyek hukum adalah orang yang merupakan
subyek dari suatu kewajiban hukum atau suatu hak. Jika ”hak”
(Berechtigung) dipahami bukan semata sebagai hak refleks, melainkan

wewenang hukum untuk mendesak (melalui gugatan hukum) dipenuhinya
gugatan hukum, yakni wewenang hukum untuk berpartisipasi dalam
penciptaan keputusan pengadilan yang membentuk sebuah norma individual
yang memerintahkan eksekusi sanksi sebagai reaksi terhadap tidak
dipatuhinyasuatu kewajiban; dan jika seseorang mempertimbangkan bahwa
subyek dari wewenang hukum untuk menciptakan atau menerapkan norma
hukum sama sekali tidak selalu disebut sebagai hukum, maka akan lebih
mudah untuk membatasi konsep ”subyek hukum” pada subyek kewajiban
hukum dan untuk membedakan antara konsep ”subyek kewajiban hukum”dari
konsep” subyek wewenang hukum”.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa:
“Subyek hukum adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan usaha
yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang memiliki kecakapan

hukum untuk mendukung hak dan kewajiban.”

Secara garis besar, ada dua macam subyek hukum, pertama, Natuurlijk
person, adalah mens person yang disebut orang atau manusia. Kedua, recht
person, adalah yang berbentuk badan hukum yang dapat dibagi dalam: (1)
Imam Mustofa, “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”, Millah
Vol. XIV, No. 1, Agustus 2014, h.180.
9

9

Publiek Recht-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum, seperti
negara; (2) Privat Recht-person/ Badan hukum privat, yang mempunyai
sifat/adanya usnur kepentingan individual.
F. Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Hukum
1. Definisi lembaga keuangan
Lembaga keuangan (financial Institution) adalah suatu perusahaan
yang usahanya bergerak dibidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang
dilakukan oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan,
apakah penghimpunan dana, menyalurkan dan/jasa-jasa keuangan lainnya.
Dalam dunia bisnis,lembaga keuangan memiliki fungsi sangat penting,
terutama sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) diantara
para pemilik modal dengan pihak lain yang membutuhkannya. Hubungan
antara semua pihak yang terkait dengan lembaga keuangan, harus dibentuk
atas dasar kontrak perjanjian atau perikatan.10
Bank memberikan kepercayaan kepada masyarakat, sehingga
disebut bank sebagai lembaga kepercayaan, yaitu nasabah memiliki
hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) dengan bank dalam hal
pengelolaan uang nasabah. Nasabah percaya bahwa bank dapat mengelola
uangnya dengan baik dan mampu menghadirkan uang yang disimpan
tersebut

apabila

sewaktu-waktu

nasabah

menarik

uangnya.

Jika

kepercayaan tersebut terganggu, dapat terjadi fenomena run and panic
bank11 yang pada akhirnya dapat menyeret seluruh sistem perbankan ke

dalam kondisi financial crisis.12
Bank sebagai lembaga kepercayaan, tentunya tidak sembarangan
dalam menghadirkan jasanya. Bank perlu penopang keamanan yang kuat,
dan hal tersebut dapat ditemukan dalam bentuk badan hukum. Mengapa
10

Ibid., h.182.
Run and panic bank merupakan dampak ketika para nasabah menarik deposit atau
simpanan mereka secara bersamaan karena mereka percaya bahwa bank tertentu sudah tidak sehat
(Runs) dan ketika keadaan Runs ini dialami oleh banyak bank maka akan terjadi Panic bank.
12
M. Alif Akbar Prabankara, “Orientasi Dasar Bank Umum Sebagai Badan Hukum”,
BUSINESS LAW REVIEW: VOLUME ONE , h. 48.
11

10

badan hukum? Karena dengan bentuk badan hukum, bank memiliki
kepastian hukum yang salah satunya adalah jaminan perlindungan hukum
oleh negara, dalam hal ini melindungi aset-aset perseroan dari pemilik
perseroan sebagai kreditor. Selain itu, dengan berbentuk badan hukum,
bank mampu bertindak selayaknya subyek hukum, sehingga tidak ada
keterbatasan dalam hal bank melakukan kegiatan usahanya. Dengan status
badan hukum dapat memperkuat posisi tawar menawar perseroan ketika
berhadapan dengan pihak luar.13
2. Fungsi Lembaga Keuangan14
a. Ditinjau dari sisi jasa penyedia keuangan, terdiri dari:
1) Fungsi tabungan, menyediakan instrument tabungan bagi masyarakat
yang mempunyai kelebihan dana setelah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
2) Fungsi

penyimpan

kekayaan,

instrument

keuangan

yang

diperjualbelikan dalam pasar uang dan pasar modal yaitu dengan
cara menahan nilai asset yang dimiliki disamping menerima
pendapatan dalam jumlah tertentu, contoh obligasi, saham dan lainlain.
3) Fungsi transmutasi kekayaan dimana lembaga keuangan memilki
asset dalam bentuk janji memberikan imbalan kepada pemilik dana.
Contohnya deposito.
4) Fungsi likuiditas, berkaitan dengan kemampuan memperoleh uang
tunai pada saat dibutuhkan.
5) Fungsi pembiayaan/kredit, menyediakan kredit untuk membiayai
kebutuhan konsumsi maupun investasi dalam ekonomi. Contoh
kredit mobil.

13

h. 13.

Ridwan Khairandy, “Hukum Perseroan Terbatas”, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014) ,

Shinta Dewianty, “Sistem Lembaga Keuangan Syariah”, Economic: Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 2012, h. 50.
14

11

6) Fungsi pembayaran, menyediakan mekanisme pembayaran atas
transaksi barang atau jasa, contoh cek, dan giro.
7) Fungsi diversifikasi resiko, menyediakan proteksi terhadap jiwa,
kesehatan dan lain-lain.
8) Fungsi manajemen portofolio, menyediakan jasa keuangan yang
dapat memberikan kenyamanan, proteksi terhadap kecurangan,
kualitas pilihan investasi, biaya transaksi yang rendah, dan pajak
pendapatan.
9) Fungsi kebijakan, pasar uang menjadi instrument pokok yang dapat
digunakan oleh pemerintah untuk melakukan kebijakan guna
menstabilkan ekonomi dan mempengaruhi inflasi melalui kebijakan
moneter.
b. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
perbankan berfungsi sebagai bagian dari unit-unit yang diberi kuasa
dalam mengeluarkan uang giral dan deposito.
c. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem moneter
berfungsi menciptakan uang yaitu menjaga stabilitas dari mata uang
sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.
d. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem financial
berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang terintegrasi dari seluruh
lembaga keuangan yang ada dalam sistem ekonomi.
3. Prinsip operasional lembaga keuangan shari’ah: 15
a. Bebas dari maghrib

1) Maysir (spekulasi), secara bahasa maknanya judi, secara umum
mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untunguntungan. Perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak
produktif karena tidak terkait dengan sector riil dan tidak

15

h. 36-40.

Andri Soemitra, “Bank Dan Lembaga Keuangan Shari’ah”, (Jakarta: Kencana, 2010),

12

memberikan dampak peningkatan penawaran agregat barang dan
jasa.
2) Gharar ,

secara

bahasa

berarti

menipu,

memperdaya,

ketidakpastian. Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta
tanpa memiliki pengetahuan yang cukup atau suatu transaksi yang
resikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti akibat dari
resiko tersebut tanpa memikirkan konsekuensinya.
3) Haram, penegasan terhadap larangan. Larangan bisa saja berasal
dari Tuhan maupun dari akal. Dalam aktifitas ekonomi diharapkan
semua umat muslim menjauhi dari transaksi yang diharamkan.
4) Riba , secara bahasa tumbuh, berkembang. Riba adalah pendapatan
penambahan secara tidak sah baik secara kualitas, kuantitas, waktu
penyerahan dan lain-lain. Secara ekonomi riba dilarang karena
membuat arus investasi pada sector produktif terhambat.
5) Batil secara bahasa batal atau tidak sah, secara ekonomi pelarangan
batil akan semakin mendorong berkurangnya moral hazard dalam
berekonomi.
b. Menjalankan bisnis dan aktifitas perdagangan

yang berbasis

memperoleh keuntungan yang sah menurut syari’ah.
c. Menyalurkan zakat, infak dan shadaqah.

4. Bentuk-bentuk Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah mempunyai berbagai bentuk, yaitu: 16
a. Bank syariah

Menurut (pasal 1 angka 2) Undang-undang perbankan syariah
No.21 tahun 2008, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat. Sedangkan
Imam Mustofa, “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”, Millah
Vol. XIV, No. 1, Agustus 2014, h.182-184.
16

13

bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah disebut bank syariah (pasal 1 angka 7). Prinsip syariah adalah
prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
menetapkan fatwa dibidang syariah (pasal 1 angka 12).17
b. Asuransi Syariah (takaful)

Menurut fatwa tentang pedoman umum asurasi syariah No.
21/DSNMUI/

X/2001,

pengertian

Asuransi

Syariah

(ta’min,takful,tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolongmenolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad(perikatan) yang sesuai
dengan syariah.18
c. Pasar modal syariah

Menurut Undang-Undang pasar modal No.8 Tahun 1995,
pengertian pasar modal ialah ”kegiatan yang berkaitan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya,serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek” (pasal 1 angka 13).
Pasar modal adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka mendapatkan modal.
Lembaga pasar modal yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip-prinsip syariah dapat disebut sebagai pasar modal syariah.19
d. Pegadaian Syariah

Dalam fiqh muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn
secara bahasa berarti ”menahan”. Maksudnya adalah menahan sesuatu
untuk dijadikan jaminan utang.20 Sedangkan gadai menurut hukum
syara’ adalah:

17

Ibid., h. 183.
Ibid.
19
Ibid.
20
Ibid., h. 184.
18

14

Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam
pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan
untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang
tersebut.
e. Lembaga pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana atau barang modal dengan tidak
menarik barang secara langsung dari masyarakat. Menurut peraturan
menteri keuangan No.84/ PMK.012/2006, badan usaha diluar bank
dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk lembaga pembiayaan disebut
perusahaan pembiayaan.21
f.

Dana pensiun
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan
oleh suatu lembaga untuk menghasilkan manfaat pensiun, yaitu suatu
pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta dengan cara
ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan
program pensiun . pembayaran tersebut dikaitkan dengan pencapaian
usia tertentu. Menurut undang-undang No. 11 tahun 1992, pengertian
dana pensiun adalah badan hukum yang menjanjikan manfaat
pensiun.22

G. Penutup
Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang melakukan
kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum.
Bank merupakan badan hukum yang berjenis perseroan terbatas, dengan
bentuk badan hukum, bank memiliki kepastian hukum yang salah satunya
21
22

Ibid., h. 185
Ibid.

15

adalah jaminan perlindungan hukum oleh negara, dalam hal ini melindungi
aset-aset perseroan dari pemilik perseroan sebagai kreditor.

16

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Johnny. “Eksistensi Badan Hukum di Indonesia Sebagai Wadah dalam
Menunjang Kehidupan Manusia”, Law Review Volume XI No. 1 - Juli
2011.
Ali, Chidir. “Badan Hukum”. Bandung: Alumni, 1999.
Mustofa, Imam. “ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual (jawaban Hukum
Islam atas Berbagai problem Kontekstual Umat)”. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
Budiono, Herlin. “Arah Pengaturan Pandangan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Menghadapi Era Global”.
volume 1 nomor 2 – agustus 2012.

Syahrani, Riduan. “Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata”.Bandung:
Alumni,1985.
Mustofa, Imam. “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”.
Millah Vol. XIV, No. 1 Agustus 2014.

Akbar Prabankara, M. Alif. “Orientasi Dasar Bank Umum Sebagai Badan
Hukum”. BUSINESS LAW REVIEW: VOLUME ONE .
Dewianty, Shinta. “Sistem Lembaga Keuangan Syariah”. Economic: Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 2012.

Khairandy, Ridwan. “Hukum Perseroan Terbatas”. Yogyakarta: FH UII Press,
2014
Soemitra, Andri. “Bank Dan Lembaga Keuangan Shari’ah”. Jakarta: Kencana,
2010