REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK YANG EFEKT (2)
REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK
YANG EFEKTIF
Nama Mahasiswa : Bernadus Sri Kalja Kusuma,
S.ST
NIM : D2A112008
Dosen : Dr. H.ASMU’I, M.Si
Magister Administrasi Publik
Program Pascasarjana Kerjasama UNLAM dan UNKRIP
I.
Latar Belakang
Pelaksanaan administrasi publik di Indonesia masih belum beranjak dari
sistem peninggalan rezim ademokratis. Terlihat korupsi masih menjadi
ancaman utama dalam birokrasi dan kelembagaan pemerintah. Bahkan,
terlintas sistem birokrasi kita masih mengandung unsur sistem kolonial ala
Belanda karena faktor masifnya korupsi ini (melihat masa lalu, VOC
sebagai institusi administrasi zaman kolonialisme bangkrut juga karena
korupsi). Pemerintah selama 10 tahun terakhir ini untuk mereformasi
penyelenggaraan administrasi publiknya, perkiraan ke depan pelaksanaan
administrasi publik di Indonesia masih belum jelas jika pemerintah tidak
berbenah diri. Pemerintah selama ini hanya melakukan reformasi
administrasi publik secara semu dan absurd. Pembaruan administrasi
publik yang dilakukan di Indonesia hanya berubah dari bentuk sketsa
lukisan menjadi lukisan tanpa ekspresi.
Artinya, pemerintah hanya melakukan langkah-langkah reformasi
dalam bentuk ide-ide (ideas) saja, tidak merupakan aksi nyata
(real action). Debirokratisasi, deregulasi, dan perampingan birokrasi
hanya merupakan kebijakan yang berkisar pada ide. Karena tidak dapat
dilihat dalam aksi nyata aparatur pemerintah melainkan hanya dapat
dilihat melalui tabel struktural organisasi atau peraturan tertulis.
Pemerintah berasumsi bahwa sifat-sifat birokrasi lama akan hilang dengan
sendirinya dengan memindah dan menghapus susunan kotak-kotak dalam
tabel structural organisasi, namun melupakan bahwa berbicara perubahan
organisasi berartisesungguhnya berbicara perubahan budaya dan
kapasitas SDM dalamorganisasi. Ketika pemerintah berusaha untuk
melakukan perubahan budaya dan pengembangan kapasitas SDM ini,
usaha yang dilakukan pun akan gagal karena pemerintah lupa untuk
memperbaiki budaya politiknya dan hanyamelakukan pengembangan
SDM yang bersifat artifisial, seremonial, dan formalistis.
II.
Masalah dan Fakta
Dari latar belakang di atas perspektif keberlangsungan sebuah negara,
administrasi publik memegang peranan yang maha penting karena
apabila mampu dilaksanakan dengan baik akan mampu menghindarkan
terjadinya apa yang disebut oleh Diamond sebagai triple crisis of
governance
Tiga krisis itu adalah
a. Kurang tegas dan jelasnya penegakan hukum, (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme dan lainnya).
Berakibat budaya korupsi dan rekening liar di birokrasi masih tinggi
Terbukti berdasarkan penelitian Indonesian Corruption Watch (ICW)
bahwa partai politik, tempat para pemimpin birokrasi mengabdi,
mempunyai reputasi sebagai organisasi terkorup di Indonesia.
b. Ketidakmampuan pemerintah menjaga perdamaian rakyat atau
daerah. (Kesenjangan Sosial, Pelecehan Ras dan Gender, dan lainnya).
c. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau krisis. (Masyarakat tidak
produktif, Banyak pengangguran, Penghabisan Sumber Daya Alam
yang tidak terkontrol, Pembangunan tidak merata pada setiap daerah
dan lainnya)
III.
Solusi
1. Perlu dibakukannya sebuah ukuran kinerja pelayanan publik
dan
pemerintahan
daerah
:
Supaya
tidak menimbulkan
kebingungan seperti yang terjadi selama ini. Pengukuran kinerja
tersebut penting karena birokrat garis depan mempunyai pegangan
bagaimana menyelenggarakan standar pelayanan publik yang baik
dan memuaskan.
2. Pemerintah pusat perlu meningkatkan kapasitas manajemen
dan mengubah budaya ke arah new public management. Dalam
paradigma
sistem
tersebut,
pemerintah
diajak untuk
tidak
mengutamakan sistem dan prosedur, tetapi lebih berorientasi pada
kinerja dan hasil kerja dengan mengutamakan jiwa dan semangat
kewirausahaan. Semangat kewirausahaan itu menurut Osborne dengan
mengutip pendapat J.B. Say “ semangat yang berupaya untuk
mengubah
sumber-sumber
ekonomi
keluar
dari
tingkat produktivitas
yang
rendah
ke
arah
tingkat
produktivitas yang tinggi dan yang menghasilkan lebih besar ”.
Semangat kewirausahaan ini tidak hanya aplikatif untuk diterapkan
terbatas kepada perusahaan swasta saja, namun juga dapat
diterapkan dalam administrasi publik dan pemerintahan daerah.
Apabila eksekutif secara konsisten memilih seluruh jajaran
menterinya berdasarkan pada penilaian kualitas produktifitas dan
kompetensi pribadi, maka birokrasi akan terbebas dari budaya
lamanya, menjadi boneka aktor politik.
3. Pemerintah
juga
harus
membuat
peta
jalan
(roadmap) penyelenggaraan administrasi publik sampai pada
tingkat yang lebih detail dan rinci, yaitu sampai ke tingkat
kecamatan untuk wilayah kota atau tingkat desa untuk wilayah
kabupaten. Hal ini penting karena roadmap yang ada sekarang ini
sangat umum dan tidak jelas petunjuk teknisnya. Dengan cara
pemerintah
melalui
tiap-tiap
departemen
dan
dinas perlu
merencanakan sebuah manajeman strategis agar mampu mengetahui
kekuatan dan kelemahan internalnya, serta mampu menghadapi
tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya.
IV. Kesimpulan
Kesuksesan dalam reformasi adminsitrasi public di Indonesia yang
efektif bergantung pada keseriusan pemerintah pusat dalam
menyelenggarakan pemerintahannya dan mengawasinya dengan
menerapkan standar-standar kinerja pelayanan publik yang mendetail
dari masing-masing instansi pemerintahan daerah sampai pada tingkat
daerah terpencil berdasar tingkatan hasil produktifitas kinerja instansi
tersebut tanpa ada campur tangan aktor politic .
Dengan begitu penyelenggaraan Administrasi Publik menjadi lebih baik
menuju tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat yang diprioritaskan
dengan kualitas pelayanan public yang tinggi.
YANG EFEKTIF
Nama Mahasiswa : Bernadus Sri Kalja Kusuma,
S.ST
NIM : D2A112008
Dosen : Dr. H.ASMU’I, M.Si
Magister Administrasi Publik
Program Pascasarjana Kerjasama UNLAM dan UNKRIP
I.
Latar Belakang
Pelaksanaan administrasi publik di Indonesia masih belum beranjak dari
sistem peninggalan rezim ademokratis. Terlihat korupsi masih menjadi
ancaman utama dalam birokrasi dan kelembagaan pemerintah. Bahkan,
terlintas sistem birokrasi kita masih mengandung unsur sistem kolonial ala
Belanda karena faktor masifnya korupsi ini (melihat masa lalu, VOC
sebagai institusi administrasi zaman kolonialisme bangkrut juga karena
korupsi). Pemerintah selama 10 tahun terakhir ini untuk mereformasi
penyelenggaraan administrasi publiknya, perkiraan ke depan pelaksanaan
administrasi publik di Indonesia masih belum jelas jika pemerintah tidak
berbenah diri. Pemerintah selama ini hanya melakukan reformasi
administrasi publik secara semu dan absurd. Pembaruan administrasi
publik yang dilakukan di Indonesia hanya berubah dari bentuk sketsa
lukisan menjadi lukisan tanpa ekspresi.
Artinya, pemerintah hanya melakukan langkah-langkah reformasi
dalam bentuk ide-ide (ideas) saja, tidak merupakan aksi nyata
(real action). Debirokratisasi, deregulasi, dan perampingan birokrasi
hanya merupakan kebijakan yang berkisar pada ide. Karena tidak dapat
dilihat dalam aksi nyata aparatur pemerintah melainkan hanya dapat
dilihat melalui tabel struktural organisasi atau peraturan tertulis.
Pemerintah berasumsi bahwa sifat-sifat birokrasi lama akan hilang dengan
sendirinya dengan memindah dan menghapus susunan kotak-kotak dalam
tabel structural organisasi, namun melupakan bahwa berbicara perubahan
organisasi berartisesungguhnya berbicara perubahan budaya dan
kapasitas SDM dalamorganisasi. Ketika pemerintah berusaha untuk
melakukan perubahan budaya dan pengembangan kapasitas SDM ini,
usaha yang dilakukan pun akan gagal karena pemerintah lupa untuk
memperbaiki budaya politiknya dan hanyamelakukan pengembangan
SDM yang bersifat artifisial, seremonial, dan formalistis.
II.
Masalah dan Fakta
Dari latar belakang di atas perspektif keberlangsungan sebuah negara,
administrasi publik memegang peranan yang maha penting karena
apabila mampu dilaksanakan dengan baik akan mampu menghindarkan
terjadinya apa yang disebut oleh Diamond sebagai triple crisis of
governance
Tiga krisis itu adalah
a. Kurang tegas dan jelasnya penegakan hukum, (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme dan lainnya).
Berakibat budaya korupsi dan rekening liar di birokrasi masih tinggi
Terbukti berdasarkan penelitian Indonesian Corruption Watch (ICW)
bahwa partai politik, tempat para pemimpin birokrasi mengabdi,
mempunyai reputasi sebagai organisasi terkorup di Indonesia.
b. Ketidakmampuan pemerintah menjaga perdamaian rakyat atau
daerah. (Kesenjangan Sosial, Pelecehan Ras dan Gender, dan lainnya).
c. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau krisis. (Masyarakat tidak
produktif, Banyak pengangguran, Penghabisan Sumber Daya Alam
yang tidak terkontrol, Pembangunan tidak merata pada setiap daerah
dan lainnya)
III.
Solusi
1. Perlu dibakukannya sebuah ukuran kinerja pelayanan publik
dan
pemerintahan
daerah
:
Supaya
tidak menimbulkan
kebingungan seperti yang terjadi selama ini. Pengukuran kinerja
tersebut penting karena birokrat garis depan mempunyai pegangan
bagaimana menyelenggarakan standar pelayanan publik yang baik
dan memuaskan.
2. Pemerintah pusat perlu meningkatkan kapasitas manajemen
dan mengubah budaya ke arah new public management. Dalam
paradigma
sistem
tersebut,
pemerintah
diajak untuk
tidak
mengutamakan sistem dan prosedur, tetapi lebih berorientasi pada
kinerja dan hasil kerja dengan mengutamakan jiwa dan semangat
kewirausahaan. Semangat kewirausahaan itu menurut Osborne dengan
mengutip pendapat J.B. Say “ semangat yang berupaya untuk
mengubah
sumber-sumber
ekonomi
keluar
dari
tingkat produktivitas
yang
rendah
ke
arah
tingkat
produktivitas yang tinggi dan yang menghasilkan lebih besar ”.
Semangat kewirausahaan ini tidak hanya aplikatif untuk diterapkan
terbatas kepada perusahaan swasta saja, namun juga dapat
diterapkan dalam administrasi publik dan pemerintahan daerah.
Apabila eksekutif secara konsisten memilih seluruh jajaran
menterinya berdasarkan pada penilaian kualitas produktifitas dan
kompetensi pribadi, maka birokrasi akan terbebas dari budaya
lamanya, menjadi boneka aktor politik.
3. Pemerintah
juga
harus
membuat
peta
jalan
(roadmap) penyelenggaraan administrasi publik sampai pada
tingkat yang lebih detail dan rinci, yaitu sampai ke tingkat
kecamatan untuk wilayah kota atau tingkat desa untuk wilayah
kabupaten. Hal ini penting karena roadmap yang ada sekarang ini
sangat umum dan tidak jelas petunjuk teknisnya. Dengan cara
pemerintah
melalui
tiap-tiap
departemen
dan
dinas perlu
merencanakan sebuah manajeman strategis agar mampu mengetahui
kekuatan dan kelemahan internalnya, serta mampu menghadapi
tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya.
IV. Kesimpulan
Kesuksesan dalam reformasi adminsitrasi public di Indonesia yang
efektif bergantung pada keseriusan pemerintah pusat dalam
menyelenggarakan pemerintahannya dan mengawasinya dengan
menerapkan standar-standar kinerja pelayanan publik yang mendetail
dari masing-masing instansi pemerintahan daerah sampai pada tingkat
daerah terpencil berdasar tingkatan hasil produktifitas kinerja instansi
tersebut tanpa ada campur tangan aktor politic .
Dengan begitu penyelenggaraan Administrasi Publik menjadi lebih baik
menuju tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat yang diprioritaskan
dengan kualitas pelayanan public yang tinggi.