Ilmu Sosial Dasar Laporan Penelitian

Laporan Penelitian
Rawannya Pencurian Helm di Fisipol UGM

Oleh:
Farahita Nandini
15/378687/SP/26641
Jurusan Politik dan Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Gadjah Mada
2015
BAGIAN I
PENGANTAR

Saat awal saya datang ke Yogyakarta dan masih berstatus sebagai mahasiswa
belum resmi UGM, saya dan beberapa teman serta kakak tingkat mengadakan rapat
untuk debat yang akan dilaksanakan pada hari ke-3 PPSMB. Kami memilih
foodcourt gelanggang mahasiswa sebagai tempat rapat. Saat itu saya menuju tempat
tersebut dengan menggunakan motor berdua dengan teman saya. Setelah rapat
selesai, saya bergegas pulang. Namun ada hal yang aneh saat menyusuri jalan menuju
motor saya. Helm yang saya gantungkan sebelumnya sudah lenyap. Sempat terkejut
dengan peristiwa tersebut karena ini adalah first time dan belum pernah merasakan

hal ini sebelumnya. Saya mengira bahwa di lingkungan UGM keamanan akan sangat
terjamin. Karena itu, dengan percaya diri saya membiarkan helm menggantung begitu
saja dengan banyaknya orang yang berlalu lalang disekitar tempat tersebut.
Setelah saya resmi menjadi mahasiswa UGM yang ditandai dengan
berakhirnya masa PPSMB 2015, saya mulai menjalani perkuliahan. Ternyata
peristiwa serupa juga terjadi dengan teman satu jurusan saya dan saudara saya yang
menempuh studinya di UGM, mereka mengaku pernah kehilangan helm di kawasan
kampus UGM. Ada pula berita yang dikabarkan di Balairung Press mengenai
Mahasiswa UGM yang tertangkap basah mencuri helm di parkiran Perpustakaan
Pusat UGM, dan lebih memalukan lagi pelaku tersebut merupakan mahasiswa Fisipol
UGM yang berinisial AHP.
Pencurian yang terjadi menunjukkan bahwa pencuri tersebut telah melanggar
HAM, karena mencuri merupakan tindakan mengambil hak orang lain. Dalam kasus
ini, pencuri tersebut mengambil hak tanpa seizin pemilik helm. Peristiwa ini
merupakan tindakan penyimpangan warga negara yang patut di minimalisir. Seperti
yang kita ketahui bahwa status kewarganegaraan memiliki implikasi mengenai hak
dan kewajiban yang berarti kita harus terlibat didalamnya untuk merubah menjadi
lebih baik. Oleh karena itu, hal tersebut semakin menguatkan saya untuk lebih
mengkaji lagi mengenai kasus rawannya pencurian helm di kawasan kampus UGM.


Karena banyaknya kasus mengenai pencurian helm di kawasan kampus UGM,
disini saya akan membatasi kajian permasalahan saya, yakni di ruang lingkup Fisipol
UGM. Hal tersebut bertujuan memudahkan scope penelitian karena Fisipol
merupakan salah satu fakultas yang rawan terjadinya pencurian helm. Beberapa
gambaran yang saya berikan kemudian memunculkan pertanyaan bermakna, mengapa
masih ada kasus pencurian helm di Fisipol UGM? Pembahasan tersebut akan saya
jabarkan di hasil analisis yang telah saya buat.

BAGIAN II
HASIL ANALISIS

A. Metode Non PAR
Pencurian merupakan tindak kriminalitas dan merugikan masyarakat. Pengertian
Pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam pasal 362
KHUP yaitu: “Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak sembilan ratus rupiah.”
Namun realitanya, pencurian helm yang marak di daerah perkotaan tampaknya
kurang mendapat perhatian dari masyarakat dan kepolisian. Mungkin saja pencurian

helm dianggap remeh dan dipandang sebelah mata. Begitu pula di kampus Fisipol
UGM. Berdasarkan pengalaman saya sendiri, setelah mengalami peristiwa kehilangan
helm itu, saya tidak langsung meminta penjaga untuk mengurusnya karena akan
melewati proses yang panjang sementara saya mempunyai kesibukan lain yang harus
diutamakan dan jika melaporkan pun akan sulit karena pelaku sudah melarikan diri
dan bahkan wujud dari pelaku sendiri tidak diketahui seperti apa.
Permasalahan ini merupakan wujud dari teori penyimpangan sosial. Lebih
khususnya penyimpangan sosial tindakan nonconform, yakni perilaku yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada (Narwako, 2007:101).
Saya dapat memandang permasalahan ini dalam tiga perspektif, yakni dari moral
pelaku, kelalaian korban dan kurangnya keamanan disekitar kampus Fisipol UGM.
Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci:
1.

Moral pelaku
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaku melakukan aksi pencurian helm.
Diantaranya desakan ekonomi yang memaksa mereka melakukan aksi tersebut.
Pelaku berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara tersebut karena
uang dari hasil pekerjaannya tidak mencukupi kebutuhannya. Lucunya tidak
semua pencurian helm terjadi dilatarbelakangi masalah ekonomi. Ada pula orang


yang terpaksa mengambil helm orang lain. Dengan latar belakang takut terhadap
peraturan lalu lintas para pengemudi sepeda motor wajib menggunakan helm.
Karena sebelumnya helmnya hilang diambil pencuri helm. Latar belakang lain
pencurian helm karena senang dengan helm orang lain dan untuk koleksi.
Pencuri helm dengan latar belakang ini biasanya tidak benar – benar mengambil
2.

helm orang lain, ada kalanya hanya ditukar dengan helm yang lebih jelek saja.
Kelalaian korban
Faktor kedua bisa saja terjadi karena ketidaksadaran pemilik helm sehingga
menaruh helmnya dengan cara digantungkan saja. Biasanya karena terlalu
terburu-buru sehingga pemilik berfikir bahwa tidak akan terjadi apapun nantinya.
Kita harus lebih berhati-hati karena kreativitas pencuri sudah sangat bagus.
Walaupun kita sudah yakin dengan cara mengaitkan helm ke motor tetapi pencuri

3.

memotong tali tersebut karena sudah banyak kasus serupa yang terjadi.
Kurangnya keamanan

Faktor ketiga ini sangat mungkin terjadi. Keamanan yang kurang dalam
pengawasan dapat memicu terjadinya pencurian. Personil penjagaan motor
biasanya lengah dan itu merupakan kesempatan emas bagi pencuri. Pihak
keamanan juga harus waspada karena lingkungan di Fisipol UGM merupakan
lingkungan yang bebas, artinya siapapun dapat masuk kedalamnya.

Data
Dalam melakukan penelitian ini, saya menggunakan metode wawancara. Dimana
wawancara dilakukan dengan narasumber dari pihak keamanan dan korban pencurian
helm.
1. Pihak Keamanan
Saya mewawancarai salah satu penjaga basement parkiran gedung BA Fisipol
UGM, yakni Bapak Basuki. Beliau mengatakan bahwa di Fisipol sangat rawan
pencurian helm. Menurutnya, kurangnya personil keamanan sangat mendukung
terjadinya pencurian helm. Beliau hanya berdua dengan temannya untuk menjaga
keamanan, dan itu sangat menyulitkan karena harus selalu waspada dalam
penjagaannya. Kadangkala banyak juga mahasiswa yang tidak melapor saat

mengambil helm kepada petugas, sehingga banyak yang kehilangan atau tertukar.
Masalah pencurian helm sendiri sudah dilaporkan ke atasan, namun menurutnya

belum ada tindak lanjut mengenai permasalahan tersebut.
Transkrip pembicaraan dengan pihak kemanan adalah sebagai berikut.
Saya
: “Apakah di Fisipol rawan pencurian helm?”
Pak Basuki : “Iya, rawan mba. Penjaganya hanya satu atau dua orang.”
Saya
: “Lalu apakah banyak mahasiswa yang melapor?”
Pak Basuki : “Iya, melapor.”
Saya
: “Tindak lanjut dari keamanan sendiri seperti apa?”
Pak Basuki : “Kami lapor ke pimpinan.”
Saya
: “Dari pimpinan tindak lanjutnya bagaimana, Pak?”
Pak Basuki : “Wah saya nggak tau itu Mba. Masalahnya gini, mahasiswa itu kalau
ambil helm nggak bilang pada penjaga. Jadi mereka kadang
ambilnya salah atau gimana. Kalau disini ada yang ambil helm pasti
saya stop. Tapi penjaganya kan cuma satu, jadi untuk mengawasi
sana sini nggak mungkin. Begitu banyak helm.”
Saya
: “Jadi menurut Bapak penjaganya kurang ya?”

Pak Basuki : “Iya kurang, amat kurang. Jadi kalau masih semua disini hanya ada
saya dan teman saya satu. Sedangkan motornya kan banyak sekali.”
Saya
: “Berarti Bapak disini berapa lama?”
Pak Basuki : “Dari pagi sampai jam dua, ada shiftnya.”
Saya
:“Menurut Bapak atau saran Bapak agar di Fisipol tidak rawan
pencurian helm bagaimana?”
Pak Basuki : “Yang pertama, kalau bisa ya mahasiswa melapor ke petugas, kan
saya tahu ‘oh yang pinjam ini’. Saya bisa mengawasi perilaku orang
lain juga. Dan yang kedua ya tambah penjaga itu. Biasanya
Saya

pencurian itu jam dua keatas Mba karena hanya satu penjaganya”
: “Ini kan banyak yang beranggapan bahwa pencurian helm adalah

masalah kecil, menurut Bapak sendiri bagaimana?”
Pak Basuki : “Nggak ngerti itu Mba, helm kan mahal juga. Kami berusaha agar
jangan sampai kehilangan. Makannya kalau ada orang yang ambil
Saya


helm bukan motornya, saya tanyai tolong bilang ke penjaga.”
: “Tindakan yang efektif supaya tidak rawan pencurian helm

bagaimana ya, Pak?”
Pak Basuki : “Itu posternya sudah ada, petunjuknya sudah ada.”
Saya
: “Baik pak, terima kasih atas waktunya. Maaf mengganggu.”
Pak Basuki : “Iya Mba, tidak apa-apa.”

2. Korban Pencurian Helm
Ada 3 narasumber yang dapat saya jadikan acuan dalam penelitian ini.
Nama

Status

Tempat Kehilangan Helm

Ade Wulan


Mahasiswi

Gelanggang Mahasiswa dan
sebelah selasar barat (tempat
yang
dibangun

sekarang

sedang

perpustakaan

Putri Riza N

Bekerja

Fisipol)
Basement gedung BB


Hanung Adhi T

Mahasiswa

Basement gedung BC

Menurut saudari Ade Wulan (Mahasiswi JPP 2015), ia mengaku kehilangan
helmnya sebanyak dua kali. Yang pertama di Gelanggang Mahasiswa (serupa
kasusnya dengan saya) dan yang kedua kalinya di parkiran sebelah selasar barat
Fisipol UGM. Menurutnya, ini merupakan kasus cukup serius yang harus
dihadapi, karena bukan tidak mungkin hal tersebut akan terus terjadi. Ia tak ingin
kasus serupa bisa terjadi dengan orang lain. Hanya berharap bahwa pelaku merasa
jera dan keamanannya dapat ditingkatkan.
B. Metode PAR
Permasalahan mengenai kasus pencurian helm tidak dapat dianggap sebagai hal
yang kecil, karena permasalahan ini menimbulkan kerugian di salah satu pihak, yakni
pihak korban. Terkait dengan penggunaan metode PAR, di dalam penelitian ini saya
melakukan aksiologi guna meminimalisir tindakan pencurian helm di Fisipol UGM.
Berdasarkan data yang saya peroleh, saya dapat menyimpulkan bahwa terdapat dua
penyebab permasalahan tersebut, yakni tingkat kelalaian mahasiswa dan kurangnya

keamanan di Fisipol UGM. Oleh karena itu, saya memilih untuk memanfaatkan
media sosial untuk melakukan perubahan terkait kasus tersebut. Saya menyadari
bahwa kecanggihan teknologi modern menjadi tindakan yang efektif saat ini.

Media sosial yang saya gunakan adalah YouTube yang kemudian saya sebarkan
lagi di akun media sosial yang lain seperti Line, Facebook dan Twitter. Saya membuat
video singkat yang berisi ajakan kepada mahasiswa supaya lebih berhati-hati dan
memberikan saran untuk meminimalisir permasalahan tersebut. Diantaranya ajakan
tersebut berupa:
1. Meningkatkan kesadaran diri
Jika mahasiswa sadar akan pentingnya sebuah helm, pasti ia akan selalu menjaga
helm yang ia punya. Maka dibutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi bagi
mahasiswa supaya lebih berhati-hati terhadap apa yang ia miliki.
2. Membawa dan menitipkan di pos satpam
Cara efektif untuk menjaga helm merupakan membawa atau menitipkan helm di
pos satpam. Di pos satpam terdapat beberapa satpam yang bersedia dititipkan helm
oleh mahasiswa dan saya rasa cara ini dapat meminimalisir adanya pencurian
helm.
3. Izin kepada penjaga
Permasalahan yang dikeluhkan penjaga basement adalah salah satunya mahasiswa
yang tidak melapor jika mengambil helm. Perlu adanya kesadaran mahasiswa
terkait pentingnya melapor jika akan mengambil helm. Sehingga tidak ada
kecurigaan dan kesalahpahaman dari penjaga itu sendiri terhadap mahasiswa.
4. Membeli helm murah jika tidak ingin kehilangan
Cara yang paling efektif adalah membeli helm murah. Tentu pencuri helm
menginginkan helm mahal untuk diambil dan dijual kembali. Jika kita memiliki
helm murah saya rasa pencuri tersebut tidak akan tertarik dan mengambil helm
kita.
Beberapa cara tersebut saya masukkan ke dalam video yang saya buat dan
berharap semoga apa yang saya lakukan dapat merubah kedepannya guna menjadikan
Fisipol yang lebih aman dan tentram.
Setelah sampai pada bulan Maret tahun 2016, penelitian saya mengenai
rawannya pencurian helm di Fisipol UGM dilanjutkan. Tetapi dalam penelitian ini
saya hanya mengamati perubahan yang terjadi di basement Fisipol UGM. Perubahan
yang terjadi berupa bertambahnya poster di sekitar dinding basement Fisipol UGM
yangt bertuliskan “Helm Harap Diamankan Sendiri”. Dengan adanya hal tersebut,
maka penelitian saya mengenai rawannya pencurian helm di Fisipol UGM tampaknya

sudah dapat teratasi. Karena poster yang tertempel tersebut memperingatkan kepada
seluruh warga yang berada di lingkungan Fisipol untuk dapat bertanggung jawab
terhadap helm miliknya sendiri.

BAGIAN III
REFLEKSI

Dari hasil analisis yang telah dibuat, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa
dengan masih adanya kasus pencurian helm kita harus selalu waspada dan berhatihati. Karena pelaku pencurian pasti akan selalu ada dan pencuri tersebut belum bisa
mengaplikasikan moral dengan baik. Beberapa kesulitan yang saya alami dalam
menjalankan penelitian ini pun dapat menjadi pengalaman baru. Tetapi kesulitankesulitan tersebut sudah mulai bisa di atasi. Diantara kesulitan itu adalah sebagai
berikut.
1. Saya masih kesulitan untuk membicarakan dengan pimpinan keamanan untuk
membicarakan peningkatan personil keamanan di Fisipol UGM, karena saya
beranggapan bahwa masalah tersebut sudah ada yang mengatasi.
2. Cara yang sebelumnya belum tergolong efektif untuk dapat disampaikan kepada
mahasiswa tampaknya sudah dapat teratasi. Setelah saya menyebarkan video
tersebut hanya sekitar 50 orang yang menyukai dan tidak lebih dari 20 orang
membagikan lagi video tersebut di timeline mereka. Namun setelah sampai pada
bulan Maret tahun 2016 ini, likers bertambah lebih dari 80 orang. Walaupun saya
tetap belum tahu yang melihat video tersebut adalah warga Fisipol atau bukan.

3. Waktu penelitian yang sebelumnya masih kurang lama untuk dapat melihat
perubahan (walaupun sedikit) yang terjadi di Fisipol UGM, sekarang sudah mulai
tergolong efektif. Karena adanya beberapa bukti poster yang tertempel di dinding
basement Fisipol UGM.
4. Saya tidak tahu siapa saja pencuri helm yang mencuri di Fisipol UGM. Jadi saya
tidak dapat wawancara secara langsung untuk mempertanyakan tujuan pencuri
tersebut mencuri helm.
Dengan adanya beberapa hal yang telah saya jabarkan tersebut, saya rasa
kesulitan-kesulitan yang sebelumnya dialami perlahan sudah dapat teratasi. Meskipun
tidak berjalan secara sangat baik karena masih ada hal yang belum bisa saya
wujudkan seperti meminta kepada pimpinan SKK di Fisipol UGM untuk dapat
meningkatkan personilnya.
Semoga penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk dapat mengurangi
pencurian helm, khusunya di Fisipol UGM sebagai wujud pengaplikasian menjadi
warga negara yang baik. Meskipun banyak kekurangan pada penelitian ini dan
semoga dapat menjadi pengalaman yang lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dewi, Komala KN. 2012. Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian Ringan yang
Dilakukan oleh Anak. Mataram: Universitas Mataram.
Narwako, J Dwi. 2007. Sosiologi. Jakarta: Kencana.
Rachel, James. 2004. Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Internet
http://www.balairungpress.com/2015/05/mahasiswa-ugm-tertangkap-basah-curihelm/ (diakses pada 22 Oktober 2015)
http://www.regional.compas.com/ (diakses pada 2 Desember 2015)