BOOK Yan Hendra Prinsip Komunikasi Efektif

PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM
Yan Hendra
Prodi Ilmu Komunikasi Fisip UMSU Medan
� yanhendra@umsu.ac.id

Pendahuluan
Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.
Dengan melakukan komunikasi, setiap orang dapat menyampaikan
kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan, diinginkan dan
dirasakannya. Melalui komunikasi, seseorang dapat mencapai tujuan
yang diinginkannya. Terkait dengan pencapaian tujuan, Mulyana
(2001: 5) mengatakan bahwa komunikasi memungkinkan seseorang
mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki. (Mulyana, 2001:5).
Ketika seseorang bermaksud untuk memenuhi kepentingan
dan kebutuhan hidupnya, ia harus melakukan komunikasi. Sebelum
seseorang tersebut melakukan komunikasi maka terlebih dahulu ia
harus dapat menformulasikan pesan yang bermakna sedemikian rupa
sehingga pesan tersebut dapat diterima dan dimengerti oleh orang
lain dan selanjutnya pesan yang disampaikan itu dapat menimbulkan

efek pada orang lain sesuai dengan apa yang diinginkannya. Hal inilah
merupakan komunikasi efektif.
Begitu pentingnya komunikasi bagi manusia, sehingga dari dulu
sampai sekarang para ahli terus melakukan kajian maupun penelitian
tentang berbagai aspek komunikasi melalui upaya pengembangan dan
pemutahiran teori-teori komunikasi maupun implementasi dari teoriteori tersebut dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Upaya yang
dilakukan ini merupakan suatu bukti kesadaran, betapa komunikasi itu
sangat diyakini sebagai salah satu penentu kualitas hidup manusia dan
menentukan keberlangsungan hidup manusia.
203

Kolase Komunikasi di Indonesia

Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengkaji komunikasi dilakukan
dalam berbagai kegiatan ilmiah. Kegiatan tersebut mulai dari penelitian
sampai pada kegiatan diskusi maupun seminar tentang komunikasi. Bila
diperhatikan secara seksama, sebenarnya kajian tentang komunikasi
ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat prinsip-prinsip
komunikasi. Prinsip komunikasi yang dikembangkan tersebut baik pada
tataran teori maupun praktek utamanya adalah untuk membangun prinsipprinsip komunikasi efektif yang dapat diaplikasikan dalam berbagai dimensi

kehidupan manusia.

Kajian Teori
Konsep Dasar Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif maka terlebih dahulu
seseorang sebaiknya memahami apa sebenarnya komunikasi itu dan
bagaimana cara melakukannya. Pemahaman terhadap komunikasi
sebaiknya diawali dari pengetahuan dan pemahaman terhadap
deinisi komunikasi itu sendiri. Efendy mengemukakan pengertian
komunikasi dari beberapa perspektif yakni; pengertian komunikasi
secara etimologis, pengertian komunikasi secara terminologis,
pengertian komunikasi secara paradigmatis.
Secara etimologis atau menurut asal usul kata, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin ”communicatio”, yang artinya adalah ”sama”,
dalam arti kata sama makna, yakni sama makna terhadap suatu hal
yang dimaknai oleh komunikator maupun komunikan (Efendy, 1986
: 4). Berdasarkan pengertian secara etimologi ini maka komunikasi itu
akan dapat terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan dimaknai secara sama secara sama oleh keduaduanya. Apa bila pesan dimaknai secara berbeda maka komunikasi
belum terjadi secara efektif.

Pengertian komunikasi secara terminologis berarti proses
penyampaian suatu pernyataan dari seseorang kepada orang lain. Dari
pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,
dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain baik seorang
maupun sekelompok orang yang dilakukan secara langsung atau tatap
muka maupun menggunakan media. Jadi yang terlibat dalam komunikasi
itu adalah manusia yang saling berinteraksi. Karena itu, komunikasi yang
204

Yan Hendra, Prinsip Komunikasi Efektif...

dimaksud adalah komunikasi antar manusia.
Secara paradigmatis, pengertian komunikasi mengandung tujuan
tertentu. Dalam hal ini komunikasi ada kalanya dilakukan secara lisan,
secara tertulis, secara tatap muka, atau melalui media. Penggunaan
media baik media massa maupun media non massa dipilih berdasarkan
tujuan tersebut. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat
intensional, mengandung tujuan. Oleh karenanya komunikasi harus
dilakukan secara terencana. Sejauhmana perencanaan tersebut tergantung
pada pesan yang disampaikan dan karakteristik komunikannya (Efendy,

1986 : 5-6).
Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagaimana yang timbul dari
lubuk hati. (Efendy, 1990 : 11). Berkomunikasi tidak hanya sekedar
menyampaikan pesan, tetapi juga bagaimana pesan tersebut dapat diterima
oleh komunikan. Pesan yang telah diterima komunikan tersebut kemudian
menimbulkan dampak ataupun efek yang sesuai dengan apa yang dinginkan
dan direncanakan oleh komunikator.
Aspek terpenting dari suatu proses komunikasi adalah bagaimana
komunikasi yang dilakukan tersebut dapat berlangsung secara efektif.
Berkenaan dengan hal ini, Harold D Lasswell mengemukakan bahwa
untuk memahami komunikasi dapat dilakukan dengan menjawab
pertanyaan “Who, Says What, In Which Channel, To Whom,
With What Efect.” Jawaban dari pertanyaan ini dapat dilakukan
dengan mengemukakan unsur-unsur komunikasi yang terdiri dari;
komunikator, pesan, saluran/media, komunikan dan efek (Efendy,
2003 : 253). Berdasarkan formula Lasswell ini maka komunikasi efektif
dapat dibangun berdasarkan unsur-unsur komunikasi tersebut.


Pembahasan
Komunikasi Efektif Perspektif Barat
Berkenaan dengan komunikasi efektif, umumnya para ahli
barat memandang bahwa komunikasi efektif dapat dibangun dengan
memperhatikan setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi
tersebut. Secara rinci perhatian terhadap setiap unsur komunikasi
205

Kolase Komunikasi di Indonesia

dapat dimulai dari perhatian terhadap komunikator. Carl Hovland
dan Walter Weiss mengemukakan bahwa komunikasi efektif salah
satunya ditentukan oleh apa yang mereka sebut sebagai credibility
(kredibilitas komunikator) yang terdiri dari dua unsur yakni Expertise
(keahlian) dan trusworthiness (dapat dipercaya). Komunikator yang
memiliki keahlian dipandang sebagai orang yang cerdas, pintar dan
berpengalaman. Sedangkan komunikator yang memiliki kepercayaan,
dianggap sebagai orang yang jujur, baik hati, memiliki etika dan sopan
santun serta ramah. (Rakhmat, 1996 : 256)

Jauh sebelum Hovland dan Weiss mengemukakan istilah
kredibilitas ini, Aristoteles terlebih dahulu telah mengemukakan hal
ini dengan sebutan ethos atau lazim disebut etos komunikator. Ethos
terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good
sense, good moral character, good will). Komunikator yang dipandang
komunikan memiliki ethos akan memiliki daya pengaruh yang tinggi
terhadap komunikan. Komunikan akan dapat menerima pesan yang
disampaikan komunikator dan mengikuti apa yang disampaikan
komunikator. Komunikator dapat berkomunikasi secara efektif.
Berkaitan dengan faktor komunikator dalam menentukan
efektivitas komunikasi, kompetensi komunikasi dari komunikator
juga menentukan efektivitas komunikasi. Spitzberg (dalam De Vito,
1997 : 27) mengatakan bahwa kemampuan/ kompetensi komunikasi
mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran
lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content)
dan bentuk pesan komunikasi, misalnya pengetahuan bahwa suatu
topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di
lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan
lingkungan yang lain.

Unsur pesan memegang peranan penting dalam membangun
komunikasi yang efektif. Sejak lama para ahli telah meneliti tentang
kekuatan pesan. Sebuah pesan ada kalanya tidak memiliki daya
pengaruh terhadap komunikan. Pada sisi lain, efektivitas komunikasi
dapat ditentukan oleh pesan. Wilbur Schramm (dalam Rakhmat,
2003 : 41) menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success
in communication”. Yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita

206

Yan Hendra, Prinsip Komunikasi Efektif...

menginginkan agar suatu pesan dapat membangkitkan tanggapan yang
kita kehendaki.
Kondisi tersebut dirumuskan oleh Schramm sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,
sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan
dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada
pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang
dikehendaki.
Selanjutnya kekuatan pesan juga dapat lebih efektif dalam
mempengaruhi komunikan jika pesan itu disusun sedemikian
rupa. Pada tahun 1952, Beighley meninjau berbagai penelitian yang
membandingkan efek pesan yang tersusun dengan yang tidak tersusun.
Ia menemukan bukti bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik
akan lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak tersusun
dengan baik. homson (1960) melaporkan bahwa orang lebih mudah
mengingat pesan yang tersusun daripada pesan yang tidak tersusun
(Rakhmat, 1996, 294-295).
Setelah memperhatikan pesan, komunikasi efektif juga ditentukan
oleh media yang dipakai dalam menyampaikan pesan. Penggunaan
media banyak ditentukan oleh pertimbangan karakteristik komunikan.
Media tidak akan memiliki kekuatan apa-apa bila media itu tidak

digunakan oleh komunikan untuk berkomunikasi. Sebaliknya, media
akan mampu menjangkau khalayak dalam jumlah yang sangat besar
jika media tersebut sedang digunakan oleh khalayak untuk memenuhi
kebutuhannya akan informasi dan hiburan.
Efektivitas media akan senantiasa mengikuti sifat dari media
tersebut. media cetak akan dapat disimpan dan dicermati secara
berulangulang sehingga memudahkan pemahaman terhadap pesan.

207

Kolase Komunikasi di Indonesia

Media cetak tidak akan berarti apa-apa ditangan khalayak yang tidak
mampu membaca. Sebaliknya media elektronik seperti televisi tidak
berarti apa-apa jika siaran televisi terbut tidak sampai menjangkau
khalayak. Media audio visual selain mampu menghadirkan realitas
nyata, juga mempermudah khalayak melakukan peniruan terhadap
apa yang dilihat dan didengarnya.
Komunikasi efektif juga banyak ditentukan oleh pemahaman
terhadap karakteristik komunikan. Para ahli menyampaikan apa yang

mereka sebut sebagai “know your audience” pengetahuan terhadap
khalayak berkaitan dengan pengetahuan tentang beberapa aspek yakni:
waktu yang tepat, bahasa yang dimengerti komunikan, sikap dan nilai
yang sesuai dengan komunikan, jenis kelompok dim,ana komunikasi
akan dilaksanakan.
Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang akan mudah
menerima pesan jika terdapat empat kondisi yakni:
a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi
b. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan
tersebut sesuai dengan tujuannya
c. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya
itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Ia mampu untuk menepati baik secara mental maupun secara
isik. (Efendy, 2003 : 42).
Unsur lainnya yang penting untuk dipertimbangkan dalam
membangun komunikasi efektif adalah unsur efek atau dampak
komunikasi. Pengetahuan dan pemahaman terhadap efek ini akan
membantu komunikator untuk mengetahui apakah komunikasi yang
telah dilakukan itu mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Dampak ataupun efek

komunikasi dapat diketahui secara spontan pada saat komunikasi
itu berlangsung, dan dapat juga diketahui setelah berlangsungnya
komunikasi (tertunda).
Berkenaan dengan pentingnya efek ini, maka komunikator perlu
melakukan survey ataupun penelitian tentang efek atau dampak
komunikasi. Survey terhadap efek atau dampak komunikasi ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang umum dilakukan yakni

208

Yan Hendra, Prinsip Komunikasi Efektif...

menyebarkan angket atau dapat juga melakukan wawancara dengan
komunikan atau khalayak yang telah menerima pesan. Melalui angket
ataupun wawancara tersebut akan didapat data tentang tanggapan
komunikan terhadap pesan. Hasil survey menjadi bahan dasar dalam
membuat dan menyusun perencanaan komunikasi selanjutnya di masa
yang akan datang.
Komunikasi Efektif Perspektif Islam
Komunikasi efektif menjadi syarat utama untuk mencapai hasil
yang diharapkan oleh komunikator. Berbagai pendapat dan pandangan
para ahli tentang komunikasi efektif telah melahirkan teori tentang
bagaimana membangun komunikasi yang efektif. Dalam ajaran Islam
terdapat prinsip-prinsip dalam membangun komunikasi yang efektif.
Prinsip komunikasi efektif tersebut dapat dilihat dalam Al-Quran.
Prinsip komunikasi efektif tersebut adalah: Qawlan Ma’rufan, Qawlan
Sadidan, Qawlan Balighan, Qawlan Kariman, Qawlan Maisuran,
Qaulan Layyinan. (Amir, 1999 : 85).
1. Qawlan Ma’rufan
Salah satu pengertian ma’rufan secara etimologis adalah alkhair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jalaluddin Rakhmat
menjelaskan bahwa bahwa Qawlan Ma’rufan berarti perkataan yang
baik. Allah menggunakan frasa ini ketika berbicara tentang kewajiban
orang-orang kaya atau orang kuat terhadap orang-orang miskin atau
lemah. Perkataan Qawlan Ma’rufan salah satunya terdapat dalam AlQuran Surat An-Nisa ayat 5 yang artinya sebagai berikut.
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik.
Lebih lanjut dikatakan bahwa Qawlan Ma’rufan berarti ungkapan
atau perkataan yang baik dan pantas atau pembicaraan yang bermanfaat,
memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan
pemecahan kesulitan. Kepada orang lemah, bila kita tidak dapat
membantu secara materil, kita harus memberikan bantuan psikologis
(Amir, 1999, 85 : 86).

209

Kolase Komunikasi di Indonesia

2. Qawlan Sadidan
Perkataan Qawlan Sadidan salah satunya terdapat dalam AlQuran Surat An-Nisa ayat 9 yang artinyasebagai berikut.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Perkataan Qawlan Sadidan yang terdapat dalam ayat tersebut
menggambarkan suatu pembicaraan mengenai wasiat Menurut
beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At-habari, Al- Baghawi, AlMaraghi dan Al-Buruswi bahwa Qaulan Sadida dari segi konteks ayat
mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang pemberi
wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk
ucapan-ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik, dan
adil. Lemah lembut artinya cara penyampaian menggambarkan kasih
sayang yang diungkapkan dengan kata-kata yang lemah lembut. Jelas
mengandung arti terang sehingga ucapan itu tak ada penapsiran lain.
Jujur artinya transparan, apa adanya, tak ada yang disembunyikan.
Tepat artinya kena sasaran, sesuai yang ingin dicapai, dan sesuai pula
dengan situasi dan kondisi. Baik sesuai dengan nilai-nilai moralmasyarakat maupun ilahiyah. Sedangkan adil mengandung arti isi
pembicaraan sesuai dengan kemestiannya, tidak berat sebelah atau
memihak. (Ahmad Ridwan http://naifu.wordpress.com)
3. Qawlan Balighan

Perkataan Qawlan Baligha terdapat dalam Al-Quran Surat
An-Nisa ayat 63 yang artinya sebagai berikut.
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di
dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan
berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka.
Qawlan Balighan dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang
efektif. Asal balighan adalah balagha yang artinya sampai atau fasih.
Jadi untuk orang munaik diperlukan komunikasi efektif yang bisda
mengubah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang akan
mengesankan atau membekas pada hatinya.
210

Yan Hendra, Prinsip Komunikasi Efektif...

Jalaluddin Rakhmat merinci pengertian qawlan balighan menjadi
dua. Pertama, qawlan balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan
pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Atau
sesuai dengan frame of reference dan ield of experience. Kedua qawlan
balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati
dan pikirannya sekaligus. (Amir, 1999 : 92-93)
4. Qawlan Kariman
Perkataan Qaulan Kariman terdapat dalam Al-Quran Surat AlIsra ayat 23 yang artinya sebagai berikut.
Dan Tuhan mu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Qawlan Kariman, menyiratkan suatu prinsip utama dalam
komunikasi islam berupa penghormatan. Komunikasi efektif dapat
dibangun dengan cara memperlakukan orang lain dengan penuh rasa
hormat (Amir, 1999 : 87).
5. Qawlan Maysuran
Perkataan Qawlan Maysuran terdapat dalam Al-Quran Surat AlIsra ayat 28 yang artinya sebagai berikut.
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang pantas.1
Qawlan Maysuran, menurut Jalaluddin Rakhmat sebenarnya lebih
tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan”,yang berarti gampang,
mudah, ringan. Qawlan Maysuran berisi hal-hal yang menggembirakan.
Ketika kita berkomunikasi kita bukan hanya menyampaikan isi,
kita juga mendeinisikan hubungan sosial diantara kita. Isi yang
sama dapat menimbulkan persahabatan atau permusuhan. Dimensi
komunikasi yang kedua ini sering disebut metaisika. Salah satu prinsip
komunikasi dalam Islam ialah setiap komunikasi harus dilakukan
1

Tafsir Qur’an Karim.

211

Kolase Komunikasi di Indonesia

untuk mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hambanya yang
lain. Islam mengharamkan setiap komunikasi yang membuat manusia
terpisah dsn membenci hamba-hamba Allah. (Amir, 1999 : 89)
6. Qaulan Layyina (Ucapan Yang lemah Lembut)
Perkataan Qaulan Layyina terdapat dalam Al-Quran Surat haha
ayat 44 sebagai berikut.
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Berkata lemah lembut tersebut adalah perintah Allah kepada Nabi
Musa dan Harun yang akan menghadap Fir’aun untuk menyampaikan
ayat-ayat Allah. Allah sebenarnya bisa memerintahkan rasul-rasulnya
untuk berkata kepada Fir’aun dengan instruktif atau keras, tetapi
itu bukan cara terbaik dalam mencapai hasil komunikasi terhadap
seseorang, apalagi bagi seorang raja yang lalim. Allah memerintahkan
Musa dan Harun berkomunikasi dengan Fir’aun secara lemah lembut.
Inilah kiat berkomunikasi efektif yang diajarkan Islam. Berkomunikasi
harus dilakukan dengan lembut, tanpa emosi, apalagi mencaci maki
orang yang ingin dibawa ke jalan yang benar (Amir, 1999 : 93-94).

Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan dan
mengekspresikan semua hal yang dirasakan dan dipikirkannya
kepada orang lain.
2. Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang dapat
menimbulkan efek ataupun dampak tertentu terhadap komunikan
sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.
3. Komunikasi efektif dapat dibangun melalui penerapan teori-teori
barat yang berisikan prinsip-prinsip komunikasi efektif dan juga
melalui penerapan nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam AlQuran yang berisikan ayat-ayat tentang prinsip-prinsip komunikasi
efektif yakni, Qawlan Ma’rufan, Qawlan Sadidan, Qawlan Balighan,
Qawlan Kariman, Qawlan Maisuran, Qaulan Layyinan.
212

Yan Hendra, Prinsip Komunikasi Efektif...

4. Prinsip komunikasi efektif perspektif barat dan perspektif Islam
mengacu kepada aspek unsur-unsur komunikasi dan aspek mekanis
dalam proses komunikasi tersebut.
5. Sebelum ahli barat mengemukakan prinsip komunikasi efektif,
ajaran Islam telah menyampaikan prinsip-prinsip komunikasi
Islam sebagai bahan dasar dalam membangun komunikasi efektif.
6. Penerapan prinsip-prinsip komunikasi efektif melalui kolaborasi
prinsip komunikasi efektif perspektif barat dengan prinsip
komunikasi efektif perspektif Islam diasumsikan akan dapat
membangun komunikasi yang lebih efektif dan lebih berkesan.

213

Kolase Komunikasi di Indonesia

Datar Pustaka
Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam.
Jakarta: Logos
De Vito, A Josep. 1997Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional
Books.
Efendi, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung: Remaja Karya.
___________. 1996 Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Karya.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 1996 Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja
Rosdaskarya.
Ridwan, Ahmad. Komunikasi Efektif Dalam Perspektif Al-Quran.
http://naifu.wordpress.com/humor-ala-gue-2/ Diakses Selasa 15
Januari 2013.
Yunus, Mahmud. 1993, Tafsir Qur’an Karim. Jakarta, Hidakarya Agung.

214