Tugas Bahasa Indonesia NAMA APRIANSYA KE
Tugas Bahasa Indonesia
NAMA : APRIANSYA
KELAS : AK.1’2
NIM : 14401096
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG
( STIE YPUP )
Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Penyalahgunaan Budaya Berbahasa di Kalangan Remaja
Di zaman modern ini, banyak sekali penggunaan Bahasa Indonesia yang
sering disalahgunakan di kalangan remaja. Seperti contoh, banyaknya bermunculan
Bahasa-bahasa Indonesia yang tidak baku dan sering diplesetkan. Seperti Bahasa
Alay, Bahasa Gaul, Bahasa prokem (preman), Bahasa G, Bahasa Gay dll. Yang jelasjelas serapan kata-kata yang digunakan sangat tidak sesuai dengan kepribadian
generasi muda yang diharapkan. Generasi muda yang cerdas, bijak dan bertanggung
jawab. Karena telah disebutkan pada peribahasa yang berbunyi “Bahasa Menunjukkan
Bangsa.” Ungkapan ini sebenarnya menggambarkan betapa pentingnya bahasa dalam
mencerminkan identitas bangsa yang kuat dan berwibawa. Karena seorang yang
berwibawa dapat dilihat dari kaidah bahasa yang Ia gunakan. Semakin terstrukturnya
bahasa yang Ia gunakan maka semakin tinggi pula kewibawaan orang tersebut.
Bahasa yang seperti itulah yang diharapkan dapat dikuasai oleh para generasi muda
zaman sekarang.
Namun, sekarang kenyataannya berbeda. Kata-kata yang sering mereka
gunakan untuk berinteraksi sering sekali meleset dari kaidah berbahasa Indonesia
yang sesungguhnya. Mereka sering menggunakan kata-kata yang sering mereka sebut
Bahasa alay. Seperti kata-kata alay yang sekarang lagi booming adalah “ciyuss?
Mieapahh? Enelan? Cuel?” dan masih banyak lagi. Kata-kata seperti itu tidak
menunjukkan pribadi dan karakter bangsa yang sesungguhnya. Kata-kata yang malah
menjadi bumerang untuk menghancurkan bangsa kita sendiri.
Kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di
kalangan remaja umumnya mengunakan bahasa yang salah atau menyimpang. Dan
sedikit sekali orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baku atau benar.
Kesalahan ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, budaya
(kebiasaan), pendidikan yang salah, mungkin juga masuknya budaya asing dan
mencampurnya dengan bahasa indonesia agar terihat menjadi mudah bagi yang
menciptakannya. Lingkungan juga sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari –
hari kita, misalnua lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan bermain,
dan forum – forum lainnya, banyak sekali pengucapan – pengucapan yang salah dan
menjadi kebiasaan di kalangan remaja. Saya pun sebagai anak remaja juga merasakan
bagaimana penggunaan bahasa yang salah ini sudah menjadi kebiasaan di dalam
kehidupan kita sehari – hari. Misalnya dengan mencampurkan Bahasa Inggris dengan
Bahasa Indonesia dan dicampurkan lagi dengan Bahasa Betawi, contoh “gua lagi
OTW nih, kamu dimana ?”. Menurut mereka, bila orang asing saja melakukan hal ini,
berarti hal ini sudah mendunia dan keren jika dilakukan. Bisa dikatakan ini adalah
faktor psikologi. Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih
familier. Tidak perlu belajar khusus untuk bisa berbahasa campur gaul ini. Namun
menurut saya faktor psikologilah yang paling mempengaruhi pencampuran bahasa
asing dengan bahasa Indonesia.
Budaya bahasa campuran yang seperti itu harus segera dihentikan dengan,
memberi kembali bimbingan, arahan, dan motivasi yang kurang kepada generasi
muda. Kita harus tekankan dan yakinkan kepada generasi muda bahwa mereka
sebagai penerus harus kembali melestarikan budaya berbahasa yang sempat luntur di
kalangan remaja. Dan memberi sebuah penghargaan kepada generasi muda yang
mampu melestarikan budaya berbahasanya. Agar mereka tetap bersemangat dalam
berbahasa Indonesia. Jadi disini, kita sebagai generasi muda dan juga generasi
penerus sama-sama berusaha untuk mengembalikan kembali budaya berbahasa yang
baik di semua kalangan. Terutama kalangan remaja.
NAMA : APRIANSYA
KELAS : AK.1’2
NIM : 14401096
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG
( STIE YPUP )
Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Penyalahgunaan Budaya Berbahasa di Kalangan Remaja
Di zaman modern ini, banyak sekali penggunaan Bahasa Indonesia yang
sering disalahgunakan di kalangan remaja. Seperti contoh, banyaknya bermunculan
Bahasa-bahasa Indonesia yang tidak baku dan sering diplesetkan. Seperti Bahasa
Alay, Bahasa Gaul, Bahasa prokem (preman), Bahasa G, Bahasa Gay dll. Yang jelasjelas serapan kata-kata yang digunakan sangat tidak sesuai dengan kepribadian
generasi muda yang diharapkan. Generasi muda yang cerdas, bijak dan bertanggung
jawab. Karena telah disebutkan pada peribahasa yang berbunyi “Bahasa Menunjukkan
Bangsa.” Ungkapan ini sebenarnya menggambarkan betapa pentingnya bahasa dalam
mencerminkan identitas bangsa yang kuat dan berwibawa. Karena seorang yang
berwibawa dapat dilihat dari kaidah bahasa yang Ia gunakan. Semakin terstrukturnya
bahasa yang Ia gunakan maka semakin tinggi pula kewibawaan orang tersebut.
Bahasa yang seperti itulah yang diharapkan dapat dikuasai oleh para generasi muda
zaman sekarang.
Namun, sekarang kenyataannya berbeda. Kata-kata yang sering mereka
gunakan untuk berinteraksi sering sekali meleset dari kaidah berbahasa Indonesia
yang sesungguhnya. Mereka sering menggunakan kata-kata yang sering mereka sebut
Bahasa alay. Seperti kata-kata alay yang sekarang lagi booming adalah “ciyuss?
Mieapahh? Enelan? Cuel?” dan masih banyak lagi. Kata-kata seperti itu tidak
menunjukkan pribadi dan karakter bangsa yang sesungguhnya. Kata-kata yang malah
menjadi bumerang untuk menghancurkan bangsa kita sendiri.
Kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di
kalangan remaja umumnya mengunakan bahasa yang salah atau menyimpang. Dan
sedikit sekali orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baku atau benar.
Kesalahan ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, budaya
(kebiasaan), pendidikan yang salah, mungkin juga masuknya budaya asing dan
mencampurnya dengan bahasa indonesia agar terihat menjadi mudah bagi yang
menciptakannya. Lingkungan juga sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari –
hari kita, misalnua lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan bermain,
dan forum – forum lainnya, banyak sekali pengucapan – pengucapan yang salah dan
menjadi kebiasaan di kalangan remaja. Saya pun sebagai anak remaja juga merasakan
bagaimana penggunaan bahasa yang salah ini sudah menjadi kebiasaan di dalam
kehidupan kita sehari – hari. Misalnya dengan mencampurkan Bahasa Inggris dengan
Bahasa Indonesia dan dicampurkan lagi dengan Bahasa Betawi, contoh “gua lagi
OTW nih, kamu dimana ?”. Menurut mereka, bila orang asing saja melakukan hal ini,
berarti hal ini sudah mendunia dan keren jika dilakukan. Bisa dikatakan ini adalah
faktor psikologi. Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih
familier. Tidak perlu belajar khusus untuk bisa berbahasa campur gaul ini. Namun
menurut saya faktor psikologilah yang paling mempengaruhi pencampuran bahasa
asing dengan bahasa Indonesia.
Budaya bahasa campuran yang seperti itu harus segera dihentikan dengan,
memberi kembali bimbingan, arahan, dan motivasi yang kurang kepada generasi
muda. Kita harus tekankan dan yakinkan kepada generasi muda bahwa mereka
sebagai penerus harus kembali melestarikan budaya berbahasa yang sempat luntur di
kalangan remaja. Dan memberi sebuah penghargaan kepada generasi muda yang
mampu melestarikan budaya berbahasanya. Agar mereka tetap bersemangat dalam
berbahasa Indonesia. Jadi disini, kita sebagai generasi muda dan juga generasi
penerus sama-sama berusaha untuk mengembalikan kembali budaya berbahasa yang
baik di semua kalangan. Terutama kalangan remaja.