BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor Pailit BMT di Lampung Timur (Studi Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil ) - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi merupakan bidang kehidupan yang mempunyai energi yang

  

paling banyak jika dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Begitu

kuatnya energi ekonomi yang ada pada manusia, maka kepentingan-

kepentingan manusia menjadi dominan. Jika manusia sudah didominasi oleh

  1 kepentingan ekonomi timbullah prinsip menghalalkan segala cara.

  Islam sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya mengatur ibadah ritual saja, tetapi merupakan aturan Iengkap yang mencakup aturan ekonomi.

  Ekonomi begitu penting bagi manusia sehingga tidak bisa lepas dari kehidupannya, oleh karena itu, Allah SWT tidaklah mungkin tidak mengatur hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi. Sebagai contoh adalah apa yang difirmankan Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah : 282 yang mengatur cukup rinci tentang aturan muamalah diantara manusia. Agama sebagai suatu lemhaga didalamnya terdapat nilai-nilai dan sistem aturan yang mempunyai

  2 fungsi untuk mempertahankan eksistensinya, yang disebut dengan pranata.

  Pranata adalah sistem tata nilai yang berwujud norma, yang mempunyai 1

  • sifat dan fungsi mengatur. Islam memberikan prinsip prinsip pokok

  Hertanto Widodo, Ak dkk., , Panduan Praktis Operasional Battul Mal Wat Tamwil (BMT), ( Bandung: Mizan, 1999), h. 43 dalam bidang ek onorni untuk digunakan seba g ai p a tokan dalam kehidupan perekonomian rn a nu s i a , diberikannya h a nya prin s i-prinsip pokok in i karena I s lam m e liha t persoalan ekon o mi teru s ber e v o lusi dengan keadaan yang tidak d a pat di se lesaik a n langsung secara tuntas.

  P e r s oal a n-perso a l a n ekonomi j a ngk au annya sa ngat ja uh meny a n g kut k ehidupan sosial. Oleh k a rena itu , A l-Qur ' an d a n Hadi s t tid a k memb e rikan b e ntuk-b e ntuk kelemba gaa n ek o nomi sec ara k e harusan tetapi memberikan

  3 - prinsip prinsip pokok.

  Islam h a nya menyele k si ap a yan g baik dan m e nguntungkan bagi · m a nusia dan a pa y ang b uruk dan merug i k a n manu s ia. D e ngan sy arat ti da k bertentan ga - n den gar . Al Qu r' an d a n Hadi s t ter b uk a p e luan g u ntuk m e ncari g ag asan d a n kon se p e kon o rni, b a ik dari bangsa B ara t m a upun Timur , a s alkan b a ik dan m e nguntun g k a n b agi m a nu s i a seca r a in d i v idu a l m au p u n s o s ial. S e b a likn ya me s k i pun gaga sa n da n k o n se p b eras al d a ri o r a n g y a n g meng a ku beragama Isla m tetapi h a n y a menguntun gka n s e ca r a ind i vidu a l dan rn e ru g ik a n seca ra sosia l tet a p tid ak dip e r bo l e h k an , K e g iatan ekon o rni d a lam p a nd a n ga n I s lam merup a k a n tunt u tan k e hi d up a n . Di sa mpin g ju g a m e ru paka n anjuran

  4 yang memilik i dim e n s i ib a d a 3 h.

  Burhanuddin H., Aspek Hukum Penggunaan Pranata-Pranata Ekon o mi Mam, Makalah Dalam Seminar " Peran Lembaga Keuangan Syari 'oh Dalam Pembangunan Ekonomi KerakyatanDi Era Otonomi Daerah ". Boyolali 15 Juni 2016 4 Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, ( J a k a r t a :

  Bumi Aksara, 1999), h. 15

  Islam sebagai agama Allah yang telah disempumakan, memberi

pedoman bagi kehidupan manusia baik spiritual-materialisme, individual-

sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi muaranya hidup dalam keseimbangan

dan kesebandingan. Dalam kegiatan ekonomi, Islam memberikan pedoman

atau aturan-aturan hukum yang pada umumnya dalam bentuk garis besar. Hal

ini dimaksudkan untuk memberi peluang bagi perkembangan kegiatan

perekonomian di kemudian hari karena syari 'ah Islam tidak terbatas pada

  5 ruang dan waktu.

  Dalam sejarah peronomian Islam, praktek kebebasan ek.onomi yang

dipraktekkan Nabi mengarahkan perekonomian pada mekanisme pasar yang

terbuka. Artinya perekonomian di dalam Islam didasari kerangka kebebasan

dan keterbukaan. Namun bukan berarti perekonomian Islam didasarkan pada

persaingan bebas mutlak. Tetapi kerangka kebebasan dalam perekonomian

Islam lebih ditujukan kepada sistem kerja sama dibandingkan dengan

persaingan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa praktek dagang yang diadopsi

oleh ajaran Islam dari tradisi-tradisi sebelumnya dengan penekanan aspek

sosial. Praktek ekonomi dalam rangka kerjasama untuk mencari keuntungan

yang paling tua dalam sejarah perekonomian Islam adalah apa yang disebut

dengan mudharabah dan musyarokah. Pranata ekonomi inilah yang menjadi

dasar perekonomian dalam sejarah perekonornian Islam dalam semua aspek

  

yang berkaitan dengan modal, tenaga, pikiran, tanah, dan sumber daya

6 ekonomi lainnya.

  Secara umum dalam perekonomian Islam terbentuk dalam dua pola

besar, yaitu kerja sama dan jual beli. Dari kedua lembaga ini terlihat sikap

individualis dan konsep sosial, yang dalam Islam merupakan dua faktor yang

dipadukan secara harmonis, sehingga semua pekerjaan yang mempunyai

kegunaan secara individual didorong juga mempunyai kegunaan bagi orang

lain. Dengan melihat ini pranata perekonomian Islam merupakan altematif

menarik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi di Indonesia,

dengan berpijak pada pijakan sosio ekonomi keagamaan.

  Pijakan sosio ekonomi didasari oleh suatu kenyataan bahwa kerusuhan

massal pada tahun 1997 secara langsung atau tidak langsung adalah akibat

jauh dari kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin. Jumlah

penduduk yang berada dalam garis kemiskinan sedemikian banyak, kekayaan

bangsa Indonesia hanya dikuasai oleh segelintir manusia. Pijakan keagamaan

diadasari oleh realitas kehidupan berbangsa dan berncgara yang mayoritas

penduduknya beragama Islam. Secant konseptual 1slam merupakan agama

yang multidimensional yang di dalernnya mengatur dasar-dasar pokok bagi

semua aspek kehidupan manusia. Mulai hubungan antar individual, hubungan

  7 individual dengan Allah clan hubungan individual dengan lingkungannya. 6 Ibid, h. 20

  Bersamaan dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat untuk

kembali ke ajaran agama, banyak bermunculan lembaga ekonomi yang

berusaha menerapkan prinsip-prinsip Islam, terutama lembaga keuangan

seperti perbankan, asuransi dan tidak ketinggalan pula sebuah lembaga yang

menamakan dirinya dengan Baitul Mal Wattamwil (BMT). Kelahiran

lembaga-lembaga itu tidak lepas dari upaya untuk menggalang dana

masyarakat yang selaras dengan orientasi nilai yang tumbuh dalam

masyarakat Islam. Islam melarang praktek muamalah yang mengandung dan

menimbulkan riba, sehingga didirikanlah lernbaga-lembaga ekonomi yang

sesuai dengan prinsip dasar ajaran Islam.

  Di Indonesia perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan

prinsip-prinsip Islam (syari'ah) terutama ide untuk memunculkan bank

syari'ah sebagai pilar ekonomi Islam diawali dengan adanya diskusi yang

dilakukan oleh para tokoh ekonomi Islam pada awal 1980-an. Par e tokoh

yang terlibat diantaranya adalah M. Dawam Rahardjo, M. Amien Azies, AM

Saefuddin Kamaen A. Perwataatmadja.dan lain-lain. Beberapa uji coba pada

skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah

berdirinya Baituttamwil Salman di Bandung yang sempat tumbuh

mengesankan dengan perkembangan asetnya bis a mencapai 1,3 milyar meskipun pada kenyataannya tumbang. Di Jakarta juga dibentuk lernbaga serupa dalam bentuk koperasi, yaitu Koperasi Ridlo Gusti ·

  8 pada tahun 1988, namun tidak sempat berkembang.

  Pada tanggal 01Nopember 1991 dltandatangani akte pendirian PT.Bank Muamalat Indonesia yang pada saat ditandatanganinya akte pendirian telah terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 milyar. Kemudian pada saat silaturrahmi dengan Presiden total komitmen modal disetor menjadi Rp. 106.126.382.000,00. Dengan modal sebesar itu secara resmi Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi pada tanggal 0 1 Mei 1992.

  Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syari 'ah belum mendapat perhatian yang ortimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syari'ah hanya dikategorikan sebagai "bank dengan sistem bagi basil", tidak terdapat rincian landasan hukum syari 'ah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini tercermin dalarn UU Ne. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang menempatkan pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil seakan "sisipan" belaka.'

8 Muhammmad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII Pres, 2005),

  h. 43

  Setelah kelahiran Bank Muamalat Indonesia dan BPRS di Indonesia,karena keduanya dianggap belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lernbaga-lernbaga simpan pinjam yang disebut BMT (Baitul Maal Wat tamwil) pada bulan Juli 1992, yang diawali dengan munculnya BMT Bina Insan Kamil di Jakarta. Lembaga keuangan non perbankan ini mengenalkan konsep bagi hasil dalam bentuk mudharabah, murabahah, musyarakah, dan bai' bitsaman Ajil. Disamping itu juga mengenalkan konsep qordhul hasan, yaitu pinjaman tanpa beban apapun sepcni bunga bagi hasil. Modal pinjaman itu dapat dikembalikan secara angsuran sesuai dengan kemampuan yang disepakati. BMT menjadi salah satu alternatif bagi para pencari modal usaha khususnya pengusaha kecil dan mikro (VKM). Berkembangnya lembaga- lembaga yang menerapkan prinsip Islam, khususnya munculnya BMT

  9 sangat bermanfaat untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.

  Istilah Baitul Mal Wat Tamwil berasal dari bahasa Arab yang disingkat BMT dan dapat dipilah menjadi dua kata, Baitul Mal dan Baitul Tamwil.

  Baitul Mal menurut fungsinya bertugas untuk rnenghimpun , mengelola, dan menyalurkan dana zakat infak dan sedekal 1 (ZIS) yang menitikberatkan pada aspek sosial dan menjalankan sesuai dengan peraturan dan amanahnya. 9 Zaenal A, STP, Menilai Tingkat Kesehatan BMT Dari Aspek dalam Manajemen, Tazkia

  (Bandung : Tazkia, 2004), h.22

  

Sementara Baitul Tamwil merupakan lembaga komersial dengan pendanaan

dari pihak ketiga, bisa berupa pinjaman atau investasi untuk mengembangkan

usaha-usaha produktif dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi

  10 pengusaha yang dijalankan berdasarkan prinsip syari'at.

  Keberadaan BMT dalam perekonomian Indonesia sangat dibutuhkan,karena tujuan berdirinya BMT adalah guna meningkatkan kualitas usaha ekonomi bagi kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, yang belum terjangkau oleh Lembaga Keuangan Perbankan. BMT (Bait al-Mal wa at-Tamwil) dapat dijadikan pula sebagai alternatif bagi adanya pengharaman riba dalam bunga bank konvensional, sehingga keinginan umat Islam untuk dapat melaksanakan transaksi keuangan yang bernuansa Islam telah terpenuhi.

  Menurut fungsinya sebagai lembaga pengimpun dan penyalur dana kepada masyarakat, BMT menawarkan berbagai produk simpanan dan pembiayaan yang disesuiakan dengan kebutuhan masyarakat. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah.

  Ibadah harus dipahami dalam arti luas, yakni tidak saja mencakup aspek ritual peribadatan saja, tetapi mencakup segala aspek kehidupan. Sehingga setiap kegiatan BMT harus berorientasi pada upaya saling

  ta’awun dan mewujudkan ekonomi yang adil dan makmur.

11 Ternyata keberadaan BMT dapat berkembang cukup pesat kususnya

  diwilayah Lampung, berdasarkan data sampai akhir tahun 2017 jumlah BMT yang ada di Lampung menurut data Puskpopsyah ada 138 BMT yang terdaftar dan 61 BMT yang melaporkan kegiatannya. Dengan jumlah yang sedemikian besar itu status hukum BMT menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dipikirkan. Dalam UU. No. 7 tahun 1992 pasal 26 disebutkan bahwa:

  1. Barang siapa menghirnpun dana dari rnasyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu tanp a izin usaha dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dan pasal 17, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp, 10.

  000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).

2. Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

  dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perseroan 11 Rahmat Riyadi, Konsep dan Stategi pemberdayaan LKMS di Indonesia, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kontribusi Hukum dalam Pemberdayaan LKMS, Fakultas Hukum Undip, Semarang, 18 Desember 2007.hal. 8. terbatas, perserikatan, yayasan, koperasi , maka penuntutan t erhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang memberikan perintah melakukan perbuatan itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau

  12 terhadap kedua-duanya.

  Eksistensi kelembagaan BMT sebenarnya telah diakomodir dengan adanya undang-undang koperasi yang baru, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, di mana dalam undang-undang ini disebutkan adanya pengelolaan koperasi dengan menggunakan prinsip syariah, sebagaimana diatur dalam Pasal 87 Ayat (3), bahwa “Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah”, selanjutnya dalam Pasal 87 Ayat (4), bahwa “Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Peraturan pemerintah yang selanjutnya mengatur BMT adalah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 91/Kep/M.

  KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 35.2/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah, dan Analisis Normatif Undang-

  undang No. 1 Tahun 2013 12 Triana Sofiani, “Konstruksi Norma Hukum Koperasi Syariah Dalam Kerangka Sistem Hukum

  Un t uk memberikan kepa s t ia n hukum d a n dalam _ men ga ntisip as i kebutuhan masyarak a t akan dan a y a ng t eru s rnenuru s m e n i ngk at s etiap saat , rn a ka dira sa kan p e rlu untuk rneng e tahui

k e d udukan BMT dalarn peraturan p e rundan g -undang a n yang a da di Indonesi a ..

  19

   (Sumber: Puskopsyah BTM Lampung) 13 Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah BMT di Lampung cukup pesat

  15 Jumlah 138

  11. Kota Metro

  12

  10. Pringsewu

  9

  9. Way Kanan

  6

  8. Kota Bumi

  10

  7. Tulang Bawang

  6. Lampung Tengah

  adapun jumlah BMT yang ada di wiayah Lampung sebagai berikut:

  16

  5. Lampung Selatan

  25

  4. Lampung Timur

  3

  3. Lampung Barat

  8

  2. Lampung Utara

  15

  1. Bandar Lampung

  No Wilayah Yang Terdaftarr

  

Tabel 1 Data Jumlah BMT Di Lampung

  dan berkembang. Akan tetapi perkembangannya belum menunjukkan adanya kepatuhan BMT dalam Operasionalnya. Jika dilihat dari jumlah data diatas masih banyak BMT yang tidak melaporkan aktifitas Kegiatan BMT kepada lembaga yang menaunginya seperti puskopsyah dan Kementrian Koperasi dan UMKM. 13 Dukumentasi data BMT dILampung dengan pihak Puskopsyah BTM Lampung pada 10 Juni

  Untuk wilayah Lampung Timur jumlah BMT menduduki posisi yang paling banyak di wilayah Lampung. Akan tetapi jumlah ini tidak sesuai dengan kulaitas lembaga itu sendiri. Tercatat ada 25 BMT di wilayah Lampung Timur yang tersebar di beberapa kecaamtan yang ada dan salah satunya BMT L-Risma yang ada di pekalongan dan BMT SSB yang ada di marga tiga Lampung Timur.

  Kedua BMT tersebut bediri belum cukup lama akan tetapi perkembangannya cukup pesat di wilayah Lampung Timur. Jika dilihat dari jumlah asset dan jumlah nasabah kedua BMT tersebut memiliki jumlah yang cukup banyak. Adapun jumlah aset dari tahun 2014 sampai 2017 kedua BMT Tersebut sebagai berikut:

  

Table 2 data aset BMT L-Risma dan BMT Sumber Sejahtera Bersama

  NO Nama Lembaga Tahun TOTAL ASET

  1. BMT L-Risma BMT SSB 2014 Rp. 90.000.000

  Rp. 70.000.000

  2. BMT L-Risma BMT SSB 2015 Rp. 80.000.000 Rp. 65.000.000

  3. BMT L-Risma BMT SSB 2016 Rp. 100.000.000 Rp. 90.000.000

  4. BMT L-Risma BMT SSB 2017 Rp. 60.345.333.

  Rp. 100.999.340

Sumber : BMT L-Risma dan BMT Sumber Sejahtera Bersama

14 Perkembangan kedua BMT tersebut dalam tiap tahunnya mengalami peningkatan di

  lihat dari asset BMT tersebut. Akan tetapi jumlah asset yang besar tidak di imbangi dengan bentuk pengeloaan dan manejemen keuanagan yang baik sehingga jumlah asset menurun dan berdampak pada operasional BMT. Hal ini terjadi karena jumlah 14 Wawancara dengan Bapak Margioto bagian Manajemen Funding BMT L-Risma dan Bapak

  

Heriyanto bagian Manajemen Funding BMT Sumber Sejatera Bersama pada 15 Juni 2018 pukul 09.00 beban yang terlalu tinggi dan tidak di imbangi dengan jumah laba yang di peroleh. Stabiltas kedua BMT menjadi goyang mengingat junlah nasabah yang cukup banyak sehingga kedua BMT tersebut mengalani guncangan karena harus menegembalikan dana nasabah yang cukup banyak.

  Tabel 3 Data Nasabah BMT L-Risma dan Sumber Sejahtera Bersama

  Tahun BMT L-Risma BMT Sumber Sejahtera Bersama 2014 500 400 2015 3.546 765 2016 2.876 1.987 2017 3.876 2.152

  15 Sumber: Accounting BMT L-Risma dan Karyawan BMT SSB

  Perkembangan jumlah nasabah kedua BMT tersebut dari tahun ke tahun meningkat . akan tetapi jumlah ini tidak sesuai dengan kualitas dalam pengelolaannya. Masih banyak nasabah yanh wanprestasi dalam pembiayaan sehingga berpengaruh terhadap likuiditas BMT yang seharusnya dana tersbut dapat di kelola dan untuk mengembalikan dana nasabah simpanan yang ingin mengambiil dananya di BMT.

  Dalam hal ini peneliti akan membahas tentang factor apa saja yang mengakibatkan kedua BMT tersebut pailid sudah sesuai atau tidak dalam konsep Hukum Ekonomi Syariah dalam kaitannya Undang-undang No. 1 Tahun 2013 15 Wawancara dengan Bapak Riyan bagian Manajemen Pemasaran BMT L-Risma Dan bapak Tentang Lembaga Keuangan Mikro Atas Status Badan Hukum Dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil.

  B. Identifikasi Masalah

  Keberadaan BMT, ditinjau dari aspek yuridis, mempunyai dampak positif dan negatif. Dari sisi positif, dengan payung hukum Undang-undang perkoperasian lebih memudahkan para pengelola BMT untuk menjalankan kegiatan bisnisnya. Selain itu, ia sangat mudah didirikan karena hanya memerlukan modal yang kecil dengan persyaratan sumber daya manusia (SDM) yang tidak begitu ketat jika dibandingkan dengan lembaga perbankan. Hal ini pulalah yang menyebabkan banyak BMT yang tumbuh subur. Seiring dengan berjalannya waktu, pengelola pun semakin berpengalaman dalam menjalankan roda bisnisnya. Bagi pengelola BMT yang belajar dari pengalaman tersebut, ia pun tumbuh menjadi BMT yang maju dan sukses.

  Dari sisi negatifnya, dengan payung hukum Undang-undang perkoperasian tersebut, sangat mudah timbulnya penipuan terhadap nasabah dari pihak pengelola. Banyak nasabah yang tidak mengetahui tingkat kesehatan BMT, kemudian mempercayakan tabungan atau menanamkan investasinya di BMT tersebut, akhirnya uangnya dibawa lari oleh pengelola karena BMT tersebut bangkrut atau pendirian BMT itu memang hanya kedok untuk penipuan.

  C. Batasan Masalah

  Guna mendapatkan hasil yang fokus dan jelas pada permasalahan serta mencapai sasaran yang diinginkan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang ingin diteliti. Peneliti membatasi penelitian ini pada pengelolaan BMT L-

  Risma dan Sumber Sejahera Bersama (SSB) dan meninjau secara langsung praktik yang dilakukan di lapangan dengan membandingkan pada teori yang ada, untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mengakibatkan tumbangnya BMT di Lampung Timur apakah Sudah sesuai atau tidak dengan prinsip Ekonomi Syariah dan Hukum Islam dan adanya Undang-undang No 1 Tahun 2013.

  D. Rumusan Masalah

  Dalam pembahasan tesis ini untuk lebih terarah dan signifikan, maka perlu adanya masalah yang akan dibahas, antara lain

  1. Apa saja faktor yang mengakibatka Pailidnya BMT di Lampung Timur yaitu BMT L-Risma Dan Sumber Sejahtera Bersama (SSB)?

  2. Bagaimana status badan hukum dan pengawasan BMT dengan adanya Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 ?

  E. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk memahami faktor yang mengakibatkan Pailidnya BMT di Lampung Timur yaitu BMT L-Risma Dan Sumber Sejahtera Bersama (SSB).

  2. Untuk mengetahui bagaimana bagaimana status badan hukum dan pengawasan BMT dengan adanya Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. F. Manfaat Hasil Penelitian Dengan adanya penelitian ini di harapkan ada gambaran aplikasi faktor yang mengakibatkan tumbangnya BMT di Lampung Timur yaitu BMT L-Risma Dan Sumber Sejahtera Bersama (SSB), sehingga penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktisnya, antara lain:

  1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pengembangan BMT yang baik yang sesuai dengan konsep Hukum Ekonomi Syariah dan tujuan BMT itu sendiri.

  2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi pengembang kajian tentang faktor management yang baik dan dibarengi dengan landasan Hukum Ekonomi Syariah dalam pengelolaan BMT dimasa yang akan datang.

G. Penelitian Relevan

  Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam tesis. Penelitian ini mengemukakan dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk itu, penelitian relevan terhadap hasil kajian terdahulu perlu dimunculkan dalam penelitian ini, sehingga dapat diketahui bahwa penelitian yang akan

  16 dilakukan berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada.

  Dari penelitian terebut, penulis mengutip sumber dari berbagai penelitian sebelumnya baik dari buku, tesis, jurnal maupun artikel yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti, sehingga akan terlihat dari sisi mana peneliti dalam membuat karya ilmiah. Disamping itu, akan terlihat suatu perbedaan yang dicapai oleh masing-masing pihak. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, pertama tesis yang berjudul manejemen Baitul Maal Wat Tanwil yang ditulis oleh Muhammad Ridwan yang membahas tentang manjemen BMT secara keseluruhan bagaimana seharusnya

  17 Kedua Tesis berjudul Pengaruh BMT dikelola sesuai dengan prinsip syari’ah.

  BMT (Baitul Maal wat Tamwil) terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat yang ditulis oleh Mochammad Nadjib, Pusat Penelitian Ekonomi (Indonesia) membahas tentang bagaimana peranan BMT dalam menumbuhkan Ekonomi

  18 syari’ah dalam masyarakat.

  Ketiga tesis berjudul Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dalam konsep ekonomi syariah dan undag-undang perkoperasian di indonesia yang ditulis oleh Hertanto Widodo membahas tentang operasional 16 17 Zuhairi, et.al., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 39. 18 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal wat Tanwil, Op.cit., h. 32 Mochammad Nadjib, Pengaruh BMT (Baitul Maal wat Tamwil) terhadap Kondisi Sosial

  

Ekonomi Masyarakat , (Bandung,: Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan

  BMT yang sesuai dengan kaidah syari’ah dan prosedur ketentuan yang berlaku

  

19

Keempat jurnal yang berjudul Potensi dalam Lembaga Keuangan Syari’ah.

  Kebangkrutan Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis yang ditulis oleh Dwi Nur’aini Ihsan dan Sharfina Putri Kartika yang membahas tentang penilain tingkat kesehatan dari bank umum syariah dan juga memprediksi potensi kebangkrutan dari bank umum syariah itu 20 sendiri

  Berdasarkan penelitian-penelitian yang dijelaskan di atas, terlihat sekali perbedaannya dengan kajian penelitian yang akan penulis lakukan. Kajian pada peneliti tersebut tidak membahas tentangfaktor apa aja secara keseluruhan tentang tumbangnya suatu Lembaga Keuangan Syari’ah dalam pandagan Hukum Ekonomi syariah Hanya saja membahas sedikit tentang manajement dan SDM yang kurang professional dan jurnal hanya membahas potensi kebangkrutan belum cara menyelesaikannya.

  19 Hertanto Widodo, PanduanPraktisOperasionalBaitulwat Tamwil(BMT),(Bandung: Mizan, 1999), h.43

  20 Dwi Nur’aini Ihsan dan Sharfina Putri Kartika, “Potensi Kebangkrutan Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis ” Jurnal Etikonomi Volume 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Filosofis Baitul Maal Wat Tanwil (BMT)

  1. Latar Bel a kang Muncul n ya Baltul Mal wa t Tamwil

  Lah i mya lembag a keu a n gan sya ri ' ah t e rru as uk Ba it u l Mal wa t Ta m w il se s un g guhn y a juga dilat a r b elakan g i oleh pelarangan r iba dal a m I s lam yan g se c ara tegas dilaran g oleh Q u r 'a n. Bera g amnya prakt e k tr a nsa ks i ekonomi y a ng dilakukan , m as yarakat pada saat ini , baik yang terjadi antar ses a ma um a t Islam atau ant a ra umat Islam dan um a t yang l a in tel ah m e n e mpati ruang ter s endiri da l a m waca n a H ukum Is l a m S at u hal y an g m asi h teru s dibica ra kan or a ng ka i t ann y a d e n ga n hal t erse but a d a l a h me n ge n ai s tatu s hu k um b un g a bank dalam I s lam .

  Se ba gian umat Islam menyat ak an b a hw a bun ga b a nk yan g se k a ra ng. d iterapk a n perb a nkan konv e n si cn a l ad a l a h s al a h s at u b e n t uk bun g a y an g dih r an g ol e h Al- Q ur ' an . Meskipun m e rek a tidak m e n g in g k a ri k e b e rada a n b a nk-b a nk k onvensional ter s ebut te l ah ban y a k membantu p e rkonomian m a s yarakat. Realitas inilah yan g mel a tarb e lakan g i munculnya l e mbag a k e uan g a n

  I slam yang tidak men g gunakan c ara-c a ra y an g di te mpuh oleh b a nk-bank kon v en s ional , a t au y a n g leb i h diken a l d e n g an lembag a keuan ga n sya ri 'a h. D a ri awal s eja r ah berd i rin ya B MT m e rupakan le mbaga keuan ga n yang ber s ifat alternatif . Hal in, t e rjadi karena UU. N o. 7 t a hun

  1

  9

  92

t e nt a n g P e rbankan hanya menga k ui ad a n ya du a l e mb a ga keu a ngan bank

yaitu Bank Umum dan Bank ; Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum

mempunyai wilayah operasi yang cukup luas cakupannya yaitu meliputi

wilayah perkotaan dan sekitarnya, sedangkan BPR mempunyai wilayah

cakupan kecamatan. Keberadaan dua lembaga keuangan tersebut yang

diakui keberadaannya oleh undang-undang belum dapat melayani

sepenuhnya kepentingan umat, apalagi lembaga keuangan yang beroperasi

secara syari'ah baru Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai lembaga

bank umum dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Syari 'ah (BPRS).

  Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat

kecil dan menengah. Maka atas dasar tersebut sebagai salah satu

solusinya adalah dengan membentuk BMT. Pembentukan BMT ini

dimungkinkan karena pembentukaannya tidak terikat dengan peraturan

  . pemerintah sebagaimana Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. .

  Keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peran : a. menjauhk:an masyarakat dari praktek ekonomi non-syari 'ah.

  Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami; b. melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misal dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan penga~asan terhadap usaha-usaha nasabah atau umum;

  c. melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT hams mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya ; selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebaginya; d. menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung b e rhadapan dengan masyarakat

  2. Pengertian Baitul Maal Wat Tanwil (BMT)

  Baitul mal wa tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang

  dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat martabat dan serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi Baitul Maal ( Rumah Harta) yang berfunsi sebagai pengembangan harta yang berorientasi non profit yang digunakan untuk umat seperti zakat, infaq, shadaqoh dan wakaf.

  Sedangkan Baitul Tamwil (Rumah Bisnis) yang berfungsi melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Jadi BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengelola dan menyalurkan dana social dan mengembangkan usaha-usaha proktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegitan ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang

  21 pembiayaan kegiatan.

  Baitul maal wat tamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan mikro yang dioperasikan berdasarkan prinsip bagi hasil dan disebut sebagai lembaga keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembga 21 keuangan formal lainnya. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas

  Her Sudarsono, .Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi.Edisi-2, (Yogyakarta: Ekonisia., 2003.), h. 12 menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juaga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan

  22 pertanian.

  BMT memiliki dua latar belakang pendirian dan kegiatan yang hampir sama kuatnya, yakni sebagai lembaga keuangan mikro dan sebagai lembaga keuangan syariah. Eksistensinya memang belum diketahui secara luas oleh masyarakat, serta masih melayani kelompok masyarakat yang relatif homogen. Selain cakupan geografis yang amat terbatas, dampak ekonomis dari kegiatannya pun terbilang masih amat minimal. Bagaimanapun, ciri dan latar belakang dimaksud sudah teridentifikasi secara cukup jelas. Fenomena kehadirannya secara bersama-sama telah mulai dikenal sebagai gerakan

23 BMT.

  Secara implementatif, keberadaan BMT saat ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Berbagai produk yang ditawarkan baik produk jasa maupun keuangan dengan model akad yang bervarian dan dapat dipilih sesuai kebutuhan masyarakat, menjadikan BMT sebagai lembaga keuangan yang mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Saat ini jumlah BMT di seluruh Indonesia mencapai 4 ribuan. Namun, BMT yang terdaftar 22 sebagai anggota perhimpunan sekitar 326 BMT yang saat ini mengelola aset

  Ibid. h. 23

23 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo

  masyarakat sekitar lebih dari Rp 13 triliun dan jumlah anggota koperasi yang dilayani lebih dari tiga juta orang. Ketua perhimpunan BMT Indonesia Joelarso mengatakan, secara periodik kelembagaan BMT dilakukan

  24 akreditasi serta dinilai kesehatannya.

  Hal ini dilakukan karena BMT sebagai lembaga keuangan yang mengelola kepercayaan masyarakat, sehingga tata kelolanya harus baik.

  Perhimpunan BMT Indonesia telah mengembangkan mekanisme saling tolong menolong atau ta

  ’awun antar anggota Koperasi BMT.Tercatat jumlah

  25

  iuran dana telah terkumpul lebih dari Rp 10 miliar sejak didirikan

  ta’awun

  pada 2010, dengan total pembayaran santunan sekitar Rp 9 miliar dan jumlah anggota penerima manfaat mencapai seribu orang. Selain itu, Maal BMT juga menghimpun dana sosial atau ZISWAF (zakat, infak, shodaqoh, dan wakaf) dengan capaian sebesar Rp 29,5 miliar pada 2017, dengan penyaluran dana ke masyarakat sebesar Rp 28 miliar

  3. Badan Hukum Baitul Maal Wat Tanwil (BMT)

  Dewasa ini meskipun belum bersertifikasi, BMT sebagai kelompok swadaya masyarakat sudah beroperasi. Sebagai 24 sebuah lembaga yang melayani simpanan dan pinjaman, segi Nur S Bukhori,

  Koperasi Syari’ah Teori dan Praktik (Tanggerang Selatan: Pustaka Aufa Media, 2012), h.3 25 T a’awun Adalah Dana Yang Bersifat Tolong Menolong Sesama Mitra Koperasi Syariah

  Karena Hal Ini Sebagai Prinsip Dari Ekonomi Syariah Yang Nantinya Digunakan Untuk

  

formalitas hukum BMT memiliki dua altematif badan hukum.

  .

  

Keputusan atas bentuk badan hukum merupakan keputusan para

pengurus dan anggotanya secara demokratis melalui forum rapat

anggota. Dalam bentuk lembaga perbankan, BMT akan tunduk

pada ketentuan UU perbank:an ·No. 7 Tahun 1992 beserta

ketentuan pelaksanaannya seperti PP No. 71 Tahun 1992 tentang

BPR serta PP No. 72 Tahun 1992 yang mengatur mengenai Bank

dengan prinsip bagi hasil (UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

tersebut telah diganti dengan UU No.10 Tahun 1998).

  Sementara itu dalam ben t uk koperasi simpan pinjam dengan syari 'ah (bagi hasil) akan tunduk pada UU No. 25 Tahun 1992 pola

tentang Perkoperasian dan PP No. 9 Tahun 199:5 tentang pelaksanaan

kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Sesuai ketentuan

dalam PP tersebut, BMT berbentuk koperasi simpan pinjam (KSP)

atau unit simpa n pinjam (USP) merupakan lembaga/unit

usaha otonom yang hanya menangani kegiatan simpan pinjam.

  

Namun, jika bentuk usa.hanya adalah koperasi selain KSP, rnisalnya

koperasi serba usaha (KSU) atau koperasi unit Desa (KUD), maka

BMT dapat melaksanakan keg i atan usaha lainnya selain simpan

pinjam

  Ke b e radaan B M T d e n ga n ba d a n hu k um ko p e ra si tid ak d a p a t m e m e nuhi se mu a u ns ur d i a tas, d a ri s isi kcanggo t aa n B M T tid ak me m p un ya i s ifat terbu k a , me s kipun k e an ggo t aa nny a t e rbuk a t e tapi p ad a s a a t m e mb er ik a n pi nja m a n d i beb e r a p a BM T y a n g ad a m e n syara tk a n b a hwa ora n g yan g m e m i nja m d a na k e BM T haru s orang ya n g berag am a I s l a m . Demikian h a ln ya den ga n prin si p k op e ra s i yang ked u a; dal a m BM T tid a k d i ke n a l is t ila h s i sa h as il u s a h a , y ang a da ad a l a h b a hw a ke unt u n g an d ari pe mbi ay a a n ya n g di sal ur ka n BMT k e p a d a p ara na saba h se b ag i a n b esa r d in i km at i ol e h B MT y a n g dibuktikan deng a n pro sen t as i y a r .g b e r be da d a r i b agi h as il ya n g d ib e ri k an.

4. Ciri-Ciri Baitul Maal wat Tamwil

  

Selan j utn ya s eb ag ai s ebu a h l e rn b a ga k e uan ga n B MT

m e mp u n yai ci r i-ci ri t e rt e nt u, ya itu:

a. usa h a n ya di ma k s udk a n u ntuk m e nd oro n g s ik ap d a n p e ril a k u

m asya rakat de n g an m e n e ri ma si mp a n a n a t as d as ar bal as j asa b erda s ar ka n b a gi h a sil ; memb e ri pem b i ayaa n u sa h a -u sa h a k eg iatan e kon o mi d a ri R p .2

  5 . 000- , sa m pa i R p .1. .0 -, a tau lebih jik a ase t B M T s ud a h cu kup b esa r . Begit u p u l a ji ka keg i ata n si mp a n pi nj a m t e lah m a n ta p dan l e mb agany a t e l a h b e k e r ja d e n ga n t e rk e ndali , dapat m e la ku kan kegiata n-k eg i at an ek on o mi r i il se p erti ; p emas ar a n , p e n ge mban g a n t e kn c l ogi t e pat g un a se rt a kegi a ta n l a in : b. . pe n ge lol aa nn ya s eca ra p ro fe s i on a l m e n gi k u ti a dmin is t ras i pe mbuku a n d a n pro s edur p e rbank a n ( na mu n b uka n l em ba ga p e rb a nka n) . de n ga n p en gec u a lian tid a k m e n g h arus k an p a kai jaminan u a ng atau harta b e n da untu k juml a h pinj a m a n y a n g k e c il ;

  5. Sumber dan karateristik Dana BMT Jumlah dana yang di himpun melalui BMT sesungguhnya tidak terbatas. Namun demikian, BMT harus mampu mengidentifikasi berbagai sumber dana dan mengemasnya kedalam produk-produknya sehingga memiliki nilai jual yang layak. Prinsip simpanan di BMT menganut azas

  wadi’ah dan mudharabah .26 a.

  Prinsip Wadi’ah Wadi’ah berarti titipan jadi prinsip simpanan wadi’ah merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT, oleh sebab itu BMT berkewajiban menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik serta mengembalikannya saat penitip (muwaddi

  ’) menghendakinya.

26 Muhammad Syafi’I Antonio,Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta:Gema Insani,

  b. Prinsip Mudharabah Prinsip mudharabah merupakan akad kerja sama modal dari pemilik dana (shohibul maal) dengan pengelola dana atau pengusaha (mudhorib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal penghimpunan dana, BMT berfungsi sebagai mudhorib dan penyimpan sebagai shohibul maal. Prinsip ini dapat dikembangkan untuk semua jenis simpanan di BMT.

  c. Dana pihak pertama (DP I) Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat pendirian. Tetapi dana ini dapat terus dikembangkan, seiring perkembangan BMT. Sumber dana pihak pertama dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

  1) Simpanan Pokok Khusus Simpanan ini merupakan simpanan modal penyertaan yang dapat dimiliki oleh individu maupun lembaga dengan jumlah setiap penyimpan tidak harus sama, dan jumlah dana tidak mempengaruhi suara dalam rapat. Simpanan dapat ditarik setelah jangka waktu satu tahun melalui musyawarah tahunan.

  2) Simpanan pokok

  Simpanan pokok yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT, besarnnya simpanan pokok harus sama. Pembayaran dapat saja dicicil supaya dapat menjaring jumlah anggota yang lebih banyak. 3) Simpanan Wajib

  Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan permodalan dan anggotanya. Berbagai sumber permodalan BMT tersebut semuanya sangat penting. Namun, untuk mendapatkan jumlah dana yang besar , makaPengembangan produk modal penyertaan perlu

  27 diperhatikan.

  d. Dana Pihak ke II (DP II) Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar dan nilai dana ini memang tidak terbatas. Artinya tergantung pada kemampuan BMT masing-masing dalam menanamkan kepercayaan kepada calon investor. Pihak luar yang dimaksud adalah mereka yang memiliki kesamaan system yakni bagi hasil baik bank maupun non bank. Oleh sebab itu, sedapat mungkin BMT hanya mengakses sumber dana yang dikelola syari’ah. Berbagai lembaga yang mungkin dijadikan mitra untuk meraih pembiayaan misalnya, Bank Muamalat

  Indonesia, Bank BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah serta Perbankan syariah lainnya.

  e. Dana Pihak Ketiga (DP III) Dana ini merupakan simpanan suka rela atau tabungan dari para anggota BMT. Jumlah dan sumber dana ini sangat luas daan tidak terbatas. Dilihat dari cara pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi dua yaitu simpanan lancar (tabungan) dan simpanan tidak lancar (deposito). Secara umum sumber dana BMT dapat dikelompokkan berdasarkan rekening neraca antara lain:

  1). Modal Sendiri.

  a) Simpanan pokok khusus (modal penyertaan)

  b) Simpanan pokok

  c) Simpanan wajib

  d) Dana cadangan

  e) Hibah 2). Hutang

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Sengketa Akad Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro (Studi Sengketa Di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kota Medan)

3 72 123

Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan

10 119 89

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisis Yuridis Terhadap Fungsi Pengawasan Pengelolaan Keuangan BUMN Oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil 2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil - Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Baitul Maal Wat Tamwil Di Kota Medan

0 0 19

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH (Study Pada Baitul Maal Wat Tamwil Assyafiiyah Kc Pringsewu) - Raden Intan Repository

0 2 181

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Fungsi LPPOM Mui Lampung dalam pemberdayaan sertifikasi halal bagi masyarakat muslim di provinsi Lampung - Raden Intan Repository

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peranan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama islam di Sma Negeri 1 Pekalongan Kabupaten Lampung Timur - Raden Intan Repository

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pembelajaran seni baca al-quran di Ukm Hiqma UIN Raden Intan Lampung - Raden Intan Repository

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor Pailit BMT di Lampung Timur (Studi Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil ) - Raden Intan Repository

0 0 16