Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

17

BAB II
PENGATURAN KONTRAK KERJA PERUSAHAAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

A. Pengertian Dan Subjek Serta Objek Dalam Kontrak Kerja
1. Pengertian Kontrak Kerja
a. Pengertian Kontrak
Istilah kontrak atau perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
overeenscomsrecht. Menurut Salim H.S, perjanjian atau kontrak merupakan
keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbukan
akibat hukum. 14 Kontrak atau persetujuan (contract or agreement) yang
diatur dalam buku III bab kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW) Indonesia, memiliki pengertian yang sama dengan perjanjian.
Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana seorang
atau lebih meningkatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontrak adalah berkenaan
dengan sewa menyewa sesuatu dengan dasar perjanjian yang disepaki kedua

belah pihak dalam waktu tertentu, perjanjian dalam perdagangan.
Menurut R.Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana
seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal. Hubungan kedua orang yang bersangkutan
14

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar
Grafika, 2010, hlm. 26.

Universitas Sumatera Utara

18

mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban kedua
belah pihak atas suatu prestasi. 15
Van Dunne menyatakan bahwa Hukum Kontrak adalah keseluruhan
dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak
atau lebih berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum. 16
b. Pengertian Kerja
Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai

profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat juga
di artikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja adalah perbuatan
melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, hal
pencarian nafkah.
Menurut Dr. Franz Von Magnis di dalam Anogara, pekerjaan adalah
“kegiatan yang direncanakan”. Sedangkan Hegel di dalam Anogara
menambahkan bahwa “inti pekerjaan adalah kesadaran manusia”. 17
Dari

pernyataan

tersebut

dapat

dikatakan

bahwa


pekerjaan

memungkinkan orang untuk dapat menyatakan diri secara objektif kedunia
ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami kebenaran
dirinya.

15

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermassa, 2008, hlm. 1.
http://mahartoprastowo.blogspot.co.id/2010/02/hukum-kontrak.html, diakses pada
tanggal 22 Juni 2016.
17
http://resthoe.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-kerja.html, diakses pada tanggal 26 Juli
2016
16

Universitas Sumatera Utara

19


c. Pengertian Kontrak Kerja
Menurut Subekti perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang
buruh dengan majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu
upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di
peratas (bahasa Belanda “dierstverhanding”) yaitu suatu hubungan
berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintahperintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain (buruh). 18
Ensiklopedia Indonesia sendiri mengartikan Hukum Kontrak sebagai
rangkaian kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan
ikatan antara warga-warga hukum.
Dalam pasal 1313 Kitab Undang Undang Perdata hukum perjanjian
diartikan sebagai “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih,
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih” 19
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14
perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua
belah pihak. Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuanketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan
kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan. 20
Dari beberapa pendapat diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
pengertian kontrak kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan

pengusaha secara lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun
untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban. Setiap perusahaan wajib memberikan kontrak kerja di hari
pertama anda bekerja. Dalam kontrak kerja biasanya terpapar dengan jelas
pekerja memiliki hak mendapat kebijakan perusahaan yang sesuai dengan
18

http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/pengertian-hubungan-kerja-dan.html
diakses pada tanggal 22 Juni 2016.
19
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
20
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang
Ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara

20

Undang- Undang Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Di dalamnya

juga memuat mengenai prosedur kerja dan disiplin.
Dari bunyi pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat
dikatakan bahwa yang dinamakan kontrak kerja harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebaga3wi berikut :
1) Adanya pekerja dan juga pemberi kerja sebagai pemilik wewenang
Antara pekerja dan pemberi kerja memiliki kedudukan yang tidak
sama. Ada pihak yang kedudukannya diatas (pemberi kerja) dan ada pihak
yang kedudukannya dibawah (pekerja). Karena pemberi kerja mempunyai
kewenangan untuk memerintah pekerja, maka kontrak kerja diperlukan untuk
menjabarkan syarat , hak dan kewajiban pekerja dan si pemberi kerja.
2) Pelaksanaan Kerja
Pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang ditetapkan di
perjanjian kerja.
3) Waktu Tertentu.
Pelaksanaan kerja dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang telah
ditetapkan oleh pemberi kerja.
4) Adanya Upah yang diterima
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh,

Universitas Sumatera Utara

21

termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (Pasal 1
huruf (a) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan
Upah).
d. Subjek Kontrak Kerja
Setiap subjek kontrak harus memenuhi suatu kondisi tertentu agar
dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Kitab Undang–Undang
Hukum Perdata mengatur bahwa yang termasuk dalam subjek kontrak kerja
merupakan orang yang cakap atau dianggap telah mampu untuk melakukan
perbuatan hukum tersebut; Badan Hukum, suatu badan atau orang yang
diakui oleh hukum dan mempunyai hak dan kewajiban.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1330
menyatakan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian
adalah “orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah

pengampuan, perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh undang-undang dan semua orang-orang yang telah dilarang oleh
undang- undang untuk membuat perjanjian-perjanjian tertentu
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
pasal 50 di sebutkan bahwa yang menjadi subjek dalam kontrak kerja adalah
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja.
e. Objek Kontrak Kerja
Sasaran pokok suatu perjanjian adalah suatu prestasi. Agar sutau
kontrak itu sah, objek kontrak harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu,
objeknya harus tertentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan menurut

Universitas Sumatera Utara

22

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum dan tata susila.Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 13 tahun 2013 pasal 50 dikatakan bahwa objek dalam
kontrak kerja adalah harus adanya pekerjaan yang diperjanjikan,pekerjaan
tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin

majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata
Pasal 1603a yang berbunyi :
“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin
majikannya dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya’.
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja
meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
B. Hak dan Kewajiban dalam Pembuatan Kontrak Kerja
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan .
Hak

pada

umumnya

didapat

dengan


cara

diperjuangkan

melalui

pertanggungjawaban atas kewajiban.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan /
kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna
mendapatkan hak yang pantas untuk didapat. Kewajiban pada umumnya
mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan
peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang
sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut .

Universitas Sumatera Utara

23

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain ,
sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang . Jika hak dan

kewajiban tidak berjalan secara imbang dalam praktik kehidupan , maka akan
terjadi suatu ketimpangan dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat , berbangsa , maupun bernegara .
Ketimpangan akan hak dan kewajiban yang terjadi akan menimbulkan
gejolak dalam kehidupan baik dari kalangan individu maupun kelompok .
Gejolak tersebut merupakan bentuk ketidakpuasan atas tidak berjalannya hak dan
kewajiban secara seimbang . Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya gejolak
mengenai ketimpangan akan hak dan kewajiban tersebut diperlukan kesadaran
secara mendasar pada individu akan kewajiban yang harus dipenuhi guna
mendapatkan hak yang pantas dan sesuai atas pelaksanaan kewajiban tersebut.
Dalam melakukan pengangkutan barang melalui laut, antara pengirim
dengan pengangkut terlebih dahulu harus mengadakan kesepakatan untuk
mengadakan perjanjian. Perjanjian ini dimaksudkan sebagai suatu tanda pengikat
terhadap para pihak dalam pengangutan barang yang akan diangkut. Tentu
didalam perjanjian pengangkutan tersebut dimuat hak dan kewajiban serta sanksi
apabila tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut
supaya hendaknya janganlah ada salah paham antara para pihak.

21

Hak dan kewajiban antara pemberi kerja dan pekerja dimuat dalam pasal
52 dan 54 Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003.
Adapaun hak yang diperoleh perkerja dalam pembuatan kontrak kerja antara lain:
21

Wirjono Prodjodikoro, Azaz-azaz Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2011,

hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

24

1. Hak atas Pekerjaan
Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia. Karena, Pertama kerja
melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktivitas tubuh dan karena itu tidak
bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah
milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa dicabut, dirampas,
atau diambil darinya, maka kerja pun tidak bisa dicabut, dirampas, atau diambil
dari seseorang.
Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan
lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja manusia menentukan
hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. Ketiga, hak atas kerja juga
merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas
hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan melalui kerjanya
manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara layak sebagai manusia.
2. Hak atas Upah yang Adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu,
perusahaan yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan upah
yang adil. Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya ditegaskan dalam tiga
hal, yaitu :
Pertama, bahwa setiap pekerja mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja
berhak mendapatkan upah.

Universitas Sumatera Utara

25

Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah. Ia juga berhak
untuk memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang
telah disumbangkannya.
Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya tidak boleh
ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada
semua karyawan.
3. Hak untuk Berserikat dan Berkumpul
Persoalan upah yang adil berkaitan dengan kepentingan dua pihak yang
saling bertentangan: pemilik modal dan pekerja. Sehubungan dengan ini, tidak
dapat pula disangkal bahwa upah yang adil tidak selamanya diberlakukan dalam
suatu perusahaan. Karena itu, dalam banyak kasus upah yang adil memang harus
juga diperjuangkan oleh pekerja itu sendiri.
4. Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan
Selain hak-hak diatas, dalam bisnis modern sekarang ini semakin dianggap
penting bahwa para pekerja dijamin keamanan, keselamatan, dan kesehatannya.
Lingkungan kerja dalam industri modern khususnya yang penuh dengan berbagai
risiko tinggi mengharuskan adanya jaminan perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.
Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan,
keselamatan, dan kesehatan ini.
Pertama, setiap pekerja berhak mendapat perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan
kesehatan yang diadakan perusahaan itu.

Universitas Sumatera Utara

26

Kedua, setiap pekerja berhak mengetahui kemungkina resiko yang akan
dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu dalam
perusahaan tersebut. Karena itu, perusahaan harus memberikan informasi serinci
mungkin tentang kemungkinan-kemungkinan risiko, bentuk, dan lingkupnya serta
kompensasi (bentuk dan jumlahnya) yang akan diterimanya atau keluarganya
harus sudah diketahui sejak awal. Ini perlu untuk mencegah perselisihan untuk
mencegah kemungkinan perusahaan dituntut oleh pekerja dan keluarganya, juga
di maksudkan untuk mencegah pekerja dicurangi dalam pemberian kompensasi
tersebut.
Ketiga, setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerjaan
dengan resiko yang sudah diketahuinya itu atau sebaliknya menolaknya.Dengan
kata lain, pekerja tidak boleh dipaksa atau terpaksa untuk melakukan suatu
pekerjaan penuh resiko.Karena itu, setelah dia mengetahui resiko dan
kompensasinya, ia harus secara terbuka menerima atau menolaknya tanpa paksaan
apa pun.
5. Hak untuk Diproses Hukum secara Sah
Hak ini terutama berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam
dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan
tertentu. Dalam hal ini, pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk
mempertanggung jawabkan tindakannya. Ia wajib diberi kesempatan untuk
membuktikan apakah ia melakukan kesalahan seperti dituduhkan atau tidak.
Konkretnya, kalau ia tidak bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela
diri. Jadi, dia harus didengar pertimbangannya, alasannya, saksi yang mungkin

Universitas Sumatera Utara

27

dihadapkannya, atau kalau dia bersalah dia harus diberi kesempatan untuk
mengaku secara jujur dan meminta maaf.
6. Hak untuk Diperlakukan secara sama
Dengan hak ini ditegaskan bahwa semua pekerja, pada prinsipnya, harus
diperlakukan secara sama. Artinya, tidak boleh ada diskriminasidalam perusahaan
entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya, baik
dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun perluang untuk jabatan, pelatihan atau
pendidikan lebih lanjut. Tentu saja tetap saja ada perbedaan di sana sini, tetapi
perbedaan dalam gaji dan peluang misalnya, harus didasarkan pada kriteria dan
pertimbangan yang rasional, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka, misalnya, atas dasar kemampuan, pengalaman, prestasi. Diskriminasi
yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya adalah
perlakuan yang tidak adil.
7. Hak atas Rahasia Pribadi
Kendati perusahaan punya hak tertentu untuk mengetahui riwayat hidup
dan data pribadi tertentu dari setiap karyawan, karyawan punya hak untuk
dirahasiakan data pribadinya itu. Bahkan perusahaan harus menerima bahwa ada
hal-hal tertentu yang tidak boleh diketahui oleh perusahaan dan ingin tetap
dirahasiakan oleh karyawan.
8. Hak atas Kebebasan Suara Hati
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai kesadaran moralnya.
Ia harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal
yang baik. Konkretnya, pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan

Universitas Sumatera Utara

28

tertentu yang dianggapnya tidak baik: melakukan korupsi, menggelapkan uang
perusahaan, menurunkan standar dan ramuan produk tertentu demi memperbesar
keuntungan, menutup-nutupi kecurangan yang dilakukan perusahaan atau atasan.
Dia tidak boleh dipaksa untuk melakukan hal ini kalau berdasarkan pertimbangan
suara hatinya hal-hal itu tidak baik dan tidak boleh dilakukannya.
Sementara itu ada 3 kewajiban pekerja, antara lain :
1. Kewajiban ketaatan
Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu
implikasi dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi
perintah dan petunjuk dari atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah
tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak
bermoral. Selain itu karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang
tidak wajar, walaupun dari segi etika tidak ada `keberatan. Kemudian, karyawan
juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan perusahaan,
tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika ia menjadi karyawan
di perusahaan itu.
2. Kewajiban konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi
yang bersifat konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan
menjalankan suatu profesi. Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang
berarti mempercayai. Dalam konteks perusahaan konfidensialitas memegang
peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia
mempunyai akses kepada informasi rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan

Universitas Sumatera Utara

29

lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena alasan etika
mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi
rahasia itu. Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan mencuri. Milik tidak
terbatas pada barang fisik saja, tetapi meliputi juga ide, pikiran, atau temuan
seseorang. Dengan kata lain, disamping milik fisik terdapat juga milik intelektual.
Jadi, dasar untuk kewajiban konfidensialitas dari karyawan adalah intellectual
property rights dari perusahaan. Alasan kedua adalah bahwa membuka rahasia
perusahaan bertentangan dengan etika pasar bebas.
3. Kewajiban loyalitas
Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status seseorang
sebagai karyawan perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan,
karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan
ia melibatkan diri untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dan karena
itu pula ia harus menghindari segala sesuatu yang bertentangan dengannya.
Dengan kata lain, ia harus menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan
perusahaan. 22
Faktor utama yang bisa membahayakan terwujudnya loyalitas adalah
konflik kepentingan artinya konflik antara kepentingan pribadi karyawan dan
kepentingan perusahaan. Karyawan tidak boleh menjalankan kegiatan pribadi,
yang bersaing dengan kepentingan perusahaan. Karena bahaya konflik
kepentingan potensial itu, beberapa jenis pekerjaan tidak boleh dirangkap. 23
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya berhak untuk
memberhentikan karyawan diluar kehendak karyawan, karena alasan mendesak.

22

http://abidshoftskill.blogspot.co.id/2015/04/kewajiban-karyawan-danperusahaan.html diakses pada tanggal 20 September 2016.
23
http://yesica-adicondro.blogspot.co.id/2013/04/kewajiban-karyawan-danperusahaan.html diakses pada tanggal 14 Juli 2016.

Universitas Sumatera Utara

30

Yang dimaksud dengan alasan mendesak dalam hal ini adalah apa yang dimaksud
dalam KUH perdata pasl 1603i, yaitu antara lain :
1) Ternyata memberikan keterangan-keterangan palsu pada waktu melamar.
2) Tidak cakap dalam melakukan pekerjaan.
3) Melakukan hal-hal yang tidak baik misalnya mabuk dan menggunakan obat
terlarng dalam jam kerja dan kegiatan yang merugikan dan mencemarkan
nama baik perusahaan.
4) Mencuri barang atau benda berharga milik perusahaan.
5) Tidak mematuhi perintah atasan.
6) Tidak melakukan kewajiban-kewajiban sebagai karyawan.
Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak
diskriminasi, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi
imbalan kerja yang pantas dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan
semena-mena. Kewajiban perusahaan biasanya sepadan dengan hak karyawan.
1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi.
Diskriminasi adalah masalah etis yang baru nampak dengan jelas dalam
paruh kedua dari abad ke 20. Biasanya mengenai warna kulit dan gender (jenis
kelamin). Di Indonesia diskriminasi timbul berhubungan dengan status asli / tidak
asli, pribumi / non-pribumi, dari para warga negara dan agama.
Istilah diskriminasi berasal dari bahas Latin “discernee” yang berarti
membedakan, memisahkan, memilah. Dalam konteks perusahaan diskriminasi
dimaksudkan membedakan antara pelbagai karyawan karena alasan tidak relevan
yang berakar dari prasangka. Membedakan antara karyawan tentu sering terjadi

Universitas Sumatera Utara

31

karena alasan yang sah. Dalam menerima karyawan baru, perusahaan sering
menentukan syarat seperti mempunyai pengalaman kerja sekian tahun, memiliki
ijazah S-1 (malah bisa ditambah dengan IPK minimal 2,75), menguasai bahasa
Inggris, baik lisan maupun tertulis. Dalam hal imbalan, bisa terjadi bahwa suatu
karyawan mendapat bonus akhir tahun karena lebih berprestasi daripada karyawan
lainnya. Hal-hal diatas adalah alasan yang relevan.
Bila beberapa karyawan diperlakukan dengan cara yang berbeda, karena
alasan yang tidak relevan. Biasanya alasan itu berakar dalam suatu pandangan
stereotip terhdap ras, agama atau jenis kelamin bersangkutan. Dengan kata lain,
latar belakang terjadinya diskriminasi adalah pandangan rasisme, sektarianisme /
seksisme.
a. Argumentasi etika melawan diskriminasi
1) Dari pihak utilitarisme, dikemukakan argumen bahwa diskriminasi
merugikan perusahaan itu sendiri. Terutama dalm rangka pasar bebas,
menjadi sangat mendesak bahwa perusahaan memiliki karyawan
berkualitas yang menjamin produktivitas terbesar dan mutu produk
terbaik. Sumber daya manusia menjadi kunci dalam kompetisi di pasar
bebas. Jika perusahaan memperhatikan faktor-faktor lain selain kualitas
karyawan ia bisa ketinggalan dalam kompetisi dengan perusahaan lain.
Karena

itu

perusahaan

harus

menghindari

diskriminasi

demi

kepentingannya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

32

2) Deontologi, berpendapat bahwa diskriminasi melecehkan martabat dari
orang yang didikriminasi.Berarti tidak menghormati martabat manusia
yang merupakan suatu pelanggaran etika yang berat.
3) Teori keadilan berpendapat bahwa praktek diskriminasi bertentangan
dengan keadilan, khususnya keadilan distributif / keadilan membagi.
Keadilan distributif menuntut bahwa kita memperlakukan semua orang
dengan cara yang sama, selama tidak ada alasan khusus untuk
memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda. Pikiran itu sudah
dikenal sebagai prinsip moral keadilan distributif. 24
b. Beberapa masalah terkait
Tidak bisa disangkal, penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena
kondisi historis, sosial / budaya dalam masyarakat. Karena keterkaitan dengan
faktor sejarah dan sosio-budaya ini, masalah diskriminasi tidak bisa ditangani
dengan pendekatan hitam putih. Artinya tergantung dengan tempatnya sehingga
bersifat relativitas.
Dalam konteks perusahaan, favoritisme dimaksudkan kecenderungan
untuk mengistimewakan orang tertentu (biasanya sanak saudara) dalam
menyeleksi karyawan, menyediakan promosi, bonus, fasilitas khusus dll. Seperti
diskriminasi, favoritisme pun memperlukan orang dengan cara tidak sama, tapi
berbeda dengan diskriminasi, favoritisme tidak terjadi karena prasangka buruk,
melainkan justru prefensi dan bersifat positif (mengutamakan orang-orang
tertentu). Favoritisme terjadi, bila perusahaan mengutamakan karyawan yang

24

http://abidshoftskill. Op.cit 16

Universitas Sumatera Utara

33

berhubungan famili, berasal dari daerah yang sama, memeluk agama yang sama,
dll. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa menghindari favoritisme selalu
merupakan pilihan terbaik dari sudut pandang etika. Dengan itu pula lebih mudah
dihindari nepotisme, yang bertentangan dengan keadilan distributif. Tetapi sulit
untuk ditentukan pada saat mana favoritisme pasti melewati ambang toleransi
etika.
Untuk menanggulangi akibat diskriminasi, kini lebih banyak dipakai
istilah affirmative action “aksi afirmatif”. Melalui aksi itu orang mencoba
mengatasi/mengurangi ketertinggalan golongan yang dulunya di diskriminasi.
Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
a. Beberapa aspek keselamatan kerja
Keselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan
tempat kerja itu aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang
mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat
direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa
dianggap sehat kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan / penyakit.
Di Indonesia masalah keselamatan dan kesehatan kerja dikenal sebagai K3
dan banyak perusahaan mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3). Sedangkan di Amerika Serikat didirikan Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) untuk mengawaasi pelaksanaan UU yang
bertujuan untuk to assure as far as possible every working man and woman in the
nation safe and healthful working conditions.

Universitas Sumatera Utara

34

b. Pertimbangan etika
Tiga pendasaran segi etika dari masalah perlindungan kaum pekerja.
1) The right of survival (hak untuk hidup)
2) Manusia selalu diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya dan tidak
pernah sebagai sarana belaka.
3) Kewajiban etis harus sejalan dengan cost benefit analysis. Masyarakat
sendiri dan terutama ekonomi negara akan mengalami kerugian besar jika
proses produksi tidak berlangsung dalam kondisi aman dan sehat.
Kebebasan si pekerja adalah faktor yang membenarkan moralitas
pekerjaan beresiko. Si pekerja sendiri harus mengambil resiko dengan sukarela.
Tetapi supaya si pekerja sungguh-sungguh bebas dalam hal ini, perlu beberapa
syarat :
1. Harus tersedia pekerjaan alternatif.
2. Diberi informasi tentang resiko yang berkaitan dengan pekerjaannya sebelum
si pekerja mulai bekerja.
3. Perusahaan selalu wajib berupaya, agar risiko bagi pekerja seminimal
mungkin.
Pekerja sendiri harus mengambil keputusan, setelah diberi informasi
tentang

risiko

bagi

pekerja.

Mereka sendiri

harus

mempertimbangkan

kesejahteraan ekonomis mereka (gaji yang lebih tinggi) dan resiko bagi
keturunannya. Jika tidak sanggup bisa mengajukan permohonan untuk
dipindahkan ke bagian produksi lain dengan konsekuensi gaji yang lebih rendah.
Begitupun dengan kebijakan yang diterapkan suatu perusahaan, terkadang secara

Universitas Sumatera Utara

35

tidak langsung terlihat memaksakan kepada para pekerja jika didukung juga oleh
suasana resesi ekonomi saat mencari pekerjaan lain menjadi sulit. Sehingga
membuat para pekerja tidak memiliki alternatif lain dan akhirnya bertahan dengan
resiko yang tidak kecil.
c. Kewajiban memberi gaji yang adil
Motivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari untuk mengembangkan
diri, memberi sumbangsih yang berguna bagi pembangunan masyarakat namun
yang sangat penting adalah untuk memperoleh upah atau gaji. Namun dalam
gerakan sosial zaman industri upah yang adil sering menjadi pokok perjuangan
yang utama.
Menurut Thomas Garrett dan Richard Klonoski supaya gaji / upah itu adil
ataufairdiperlukan beberapa hal berikut, yaitu :
a. Peraturan hukum.
Disini yang paling penting adalah ketentuan hukum tentang upah
minimum sebagai salah satu perjuangan sosialisme dalam usahanya memperbaiki
nasib kaum buruh. Adanya upah minimum berarti bahwa kebutuhan diakui
sebagai kriteria untuk menentukan upah.
b. Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu / daerah tertentu.
Dalam semua sektor industri, gaji / upah tidaklah sama. Karena itu
rupanya suatu kriteria yang baik adalah : gaji / upah bisa dinilai adil, jika rata-rata
diberika dalam sektor industri bersangkutan asalkan keadaan di sektor itu cukup
mantap. Namun gaji yang sama belum tentu menjamin daya beli yang sama.

Universitas Sumatera Utara

36

Karena perbedaaan daya beli itu di Indonesia upah minimum ditetapkan sebagau
upah minimum regional (UMR).
c. Kemampuan perusahan.
Perusahaan kuat yang menghasilkan laba besar, harus memberi gaji yang
lebih besar pula daripada perusahaan yang mempunyai marjin laba yang kecil
saja. Di sini berlaku pandangan sosialistis tentang hak karyawan mengambil
bagian dalam laba. Harus dinilai tidak etis, bila perusahaan mendapat untung
besar dengan menekan gaji karyawan.
d. Sifat khusus pekerjaan tertentu.
Beberapa tugas dalam perusahaan hanya bisa dijalani oleh orang yang
mendapat pendidikan / pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat
terspesialisasi. Kelangkaan tenaga mereka boleh diimbangi dengan tingkat gaji
yang lebih tinggi.
e. Perbandingan dengan upah / gaji lain dalam perusahaan.
Kalau pekerjaan tidak mempunyai sifat khusus, seperti menuntut
pengalaman lebih ama / mengandung resiko tertentu, maka gaji / upah harus sama.
Sehingga berlaku prinsip equal pay for equal work.
f. Perundingan upah / gaji yang fair.
Perundingan langsung antara perusahaan dan para karyawan merupakan
cara yang ampuh untuk mencapai gaji dan upah yang fair. Tentu saja, perundingan
seperti itu menuntut keterbukaan cukup besar dari pihak perusahaan. Lebih bagus

Universitas Sumatera Utara

37

bila perundingan gaji itu dilakukan untuk suatu sektor industri sehingga dihasilkan
kesepakatan kerja bersama. 25
g. Senioritas dan imbalan rahasia.
Senioritas sebagai kriteria untuk menentukan gaji karena dilihat dari
pengalamannya bekerja dengan waktu yang begitu lama dan kesetiaannya pada
perusahaan, zaman sekarang sudah tidak diperhitungkan lagi. Zaman modern
sekarang lebih memperhatikan prestasi dan hak. Pembayaran sama untuk
pekerjaan yang sama memang dilatarbelakangi suasana modern itu dan karenanya
dapat di mengerti jika tekanan pada senioritas akan berkurang. Pembayaran
khusus / kenaikan gaji yang dirahasiakan terhadap teman-teman sekerja pun tidak
etis karena tidak mengadakan kontrol sosial dan akan merusak suasana kerja.
Jelas, disini berlaku prosedur yang terbuka dan demokratis untuk menjamin mutu
etis sebuah sistem.
C. Akibat Hukum Berakhirnya Suatu Kontrak
Berakhirnya perikatan diatur dalam pasal 1381 KUH Perdata. Yang
diartikan dengan berakhirnya perikatan adalah selesainya atau hapusnya sebuah
perikatan yang diadakan oleh dua pihak yaitu kreditor dan debitor tentang sesuatu
hal. Pihak kreditor adalah pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi,
sedangkan debitor adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Bisa

25

http://diyandewi.blogspot.co.id/2012/05/etika-bisnis-kewajiban-karyawan-dan.html,
diakses pada tanggal 3 september 2016

Universitas Sumatera Utara

38

berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua pihak, bisa jual beli,
utang piutang, sewa menyewa, dan lain-lain. 26
Disebutkan dalam KUH Perdata tentang faktor penyebab berakhirnya
suatu kontrak, antara lain :
1. Karena pembayaran.
Pembayaran tidak selalu diartikan dalam bentuk penyerahan uang semata,
tetapi terpenuhinya sejumlah prestasi yang diperjanjikan juga memenuhi unsur
pembayaran.
2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan.
Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai
hal yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, namun tidak jarang
prestasi tersebut dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran
dan penerimaan pemenuhan prestasi sebelum waktunya dapat menjadi sebab
berakhirnya

perjanjian,

misalnya

perjanjian

pinjam

meminjam

yang

pembayarannya dilakukan dengan cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat
membayar semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh tempo, maka perjanjian
dapat berakhir sebelum waktunya.
3. Karena pembaharuan utang (novasi).
Pembaharuan utang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, sebab
munculnya perjanjian baru menyebabkan perjanjian lama yang diperbaharui
berakhir. Perjanjian baru bisa muncul karena berubahnya pihak dalam perjanjian,
26

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis[BW], Cetakan Keempat, Sinar Grafika,
Jakarta, 2006, hlm.187.

Universitas Sumatera Utara

39

misalnya perjanjian novasi dimana terjadi pergantian pihak debitur atau karena
berubahnya perjanjian pengikatan jual beli menjadi perjanjian sewa, karena pihak
pembeli tidak mampu melunasi sisa pembayaran.
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi.
Perjumpaan hutang terjadi karena antara kreditur dan debitur saling
mengutang terhadap yang lain, sehingga utang keduanya dianggap terbayar oleh
piutang mereka masing-masing.
5. Karena percampuran utang (konfusio).
Berubahnya kedudukan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat
menyebabkan terjadinya percampuran hutang yang mengakhiri perjanjian,
contohnya penyewa rumah yang berubah menjadi pemilik rumah karena dibelinya
rumah sebelum waktu sewa berakhir sementara masih ada tunggakan sewa yang
belum dilunasi.
6. Karena pembebasan utang.
Pembebasan hutang dapat terjadi karena adanya kerelaan pihak kreditur
untuk membebaskan debitur dari kewajiban membayar hutang, sehingga dengan
terbebasnya debitur dari kewajiban pemenuhan hutang, maka hal yang disepakati
dalam perjanjian sebagai syarat sahnya perjanjian menjadi tidak ada padahal suatu
perjanjian dan dengan demikian berakhirlah perjanjian.
7. Karena musnahnya barang yang merupakan objek terutang.
Musnahnya

barang

yang

diperjanjikan

juga

menyebabkan

tidak

terpenuhinya syarat perjanjian karena barang sebagai hal (objek) yang

Universitas Sumatera Utara

40

diperjanjikan tidak ada, sehingga berimplikasi pada berakhirnya perjanjian yang
mengaturnya.
8. Karena batal atau pembatalan.
Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat menyebabkan perjanjian
berakhir, misalnya karena pihak yang melakukan perjanjian tidak memenuhi
syarat kecakapan hukum. Tata cara pembatalan yang disepakati dalam perjanjian
juga dapat menjadi dasar berakhirnya perjanjian. Terjadinya pembatalan suatu
perjanjian yang tidak diatur perjanjian hanya dapat terjadi atas dasar kesepakatan
para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata atau dengan
putusan pengadilan yang didasarkan pada Pasal 1266 KUHPerdata.
9. Karena berlakunya suatu syarat batal.
Dalam Pasal 1265 KUH Perdata diatur kemungkinan terjadinya
pembatalan perjanjian oleh karena terpenuhinya syarat batal yang disepakati
dalam perjanjian.
10. Karena lewatnya batas.
Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu (daluarsa)
perjanjian. 27

27

Hasanuddin Rahman, Contract Drafting, Bandung: Citra Aditya Bakti,2003, hlm.18.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Perjanjian Pinjaman Dana Program Kemitraan Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan Dengan Mitra Binaannya

5 56 146

Sistem Administrasi Kepegawaian pada PT. Persero Pelabuhan Indonesia I Belawan

7 63 57

Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

6 86 88

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

4 53 90

Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

0 0 9

Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

0 0 1

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 1 8

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 1

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 16

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 3