masyarakat madani dalam islam docx

MAKALAH
MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM

OLEH :
1. NISRINA MEGA AFIFAH
2. LENY NUR WAHYUNI AZIZAH
3. SIGIT SETYO WIDODO
4. DAMAR CAHYO A. GUMELAR
5. AHAMAD MAHMUDAH RAHIM
OFFERING : D 2013

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2014
BAB I

PENDAHLUAN
1. Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya

bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi
lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis
sesuai keyakinan individu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan
kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .
Oleh karenanya, maka yang dimaksud masyarakat madani adalah
sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan negara,
dan pengaruh kekuasaan keluarga dan negar. Batasan yang dikemukakan
oleh RAU ini menekankan pada adanya ruang hidup dalma kehidupan
sehari – hari serta memberikan integrasi sistem nilai yang harus ada dalam
masyarakat madani, yakni individualisme pasar (market) dan pluralisme.
2. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dari penuliasan makalah ini,
maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:

a. Apakah pengertian dari masyarakat Madani?
b. Bagaimanakah ciri-ciri masyarakat Madani?
c. Bagaimanakah masyarakat Madani dalam sejarah?
d. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat Madani?
e. Apakah tujuan atau manfaat dari terbentuknya masayarakat Madani?
3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan
yaitu:

a.
b.
c.
d.

Untuk mengetahui pengertian dari masyarakat Madani.
Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat Madani.
Untuk mengetahu masyarakat Madani dalam sejarah.
Untuk memahami peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat

Madani.
e. Untuk mengetahui tujuan atau manfaat dari terbentuknya masayarakat
Madani.

BAB II
PEMBAHASAN
2.a. Pengertian Masyarakat Madani


Konsep Masyarakat Madani Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah
lama hadir di bumi, walaupun dalam wacana akademi di Indonesia belakangan
mulai tersosialisasi. "Dalam bahasa Inggris ia lebih dikenal dengan sebutan Civil
Society". Sebab, "masyarakat Madani", sebagai terjemahan kata civil society atau
al-muftama' al-madani.
Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
civil society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan
istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya
istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang
terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan
negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi
masyarakat.
Kalau Cicero memahaminya identik dengan negara, maka kini dipahami
sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai "area tempat
berbagai gerakan sosial" (seperti himpunan ketetanggaan, kelompok wanita,
kelompok keagamaan, dan kelompk intelektual) serta organisasi sipil dari semua
kelas (seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh dan usahawan) berusaha
menyatakan diri mereka dalam suatu himpunan, sehingga mereka dapat
mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukkan pelbagai kepentingan

mereka. Secara ideal masyarakat madani ini tidak hanya sekedar terwujudnya
kemandirian masyarakat berhadapan dengan negara, melainkan juga terwujudnya
nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan,
kebebasan dan kemajemukan (pluralisme)
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firmanNya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang

(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun”.
2.b Ciri-ciri Masyarakat Madani.
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang
pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius.
Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di Indonesia, maka warga
negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas,

demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan
kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima
semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung
jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara
kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani
dan mampu menjadi saksi, memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau
silih asah-asih-asuh antara sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini,
mengenal cita-cita Indonesia di masa mendatang.
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang
lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi
yang meliputi :

1)
2)
3)
4)

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Pers yang bebas
Supremasi hokum
Perguruan Tinggi

5) Partai politik
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang
majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai
positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu

terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani
di Indonesia diantaranya :
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja
yang terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan
jaman, pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui

peranannya sebagai berikut :
1. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan
pendapatan dan pendidikan

2. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena
pengangguran, kelompok buruh yang digaji atau di PHK secara
sepihak dan lain-lain)
3. Sebagai kontrol terhadap negara
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok
penekan (pressure group)
5. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang
terletak antara negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain.
Dalam ruang lingkup tersebut terdapat sosialisasi warga masyarakat
yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di
antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi,
kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk
organisasi-organsasi lainnya.
2.c. Masyarakat Madani Dalam sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai

masyarakat madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang
beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj.
Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk
saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial,
menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW
sebagai

pemimpin

dengan

ketaatan

penuh

terhadap


keputusan-

keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.
2.d. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial
umat Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam
menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan

teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd,
Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
2.e Tujuan Atau Manfaat Dari Terbentuknya Masayarakat Madani.
a. Inklusivisme
Sikap inklusif ini sebenarnya telah dipraktekkan oleh para adib
ketika menyusun “adab” mereka. Karena, selain menggunakan al-Qur’an
dan hadits sebagai sumber yang paling otoritatif, mereka juga masih
menggunakan sumber-sumber lain dari kebudayaan lain. Dalam puisi,

misalnya, mereka menggunakan dan menghargai warisan Jahiliyyah, dan
bahkan sebagian mereka menggunakannya sebagai tolok ukur bagi
kualitas dan kesusksesan sebuah karya puitis. Demikian juga ketika
mereka mengambil pelajaran moral dari karakter hewan-hewan, mereka
tidak ragu-ragu menggunakan karya-karya fabel dari kebudayaan luar,
terutama India, seperti kitab Kalilah wa al-Dimnah karya seorang
pujangga India, Bidpei. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab oleh Ibn Muqaffa’ pada abad kesembilan, dan menjadi contoh ideal
bagi setiap karya seperti itu. Sedangkan teladan moral dari para pahlawan
dan raja-raja bijaksana, bersumber dari cerita epik para pahlawan dan rajaraja Persia, sebagaimana tercermin dari karya Firdawsi, Shah namah
(Kisah para raja). Demikian juga karya-karya gnomologis (hikmah) yang
mereka himpun, bersumber dari kata-kata hikmah (hikam) para
bijaksanawan/ pujangga Persia, Arab, Yunani dan India, sebagaimana
tercemin dari karya Miskawayh yang sangat terkenal, al-Hikmah al-

Khalidah (Filsafat Perenial), atau karya serupa itu dari Ibn Hindu, alKalim al-Ruhaniyah.
b. Humanisme (Egalitarianisme)
Yang dimaksud dengan humanisme di sini adalah cara pandang
yang memperlakukan manusia karena kemanusiaannya, tidak karena sebab
yang lain di luar itu, seperti ras, kasta, warna kulit, kedududukan,
kekayaan atau bahkan agama. Dengan demikian termasuk di dalam
humanisme ini adalah sifat egaliter, yang menilai semua manusia sama
derajatnya.
c. Toleransi
Toleransi umat Islam barangkali dapat dilihat dari beberapa contoh
di bawah ini: Para penguasa Muslim dalam waktu yang relatif singkat
telah menaklukan beberapa wilayah sekitarnya, seperti Mesir, Siria dan
Persia. Ketika para penguasa Islam itu menaklukkan daerah-daerah
tersebut, di sana telah ada dan berkembang dengan pesat beberapa pusat
ilmu pengetahuan. Namun mereka tidak mengganggu kegiatan-kegiatan
ilmiah dan filosofis yang telah ada sebelum Islam datang di beberapa kota
di Timur Tengah. Beberapa pusat ilmu di kota-kota Siria, seperti Antioch,
Harran, dan Edessa, tetap berkembang ketika orang-orang Arab
menaklukkan Siria dan Iraq. Menurut penilaian Majid Fakhry, penaklukan
Arab secara keseluruhan tidak mencampuri pencarian akademis oleh
sarjana-sarjana di Edessa, Nisibis dan pusat-pusat ilmu di Timur dekat. Di
pusat-pusat ilmu ini, kajian-kajian filosofis dan teologis oleh para sarjana
Kristen tetap berjalan sebagaimana biasanya, dan mereka menikmati
kebebasan berfikir yang diberikan oleh para penguasa Muslim.

d. Demokrasi (Kebebasan berpikir)

Menurut Abdolkarim Soroush, dalam bukunya Reason, Freedom
and Democracy in Islam, salah satu sifat yang tidak boleh ditinggalkan
dalam demokrasi adalah kebebasan individu untuk mengemukakan
pendapatnya, dengan kata lain harus ada kebebasan berpikir. Nah
bagaimana kebabasan berpikir ini dilaksanakan oleh masyarakat kotakota besar Islam, terutama pada masa kejayaananya, dapat kiranya dilihat
dari contoh-contoh berikut ini. Kebebasan untuk menyampaikan kritik
terhadap penguasa, dalam hal ini para perdana menteri (wazir), dapat
dengan gamblang kita lihat dalam karya Abu Hayyan al-Tawhidi. Dalam
bukunya yang berjudul Akhlaq al-Wazirayn (Karakter dari Dua Wazir),
al-Tawhidi mengeritik karakter dan bahkan kadang administrasi dari dua
wazir Buyid, Ibn Amid dan Ibn Sa’dan. Ibn ‘Amid, misalnya dikatakan
terlalu “pelit” di dalam menggaji bawahannya, bahkan bawahan yang
penting seperti Ibn Miskawayh (w. 1010), seorang filosof etik yang
terkenal. Menurutnya, Miskawayh dibayar oleh Ibn ‘Amid, dengan gaji
yang pas-pasan, yang tentunya tidak cocok dengan sifat seorang wazir,
yang seharusnya dermawan.
http://buku-boeboerusutan.blogspot.com/2012/07/makalah-masyarakatmadani.html
http://ishthesyndicate.blogspot.com/2013/03/1024x768-normal-0-false-falsefalse.html
http://yesikalistiqomah.blogspot.com/2013/08/makalah-pendidikan-agamaislam.html

AMAR MA`RUF NAHI MUNGKAR

AMAR MA\`RUF NAHI MUNGKARAMAR MA\`RUF AMAR
MUNGKAROleh : Farid N. Arief
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari
yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (QS.
3:104)

Amar Ma`ruf (mengajak kepada perbuatan baik) Nahi Munkar (mencegah
perbuatan buruk) merupakan perintah Allah SWT kepada kaum mukmin,
sebaliknya dilarang mengajak/berbuat yang mungkar dan menyeru menolak yang
makruf/baik. Dalam kehidupan social bermasyarakat sekarang ini kita perhatikan
makin memudarnya sikap untuk melaksanakan amar makruf ini kalau dilihat dari
nilai-nilai dasar Islam, mana yang makruf mana yang mungkar, mana yang harus
dikerjakan/diajak mana yang harus dilarang/ditinggalkan sudah mulai kabur atau
dikaburkan, hal ini bisa kita lihat/perhatikan dengan kasat mata dalam pola fakir,
pola laku umat manusia sekarang ini, tidak terkecuali sebagian besar dari
kalangan muslim, dapat kita perhatikan dalam elemen masyyarakat atau
kehidupan individu maupun keluarga kehidupan,antara lain :

1. Siaran TV, kalau diperhatikan dengan seksama tayangan TV mengajak pamirsa
kearah moral ganda, yaitu disatu sisi tV menyiarkan/mengajak kepada kebaikan
ada acara agama, pendikan dan lain sebagainya acara acara yang berdampak
positif, pada sisi lain juga tv menayangkan acara yang menyudutkan ajaran agama
atau tayangan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan tayangan lainnya
yang berdampak negative pada pamirsa. Jadi tv melaksankan amar makruf, amar
mungkar, mengajak kepada yang baik dan mengajak kepada yang mungkar.
2. Budaya pergaulan bebas, dalam artian pergaulan antara seorang gadis dengan
seorang pemuda sudah banyak yang melampau batas-batas norma-norma agama
dan norma-norma umum yang berlaku pada bangsa ini. Orang tua sekarang ini
merasa resah jika anak gadisnya belum punya pacar. Sudah dianggap lumrah saat
ini orang tua membiarkan anak gadis pergi dengan seorang pemuda/pacarnya
yang bukan muhrimnya. Kesucian/keperawnan pada malam pengantin sekarang
ini sudah tidak dijadikan masalah lagi. Membiarkan yang mungkar
3. Poligami yang dibolehkan Allah SWT dijadikan polemic, budaya selingkuh
yang dilarang Allah SWT dianggap sah-sah saja tidak dipermasalahkan/tidak
dipolemikan, mebiarkan yang mungkar melarang yang makruf
4. KKN, semakin didengungkan pemberantasanya semakin menjadi-jadi budaya
KKN. Seoarang pejabat birokrat/atau seorang Pegawai Negeri yang memegang
proyek ,dihormati ditengah masyarakat walaupun sudah rahasia umum jumlah
harta kekayaan yang diperolehnya tidak berbanding rasional jika dibandingkan
dengan besar gaji yang diterima. Didunia perpolitikan dianggap lumrah seorang
isteri/ anak/saudara/keponakan seorang politikus, mendadak memegang posisi
penting didalam kepengurusan partai atau jadi caleg nomor jadi, tanpa melewati
pengkaderan, menurut semestinya, kenapa bisa karena suami/ayah/saudaranya
memegang jabatan penting dalam kepengurusan partai. Pada sisi lain kerjasama
dalam melaksanakan korupsi ( kolusi ) sudah dianggap hal yang sah-sah saja,
sudah dianggap keharusan dalam dunia usaha dan juga dalam kerja dibirokrasi
serta dunia pendidikan tidak terkecuali. Masyarakat sudah bersikap cuek , sudah
bersikap dayus ( tidak acuh ) terhadap kemungkaran yang terjadi.
5. Maraknya penayangan pornogtafi dan pornoaksi di media cetak maupun media
elekronik dan prilaku yang berbau porno lainnya (seperti perilaku berpakaian pada
sebagian gadis-gadis kelihatan celana dalam dipinggul belakang ), yang tidak ada
tegoran / hukuman social oleh masyarakat/orangrua, mengambarkan pergeseran
nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat yang mayoritas beragama ini membiarkan
perbuatan yang mungkar, plus dengan Penolakan UUD Pornografi oleh
sekelompok masyarakat, mempertegas adanya sebagian umat yang menyuruh
berbuat mungkar
SIKAP SEORANG MUSLIM DALAM MENGHADAPI
Seorang muslim dalam ajaran Islam dituntut untuk melaksanakan amar ma`ruf,
yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang dilarang Allah
SWT, sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa

Ta`ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: “Siapa saja
di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan
kekuatannya atau dengan tangannya. Kalau dia tidak bisa dengan tangannya,
hendaklah dia merubahnya dengan lisannya. Dan jika dia tidak mampu
merubahnya dengan lisannya, hendaklah dia membenci kemungkaran tersebut
dengan hatinya.” Membenci dengan hati juga termasuk merubah kemungkaran itu,
dimana dengan membenci kemungkaran itu berarti dia berusaha keras untuk
melenyapkan kemungkaran itu di dalam hatinya. Berbeda jika seseorang
mencintai sesuatu, maka dia tidak berusaha keras untuk menghilangkannya dari
hatinya. Akan tetapi bila dia membencinya dalam hati, maka dia akan berusaha
untuk menghilangkan kemungkaran tersebut. Amar ma`ruf nahi mungkar, pada
hakikatnya mengandung beberapa nilai dalam kehidupan, yaitu :
1. Saling tolong menolong dalam kehidupan, antara satu dengan yang lain dalam
hal perbaikan umat ini, Allah berfirman: “Saling tolong-menolonglah kalian atas
kebaikan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan janganlah kalian
saling tolong-menolong, ampo membantu atas dosa dan permusuhan”. Allah
Subhanahu Wa Ta`ala memerintahkan kepada kita untuk bekerjasama, saling
menguatkan, saling membantu antara satu dengan yang lain demi terwujudnya
masyarakat yang senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala,
senantiasa taat kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala. Di antara ta`awun yang
paling besar di antara kita adalah saling membantu dalam islah (memperbaiki)
mujtama’nya. Memperbaiki masyarakat, yaitu dengan mengajak mereka untuk
beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala agar mereka tidak melakukan
kerusakan di permukaan bumi ini, di antaranya adalah mensyarikatkan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu
menyembah selain Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah kemungkaran yang sangat
besar yang ada di permukaan bumi ini, karena itulah Allah Subhanahu Wa Ta`ala
mengutus para Anbiya `Alaihim ashshalaatu Wassalam untuk mengajak
ummatnya meninggalkan kesyirikan dan beribadah hanya kepada Allah
Subhanahu Wa Ta`ala semata.
2. Setiap muslim dituntut untuk melakukan perbaikan kearah nilai-nilai ilahiyah
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyrakat lingkungannya, jadi setiap
pribadi muslim dilarang berbuat sebaliknya umpama melakukan kerusakan di atas
permukaan bumi ini. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman: “Dan janganlah
kalian melakukan kerusakan di atas permukaan bumi sesudah ada perbaikan dari
para rasul-rasul Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu mengajak manusia beribadah
kepada AllahSwt.
Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, mereka saling
membantu, saling memimpin antara satu dengan yang lain, saling menolong
antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma`ruf nahi mungkar. Allah
Subhanahu Wa Ta`ala berfirman: “Orang-orang yang beriman, laki-laki yang
beriman dan perempuan yang beriman di antara mereka saling memimpin atau
saling tolong-menolong di antara mereka yaitu dengan di antara mereka adalah
pemimpin-pemimpin di antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma`ruf
nahi mungkar.” Jadi di antara sifat-sifat orang yang beriman kepada Allah

Subhanahu Wa Ta`ala adalah senantiasa berusaha menegakkan amar ma’ruf nahi
mungkar pada diri-diri mereka, pada keluarga mereka, dan dalam lingkungan
masyarakat mereka.
Bila amar ma`ruf nahi mungkar ini tegak dengan sebenar-benarnya sesuai dengan
yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala, sesuai dengan risalah yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, maka keselamatan umat
ini, kejayaan umat ini akan nampak pada diri-diri mereka. Tapi sebaliknya, jika
amar ma`ruf nahi mungkar ditinggalkan, maka ancaman Allah Subhanahu Wa
Ta`ala atau azab atau hukuman Allah Subhanahu Wa Ta`ala akan turun kepada
ummat ini.
Kalau Bersikap Dayus Terhadap Amar Ma`ruf Nahi Munkar ?Bersikap Dayus,
artinya bersikap tidak mau tahu ( cuek ) terhadap sesuatu, dalam perintah amar
ma`ruf nahi mungkar, umat Islam dilarang bersikap dayus tersebut. Dalam
Alqur’an dan Hadis Nabi kita diingatkan :
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” Qs. Al
Maa`idah (5):79
Rasulullah SAW bersabda :
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang tidak mengasihi yang muda dan
tidak menghormati yang tua, serta tidak mengajak orang lain untuk berbuat baik
dan melarang yang munkar.”
Kewajiban Mencegah Kemunkaran
Al-imam Abi Daud rhm meriwayatkan bahwa Abdullah Ibn Mas`ud r.a.
mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa :“Sesungguhnya demi Allah,
hendaklah engkau benar-benar menyerukan yang ma`ruf dan benar-benar
mencegah yang mungkar, dan sungguh-sungguh menentang tangan-tangan yang
zholim, dengan mengembalikannya kejalan yang benar, dan agar menjaganya
selalu di jalan yang benar”.
Akibat tidak melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar
Firman Allah Subhanahu Wa Ta`ala:“Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak
saja akan menimpa orang yang zholim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksanya.” (QS. Al-Anfal 25)
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW
bersabda :“Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat
zholim dan tidak mencegahnya, maka telah dekatlah azab Allah yang akan
menimpa mereka seluruhnya” (HR At-Tirmidzi)

Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah SAW Bersabda : “Penduduk sebuah desa yang
berjumlah delapan belas ribu orang disiksa, padahal amal-amal mereka seperti
amal para nabi. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana hal itu bisa
terjadi?” Nabi SAW menjawab, “Mereka tidak pernah marah karena Allah Azza
Wa Jalla, karena mereka tidak melakukan amar ma`ruf dan nahi mungkar.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.: “Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
SAW.bersabda (yang artinya): “Bila suatu kaum berbuat maksiat, sementara di
antara mereka ada yang mampu menegur mereka, namun tidak dilakukannya,
melainkan Allah akan menimpakan siksa-Nya secara merata atas mereka dari sisiNya.”
Di hadits yang lain Rasulullah SAW menyampaikan bahwa umat Islam yang soleh
berdoa pada Allah namun doanya tidak diterima karena mereka tidak melakukan
amar ma’ruf nahi munkar.
Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut diatas sering dikutip para ulama
ketika menyikapi bencana alam Tsunami baru-baru ini di Aceh dan Nias. Dimana
terbukti bahwa bencana itu menimpa semua orang secara merata baik orang
mukmin ataupun tidak. Wallahu a`lam bis shawab.
Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam mengancam orang-orang yang tidak
melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar. Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa
Sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Khudzaifah Radhiallahu `Anhu dari nabi
Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda: “Demi jiwaku yang di tangan
Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hendaknya kalian menyuruh kepada yang ma`ruf
dan mencegah kemungkaran atau sudah dekat masanya Allah Subhanahu Wa
Ta`ala mengirim adzab-Nya kepada kalian,kemudian kalian berdo`a kepadaNya.
Lalu Allah Subhanahu Wa Ta`ala tidak mempedulikan do`a-do`a kalian.” Salah
satu sebab tidak dijawabnya do`a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah
meninggalkan amar ma`ruf nahi mungkar. Mungkin di antara kita banyak yang
berdo`a kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, banyak meminta kepada Allah
Subhanahu Wa Ta`ala, namun do`a-do`a kita tidak dijawab oleh Allah Subhanahu
Wa Ta`ala. Hal ini mungkin saja disebabkan karena banyak di antara kita yang
tidak peduli akan amar ma`ruf nahi mungkar.
Sekarang ini banyak diantara umat yang tidak peduli untuk melaksanakan nahi
mungkar, padahal kalau dilihat bertebaran perbuatan/tingkah laku yang keji dan
pola laku yang sudah tidak bertentangan dengan ajaran islam, Kemungkaran
mungkin saja merajalela di dalam rumah tangga kita, keluarga kita keluar rumah
tanpa memakai hijab islami, tanpa menutup auratnya, keluar dengan
mempertontonkan auratnya merupakan satu kemungkaran besar. Namun kita
biasa-biasa saja, hati kita tenang-tenang saja. Mungkin anak perempuan kita pergi,
berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tapi hati kita tidak ada
kebencian terhadap perbuatan itu. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta`ala
menghukum kita, di antara hukuman-Nya adalah dengan tidak dijawabnya do`ado`a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala, tidak dipedulikan oleh Allah SWT

Kalau kemungkaran dibiarkan , Allah akan menimpakan musibah, seperti gempa,
gunung meletus, tsunami dan lain-lain. Semua itu akibat dari dosa-dosa yang
dilakukan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hukuman itu adalah
akibat perbuatan-perbuatan manusia, Allah Subhanahu Wa Ta`ala murka karena
mungkin di antara mereka tidak saling mempedulikan, berputus asa untuk
beramar ma`ruf nahi mungkar sehingga Allah Subhanahu Wa Ta`ala
mengumumkan azab-Nya yang kiranya senantiasa mengingatkan kita. . “Dan
takutlah akan fitnah, azab yang ditimpakan bukan hanya kepada orang-orang yang
dzalim saja di antara kalian (QS. Surah Al Anfal ay 25). Bukan orang yang
berbuat dzalim saja yang ditimpakan musibah, tetapi orang shaleh di antara
mereka pun ditimpakan musibah oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala. Kenapa?
Karena mungkin di antara orang-orang yang shaleh, dia hanya shaleh terhadap
dirinya sendiri tapi dia tidak peduli terhadap keluarganya, tidak peduli terhadap
anak-anaknya yang telah meninggalkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tidak melaksanakan shalat, tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya atau
anaknya yang perempuan berjalan dengan pacarnya tapi tidak ada kerisauan di
dalam hatinya. Kemungkinan dia melihat di depan matanya, tapi tidak peduli,
akibatnya Allah Subhanahu Wa Ta`ala menghukum mereka, mengazab mereka
akibat dari perbuatan-perbuatan mereka yaitu tidak melakukan amar ma’ruf nahi
munkar.
Bila ada orang-orang yang tetap berusaha keras memperbaiki masyarakatnya,
maka Insya Allah dia akan diselamatkan oleh Allah dari azab-Nya sesuai dengan
firman Allah : “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada
mereka maka kami menyelamatkan orang-orang yang senantiasa melarang dari
kemungkaran, perbuatan buruk dan Kami mengazab orang-orang yang
menzhalimi dirinya dengan azab yang sangat keras”, juga di ayat yang lain Allah
berfirman : “Allah tidak akan mengazab satu kampung, satu negeri dengan
berbuat zhalim kepada-Nya padahal penduduk negeri itu melakukan perbaikan,
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, mereka diselamatkan Allah”. Allah tidak
akan mengazab orang-orang yang mengadakan perbaikan, tapi bila orang shaleh
terhadap dirinya saja dan tidak mau mempedulikan orang lain, maka mereka
masih mendapat ancaman azab Allah sebagaimana pertanyaan `Aisyah radiyallahu
anha kepada Rasulullah “Ya.. Rasulullah apakah kami, akan dibinasakan padahal
ditengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih. Rasulullah … bersabda:” Ya
jika sudah banyak kemungkaran yang merajalela dan tidak ada yang memperbaiki,
tapi bila ada orang-orang yang mengadakan perbaikan maka orang-orang yang
mengadakan perbaikan akan diselamatkan oleh Allah dan senantiasa dijawab
do`anya oleh Allah. Juga di riwayat hadits lain Rasulullah
bersabda:“Sesungguhnya manusia melihat orang-orang yang melihat kezhaliman
lalu dia tidak mencegah kezaliman tersebut, mereka tidak menghalanginya sesuai
dengan kemampuannya. Karena perbuatan zhalimnya maka sudah dekat masanya
Allah mengumumkan azab secara keseluruhan kepada mereka karena tidak peduli
akan kemungkaran. Amar ma`ruf nahi munkar adalah sebab-sebab kita
mendapatkan kejayaan dan keberuntungan dari Allah. Beramar ma`ruf nahi mukar
merupakan sebab yang sangat besar dijawabnya do`a-do`a kita oleh Allah dan
meningglakan amar ma`ruf nahi munkar adalah sebab datangnya azab Allah.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita, memberikan hidayah kepada kita

memberikan kekuatan kepada kita semua sehingga kita betul-betul tegak
melaksanakan seluruh perintahnya dan meninggalkan segala apa yang dilarang
oleh Allah. ***