Pengomposan Feses Sapi Menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvial Terhadap Produktivitas Rumput
TINJAUAN PUSTAKA
Feses Sapi
Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupukkandang merupakan
produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau
yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi
tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman
(Wulandari, 2011).
Kompos kotoran sapi merupakan penyedia unsur hara yang berangsurangsur terbebaskan dan tersedia bagi tanaman. Tanah yang dipupuk dengan
kompos kotoran sapi dalam jangka waktu yang lama masih dapat memberikan
hasil panen yang baik (Fachrurrozi et al., 2014).
Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi.
Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami
proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut
memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak
dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau
pengomposan terlebih dahulu (Risnandar, 2012).Windyasmara et al (2012),
menyatakan bahwa feses sapi mengandung hemisellulosa sebesar 18,6%, sellulosa
25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing ternak mempunyai
sifat khas sendiri. Makan masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan
yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan kaya hara N, P, dan K
maka kotorannya pun akan kaya akan zat tersebut. Selain jenis makanan, usia
ternak juga menentukan kadar hara. Ternak muda akan menghasilkan feses dan
Universitas Sumatera Utara
urine yang kadar haranya rendah. Alasannya, ternak muda memerlukan sangat
banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringanjaringan tubuhnya (Lingga dan Marsono, 2001).
MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang
MOL
(mikroorganisme
lokal)
merupakan
pengembangbiakan
mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme
ini doperoleh dari ragi tape (Saccharomyces sp), ragi tempe (Rizhopus sp) dan
yogurt (Lactobacillus sp) dikembangkan dengan cara pencampuran air sumur
dengan air gula. Tujuan tahapan ini adalah untuk membiakkan mikrorganisme
yang mampu memfermentasi bahan organik (Ihsan, 2014).
Larutan MOL (Mikroorganisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi
yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan
MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri
yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan
sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan
baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama
sebagai fungisida (Syaifudin et al., 2010).
Tanaman pisang memiliki banyak manfaat terutama yang banyak
dikonsumsi masyarakat adalah buahnya, sedangkan bagian tanaman pisang yang
lain, yaitu jantung, batang, kulit buah, dan bonggol jarang dimanfaatkan dan
dibuang begitu saja menjadi limbah pisang.Bonggol pisang ternyata mengandung
gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap, mengandung karbohidrat
(66%), protein, air, dan mineral-mineral penting. Bonggol pisang mempunyai
kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Bonggol pisang mengandung
Universitas Sumatera Utara
mikrobia pengurai bahan organik.Mikrobia pengurai tersebut terletak pada
bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang telah
teridentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas
sp.,danAspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa mendekomposisi bahan
organik (Kesumaningwati, 2015).
Menurut Damayanti (2013),dalam bonggol pisang mengandung tujuh
mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaituAzospirillium,
Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan
mikroba selulotik. Tidak hanya itu, mikroorganisme bonggol pisang juga tetap
bisa digunakan untuk bioaktivator atau mempercepat proses pengomposan.
Fermentasi
Fermentasi adalah proses pemecahan karboohidrat dan asam amino secara
anaerob yaitu tanpa oksigen. Melalui fermentasi terjadi pemecahan secara substrat
oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan pakan yang tidak dapat dicerna,
misalnya
selulosa
dan
hemiselulosa.
Selama
proses
fermentasi
terjadi
pertumbuhan kapang yang mampu meningkatkan kadar protein dan nilai nutrisi
yang lainnya. Proses fermentasi tidak akan terjadi tanpa adanya enzim katalis
spesifik yang dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses fermentasi
mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan
jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi
mikroorganime
seperti
hidrat
arang,
protein,
vitamin
dan
lain-lain
(Sembiring, 2006). Sementara itu menurut Pujaningsih (2005) fermentasi adalah
Segala macam proses metabolism (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi,
Universitas Sumatera Utara
hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu
substrat organik dengan menghasilkan Produk Akhir.
Fermentasi dapat juga diartikan penguraian unsur-unsur organik dengan
mikroorganisme lokal dimana bahan yang digunakan dalam keadaan basah (kadar
air 60%). Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses “Protein enrichment”
yang
berarti
proses
pengkayaan
protein
bahan
dengan
menggunakan
mikroorganisme tertentu (Ihsan, 2014).
Untuk membuat pupuk kandang dilakukan dengan mengumpulkan kotoran
sapi dalam suatu tempat yang disebut silo. Dalam silo tersebut bahan tersebut
diperam selama kira-kira 3 bulan. Selama pemeraman terjadi proses pembusukan
yang akan mengubah kotoran menjadi bahan yang terlapuk sekaligus melepaskan
unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Untuk mempercepat proses
pemeraman bisa dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme. Waktu
pelapukan relatif cepat, yaitu sekitar 7-14 hari bila dibandingkan dengan waktu
pemeraman secara alamiah yaitu sekitar 90 hari (Anyanto, 2011).
Jenis-jenis Tanah
Tingkat kesuburan tanah di setiap daerah di Indonesia beraneka ragam, ada
yang subur dan ada yang tidak subur.Perbedaan keadaan tanah ini disebabkan oleh
terjadinya
perlakuan
yang
berbeda
terhadap
tanah-tanah
di
setiap
daerah.Degradasi lahan atau penurunan kesuburan tanah dapat terjadi akibat
pemberian pupuk pada lahan secara tidak benar. Sehubungan dengan hal tersebut,
alternatif lain yang dapat dilakukan adalah praktek pertanian akrab lingkungan
atau pertanian berwawasan lingkungan, dengan menitikberatkan pada penggunaan
Universitas Sumatera Utara
pupuk organik yang dapat memperbaiki, meningkatkan serta mempertahankan
produktivitas lahan secara berkelanjutan (Rahman et al., 2013).
Tanah Andisol
Andisol adalah tanah berwarna hitam atau coklat tua, struktur remah,
kadar bahan organik tinggi, licin (smeary) jika dipirid. Tanah bagian bawah
berwarna coklat sampai coklat kekuningan, tekstur sedang, porous, pemadasan
lemah, akumulasi liat sering ditemukan di lapisan bawah. Andisol hanya dijumpai
pada bahan vulkanik yang tidak padu, pada ketinggian 750 sampai 3.000 m di atas
permukaan
laut
(mdpl).
Andisol
dijumpai
pada
daerah
beriklim
tropika basah dengan curah hujan antara 2.500-7.000 mm/tahun(Sukarman dan
Dariah, 2014).
Tanah ini berasal dari gunung berapi, disebut juga tanah gunung, biasanya
didapati pada daerah yang curam, ada yang dipakai untuk pertanian. Warnanya
cokelat kehitaman hingga kelabu. Mengandung banyak bahan-bahan organik,
kesuburannya sedang, jarang ia bersifat asam dan seperti tanah liat (Tafal,
1981).Menurut Curup (2013), persebaran tanah andisol di indonesia terletak di
Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.
Warna dari horizon humus di andisol terutama ditentukan oleh kandungan
dan sifat dari bahan organik. Umumnya, kegelapan dari horizon humus cenderung
meningkat dengan meningkatnya kandungan bahan organik, rasio asam humat
terhadap asam fulfat dan derjat humifikasi asam humat. Hasil penelitian di timur
laut jepang, andisol yang mengandung C-organik ≥ 6% bewarna sangat gelap jika
humusnya didominasi oleh asam humat tipe-A, sifat yang dipakai pada
Universitas Sumatera Utara
kurobukudo, sementara dengan jumlah C-organik sama, bewarna cokelat gelap
jika humus didominasi oleh asam fulfat dan asam humat tipe-P (Mukhlis, 2011).
Rata-rata ada 57 unsur yang teranalisis dari tanah andisol alofanik. Kadar
unsur yang sangat beragam dan nilai maksimum/ nilai minimum bekisar antara 2
dan 300. Nilai maksimum/minimum Si, Al dan Fe agak sempit antara 2 dan 4.
Kandungan rata-rata dari 12 unsur (C, N, Na, Mg, Al, Si, P, K Ca, Ti, Mn, dan
Fe) lebih dari 1g/kg, sedangkan unsur lainnya kurang dari 1g/kg. Banyak faktor,
seperti tipe batu tephra, kadar bahan non kritalin, dan aktivitas biologi, dapat
mempengaruhi tingginya nilai maksimum/minimum dari 57 unsur yang
dikandung tanah abu vulkanik (Mukhlis, 2011).
Tanah Aluvial
Tanah aluvialadalah jenis tanah yang berasal dari pasir atau lumpur yang
dibawa oleh aliran sungai lalu diendapkan pada daerah dataran rendah atau
lembah.Unsure hara yang terkandung dalam tanah aluvial sangat bergantung pada
asal daerahnya dan tanah ini berwarna kelabu.Persebaran tanah aluvial ini banyak
terdapat pada daerah Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa.Pemanfaatannya
dipergunakan untuk daerah persawahan (Miswati, 2015).
Tanahyang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis,bahan organic
jumlahnyatidakteraturdengankedalaman.Hanyaterdapatepipedonokrik,histikatausu
lfurik,kandunganpasirkurangdari 60% (Wijaya, 2011).
Tanah Aluvial terbentuk oleh lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendahwarna gelapsubur (Syamsu, 2015).
Tanah ini terbentuk dari bahan endapan tanah liat, debu, pasir laut dan
sungai dan bahan kolovial, bawaan sungai dan banjir. Reaksinya asam hingga
Universitas Sumatera Utara
sangat asam, sedikit unsur hara dan cadangan pelikannya. Warna tanahnya cokelat
muda, cokelat kelabu sampai kelabu. Tanah aluvial tidak atau hanya sedikit
memperlihatkan perkembangan profil. Dibagian atasnya kadang-kadang ada
lapisan bahan organik. Peralihan dari lapisan kelapisan tampak jelas sekali,
lapisan atas berupa tanah liat, di bawahnya pasir. Bentuknya datar, mudah
diirigasi, ia banyak dipakai untuk pertanian (Tafal, 1981).
Pupuk Organik
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut (pupuk) kedalam
tanah agar tanah menjadi subur.Pupuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk
organic dan pupuk anorganik.Pupuk anorganik lebih mudah didapatkan
tetapiharganya relatif mahal dan apabila digunakan secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan.Oleh sebab itu pemanfaatan pupuk organik
merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam usaha budidaya hijauan
pakan.Pupuk organik adalah pupuk yang ramah lingkungan, bahannya mudah
diperoleh, dan tinggi kandungan unsur hara.Perkembangan pembuatan pupuk
organik sekarang sudah semakin maju dengan adanya sentuhan teknologi
fermentasi danpenambahan mikroorganisme. Suatu bahan yang mengalami
fermentasi akan mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bahan asalnya karena mikroorganisme akan memecah komponen kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna dimana mikroorganisme
mempunyai peranan penting dalam mengurai sisa-sisa tanaman, sampah, kotoran
ternak menjadi pupuk (Marassing et al., 2013).
Universitas Sumatera Utara
Pupuk organik mempunyai fungsi penting bagi tanah yaitu untuk
mengemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad
renik tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secara
keseluruhan akan meningkatkan kesuburan tanah (Wulandari,2011).
Karbon dalam bahan organik merupakan sumber energi utama bagi
aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N ratio
yang tinggi pada tanah mungkin merangsang perkembangbiakan mikroorganisme
tanah, yang dapat mengfiksasi hara tanah dalam tubuhnya sehingga menyebabkan
kandungan nitrogen dalam tanah agak berkurang. Namun setelah mikroorganisme
itu mati dan jasadnya terdekomposisi unsur hara yang dikandung dalam tanah
kembali ke tanah. Penggunaan pupuk organik dalam tanah diperkirakan juga
meningkatkan beberapa populasi mikroorganisme tanah yang mengutungkan
seperti rhizobia untuk fiksasi nitrogen dan mikorisa untuk meningkatkan
ketersediaan fosfor (Yuliprianto, 2010).
Jenis-jenis Rumput
Di Indonesia budidayatanaman pakan belum menjadi prioritas,akibatnya
kebutuhan pakan ternak tidakterpenuhi.Tanaman pakanternak umumnya ditanam
pada lahan sisa danbelum menjadi prioritas padahal pada musimkering hijauan
pakan sulit diperoleh.Untukmemenuhi kebutuhannya petani/ternakumumnya
memberikan
rumput
lokal
yangberkualitas
rendah.Padahal
keragaman
plasmanutfah tanaman pakan di Indonesia sangatbesar, baik di daerah beriklim
basah maupun didaerah beriklim kering (Sajimin et al., 2006).
Universitas Sumatera Utara
Rumput Bracharia Ruziziensis
Rumput Brachiaria adalah salah saturumput gembala yang memiliki
produksi lebihbaik jika dibandingkan dengan rumputlapangan, memiliki nilai
nutrisi yang tinggi,lebih tahan pada musim kemarau dan cocokuntuk daerah
tropis.Rumput ini berasal daridaerah Afrika (Uganda, Kenya, Tanzania)menyebar
ke berbagai daerah termasuk kedaerah Asia dan pasifik.Dan mulai diintroduksikan
ke Indonesia tahun 1958 (Fanindi dan Prawiradiputra, 2013).
Hijauan pakan ternak yang sangat baik untuk pertumbuhan ternak
kambing adalah hijauanBrachiaria ruziziensis yang memiliki kegunggulan
palatabilitas dan produksi yang tinggi 120 ton BK/ha/tahun,telah beradaptasi baik
dan tersebar diberbagai agroklimat di Indonesia.Limbah dari hasil tanaman
pangan dan hijauan yang berada di bawah naungan pohon perkebunan kelapa
sawit yang potensial didaerah setempat merupakan salah satu sumber daya yang
cukup potensial sebagai pakan ternak dan tersedia dalam jumlah besar dan relatif
tersedia sepanjang waktu. Secara biologis ternak kambing cukup produktif dan
adaptif
dengan
kondisi
lingkungan
setempat,
sehingga
memudahkan
pengembangannya (Rusdiana dan Hutasoit, 2014).
Rumput ruzi termasuk rumput berumur panjang (> 3 tahun).Peremajaan
dapat dilakukan bahkan pada tahun ke enam setelah ditanaman dan dikelola
dengan pemotongan atau pengembalaan secara teratur. Dengan pola tanam
mengikuti teknis anjuran maka rumput ruzi dapat menghasilkan produk bahan
segar rata-rata sebanyak 120 ton/ha per tahun dengan kisaran antara 80-150 ton/ha
per tahun. Dengan kandungan Bahan Kering (BK) sebesar 20% produksi rumput
ruzi mencapai rata-rata 24 ton bahan kering/ha/tahun (Rijanto et al., 2009).
Universitas Sumatera Utara
Rumput Panicum Maximum
Hijauan merupakan pakan yang berperan penting bagi ternak ruminansia
dan proporsinya sangat besar dalam ransum.Rumput benggala (Panicum
maximum) sangat cocok untuk dijadikan rumput potong bagi ternak karena
mempunyai tekstur daun yang halus sehingga disukai oleh ternak ruminansia.
Rumput benggala mengandung bahan kering 20 %, abu 3,1 %, lemak kasar 0,5 %,
serat kasar 6,1 %, dan protein kasar 2,6 % (Rahaluset al., 2014).
Penanaman rumput Panicum maximum, dapat menggunakan sobekan
(vegetatif) atau menggunakan biji (generatif).Penggunaan asal bahan tanam yang
berbeda, masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Perbedaan bahan
tanam yang digunakan biasanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman karena bahan tanam yang berbeda memiliki fase
pertumbuhan yang berbeda (Fanindi dan Sutedi, 2014).
Karakteristik rumput benggala adalahtanaman tumbuh tegak
membentuk rumpunmirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat,berkembang biak
yang berupa rumpun/polsyang sangat besar, dengan akar serabutmenembus dalam
tanah, batangnya tegak,berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 –1,50 m,
dengan seludang-seludangnya berbulupanjang pada pangkalnya, lidah kadangkadangberkembang biak. Daun bentuk pita yangsangat banyak jumlahnya itu
terbangun garis,lancip bersembir kasar, berwarna hijau,panjang 40–105 cm
dengan lebar 10–30 mm.Bunga majemuk dengan sebuah malai yangpanjangnya
20–45 cm, tegak, bercabangcabang,acapkali diselaputi lapisan lilin putih.Bulir
berbunga 2 yang panjangnya 3 x 4 mm,bentuk lonjong.Buah yang dihasilkan
dalamjumlah sedikit dan mudah rontok sehinggamasalah serius untuk produksi
Universitas Sumatera Utara
biji. Panjang biji2,25–2,50 mm, tiap kg biji mengandung 1,2–1,5 juta butir.
Produksi bahan kering rumput benggala sedikit dibawah rumput gajah yaitu
26,85– 60 ton/Ha/thn, kandungan nitrogen 2,7 – 3,0% pada interval potong 3
minggu dan 1,0 – 1,3% untuk 12 minggu.
(Sajimin et al., 2013).
Produktifitas Tanaman
Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimbangan
bahan tanaman yang sudah dikeringkan, tetapi data biasanya disajikan dalam
satuan berat yang akan proporsional dengan biomassa apabila tempat yang sama
digunakan selama penimbangan. Pengeringan bahan, yang bertujuan untuk
menghilangkan semua kandungan air bahan, dilaksanakan pada suhu yang relatif
tinggi selama jangka waktu tertentu. Idealnya, bahan dikeringkan pada suhu 800C
selama wajtu sampai berat kering yang konstan dicapai. Untuk mendapatkan berat
yang konstan, penimbangan bahan yang sedang dikeringkan perlu dilakukan
berulang-ulang secara berkala yang tentu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Disamping itu, cara kerja yang demikian akan banyak mengganggu bahan yang
dapat memberikan dampak negatif lain. Suatu hal yang harus diingat dalam hal ini
adalah bahwa ukuran bahan harus cukup kecil untuk memudahkan pengeringan.
Bahan yang berukuran besar akan mengalami proses pengeringan yang lambatdan
tidak merata pada semua bagian bahan. Suatu saat, bagian luar dapat sudah kering,
sementara bagian dalam masih basah dimana proses metabolisme dapat masih
terus berlangsung seperti respirasi yang dapat mengakibatkan kehilangan bobot
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik
sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini disebabkan
atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
paling mudah dilihat. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi
tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman
yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang
mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Pengukuran tinggi tanaman dapat dilakukan tanpa merusak tanaman,
hanya kesulitan kadang-kadang timbul dalam menentukan batas-batasnya. Bagian
batang atau bagian lain tanaman sebagai batas teratas tanaman, tergantung pada
jenis tanaman, relatif mudah ditetapkan. Sebaliknya batas terbawah relatif sulit
ditetapkan terutama apabila pengamatan dilakukan secara tidak merusak. Jika
batas terbawah ditetapkan bagian batang yang tepat pada permukaan tanah,
kesalahan pengamatan dapat terjadi karena batas ini dapat bervariasi dari satu ke
lain individu tanaman tergantung pada kedalaman penanaman dan perkembangan
tanaman
yang
dapat
bervariasi
di
antara
praktik
budidaya
tanaman
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Pupuk kandang adalah salah satu pupuk organik yang memiliki kandungan
hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme
dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur
hara,jugadapat
mendukung
pertumbuhan
mikroorganismesertamampu
memperbaiki struktur tanah.Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak
merusak tanah (Hermansyah, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Feses Sapi
Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupukkandang merupakan
produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau
yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi
tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman
(Wulandari, 2011).
Kompos kotoran sapi merupakan penyedia unsur hara yang berangsurangsur terbebaskan dan tersedia bagi tanaman. Tanah yang dipupuk dengan
kompos kotoran sapi dalam jangka waktu yang lama masih dapat memberikan
hasil panen yang baik (Fachrurrozi et al., 2014).
Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi.
Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami
proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut
memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak
dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau
pengomposan terlebih dahulu (Risnandar, 2012).Windyasmara et al (2012),
menyatakan bahwa feses sapi mengandung hemisellulosa sebesar 18,6%, sellulosa
25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing ternak mempunyai
sifat khas sendiri. Makan masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan
yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan kaya hara N, P, dan K
maka kotorannya pun akan kaya akan zat tersebut. Selain jenis makanan, usia
ternak juga menentukan kadar hara. Ternak muda akan menghasilkan feses dan
Universitas Sumatera Utara
urine yang kadar haranya rendah. Alasannya, ternak muda memerlukan sangat
banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringanjaringan tubuhnya (Lingga dan Marsono, 2001).
MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang
MOL
(mikroorganisme
lokal)
merupakan
pengembangbiakan
mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme
ini doperoleh dari ragi tape (Saccharomyces sp), ragi tempe (Rizhopus sp) dan
yogurt (Lactobacillus sp) dikembangkan dengan cara pencampuran air sumur
dengan air gula. Tujuan tahapan ini adalah untuk membiakkan mikrorganisme
yang mampu memfermentasi bahan organik (Ihsan, 2014).
Larutan MOL (Mikroorganisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi
yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan
MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri
yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan
sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan
baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama
sebagai fungisida (Syaifudin et al., 2010).
Tanaman pisang memiliki banyak manfaat terutama yang banyak
dikonsumsi masyarakat adalah buahnya, sedangkan bagian tanaman pisang yang
lain, yaitu jantung, batang, kulit buah, dan bonggol jarang dimanfaatkan dan
dibuang begitu saja menjadi limbah pisang.Bonggol pisang ternyata mengandung
gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap, mengandung karbohidrat
(66%), protein, air, dan mineral-mineral penting. Bonggol pisang mempunyai
kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Bonggol pisang mengandung
Universitas Sumatera Utara
mikrobia pengurai bahan organik.Mikrobia pengurai tersebut terletak pada
bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang telah
teridentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas
sp.,danAspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa mendekomposisi bahan
organik (Kesumaningwati, 2015).
Menurut Damayanti (2013),dalam bonggol pisang mengandung tujuh
mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaituAzospirillium,
Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan
mikroba selulotik. Tidak hanya itu, mikroorganisme bonggol pisang juga tetap
bisa digunakan untuk bioaktivator atau mempercepat proses pengomposan.
Fermentasi
Fermentasi adalah proses pemecahan karboohidrat dan asam amino secara
anaerob yaitu tanpa oksigen. Melalui fermentasi terjadi pemecahan secara substrat
oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan pakan yang tidak dapat dicerna,
misalnya
selulosa
dan
hemiselulosa.
Selama
proses
fermentasi
terjadi
pertumbuhan kapang yang mampu meningkatkan kadar protein dan nilai nutrisi
yang lainnya. Proses fermentasi tidak akan terjadi tanpa adanya enzim katalis
spesifik yang dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses fermentasi
mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan
jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi
mikroorganime
seperti
hidrat
arang,
protein,
vitamin
dan
lain-lain
(Sembiring, 2006). Sementara itu menurut Pujaningsih (2005) fermentasi adalah
Segala macam proses metabolism (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi,
Universitas Sumatera Utara
hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu
substrat organik dengan menghasilkan Produk Akhir.
Fermentasi dapat juga diartikan penguraian unsur-unsur organik dengan
mikroorganisme lokal dimana bahan yang digunakan dalam keadaan basah (kadar
air 60%). Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses “Protein enrichment”
yang
berarti
proses
pengkayaan
protein
bahan
dengan
menggunakan
mikroorganisme tertentu (Ihsan, 2014).
Untuk membuat pupuk kandang dilakukan dengan mengumpulkan kotoran
sapi dalam suatu tempat yang disebut silo. Dalam silo tersebut bahan tersebut
diperam selama kira-kira 3 bulan. Selama pemeraman terjadi proses pembusukan
yang akan mengubah kotoran menjadi bahan yang terlapuk sekaligus melepaskan
unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Untuk mempercepat proses
pemeraman bisa dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme. Waktu
pelapukan relatif cepat, yaitu sekitar 7-14 hari bila dibandingkan dengan waktu
pemeraman secara alamiah yaitu sekitar 90 hari (Anyanto, 2011).
Jenis-jenis Tanah
Tingkat kesuburan tanah di setiap daerah di Indonesia beraneka ragam, ada
yang subur dan ada yang tidak subur.Perbedaan keadaan tanah ini disebabkan oleh
terjadinya
perlakuan
yang
berbeda
terhadap
tanah-tanah
di
setiap
daerah.Degradasi lahan atau penurunan kesuburan tanah dapat terjadi akibat
pemberian pupuk pada lahan secara tidak benar. Sehubungan dengan hal tersebut,
alternatif lain yang dapat dilakukan adalah praktek pertanian akrab lingkungan
atau pertanian berwawasan lingkungan, dengan menitikberatkan pada penggunaan
Universitas Sumatera Utara
pupuk organik yang dapat memperbaiki, meningkatkan serta mempertahankan
produktivitas lahan secara berkelanjutan (Rahman et al., 2013).
Tanah Andisol
Andisol adalah tanah berwarna hitam atau coklat tua, struktur remah,
kadar bahan organik tinggi, licin (smeary) jika dipirid. Tanah bagian bawah
berwarna coklat sampai coklat kekuningan, tekstur sedang, porous, pemadasan
lemah, akumulasi liat sering ditemukan di lapisan bawah. Andisol hanya dijumpai
pada bahan vulkanik yang tidak padu, pada ketinggian 750 sampai 3.000 m di atas
permukaan
laut
(mdpl).
Andisol
dijumpai
pada
daerah
beriklim
tropika basah dengan curah hujan antara 2.500-7.000 mm/tahun(Sukarman dan
Dariah, 2014).
Tanah ini berasal dari gunung berapi, disebut juga tanah gunung, biasanya
didapati pada daerah yang curam, ada yang dipakai untuk pertanian. Warnanya
cokelat kehitaman hingga kelabu. Mengandung banyak bahan-bahan organik,
kesuburannya sedang, jarang ia bersifat asam dan seperti tanah liat (Tafal,
1981).Menurut Curup (2013), persebaran tanah andisol di indonesia terletak di
Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.
Warna dari horizon humus di andisol terutama ditentukan oleh kandungan
dan sifat dari bahan organik. Umumnya, kegelapan dari horizon humus cenderung
meningkat dengan meningkatnya kandungan bahan organik, rasio asam humat
terhadap asam fulfat dan derjat humifikasi asam humat. Hasil penelitian di timur
laut jepang, andisol yang mengandung C-organik ≥ 6% bewarna sangat gelap jika
humusnya didominasi oleh asam humat tipe-A, sifat yang dipakai pada
Universitas Sumatera Utara
kurobukudo, sementara dengan jumlah C-organik sama, bewarna cokelat gelap
jika humus didominasi oleh asam fulfat dan asam humat tipe-P (Mukhlis, 2011).
Rata-rata ada 57 unsur yang teranalisis dari tanah andisol alofanik. Kadar
unsur yang sangat beragam dan nilai maksimum/ nilai minimum bekisar antara 2
dan 300. Nilai maksimum/minimum Si, Al dan Fe agak sempit antara 2 dan 4.
Kandungan rata-rata dari 12 unsur (C, N, Na, Mg, Al, Si, P, K Ca, Ti, Mn, dan
Fe) lebih dari 1g/kg, sedangkan unsur lainnya kurang dari 1g/kg. Banyak faktor,
seperti tipe batu tephra, kadar bahan non kritalin, dan aktivitas biologi, dapat
mempengaruhi tingginya nilai maksimum/minimum dari 57 unsur yang
dikandung tanah abu vulkanik (Mukhlis, 2011).
Tanah Aluvial
Tanah aluvialadalah jenis tanah yang berasal dari pasir atau lumpur yang
dibawa oleh aliran sungai lalu diendapkan pada daerah dataran rendah atau
lembah.Unsure hara yang terkandung dalam tanah aluvial sangat bergantung pada
asal daerahnya dan tanah ini berwarna kelabu.Persebaran tanah aluvial ini banyak
terdapat pada daerah Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa.Pemanfaatannya
dipergunakan untuk daerah persawahan (Miswati, 2015).
Tanahyang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis,bahan organic
jumlahnyatidakteraturdengankedalaman.Hanyaterdapatepipedonokrik,histikatausu
lfurik,kandunganpasirkurangdari 60% (Wijaya, 2011).
Tanah Aluvial terbentuk oleh lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendahwarna gelapsubur (Syamsu, 2015).
Tanah ini terbentuk dari bahan endapan tanah liat, debu, pasir laut dan
sungai dan bahan kolovial, bawaan sungai dan banjir. Reaksinya asam hingga
Universitas Sumatera Utara
sangat asam, sedikit unsur hara dan cadangan pelikannya. Warna tanahnya cokelat
muda, cokelat kelabu sampai kelabu. Tanah aluvial tidak atau hanya sedikit
memperlihatkan perkembangan profil. Dibagian atasnya kadang-kadang ada
lapisan bahan organik. Peralihan dari lapisan kelapisan tampak jelas sekali,
lapisan atas berupa tanah liat, di bawahnya pasir. Bentuknya datar, mudah
diirigasi, ia banyak dipakai untuk pertanian (Tafal, 1981).
Pupuk Organik
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut (pupuk) kedalam
tanah agar tanah menjadi subur.Pupuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk
organic dan pupuk anorganik.Pupuk anorganik lebih mudah didapatkan
tetapiharganya relatif mahal dan apabila digunakan secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan.Oleh sebab itu pemanfaatan pupuk organik
merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam usaha budidaya hijauan
pakan.Pupuk organik adalah pupuk yang ramah lingkungan, bahannya mudah
diperoleh, dan tinggi kandungan unsur hara.Perkembangan pembuatan pupuk
organik sekarang sudah semakin maju dengan adanya sentuhan teknologi
fermentasi danpenambahan mikroorganisme. Suatu bahan yang mengalami
fermentasi akan mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bahan asalnya karena mikroorganisme akan memecah komponen kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna dimana mikroorganisme
mempunyai peranan penting dalam mengurai sisa-sisa tanaman, sampah, kotoran
ternak menjadi pupuk (Marassing et al., 2013).
Universitas Sumatera Utara
Pupuk organik mempunyai fungsi penting bagi tanah yaitu untuk
mengemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad
renik tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secara
keseluruhan akan meningkatkan kesuburan tanah (Wulandari,2011).
Karbon dalam bahan organik merupakan sumber energi utama bagi
aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N ratio
yang tinggi pada tanah mungkin merangsang perkembangbiakan mikroorganisme
tanah, yang dapat mengfiksasi hara tanah dalam tubuhnya sehingga menyebabkan
kandungan nitrogen dalam tanah agak berkurang. Namun setelah mikroorganisme
itu mati dan jasadnya terdekomposisi unsur hara yang dikandung dalam tanah
kembali ke tanah. Penggunaan pupuk organik dalam tanah diperkirakan juga
meningkatkan beberapa populasi mikroorganisme tanah yang mengutungkan
seperti rhizobia untuk fiksasi nitrogen dan mikorisa untuk meningkatkan
ketersediaan fosfor (Yuliprianto, 2010).
Jenis-jenis Rumput
Di Indonesia budidayatanaman pakan belum menjadi prioritas,akibatnya
kebutuhan pakan ternak tidakterpenuhi.Tanaman pakanternak umumnya ditanam
pada lahan sisa danbelum menjadi prioritas padahal pada musimkering hijauan
pakan sulit diperoleh.Untukmemenuhi kebutuhannya petani/ternakumumnya
memberikan
rumput
lokal
yangberkualitas
rendah.Padahal
keragaman
plasmanutfah tanaman pakan di Indonesia sangatbesar, baik di daerah beriklim
basah maupun didaerah beriklim kering (Sajimin et al., 2006).
Universitas Sumatera Utara
Rumput Bracharia Ruziziensis
Rumput Brachiaria adalah salah saturumput gembala yang memiliki
produksi lebihbaik jika dibandingkan dengan rumputlapangan, memiliki nilai
nutrisi yang tinggi,lebih tahan pada musim kemarau dan cocokuntuk daerah
tropis.Rumput ini berasal daridaerah Afrika (Uganda, Kenya, Tanzania)menyebar
ke berbagai daerah termasuk kedaerah Asia dan pasifik.Dan mulai diintroduksikan
ke Indonesia tahun 1958 (Fanindi dan Prawiradiputra, 2013).
Hijauan pakan ternak yang sangat baik untuk pertumbuhan ternak
kambing adalah hijauanBrachiaria ruziziensis yang memiliki kegunggulan
palatabilitas dan produksi yang tinggi 120 ton BK/ha/tahun,telah beradaptasi baik
dan tersebar diberbagai agroklimat di Indonesia.Limbah dari hasil tanaman
pangan dan hijauan yang berada di bawah naungan pohon perkebunan kelapa
sawit yang potensial didaerah setempat merupakan salah satu sumber daya yang
cukup potensial sebagai pakan ternak dan tersedia dalam jumlah besar dan relatif
tersedia sepanjang waktu. Secara biologis ternak kambing cukup produktif dan
adaptif
dengan
kondisi
lingkungan
setempat,
sehingga
memudahkan
pengembangannya (Rusdiana dan Hutasoit, 2014).
Rumput ruzi termasuk rumput berumur panjang (> 3 tahun).Peremajaan
dapat dilakukan bahkan pada tahun ke enam setelah ditanaman dan dikelola
dengan pemotongan atau pengembalaan secara teratur. Dengan pola tanam
mengikuti teknis anjuran maka rumput ruzi dapat menghasilkan produk bahan
segar rata-rata sebanyak 120 ton/ha per tahun dengan kisaran antara 80-150 ton/ha
per tahun. Dengan kandungan Bahan Kering (BK) sebesar 20% produksi rumput
ruzi mencapai rata-rata 24 ton bahan kering/ha/tahun (Rijanto et al., 2009).
Universitas Sumatera Utara
Rumput Panicum Maximum
Hijauan merupakan pakan yang berperan penting bagi ternak ruminansia
dan proporsinya sangat besar dalam ransum.Rumput benggala (Panicum
maximum) sangat cocok untuk dijadikan rumput potong bagi ternak karena
mempunyai tekstur daun yang halus sehingga disukai oleh ternak ruminansia.
Rumput benggala mengandung bahan kering 20 %, abu 3,1 %, lemak kasar 0,5 %,
serat kasar 6,1 %, dan protein kasar 2,6 % (Rahaluset al., 2014).
Penanaman rumput Panicum maximum, dapat menggunakan sobekan
(vegetatif) atau menggunakan biji (generatif).Penggunaan asal bahan tanam yang
berbeda, masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Perbedaan bahan
tanam yang digunakan biasanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman karena bahan tanam yang berbeda memiliki fase
pertumbuhan yang berbeda (Fanindi dan Sutedi, 2014).
Karakteristik rumput benggala adalahtanaman tumbuh tegak
membentuk rumpunmirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat,berkembang biak
yang berupa rumpun/polsyang sangat besar, dengan akar serabutmenembus dalam
tanah, batangnya tegak,berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 –1,50 m,
dengan seludang-seludangnya berbulupanjang pada pangkalnya, lidah kadangkadangberkembang biak. Daun bentuk pita yangsangat banyak jumlahnya itu
terbangun garis,lancip bersembir kasar, berwarna hijau,panjang 40–105 cm
dengan lebar 10–30 mm.Bunga majemuk dengan sebuah malai yangpanjangnya
20–45 cm, tegak, bercabangcabang,acapkali diselaputi lapisan lilin putih.Bulir
berbunga 2 yang panjangnya 3 x 4 mm,bentuk lonjong.Buah yang dihasilkan
dalamjumlah sedikit dan mudah rontok sehinggamasalah serius untuk produksi
Universitas Sumatera Utara
biji. Panjang biji2,25–2,50 mm, tiap kg biji mengandung 1,2–1,5 juta butir.
Produksi bahan kering rumput benggala sedikit dibawah rumput gajah yaitu
26,85– 60 ton/Ha/thn, kandungan nitrogen 2,7 – 3,0% pada interval potong 3
minggu dan 1,0 – 1,3% untuk 12 minggu.
(Sajimin et al., 2013).
Produktifitas Tanaman
Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimbangan
bahan tanaman yang sudah dikeringkan, tetapi data biasanya disajikan dalam
satuan berat yang akan proporsional dengan biomassa apabila tempat yang sama
digunakan selama penimbangan. Pengeringan bahan, yang bertujuan untuk
menghilangkan semua kandungan air bahan, dilaksanakan pada suhu yang relatif
tinggi selama jangka waktu tertentu. Idealnya, bahan dikeringkan pada suhu 800C
selama wajtu sampai berat kering yang konstan dicapai. Untuk mendapatkan berat
yang konstan, penimbangan bahan yang sedang dikeringkan perlu dilakukan
berulang-ulang secara berkala yang tentu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Disamping itu, cara kerja yang demikian akan banyak mengganggu bahan yang
dapat memberikan dampak negatif lain. Suatu hal yang harus diingat dalam hal ini
adalah bahwa ukuran bahan harus cukup kecil untuk memudahkan pengeringan.
Bahan yang berukuran besar akan mengalami proses pengeringan yang lambatdan
tidak merata pada semua bagian bahan. Suatu saat, bagian luar dapat sudah kering,
sementara bagian dalam masih basah dimana proses metabolisme dapat masih
terus berlangsung seperti respirasi yang dapat mengakibatkan kehilangan bobot
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik
sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini disebabkan
atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
paling mudah dilihat. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi
tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman
yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang
mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Pengukuran tinggi tanaman dapat dilakukan tanpa merusak tanaman,
hanya kesulitan kadang-kadang timbul dalam menentukan batas-batasnya. Bagian
batang atau bagian lain tanaman sebagai batas teratas tanaman, tergantung pada
jenis tanaman, relatif mudah ditetapkan. Sebaliknya batas terbawah relatif sulit
ditetapkan terutama apabila pengamatan dilakukan secara tidak merusak. Jika
batas terbawah ditetapkan bagian batang yang tepat pada permukaan tanah,
kesalahan pengamatan dapat terjadi karena batas ini dapat bervariasi dari satu ke
lain individu tanaman tergantung pada kedalaman penanaman dan perkembangan
tanaman
yang
dapat
bervariasi
di
antara
praktik
budidaya
tanaman
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Pupuk kandang adalah salah satu pupuk organik yang memiliki kandungan
hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme
dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur
hara,jugadapat
mendukung
pertumbuhan
mikroorganismesertamampu
memperbaiki struktur tanah.Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak
merusak tanah (Hermansyah, 2013).
Universitas Sumatera Utara