Malas dalam perspektif islam (3)
Malas dalam perspektif islam
“Di eritaka kepada Rasulullah SAW tentang orang-orang yang sangat semangat
sekali dalam beribadah, maka beliau berkata, "Itulah puncak semangat (pengamalan) Islam
dan kesungguhannya. Setiap semangat akan mencapai puncaknya, dan setiap puncaknya
akan ada masa kemalasan. Barangsiapa yang waktu malasnya dalam batas wajar dan tetap
dalam sunnah, maka dia telah menempuh jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang
kemalasannya melakukan kemaksiatan, maka itulah ya g elaka.’ (HR. Ah ad)
DEFINISI MALAS
Malas dalam bahasa Arab disebut dengan al-kaslu yang bermakna berat untuk
mengerjakan sesuatu dan berhenti dari menyempurnakan sesuatu. Imam Raghib alAshfahani rahimahullah e gataka , Malas adalah erasa berat dala suatu urusa ya g
seharus ya tidak perlu erasa berat.
Futur adalah kemalasan setelah semangat dan giat. Tidak diragukan lagi, hal itu
merupakan penyakit pada diri seseorang pada suatu waktu. Baik dalam masalah agama atau
urusan dunia. Hal itu merupakan tabiat yang Allah telah ciptakan. Setiap orang di dapatkan
pada dirinya semangat dalam beribadah, bekerja, mencari ilmu dan berdakwah. Kemudian
setelah berjalan beberapa waktu, ditimpa kemalasan. Sehingga semangatnya melemah
dalam melakukan kebaikan yang telah dilakukannya. Perlu diketahui, setiap orang akan
diperhitungkan sesuai dengan kemalasannya. Barangsiapa yang ketika malas sampai
meninggalkan kewajiban dan jatuh ke sesuatu yang diharamkan, maka dia dalam bahaya
besar. Naudzubillah min zalik.
MACAM-MACAM MALAS
Sifat malas ada dua macam. Pertama, Malasnya akal, tidak memakainya untuk
berpikir dan merenungi ciptaan Allah SWT atau bisa juga tidak menggunakan akal untuk
sesuatu yang memperbaiki dirinya, berupa dunia dan kehidupannya. Tidaklah kemunduran
sebuah kaum kecuali karena sebab malasnya orang-orang yang berakal dan sedikitnya orang
yang mau memanfaatkan kekuatan fikiran. Kedua, Malasnya badan. Yaitu mencakup seluruh
anggota badan. Malas ini akan memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi
kemaslahatan diri pribadi secara mikro, dan lingkungan sekitarnya secara makro.
SEBAB-SEBAB MALAS
1. Tabiat manusia itu sendiri
Di antara manusia ada yang terbiasa untuk berjiwa malas. Jiwanya condong untuk
menunda-nunda sebuah urusan. Tidak ada semangat untuk mencapai perkara yang
sempurna. Hidupnya habis untuk bermalas-malasan, jalan di tempat, dan tidak maju-maju.
Semoga kita terhindar dari tabiat ini, amin.
Nasihat Pekanan Insan Takaful 052, 08-12-2014
Page 1
2. Pendidikan di rumah
Pendidikan di dalam rumah mempunyai peranan yang sangat besar dalam
membentuk kepribadian seseorang. Anak pemalas, bisa jadi karena kebiasaan di rumahnya
demikian. Inilah pentingnya menanamkan pendidikan yang benar sejak di dalam rumah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Betapa ba yak ora g ya g e bi asaka
anaknya, kelezatan hatinya hanya untuk dunia, sedang dirinya lalai dari kampung akhirat.
Tidak mendidik anaknya, malah membantu anak untuk memuaskan nafsunya. Dia
menyangka dengan demikian telah berbuat baik dan memuliakan anaknya, bahkan yang
benar dia telah menghinakan, dia menyangka menyayangi padahal hakikatnya menzaliminya.
Maka hilanglah kesempatan untuk mengambil manfaat dari anaknya, dan hilanglah darinya
bagiannya di dunia dan akhirat. Apabila engkau perhatikan kerusakan pada anak, maka
e gkau aka dapati bahwa sebab u u ya adalah dari seora g bapak.
3. Lingkungan dan masyarakat
Dua perkara ini punya pengaruh besar dalam perubahan diri seseorang. Seorang yang
tumbuh dalam lingkungan yang baik akan melatih jiwa menjadi semangat. Hal ini bagaikan
sebuah tanaman yang tumbuh di tanah yang baik. Allah SWT berfirman :
ٕ
ٔ
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran [Kami] bagi orang-orang yang bersyukur. (Al-A’râf: 58).
ϰ. Banyak tidur
Banyak tidur membuat hati menjadi kotor. Jiwanya akan merasa malas, tidak punya
semangat untuk berbuat kebaikan dalam memanfaatkan waktunya. Waktunya habis di atas
kasur, tercegah dari kebaikan yang banyak. Bahkan tidak mustahil perkara yang Allah
wajibkan seperti shalat jadi terlalaikan, bahkan juga menjadi sebab percekcokan dalam
rumah tangga!!
ϱ. Panjang angan-angan dan sering menunda-nunda pekerjaan
Ini adalah problem besar yang sering menghambat dalam pemanfaatan waktu. Jikalau
seorang pekerja tertimpa penyakit ini, bisa dipastikan performance dan kinerjanya sangat
tidak bisa diharapkan. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan ancaman yang keras bagi
orang yang sering menunda-nunda dan berangan-angan. Firman-Nya:
Biarkanlah mereka [di dunia ini] makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan [kosong], maka kelak mereka akan mengetahui [akibat perbuatan mereka].
(QS. Al-Hijr [15]: 3)
Semoga kita semua selalu semangat dan terhindar dari sifat malas. Karena kemalasan adalah
sumber kemudharatan bagi kita pribadi maupun perusahaan tempat kita bekerja.
Wallahu A’la u is Showa
Satibi Darwis
Sekretaris Dewan Pengawas Syariah
Nasihat Pekanan Insan Takaful 052, 08-12-2014
Page 2
“Di eritaka kepada Rasulullah SAW tentang orang-orang yang sangat semangat
sekali dalam beribadah, maka beliau berkata, "Itulah puncak semangat (pengamalan) Islam
dan kesungguhannya. Setiap semangat akan mencapai puncaknya, dan setiap puncaknya
akan ada masa kemalasan. Barangsiapa yang waktu malasnya dalam batas wajar dan tetap
dalam sunnah, maka dia telah menempuh jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang
kemalasannya melakukan kemaksiatan, maka itulah ya g elaka.’ (HR. Ah ad)
DEFINISI MALAS
Malas dalam bahasa Arab disebut dengan al-kaslu yang bermakna berat untuk
mengerjakan sesuatu dan berhenti dari menyempurnakan sesuatu. Imam Raghib alAshfahani rahimahullah e gataka , Malas adalah erasa berat dala suatu urusa ya g
seharus ya tidak perlu erasa berat.
Futur adalah kemalasan setelah semangat dan giat. Tidak diragukan lagi, hal itu
merupakan penyakit pada diri seseorang pada suatu waktu. Baik dalam masalah agama atau
urusan dunia. Hal itu merupakan tabiat yang Allah telah ciptakan. Setiap orang di dapatkan
pada dirinya semangat dalam beribadah, bekerja, mencari ilmu dan berdakwah. Kemudian
setelah berjalan beberapa waktu, ditimpa kemalasan. Sehingga semangatnya melemah
dalam melakukan kebaikan yang telah dilakukannya. Perlu diketahui, setiap orang akan
diperhitungkan sesuai dengan kemalasannya. Barangsiapa yang ketika malas sampai
meninggalkan kewajiban dan jatuh ke sesuatu yang diharamkan, maka dia dalam bahaya
besar. Naudzubillah min zalik.
MACAM-MACAM MALAS
Sifat malas ada dua macam. Pertama, Malasnya akal, tidak memakainya untuk
berpikir dan merenungi ciptaan Allah SWT atau bisa juga tidak menggunakan akal untuk
sesuatu yang memperbaiki dirinya, berupa dunia dan kehidupannya. Tidaklah kemunduran
sebuah kaum kecuali karena sebab malasnya orang-orang yang berakal dan sedikitnya orang
yang mau memanfaatkan kekuatan fikiran. Kedua, Malasnya badan. Yaitu mencakup seluruh
anggota badan. Malas ini akan memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi
kemaslahatan diri pribadi secara mikro, dan lingkungan sekitarnya secara makro.
SEBAB-SEBAB MALAS
1. Tabiat manusia itu sendiri
Di antara manusia ada yang terbiasa untuk berjiwa malas. Jiwanya condong untuk
menunda-nunda sebuah urusan. Tidak ada semangat untuk mencapai perkara yang
sempurna. Hidupnya habis untuk bermalas-malasan, jalan di tempat, dan tidak maju-maju.
Semoga kita terhindar dari tabiat ini, amin.
Nasihat Pekanan Insan Takaful 052, 08-12-2014
Page 1
2. Pendidikan di rumah
Pendidikan di dalam rumah mempunyai peranan yang sangat besar dalam
membentuk kepribadian seseorang. Anak pemalas, bisa jadi karena kebiasaan di rumahnya
demikian. Inilah pentingnya menanamkan pendidikan yang benar sejak di dalam rumah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Betapa ba yak ora g ya g e bi asaka
anaknya, kelezatan hatinya hanya untuk dunia, sedang dirinya lalai dari kampung akhirat.
Tidak mendidik anaknya, malah membantu anak untuk memuaskan nafsunya. Dia
menyangka dengan demikian telah berbuat baik dan memuliakan anaknya, bahkan yang
benar dia telah menghinakan, dia menyangka menyayangi padahal hakikatnya menzaliminya.
Maka hilanglah kesempatan untuk mengambil manfaat dari anaknya, dan hilanglah darinya
bagiannya di dunia dan akhirat. Apabila engkau perhatikan kerusakan pada anak, maka
e gkau aka dapati bahwa sebab u u ya adalah dari seora g bapak.
3. Lingkungan dan masyarakat
Dua perkara ini punya pengaruh besar dalam perubahan diri seseorang. Seorang yang
tumbuh dalam lingkungan yang baik akan melatih jiwa menjadi semangat. Hal ini bagaikan
sebuah tanaman yang tumbuh di tanah yang baik. Allah SWT berfirman :
ٕ
ٔ
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran [Kami] bagi orang-orang yang bersyukur. (Al-A’râf: 58).
ϰ. Banyak tidur
Banyak tidur membuat hati menjadi kotor. Jiwanya akan merasa malas, tidak punya
semangat untuk berbuat kebaikan dalam memanfaatkan waktunya. Waktunya habis di atas
kasur, tercegah dari kebaikan yang banyak. Bahkan tidak mustahil perkara yang Allah
wajibkan seperti shalat jadi terlalaikan, bahkan juga menjadi sebab percekcokan dalam
rumah tangga!!
ϱ. Panjang angan-angan dan sering menunda-nunda pekerjaan
Ini adalah problem besar yang sering menghambat dalam pemanfaatan waktu. Jikalau
seorang pekerja tertimpa penyakit ini, bisa dipastikan performance dan kinerjanya sangat
tidak bisa diharapkan. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan ancaman yang keras bagi
orang yang sering menunda-nunda dan berangan-angan. Firman-Nya:
Biarkanlah mereka [di dunia ini] makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan [kosong], maka kelak mereka akan mengetahui [akibat perbuatan mereka].
(QS. Al-Hijr [15]: 3)
Semoga kita semua selalu semangat dan terhindar dari sifat malas. Karena kemalasan adalah
sumber kemudharatan bagi kita pribadi maupun perusahaan tempat kita bekerja.
Wallahu A’la u is Showa
Satibi Darwis
Sekretaris Dewan Pengawas Syariah
Nasihat Pekanan Insan Takaful 052, 08-12-2014
Page 2