Laporan Penelitian Pengaruh Ibadah Haji

Laporan Penelitian Pengaruh Ibadah Haji dan Umrah
Dalam Budaya Masyarakat Indonesia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah globalisasi dan dinamika lokal

Disusun Oleh :
Fiyan Febryantara

155120400111014

Sanie Triphanie Sobeukum

155120400111036

Muhammad Lukman F

155120400111039

Anggie Ernanda Kholis

155120400111042


Rosti Mei Juhana

155120401111053

Megawati Asteo

155120401111058
Dosen Pengampu

Muhaimin Zulhair A, S.IP., MA

Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Ibadah Haji dan Umrah Dalam Budaya Masyarakat
Indonesia”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Hubungan Internasional.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu

dalam penyusunan laporan

sehingga

laporan

penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya laporan penelitian ini.
Semoga laporan penelitian ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Tim Penulis

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
1.1.

Latar Belakang................................................................................................4

1.2.

Rumusan Masalah...........................................................................................9

1.3.

Tujuan Penulisan.............................................................................................9


1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................11
Konseptualisasi............................................................................................................11
2.1............................................................................................................................11
Definisi Konseptual: The 5 Scapes Of Appadurai...................................................11
BAB III............................................................................................................................17
Metode Penelitian........................................................................................................17
3.1. Jenis Penelitian.................................................................................................17
3.2. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................17
3.3. Teknik Pengumpulan Data................................................................................17
BAB IV............................................................................................................................19
Gambaran Umum Objek Penelitian.............................................................................19
BAB V.............................................................................................................................20
Pembahasan dan Analisa Temuan (Findings)..............................................................20
5.1 Hasil Wawancara dengan BMA Alatas Wisata..................................................20
5.2 Hasil Kuisioner.................................................................................................22
BAB VI............................................................................................................................25
Penutup........................................................................................................................25
5.1 Kesimpulan........................................................................................................25

5.2. Saran.................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27

3

BAB I
Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang
Mendatangi tanah suci untuk beribadah dahulu bukanlah sesuatu yang bisa
dilakukan oleh banyak orang. Jarak yang jauh dan transportasi yang terbatas
merupakan alasan mengapa dahulu orang-orang tertentu

saja yang bisa

melaksanakan ibadah ini. Dengan berkembangnya zaman, khususnya di tengah arus
globalisasi jarak tidak lagi menjadi masalah. Kemudahan-kemudahan untuk
terhubung dengan tempat yang jauh membuat ibadah di tanah suci semakin diminati

oleh masyarakat. Dengan segala perkembangan dan kemudahan yang tercipta, saat
ini ibadah ke tanah suci telah memiliki pasarnya sendiri di tengah-tengah
masyarakat.
Pasar yang semakin berkembang ini tidak hanya menawarkan untuk
memfasilitasi ibadah di tanah suci, namun juga wisata-wisata religi yang semakin
menarik minat masyarakat. Menariknya, pasar ini tidak mengenal agama tertentu.
Semua agama memiliki pasarnya sendiri dalam wisata religi. Agama Kristen
memiliki pasar wisata religi ke Yerusalem, agama Katolik memiliki pasar wisata
religi ke Vatikan, agama Hindu memiliki pasar wisata di India, dan agama Islam
memiliki pasar wisata di Mekkah.
1.1.1. Haji dan Umrah
Umrah dan Haji merupakan ibadah dalam syariat Islam yang keduanya
merupakan ibadah wajib, walaupun ada yang mengatakan bahwa umrah adalah
ibadah sunnah. Kewajiban ini mengikat bagi setiap muslim yang mampu dan
dilaksanakan sekali dalam seumur hidup. Ibadah haji sendiri adalah
penyempurna keislaman seseorang.
Kedatangan jamaah haji atau umrah bagi pemerintah Arab Saudi adalah
sebuah nilai ekonomi yang menjanjikan. Ibadah haji dan umrah masuk kategori
wisata yang menyumbang 3.5% APBD Arab Saudi yaitu senilai 22 miliar US$. 1
1 Akhmad Muawal Hasan, "Usaha Arab Saudi Menyedot Riyal dari Umrah dan Haji", Tirto.id, 14

September 2016, diakses pada 25 Mei 2017, https://tirto.id/usaha-arab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrah-

4

Memang tidak sebesar pendapatan dari hasil penjualan minyak yang mencapai
40%, namun kemerosotan harga minyak dunia membuat Arab Saudi defisit
anggaran sebesar 100 miliar US$ pada 2015.2 Untuk membuat sektor pariwisata
agar mampu mendongkrak perekonomian negaranya, pemerintah Arab Saudi
kemudian melakukan langkah - langkah yang diharapkan mampu menarik lebih
banyak turis untuk beribadah haji dan umrah atau berwisata reliji. 3 Salah satunya
dengan renovasi sejumlah situs sejarah dengan menghabiskan dana 13 juta US$.4
Selain merupakan ladang bisnis bagi pemerintah Arab Saudi, ibadah haji
dan umrah juga merupakan ladang bisnis bagi pengusaha agen travel atau biro
perjalanan haji dan umrah di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik sesuai dengan sensus 10 tahunan, pada 2010 tercatat
bahwa 87% penduduk Indonesia beragama muslim. 5 Walaupun jumlahnya terus
berkurang dari tahun ke tahun, namun jumlah 200 juta jiwa bukan hal yang
dapat diremehkan bagi penyedia layanan travel haji dan umrah.
Pada zaman dulu untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah, perjalanan
menuju tanah suci harus menggunakan jalur laut. Penggunaan kapal untuk

melakukan Ibadah Haji memakan waktu antara 2 hingga 6 bulan. 6. Dengan
kemudahan akses menuju tanah suci yang kini dapat ditempuh dengan pesawat
terbang, kemudian membuat peminat ibadah haji dan umrah semakin meingkat.

dan-haji-bKL8
2 Akhmad Muawal Hasan, "Usaha Arab Saudi Menyedot Riyal dari Umrah dan Haji", Tirto.id, 14
September 2016, diakses pada 25 Mei 2017, https://tirto.id/usaha-arab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrahdan-haji-bKL8
3 Akhmad Muawal Hasan, "Usaha Arab Saudi Menyedot Riyal dari Umrah dan Haji", Tirto.id, 14
September 2016, diakses pada 25 Mei 2017, https://tirto.id/usaha-arab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrahdan-haji-bKL8
4 Akhmad Muawal Hasan, "Usaha Arab Saudi Menyedot Riyal dari Umrah dan Haji", Tirto.id, 14
September 2016, diakses pada 25 Mei 2017, https://tirto.id/usaha-arab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrahdan-haji-bKL8
5 Badan Pusat Statistik, "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut berdasarkan sensus
penduduk 2010"."
6Sejarah Perjalanan Haji Indonesia sejak abad-16. Diakses 27 Mei 2017.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/09/12/sejarah-perjalanan-haji-indonesia-sejak-abad-16

5

1.1.2. Budaya Haji di Indonesia
Pada tahun 2013 Pemerintah Arab Saudi mengurangi kuota jamaah haji

Indonesia sebesar 20% akibat dari perenovasian Masjidil Haram. 7 Akibatnya
kuota haji Indonesia pada tahun 2014, 2015, dan 2016 turun menjadi 168.800
jamaah.8 Namun pada tahun 2017 kuota haji Indonesia menjadi normal kembali
yaitu 211.100 jamaah.9 Penambahan kuota haji tersebut berawal dari pertemuan
Presiden RI Joko Widodo dengan Deputi Kerajaan Arab Saudi di Guangzhou
pada September 2016 yang kemudian dilanjutkan oleh Menteri Luar Negeri
Retno Marsudi dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.10
Dengan peminat ibadah haji yang tinggi rata - rata nasional daftar tunggu
haji dapat mencapai 17 tahun, bahkan di Kabupaten Sidenreng Rapang, Sulawesi
Selatan daftar tunggunya mencapai 41 tahun.11
Untuk menjalankan ibadah haji seseorang membutuhkan biaya sebesar
Rp. 31.000.000 hingga Rp.39.000.000.12 Biaya tersebut adalah haji biasa dengan
daftar tunggu yang lama. Sedangkan untuk Haji Plus tanpa daftar tunggu,
estimasi biayanya adalah lebih dari Rp.150.000.000.13 Kemudian untuk ibadah
umrah jumlah biaya yang harus dikeluarkan adalah mulai dari Rp.18.000.000.
Tentu biaya tersebut tidak dapat dijangkau oleh semua muslim di Indonesia.
7 Kementrian Agama Republik Indonesia, "Kuota Haji Indonesia tahun 2017 Bertambah 52.200",
Kemenagri. 11 Januari 2017, diakses pada 20 Mei 2017, https://www.kemenag.go.id/berita/443667/kuotahaji-indonesia-tahun-2017-bertambah-52-200
8 Kementrian Agama Republik Indonesia, "Kuota Haji Indonesia tahun 2017 Bertambah 52.200",
Kemenagri. 11 Januari 2017, diakses pada 20 Mei 2017, https://www.kemenag.go.id/berita/443667/kuotahaji-indonesia-tahun-2017-bertambah-52-200

9 Rakhmatulloh, "Kuota Haji Indonesia Tahun 2017 Sebanyak 221 Ribu", Sindonews, 11 Januari 2017,
diakses pada 20 Mei 2017, https://nasional.sindonews.com/read/1170091/15/kuota-haji-indonesia-tahun2017-sebanyak-221-ribu-orang-1484134809
10 Rakhmatulloh, "Kuota Haji Indonesia Tahun 2017 Sebanyak 221 Ribu", Sindonews, 11 Januari 2017,
diakses pada 20 Mei 2017, https://nasional.sindonews.com/read/1170091/15/kuota-haji-indonesia-tahun2017-sebanyak-221-ribu-orang-1484134809
11 Nabilla Tashandra, "Lamanya Daftar Tunggu Haji dan Usulan Mengurangi Jumlah Jemaah Lansia",
Kompas, 17 Januari 2017, diakses pada 25 Mei 2017,
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/17/10112241/lamanya.daftar.tunggu.haji.dan.usulan.mengurang
i.jumlah.jemaah.lansia
12 Danang Firmanto, "Ini Daftar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji 2016, Tempo.co, 25 Mei 2016,
diakses pada 28 Mei 2017, https://m.tempo.co/read/news/2016/05/25/173773871/ini-daftar-biayapenyelenggaraan-ibadah-haji-2016
13 Khazzanah Haji Umroh, "Biaya Paket Haji ONH Plus Tahun 2017 Izin Resmi Kemenag RI", 11
Oktober 2016, diakses pada 28 Mei 2017, http://www.khazzanahhajiumroh.com/2016/10/biaya-pakethaji-onh-plus-tahun-2017.html

6

Sehingga biasanya seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji atau umrah
memiliki status sosial yang berbeda dari orang yang belum melaksanakannya. Di
lingkungannya, mereka sering dipanggil pak haji atau bu hajjah atau abah, atau
juga umi.
Di Indonesia pada umumnya seseorang yang telah melaksanakan ibadah

Haji akan menambahkan gelar Haji atau Hajah pada namanya. Bahkan ada
sebagian orang yang dengan sengaja menambahkan gelar Haji di depan namanya
untuk penulisan dalam dokumen atau surat-surat penting dengan berbagai
alasan, diantaranya ada yang mengatakan itu merupakan Syiar, supaya orang
tertarik untuk segera mengikuti menunaikan ibadah haji. 14 Ada pula yang
beralasan bahwa ibadah Haji memerlukan biaya besar sehingga akan rugi jika
tidak memakai gelar haji, karena jaman dulu masih sedikit orang yang mampu
menunaikan ibadah haji. Gelar haji sendiri muncul pada 645 Hijriah, beberapa
abad setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Di Indonesia gelar haji baru muncul pada Kerajaan Islam Nusantara. 15
Menurut sejarah, pemeluk agama Islam yang pertama kali adalah penguasa
Kerajaan Galuh (1357-1371) yang bernama Bratalegawa.16 Bratalegawa masuk
Islam dan melaksanakan ibadah haji saat berdagang ke Gujarat dan menikah
dengan seorang muslimah bernama Farhana binti Muhammad. Sebagai orang
pertama yang menunaikan ibadah haji, Bratalegawa kemudian dikenal dengan
sebutan Haji Purwa.17 Kemudian pada saat masa Pemerintahan Hindia Belanda,
pihak Pemerintah Belanda membatasi gerak - gerik orang - orang yang memiliki
gelar haji. Hal itu disebabkan karena pada saat itu mayoritas orang yang pulang
dari haji adalah orang - orang yang akan melakukan perubahan besar. 18
Contohnya adalah Muhammad Darwis atau yang dikenal dengan Kyai Haji
14 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/
15 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/
16 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/
17 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/

7

Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah selepas melaksanakan ibadah
haji.19 Begitu pula dengan KH. Hasyim Asyari yang mendirikan Nahdlatul
Ulama, Smanhudi yang mendirikan Sarekat Dagang Islam, serta Cokroaminoto
yang mendirikan Sarekat Islam.20 Oleh karena itu pemerintah Belanda
mengharuskan kepada orang - orang yang telah pergi haji untuk menambahkan
gelar haji pada namanya agar gerak - geriknya mudah diawasi.
1.1.3. Budaya Umrah di Indonesia
Daftar tunggu pemberangkatan jamaah haji Indonesia yang sangat lama
kemudian membuat peminat ibadah umrah semakin banyak. Pada tahun 2016
Kementrian Agama Republik Indonesia mengeluarkan visa umrah sebanyak
6.393.464. Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Mesir dengan
1.303.067 visa dan Pakistan dengan 99.337 visa.21 Dengan jumlah ini maka
penyedia layanan jasa untuk umrah semakin menjamur di Indonesia. Terdapat
690 agen travel perjalanan haji maupun umrah yang resmi berdasarkan data dari
Kementrian Agama Republik Indonesia. Namun banyak pula agen perjalanan
yang belum memiliki ijin resmi, yang kemudian menimbulkan masalah baru
seperti kasus penipuan. Pada tahun 2016, 8 agen perjalanan haji terlibat dalam
pemberangkatan 17 I ke Filipina untuk menunaikan ibadah haji dengan memakai
paspor palsu dari Filipina. Kementrian Agama Republik Indonesia memastikan
bahwa ke-8 agen yang terdiri dari perusahaan dan kelompok bimbingan ibadah
haji adalah agen - agen ilegal.22 Walaupun begitu ada pula travel yang telah
memiliki ijin resmi namun dalam kegiatannya ditemukan masalah mengenai
pemberangkatan ibadah haji atau umrah. Calon jamaah umrah yang berangkat
18 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/
19 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/
20 Anwar Hasan, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei 2017,
http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesia-menurut-berbagai-versi/
21 Faisal Assegaf, "Jumlah Jamaah Umrah di Indonesia Tahun Ini Terbanyak Ketiga", Albalad.co, 26 Juni
2016, diakses pada 28 Mei 207, http://albalad.co/kabar/2016A6148/jumlah-jamaah-umrah-indonesiatahun-ini-terbanyak-ketiga/
22 Natasia Christy Wahyuni, "Jamaah Berpaspor Filipina, 8 Agen Haji Ilegal Terlibat", Beritasatu, 23
Agustus 206, diakses pada 28 Mei 2017, http://www.beritasatu.com/timur-tengah/381334-jemaahberpaspor-filipina-8-agen-haji-ilegal-terlibat.html

8

melalui agen First Travel memadati kantor agen tersebut karena jadwal
umrahnya tertunda 2 kali tanpa ada.23 Padahal First Travel adalah agen yang
memiliki ijin resmi dan di tahun – tahun sebelumnya tidak memiliki masalah
pada pemberangkatan ibadah umrah.24
Jika pada zaman kolonial orang bergelar haji identik dengan orang – orang terpelajar
maka di zaman sekarang orang – orang bergelar haji merupakan orang – orang dengan
status sosial yang patut diperhitungkan. Karena biaya haji yang tinggi sehingga orang
yang memiliki gelar haji biasanya adalah orang – orang dengan tingkat sosial menengah
keatas. Kemudian orang – orang yang telah melaksanakan ibadah haji ataupun umrah
memiliki perubahan penampilan dan perilaku. Dengan kondisi sosial yang seperti ini
kemudian banyak muncul agen penyedia layanan perjalanan haji dan umrah yang
menawarkan paket perjalanan dengan biaya ‘miring’. Dengan jumlah agen yang banyak,
harga paket perjalanan menjadi lebih murah sehingga peminat perjalanan wisata reliji
ini semakin meningkat. Di Indonesia, kini ibadah haji ataupun umrah bukan lagi sebagai
pemenuhan kebutuhan rohani saja, namun juga untuk mengikuti trend ‘kekinian’. Selain
itu jamaahnya bukan dari orang dewasa saja, namun remaja dan anak – anak juga
banyak dijumpai melakukan ibadah haji atau umrah bersama orangtuanya. Akibatnya
dengan niatan yang tidak sepenuhnya digunakan untuk melaksanakan ibadah banyak
terjadi aksi selfie di depan ka’bah yang justru mengganggu jamaan lain. Banyak para
ulama dan jamaah lain yang kecewa dan mengecam perilaku selfie berlebihan dari para
jamaah haji maupun umrah. Hingga Pemerintah Saudi akhirnya turun tangan dengan
mengeluarkan larangan kepada seluruh jemaat yang melaksanakan ibadah haji untuk
melakukan selfie di depan ka'bah. Budaya selfie di depan ka’bah adalah hal baru yang
juga timbul akibat inovasi di bidang teknologi dan sosial media. Hal-hal inilah yang
kemudian ingin penulis jelaskan pada penelitian ini.

23 Parastiti Kharisma Putri, "Calon Jemaah Umrah Kembali Datangi Kantor First Travel", Detik News, 22
Mei 2017, diakses pada 28 Mei 2017, https://news.detik.com/berita/d-3508017/calon-jemaah-umrahkembali-datangi-kantor-first-travel
24 Parastiti Kharisma Putri, "Calon Jemaah Umrah Kembali Datangi Kantor First Travel", Detik News, 22
Mei 2017, diakses pada 28 Mei 2017, https://news.detik.com/berita/d-3508017/calon-jemaah-umrahkembali-datangi-kantor-first-travel

9

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
a) Bagaimana pengaruh ibadah haji dan umrah dalam budaya masyarakat
Indonesia?

1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah
a) Untuk mengetahui pengaruh ibadah haji dan umrah dalam budaya
masyarakat Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian
Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dari
segi akademik dan praktis.
1.4.1. Manfaat Akademis
a. Sebagai bahan kajian dalam membangun pemikiran pengembangan ilmu
Hubungan Internasional khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
b. Memberikan sumber informasi bagi peneliti berikutnya yang berminat pada
penelitian dengan materi yang sejenis.
c. Sebagai

bekal

mengembangkan

wawasan

dan

kemampuan

pengetahuan
berpikir

dan

bagi

peneliti

belajar

dalam

menganalisis

permasalahan yang ada.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
memberikan informasi bagi peneliti lain yang memiliki minat dan kajian yang sejenis
dalam Ilmu Hubungan Internasional.

10

BAB II
Konseptualisasi
2.1
Definisi Konseptual: The 5 Scapes Of Appadurai
Dalam menganalisis hubungan Pengaruh budaya Haji dan Umrah di Indonesia
dengan Mata Kuliah Globalisasi dan Dinamika Lokal maka kami menggunakan konsep
globalisasi dari Arjun Appadurai. Dalam konsep tersebut globalisasi melahirkan suatu
tatanan ruang global yang memunculkan ruang yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya dan tetap berkesinambungan. Arjun Appadurai menjelaskan bahwa globalisasi
dalam prosesnya bergerak melalui lima scape, yakni terdiri dari ethnoscape,
mediascape, technoscape, financescape, dan ideoscape.25
Yang pertama ialah ethoscape yaitu sebuah dimensi pergerakan demografi
manusia atau perpindahan yang dilakukan manusia, seperti contohnya adalah imigran,
turis, pengungsi dan lain sebagainya. Dengan adanya perpindahan individu ataupun
kelompok dari satu tempat ke tempat lainnya membuat terjadinya pertukaran, akulturasi
kebudayaan atau bahkan melahirkan budaya baru, dan perpindahan yang dilakukan
manusia tersebut dapat menyebarkan globalisasi sehingga orang-orang yang tinggal di
tempat yang mereka datangi tersebut pun akan mulai terkena pengaruh globalisasi.
Kedua ialah mediascape yaitu sebuah ruang penyebaran globalisasi melalui
media massa, yang mana mediascape merujuk pada distribusi kemampuan elektronik
untuk memproduksi dan menyebarkan informasi melalui media-media yang ada seperti
surat kabar, majalah, internet, stasiun televisi. Pada saat ini setiap manusia dapat
mendapatkan dan melihat informasi dari belahan dunia lain dengan cepat mengenai
adanya globalisasi. Di dalam mediascape, media dimiliki oleh individu atau kelompok
berkepentingan ataupun pihak lainnya. Dengan adanya kepemilikan media juga mereka
dapat membentuk frame atau pandangan publik sesuai dengan kepentingan pemilik
melalui media yang mereka kuasai,
25Appadurai. A, 2005, Modernity at Large:Cultural Dimension of Globalization, USA:University of
Minnesota Press, hlm 46

11

Ketiga adalah technoscape yaitu penyebaran globalisasi terjadi karena adanya
kemajuan–kemajuan teknologi yang mendukung proses penyebaran informasi. Dimana
kita bisa mendapatkan informasi dari tempat lain dengan mudah dan cepat. Dengan
adanya perkembangan teknologi, membuat adanya ketergantungan antar negara, dan
juga membuat teknologi tersebut melewati batas negara dan membuat pergerakan
globalisasi semakin pesat.
Keempat adalah financescape yaitu ruang perkembangan globalisasi melalui
arus keuangan yang melintasi batas-batas wilayah negara. Ekonomi global dapat
memudahkan dan mempercepat adanya perpindahan uang melalui adanya transfer
modal, investasi atau perpindahan modal lainnya dari suatu negara ke negara lainnya.
Adanya financescape membuat perpindahan uang maupun modal menjadi lebih cepat.
Kelima yaitu Ideoscape ruang pergerakan mengenai ideologi politik yang
berkembang pesat dengan adanya Globalisasi, yang mana bentuk dari ideoscape sendiri
yakni seperti perkembangan pemikiran atau pandangan ideologis terhadap suatu hal.
Ideoscape juga menjelaskan mengenai hubungan antara perkembangan ideologi dengan
pergerakan politik yang ada di negara-negara. Dan bagaimana suatu pandangan maupun
pemikiran umum terbentuk melalui adanya nilai – nilai yang berkembang. Dapat kita
lihat contoh dari adanya Ideoscape yaitu perkembangan dan penyebaran Ideologi
Liberal dan nilai – nilai kebebasan individunya yang banyak dianut oleh banyak negara
saat ini maupun nilai – nilai dari Ideologi Sosialis tentang keadilan sosial manusia yang
terus berkembang di kalangan akademisi maupun masyarakat kelas bawah dengan
melihat keadaan ekonomi dunia yang semakin buruk di banyak negara. Penyebaran itu
pun tak terlepas dari pesatnya perkembangan Globalisasi26.

2.1.1 Technoscape
Dalam penelitian mengenai Pengaruh Budaya Haji dan Umrah di Indonesia,
penulis menjelaskan menggunakan konsep Technoscape dari Arjun Appadurai. Dalam
hal ini banyaknya Biro Perjalanan Haji dan Umroh juga tidak terlepas dari adanya
kemajuan teknologi. Khusunya kemajuan teknologi di bidang Transportasi. Kemajuan
Teknologi dalam bidang Transportasi memudahkan masyarakat untuk melakukan
26Ibid, hlm 49

12

Ibadah Haji maupun Umrah. Dalam perkembanganya kemajuan dalam hal Transportasi
udara banyak memudahkan mobilisasi masyarakat yang hendak melakukan perjalanan
dari Indonesia menuju Arab Saudi dengan cepat dan nyaman.
Jika kita melihat sebelum adanya Jika kita melihat sebelum adanya kemajuan di
bidang Transportasi udara, Jamaah Haji yang berasal dari Indonesia melakukan
perjalanan menuju Arab Saudi melaui jalur laut dan jalur darat, pada umumnya,
masyarakat Indonesia pada zaman dahulu cenderung menggunakan jalur laut.
Keberangkatan Jamaah Haji dari Indonesia dimulai sekitar abad ke-16. Pada zaman itu
penggunaan kapal untuk melakukan Ibadah Haji memakan waktu antara 2 hingga 6
bulan.27
Selain lebih lamanya waktu perjalanan daripada waktu Ibadah, penggunaan
kapal juga membutuhkan perbekalan yang cukup untuk bertahan hidup selama
perjalanan yang melalui jalur laut hal ini dikarenakan perjalanan melalui jalur laut juga
memakan banyaknya tenaga, banyak dari calon Jamaah Haji yang meninggal dalam
perjalanan akibat kekurangan sumber energi dan faktor usia calon Jamaah yang sudah
lanjut usia.28
Adanya kemajuan teknologi dalam bidang transportasi udara dinilai sangat
memudahkan masyarakat yang hendak melakukan Ibadah Haji dan Umrah. Selain dari
kemajuannya hal ini juga lebih efesien dan lebih mempersingkat waktu serta tenaga.

2.1.2. Ideoscape
Pengaruh Budaya Haji dan Umroh di Indonesia juga bisa kita analisis
menggunakan konsep Ideoscape. Hal ini dikarenakan banyak responden yang menilai
bahwasanya Haji maupun Umroh pada saat ini tidak hanya untuk kebutuhan Rohani,
namun karena mengikuti trend serta guna menaikan status sosial.
Jika kita lihat melalui konsep Ideoscape, memang masyarakat secara umum
memandang orang yang telah melakukan perjalanan Ibadah Haji maupun Umroh
27Sejarah Perjalanan Haji Indonesia sejak abad-16. Diakses 27 Mei 2017.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/09/12/sejarah-perjalanan-haji-indonesia-sejak-abad-16

28 Sejarah Naik Haji. Diakses 27 Mei 2017. https://umroh.travel/sejarah-naik-haji/
13

memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang Agama serta jauh jarak dan mahalnya
biaya yang dibutuhkan untuk melakukan Ibadah Haji dan Umroh yang membuat banyak
orang menilai bahwa status orang yang telah melakukan Ibadah Haji dan Umroh lebih
tinggi baik secara religi, sosial maupun ekonomi.
Pemahaman seperti diatas jika kita lihat terbentuk melalui nilai – nilai yang
berkembang pada lapisan masyarakat pada umumnya. Nilai – nilai diatas terbentuk
melalui konstruksi yang berkembang dari waktu ke waktu, jika kita menilik sejarah Haji
dan Umroh di Indonesia, kesulitan dan lamanya waktu yang di butuhkan untuk
melakukan Ibadah Haji dan Umroh membuat hanya orang – orang yang berniat sungguh
– sungguh untuk melakukannya yang dapat melaksanakan Ibadah Haji dan Umroh,
sehingga pemahaman seperti ini yang berkembang terus menerus membuat Masyarakat
pada umumnya menilai orang yang sudah melakukan Ibadah Haji dan Umroh memiliki
status yang lebih tinggi.29
Namun pada perkembangannya Ibadah Haji dan Umroh banyak disalah gunakan
hanya untuk menaikan status sosial dan untuk tujuan Pribadi, pada saat ini kita sering
melihat banyak dari Jamaah Haji dan Umroh yang lebih mementingkan untuk
mempublikasi keberadaan mereka di Tanah Suci, dalam sudut pandang Agama Islam
Hal ini merupakan bentuk dari Riya’ yaitu menyombongkan sesuatu bentuk kelebihan
yang mereka miliki yang belum tentu mampu dilakukan orang lainnya, dan seringkali
lebih menyibukan diri dengan kegiatan foto – memfoto daripada kegiatan
beribadahnya.30
Ketika kita membahas Ideoscape maka tentunya tidak terlepas tentang sudut
pandang politis, dalam sudut pandang politik Haji dan Umroh tentunya menjadi alat
guna meningkatkan political branding status sosial seseorang untuk kepentingan
pribadinya. Hal ini kerap kali disalahgunakan untuk mencalonkan diri dalam pesta
demokrasi seperti Pemilihan Kepala Daerah, ini dikarenakan kemudahan yang dibarikan
untuk melakukan Ibadah Haji dan Umroh dan pemahaman masyarakat pada umumnya

29 Pusat Pengkajian Islam dan Pengabdian Masyarakat, 1986, Studia Islamika, Jakarta, IAIN Syarif
Hidayatullah, hal 62

30Abdul Kholiq, 2015, Dinamika dan Perspektif haji Indonesia, Jakarta, Kementerian Agama RI,
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, hal 56

14

yang beranggapan orang yang melaksanakan Haji dan Umroh memiliki kepribadian
yang lebih baik.31
2.2 Operasional Konsep
Peneliti menggunakan konsep Technoscape dan Ideoscape milik Arjun Appadurai
dalam memandang Budaya Haji dan Umroh di Indonesia dalam dinamika globalisasi
lokal. Melalui konsep tersebut, dapat dilihat apa sajakah yang menjadi faktor pendorong
dari pesatnya pertumbuhan biro perjalanan Haji dan Umroh serta peningkatan jumlah
peminat Ibadah Haji dan Umroh. Selain itu dapat juga dilihat pengaruh pelaksanaan haji
dan umrah dalam budaya masyarakat Indonesia.
Konsep
Technoscape

Variabel
Kemajuan teknologi

Indikator
Kemajuan Teknologi

dalam bidang transportasi

dalam bidang

udara

Transportasi
memudahkan masyarakat
untuk melakukan Ibadah
Haji maupun Umrah.
Sehingga saat in peminat
ibadah haji dan umrah

Ideoscape

Pengaruh ibadah haji dan

semakin meningkat.
Pemahaman masyarakat

umrah terhadap status

pada umumnya yang

sosial masyarakat

beranggapan orang yang

Indonesia

melaksanakan Haji dan
Umroh memiliki
kepribadian yang lebih
baik. Sehingga
kedudukan sosialnya di
lingkungan masyarakat
tergolong tinggi.

Tabel 1. Konsep Technoscape dan Ideoscape yang diaplikasikan dalam penelitian.

31Firmanzah, 2007, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, hal 98

15

2.3 Hipotesis
Perkembangan dan Peningkatan Minat Haji dan Umroh di Indonesia tidak lepas
dari pengaruh Globalisasi serta juga mendapat dorongan dari aspek – aspek yang ada di
level Lokal. Ibadah haji atau umrah mempengaruhi tingkat status sosial seseorang.
Dimana seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji atau umrah dianggap memiliki
kepribadian yang lebih baik sehingga status sosialnya di masyarakat cenderung tinggi.
Selain itu budaya baru berupa selfie di depan ka’bah merupakan bentuk dari Riya’ yaitu
menyombongkan sesuatu bentuk kelebihan yang mereka miliki yang belum tentu
mampu dilakukan orang lainnya, dan seringkali jamaah lebih menyibukan diri dengan
kegiatan foto – memfoto daripada kegiatan beribadahnya

16

BAB III
Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis,
ucapan lisan dan perilaku yang diamati.32 Data yang diperoleh tidak berupa angka
melainkan kalimat mengenai gambaran umum objek penelitian.33 Dalam penelitian ini
Penulis mencoba untuk mendeskripsikan bagaimana budaya haji dan umrah yang ada di
masyarakat Indonesia, sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi melalui peristiwa
yang telah kami amati.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian guna menghindari
pembahasan yang terlalu luas dan mempermudah Penulis dalam menyusun laporan
penelitian. Penulis hanya akan meneliti budaya haji dan umrah masyarakat Indonesia.
Dimana dalam fokus penelitian tersebut berkaitan dengan hadirnya globalisasi yang
mempengaruhi budaya masyarakat indonesia mengenai pelaksanaan ibadah haji dan
umrah. Dengan adanya globalisasi penulis menganggap hal tersebut dapat
mempengaruhi budaya haji dan umrah pada masyarakat Indonesia.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumulan data ini, Penulis mencoba mengumpulkan data sebanyakbanyaknya lalu memilih data yang telah terkumpul sesuai dengan fokus penelitian agar
memudahkan Penulis dalam mengkategorikan data-data yang telah terkumpul. Terdapat
dua teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan
narasumber yang terkait dalam bidang tersebut yaitu agen Haji dan Umrah BMA grup
serta melalui penyebaran kuisioner secara online. Sedangkan data primer diperoleh dari

32 Bodgan, Robert & Steven J. Taylor. 1993. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha
Nasional.
33 Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format-format Kualitatif dan Kuantitatif.
Rajawali Pers. Hal. 124.

17

studi terdahulu, buku, jurnal, artikel serta daring yang berkaitan dengan pembahasan
dari masalah dalam penelitian ini.

18

BAB IV
Gambaran Umum Objek Penelitian

BMA ( Berkah Maghfiroh Amanah ) Rihlah Alatas Wisata merupakan Biro
perjalanan Haji dan Umrah yang berada di daerah Tlogomas, Malang, Jawa Timur. Biro
Perjalanan milik BMA Group ini sudah berdiri sejak tahun 2011. PT.BMA ( Berkah
Maghfiroh Amanah ) Rihlah Alatas Wisata menjalin kerjasama dengan beberapa
maskapai dan juga travel agent yang ada di Saudi Arabia dalam melayani bisnisnya di
bidang pelayanan wisata reliji haji dan umrah. PT. BMA Rihlah Alatas Wisata
merupakan bidang usaha pelayanan wisata reliji yang telah memiliki ijin resmi dari
Kementrian Agama Republik Indonesia. PT. BMA Rihlah Alatas Wisata merupakan
badan usaha dibawah PT. Goenawan Erawisata dengan SK Haji No. 139 tahun 2005 dan
SK Umrah D/653 tahun 2014.
Strategi marketing yang dilakukan oleh BMA Rihlah Alatas Wisata terdiri dari
beberapa strategi. Yang pertama adalah melalui pemasaran di pengajian – pengajian.
Strategi marketing yang kedua adalah penyebaran brosus melalui perantara jamaah yang
sudah pernah melakukan ibadah haji atau umrah melalui pelayanan BMA Rihlah Alatas
Wisata. Strategi marketing yang ketiga adalah dengan promo. Untuk menyiasati
persaingan bisnis yang kian ketat BMA Rihlah Alatas Wisata memiliki promo – promo
menarik salah satunya dalah ibadah umrah rombongan dengan kuota tertentu yang harus
dipenuhi agar biaya umrah dapat dipermurah. Juga promo lain seperti promo umrah
dengan biaya 21 juta rupiah selama 9 hari, jika mendafatar di bulan atau waktu yang
ditentukan. Strategi marketing yang lain adalah pemasaran melalui iklan di televisi.

19

BAB V
Pembahasan dan Analisa Temuan (Findings)
5.1 Hasil Wawancara dengan BMA Alatas Wisata
Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis ke Berkah Maghfiroh Amanah
(BMA) Rihlah Alatas Wisata dengan narasumber Bapak Ahmad selaku manager agen
wisata ini, penulis menemukan beberapa penemuan. Berikut ini adalah penemuanpenemuan dalam penelitian yang didapat penulis dari wawancara dengan nasarasumber
BMA Rihlah Alatas Wisata:
Seseorang cenderung untuk merubah tindakan dan perilakunya sekembalinya
dari umrah, khususnya dalam hal berpakaian. Kebanyakan masyarakat merubah gaya
berpakainnya menjadi lebih tertutup dan terlihat lebih agamis setelah pergi umrah.
Penulis melihat kecenderungan merubah gaya berpakaian ini sebagai tindakan untuk
menunjukkan status sosial mereka. Nyatanya, masyarakat memang mengaggap orang
yang sudah pernah beribadah umrah memiliki tingkatan sosial yang lebih tinggi. Mereka
dianggap sebagai orang-orang yang memiliki pengetahuan agama yang lebih dari
masyarakat yang belum pernah beribadah umrah sehingga mereka lebih dihormati di
lingkungan masyarakat. Karena itu, masyarakat yang kembali dari ibadah umrah
biasanya cenderung untuk merubah cara berpakainnya untuk mencerminkan status
sosialnya dan pemahaman agamanya.
Walaupun dengan adanya pandangan bahwa ibadah umrah dapat meningkatkan
status sosial seseorang, Bapak Ahmad menilai jemaah-jemaah haji asal Malang adalah
jemaah yang tulus dan memang memiliki niat beribadah, bukan untuk sekedar
menaikkan status sosial mereka. Niat beribadah ini tidak hanya ditunjukkan oleh orangorang dewasa saja, nyatanya remaja-remaja kota Malang juga sudah mulai ikut
melakukan ibadah haji. Kebanyakan remaja-remaja ini berangkat ibadah umrah
bersama-sama dengan keluarganya, dengan niatan benar-benar untuk melayani bukan
karena mengikuti tren. Namun, penulis melihat kecenderungan remaja-remaja untuk
berangkat ibadah umrah bersama keluarganya ini dilatarbelakangi oleh faktor lain selain
niatan remaja-remaja tersebut untuk pergi beribadah. Sesuai dengan informasi yang

20

diterima dari narasumber, kebanyakan remaja-remaja ini berangkat bersama-sama
dengan keluarganya dan sedikit sekali yang pergi sendiri tanpa keluarganya. Menurut
penulis, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya keberangkatan remaja-remaja ini tidak
benar-benar merupakan inisiatif mereka sendiri. Keberangkatan remaja-remaja ini
bersama dengan keluarganya ini sebenarnya juga memiliki tujuan untuk mendapatkan
paket keberangkatan yang lebih murah. Biaya perseorangan untuk berangkat ibadah
umroh adalah sekitar Rp 20.000.000,00 namun agen-agen haji biasanya menawarkan
promo potongan harga bagi jemaah-jemaah yang berangkat dengan rombongan. Hal ini
merupakan salah satu strategi pemasaran agen untuk mendapatkan lebih banyak
pelanggan. Bila jemaah haji berangkat dalam paket rombongan, harga perseorangan bisa
turun hingga sekitar Rp17.000.000,00. Untuk itu, biasanya masyarat mengajak
sebanyak mungkin keluarga dan orang-orang terdekatnya untuk berangkat umrah
bersama-sama, dan banyak juga akhirnya remaja-remaja yang diajak oleh keluarganya.
Selain dengan memberikan promo-promo harga seperti contoh di atas, agen
travel haji BMA juga memiliki strategi promosi lain seperti publikasi melalui TV,
banner, kunjungan langsung ke tempat-tempat pengajian, serta promosi dari mulut ke
mulut. Dari semua strategi promosi tersebut, narasumber menilai sebenarnya strategi
yang paling efektif adalah promosi dari mulut ke mulut. Dengan promosi dari mulut ke
mulut ini agen travel tidak harus mengeluarkan banyak tenaga, waktu dan uang untuk
melakukan promosi karena pelanggan yang telah menikmati pelayanan agen BMA
sendirilah yang akan menceritakan dan mempromosikan kepada orang-orang sekitarnya
tentang pelayanannya menggunakan pelayananan BMA. Dengan begini, pelanggan
yang telah merasakan pelayanan BMA biasanya akan membawa pelanggan-pelanggan
baru lainnya untuk menggunakan layanan BMA. Selain melihat hal ini sebagai strategi
pemasaran yang efektif bagi agen travel haji, penulis juga dapat melihat hal ini sebagai
suatu fenomena budaya menarik. Dari informasi ini penulis dapat melihat bahwa
masyarakat yang telah melakukan ibadah umrah senang untuk menceritakan
pengalaman ibadahnya kepada orang-orang lain di sekitarnya yang belum pernah
melaksanakan ibadah umrah, sehingga orang yang belum pernah melakukan ibadah
umrah menjadi tertarik untuk bisa juga melaksanakannya. Hal ini berkaitan erat dengan
pandangan bahwa ibadah umrah dapat meningkatkan status sosial seseorang. Dengan
adanya prestise yang didapatkan dari pengalaman beribadah umrah, masyarakat

21

cenderung untuk menceritakannya kepada orang-orang di sekitarnya dan menarik orang
lain untuk ingin juga merasakannya.
5.2 Hasil Kuisioner
Untuk menyeimbangkan hasil penemuan dari agen travel haji yang penulis
dapatkan dari wawancara dengan BMA Alatas Wisata, penulis berusaha mencari
informasi lain dari pandangan masyarakat dengan cara menyebarkan kuisioner.
Mempertimbangkan efektifitas waktu, tenaga, dan jangkauan, penulis menyebarkan
kuisioner ini secara online. Berikut ini adalah hasil kuisioner yang disebarkan:
a)

Dari sejumlah masyarakat yang mengisi kuisioner yang disebarkan, 72,7% di
antaranya setuju bahwa setelah melaksanakan ibadah haji, status sosial seseorang dapat
meningkat.
b)

22

Namun dalam pertanyaan selanjutnya 89,4% persen masyarakat menjawab
bahwa alasan utama seseorang menaikkan ibadah umrah adalah karena kebutuhan
rohani. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memang menyadari bahwa ibadah
umrah memang dapat meningkatkan status sosial, namun motivasi utama orang-orang di
sekitar mereka adalah karena kebutuhan rohani.
c)

Ketika melaksanakan ibadah haji, terdapat fenomena menarik di mana beberapa
orang yang seharusnya beribadah justru sibuk berfoto di depan ka’bah. Ketika ditanyai
tanggapan mereka mengenai hal ini, 60.6% masyarakat menjawab dalam kuisioner
bahwa mereka merasa biasa saja melihat hal ini. Hal ini diakibatkan karena karena
kuisioner ini dibagikan di kalangan anak muda, di mana beberapa dari mereka juga
melakukan hal ini sehingga mereka memandang hal ini sebagai sesuatu yang biasa saja.
Bisa dibilang hal ini sudah menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan oleh mereka
sehingga mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang mengganggu. Namun akan
lain hal-nya jika sasaran responden wawancara adalah orang dewasa yang memang
melaksanakan ibadah haji atau umrah untuk pemenuhan kebutuhan rohani mereka.

23

d)

Sebagian besar, yaitu 69.7% masyarakat menjawab dalam kuisioner bahwa
mereka melihat adanya perubahan cara berpakaian orang-orang di sekitar mereka
sekembalinya mereka dari ibadah haji. Hal ini menunjukkan bahwa memang
pelaksanaan ibadah umrah dapat membuat masyarakat merasa status sosialnya
meningkat dan membuatnya merubah cara berpakaiannya, dan masyarakat di sekitarnya
pun menyadari perubahan tersebut.

24

BAB VI
Penutup
5.1 Kesimpulan
Budaya haji di Indonesia memiliki banyak motif seperti untuk alasan
rohani, mengikuti orang tua atau trend yang ada. Seperti yang ada di budaya untuk
berhaji di kalangan remaja di Malang Raya, kebanyakan atas mereka melaksanakan
haji atau umroh benar – benar sebagai ibadah atau penyejukan atas rohani mereka.
Dan ada pula yang pergi haji atau umroh diajak atau untuk mendampingi orang tua
mereka.
Haji dan umroh ini juga mempengaruhi sosial yang ada di masyarakat.
Bagi mereka yang yang berangkat haji ataupun umroh akan mendapatkan status
sosial yang lebih tinggi di mata orang sekitarnya. Mereka akan lebih dipandang
sebagai orang yang lebih paham atas agama. Hal ini juga didukung pada orang –
orang yang baru pulang dari haji atau umrohnya mereka jadi lebih berdakwah dan
juga penampilan mereka menjadi berubah.
Sebagai salah satu penyedia sarana atas keberangkatan dan pelaksanaan
haji atau umroh di Kota Malang, mereka melakukan publikasikan lewat media –
media yang ada seperti televise atau banner – banner yang dipasang disekitaran
Kota Malang. Dan juga agar lebih mengena mereka masuk ke dalam masyarakat
seperti mendatangi pengajian – pengajian maupun dengan pembicaraan dari mulut
ke mulut.
Namun pelaksanaan mereka juga memiliki hambatan. Seperti contohnya
pada masalah penerbangan. Penerbangan tersebut haruslah dipesan setahun
sebelum keberangkatan. Begitu juga dengan adanya kebijakan atas pembatasan
untuk pergi haji ataupun umroh. Pembatasan tersebut ialah boleh berangkat haji
atau umroh hanya satu kali dalam tiga tahun atau harus membayar Rp. 7.000.000
jika ingin tetap berangkat.

25

5.2. Saran
Dalam penelitian ini alangkah lebih baik jika penulis menargetkan responden
wawancara yang lain terutama responden dengan usia dewasa agar hasil kuisioner dapat
lebih terpercaya.

26

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku

Abdul Kholiq, 2015, Dinamika dan Perspektif haji Indonesia, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Appadurai, A, 2005, Modernity at Large:Cultural Dimension of Globalization,
USA:University of Minnesota Press.
Bodgan, Robert & Steven J. Taylor. 1993. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya:
Usaha Nasional.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format-format Kualitatif dan
Kuantitatif. Rajawali Pers. Hal. 124.
Firmanzah, 2007, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Pusat Pengkajian Islam dan Pengabdian Masyarakat, 1986, Studia Islamika, Jakarta,
IAIN Syarif Hidayatullah.

Websites
Assegaf, Faisal, "Jumlah Jamaah Umrah di Indonesia Tahun Ini Terbanyak Ketiga",
Albalad.co, 26 Juni 2016, diakses pada 28 Mei 207,
http://albalad.co/kabar/2016A6148/jumlah-jamaah-umrah-indonesia-tahun-initerbanyak-ketiga/
Badan Pusat Statistik, "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut
berdasarkan sensus penduduk 2010."
Firmanto, Danang, "Ini Daftar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji 2016, Tempo.co, 25
Mei 2016, diakses pada 28 Mei 2017,
https://m.tempo.co/read/news/2016/05/25/173773871/ini-daftar-biayapenyelenggaraan-ibadah-haji-2016

Hasan, Akhmad Muawal, "Usaha Arab Saudi Menyedot Riyal dari Umrah dan Haji",
Tirto.id, 14 September 2016, diakses pada 25 Mei 2017, https://tirto.id/usahaarab-saudi-menyedot-riyal-dari-umrah-dan-haji-bKL8
Hasan, Anwar, "Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)", Kantor
Kementrian Agama Kabupaten Kerinci, 12 Mei 2013, diakses pada 25 Mei
2017, http://kerinci.kemenag.go.id/2013/05/12/asal-usul-gelar-haji-di-indonesiamenurut-berbagai-versi/
Kementrian Agama Republik Indonesia, "Kuota Haji Indonesia tahun 2017 Bertambah
52.200", Kemenagri. 11 Januari 2017, diakses pada 20 Mei 2017,
https://www.kemenag.go.id/berita/443667/kuota-haji-indonesia-tahun-2017bertambah-52-200
Khazzanah Haji Umroh, "Biaya Paket Haji ONH Plus Tahun 2017 Izin Resmi Kemenag
RI", 11 Oktober 2016, diakses pada 28 Mei 2017,
http://www.khazzanahhajiumroh.com/2016/10/biaya-paket-haji-onh-plus-tahun2017.html
Putri, Parastiti Kharisma, "Calon Jemaah Umrah Kembali Datangi Kantor First Travel",
Detik News, 22 Mei 2017, diakses pada 28 Mei 2017,
https://news.detik.com/berita/d-3508017/calon-jemaah-umrah-kembali-datangikantor-first-travel
Rakhmatulloh, "Kuota Haji Indonesia Tahun 2017 Sebanyak 221 Ribu", Sindonews, 11
Januari 2017, diakses pada 20 Mei 2017,
https://nasional.sindonews.com/read/1170091/15/kuota-haji-indonesia-tahun2017-sebanyak-221-ribu-orang-1484134809
Sejarah Naik Haji. Diakses 27 Mei 2017. https://umroh.travel/sejarah-naik-haji/
Sejarah

Perjalanan

Haji

Indonesia

sejak

abad-16. Diakses

27

Mei

2017.

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/09/12/sejarah-perjalanan-hajiindonesia-sejak-abad-16
Tashandra, Nabilla, "Lamanya Daftar Tunggu Haji dan Usulan Mengurangi Jumlah
Jemaah Lansia", Kompas, 17 Januari 2017, diakses pada 25 Mei 2017,
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/17/10112241/lamanya.daftar.tunggu.h
aji.dan.usulan.mengurangi.jumlah.jemaah.lansia

Wahyuni, Natasia Christy, "Jamaah Berpaspor Filipina, 8 Agen Haji Ilegal Terlibat",
Beritasatu, 23 Agustus 206, diakses pada 28 Mei 2017,
http://www.beritasatu.com/timur-tengah/381334-jemaah-berpaspor-filipina-8agen-haji-ilegal-terlibat.html