BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil 2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil - Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Baitul Maal Wat Tamwil Di Kota Medan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil

2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil

  Keberadaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu perintis lembaga keuangan dengan prinsip syariah di Indonesia, dimulai dari ide para aktivis andung yang mendirikan Koperasi Jasa Keahlian Teknosa pada 1980. Koperasi inilah yang menjadi cikal bakal BMT yang berdiri pada tahun 1. Kemudian BMT lebih diberdayakan oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK didirikan karena adanya tuntutan yang cukup kuat dari masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial untuk pengembangan usaha mikro dan kecil yang berbasis kepada kepentingan masyarakat (Pinbuk Sumatera Utara).

  Perkembangan zaman yang mengubah pola hidup masyarakat mulai dari yang kekurangan hingga yang berkecukupan memunculkan kekhawatiran timbulnya pengikisan akidah, sesuai dengan hadist yang riwiyatkan Nabi Muhammad SAW bahwa “kefakiran itu mendekati kekufuran”. Kondisi perekonomian seseorang yang lemah sering memungkinkan seseorang itu berbuat sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai akidah. Oleh karena itu, BMT diharapkan mampu menjadi suatu lembaga yang dapat mengatasi kondisi tersebut melalui pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.

  Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan sedekah. Sedangkan

  

baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial

(Sudarsono, 2004:64).

  Dalam pengertian lebih jelasnya baitul tamwilyaitu rumah pengembangan harta yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Baitul maal menerima titipan dana zakat, infaq dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanah.

  BMT juga merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial sebagai lembaga bisnis.BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan, yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan (Ridwan,2003:126).

  BMT berasaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berlandaskan prinsip syariah Islam, keimanan, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, sehingga pola pengelolaannya harus profesional (Soemitra,2010:453).

2.1.3 Visi dan Misi Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

  Visi BMT yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.

  Misi BMT yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT (Soemitra, 2010:453).

  Tujuan didirikannya BMT untuk meningkatkan kualitas ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

  Pengertian ini dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Para anggota harus diberdayakan agar mandiri. Dengan menjadi anggota BMT masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya. Pemberian modal dapat memandirikan ekonomi para peminjamnya. Adapun beberapa fungsi dari BMT (Widodo, 1999:44) :

  1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).

  2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.

  3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.

  4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

  Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok masyarakat yang memenuhi kriteria perbankan. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam Negara-negara Muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat memegang dana yang cukup besar.

  Keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peran (Sudarsono, 2004:97- 98) antara lain : 1.

  Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami. Misalnya, supaya ada bukti dalam transaksi dilarang curang dalam menimbang barang,jujur terhadap konsumen dan sebagainya.

  2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro. Misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.

  3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik,misalnya melalui tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

  Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.

  Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap,oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.

2.1.5 Ciri-Ciri Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

  Secara umumBMT merupakan lembaga ekonomi bukan bank yang dapat dijangkau dan mampu menjangkau nasabah kecil bawah (mikro) beroperasi secara syariah dengan potensi jaminan dari dalam atau sekitar lingkungannya sendiri. Selain itu bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

  Adapun ciri-ciri BMT (Soemitra, 2010:454) adalah sebagai berikut : 1. Lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

  2. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.

  3. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu. sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak masyarakat setempat itu, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri. Di samping ciri-ciri utama diatas, BMT juga memiliki ciri-ciri khusus yaitu (Soemitra, 2010:455):

  1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan, produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha.

  2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak di lapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor, dan mensupervisi usaha nasabah.

  3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya, biasanya di madrasah, masjid atau mushala, ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT. Setelah pengajian biasanya dilanjutkan dengan perbincangan bisnis dari para nasabah BMT.

  4. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan Islami, di mana : Administrasi keuangan, pembukuan dan prosedur ditata dan dilaksanakan

  • dengan sistem akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
  • masalah dengan tajam dan menyelesaikan masalah dengan bijak, bijaksana, yang memenangkan semua pihak.

  Aktif, menjemput bola, beranjangsana, berprakarsa,proaktif,menemukan

  BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap. Pada awalnya dapat dimulai dengan kelompok swadaya masyarakat dengan mendapatkan sertifikiat operasi kemitraan dari PINBUK dan bila mencapai nilai aset tertentu bisa segera menjadi badan hukum koperasi(Karmen, 1996:216). Menurut aturan yang berlaku pihak yang berhak menyalurkan dan menghimpun dana masyarakat adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil.

  Berdasarkan buku “Pedoman Cara Pembentukan BMT”, yang disusun oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebuah LSM yang mendapat pengakuan BI dalam kaitan kerjasama pengembangan usaha kecil disebutkan bahwa anggota pendiri BMT harus terdiri dari 20-44 orang. Modal awal yang dibutuhkan BMT tersebut bisa diperoleh dari patungan para pendiri tersebut. Modal awal yang diperoleh dari para pendiri itu disebut simpanan pokok khusus. Simpanan ini mendapat prioritas atau penghargaan yang lebih dari Sisa Hasil Usaha (SHU). Di samping itu, para pendiri itu juga mendapat porsi SHU lainnya sesuai dengan keterlibatannya dalam usaha-usaha BMT.

  Pembiayaan pada usaha mikro dengan bagi hasil disampaikan kepada BMT sesuai dengan akad. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor pada pengelola semampunya secara bertahap, membesar, sewa kantor. Yang paling penting adalah bahwa dari bagi hasil ini, pengelola membayar pula bagi hasil kepada penyimpan dana, diusahakan lebih besar sedikit dari bunga uang kalau dorongan material bagi penyimpan untuk menyimpan dananya di BMT, selain mengharapkan pahala dan ridha dari Allah swt. Dengan memberikan bagi hasil pada penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan usaha- usaha BMT, kekayaan BMT akan semakin bertambah, diimbangi dengan pembiayaan pada usaha mikro dan kecil semakin banyak dan lancar. BMT akan semakin maju dan berkembang.

2.1.7 Prinsip Operasional BMT

  Prinsip operasional BMT antara lain: Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh masyarakat,

  • orang berada dan kelompok yang ada di daerah tersebut.
  • Simpanan Pokok dan Simpanan Pokok Khusus.

  Modal awal (Rp. 20 – Rp. 30 Juta) dikumpulkan dari para pendiri bentuk

  Jumlah pendiri minimum 20 orang

  • Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai
  • oleh perseorangan dalam jangka panjang
  • komitment yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan, BMT mengelola dana Maal (Azis,2006:20)

  BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga memiliki

  Struktur organisasi BMT menunjukkan adanya garis wewenang dan tanggungjawab,garis komando serta cakupan bidang pekerjaan masing- masing.Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak terjadi benturan pekerjaan serta memperjelas fungsi dan peran masing-masing bagian dalam organisasi.Tentu saja masing-masing BMT dapat memiliki karakteristik tersendiri, sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Namun demikian, struktur organisasi dalam setiap BMT terdiri dari (Ridwan,2003:141):

  • Ini dilaksanakan setiap tahun sekali, yang dihadiri oleh semua anggota atau perwakilannya.

  Musyawarah Anggota Tahunan

  • Dewan Pengurus BMT pada hakekatnya adalah wakil dari anggota dalam melaksanakan hasil keputusan musyawarah tahunan.Oleh karenanya, pengurus harus dapat menjaga amanah yang telah dibebankan kepadanya.

  Dewan Pengurus

  • Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas utama dalam pengawasan BMT terutama yang berkaitan dengan sistem syariah yang dijalankannya. Landasan kerja dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

  Dewan Pengawas Syariah

  • Dewan pengawas Manajemen merupakan representasi anggota terutama berkaitan dengan operasional kerja pengurus. Masa kerja pengawas sama

  Dewan Pengawas Manajemen disahkan dalam musyawarah anggota tahunan. Setiap anggota BMT memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi dewan pengawas manajemen. Pengelola yang terdiri minimal terdapat Manajer, Marketing, Accounting

  • dan Kasir Pengelola merupakan satuan kerja yang dibentuk oleh dewan pengurus.Mereka merupakan wakil pengurus dalam menjalankan fungsi operasional keseharian.Ia bertanggungjawab kepada pengurus dan jika diminta dapat memberikan penjelasan kepada anggota dalam musyawarah anggota. Satuan kerja pengelola dipimpin oleh manajer atau direktur diusulkan oleh pengurus dan ditetapkan dalam musyawarah tahunan. Namun demikian, pengurus dapat mengusulkan diadakan musyawarah bersama pengawas untuk memberikan dan mengganti direksi atau manajer, jika nyata-nyata manajer/direktur telah melanggar aturan BMT.

2.2 Produk-Produk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

  Pendirian BMT didesain untuk bermitra dengan usaha-usaha mikro yang tidak bisa dijamah oleh perbankan, baik konvensional maupun syariah.Kegiatan utama BMT adalah menghimpun dana dan mendistribusikan kembali kepada anggota dengan imbalan bagi hasil atau mark up atau margin sesuai syariah.

  Dasar-dasar pengelolaan BMT dengan sistem syariah tidak menggunakan bunga sebab bunga adalah riba. Komitmen ini berdasarkan pada pengertian mengenai Q.S. 2 :278-279, 2 : 275-276, 3:130, 4:29, dan 30:39. Apalagi setelah bunga bank haram hukumnya sebab bunga bank adalah riba.Seiring dengan gagasan Islamisasi perbankan, maka BMT pun mempedomani prinsip bagi hasil sebagai pengganti sistim bunga.

  Dalam pembiayaan, fungsi dan layanan BMT tidak berbeda dengan bank syariah. BMT juga menjadi penyandang dana bagi pengusaha yang datang kepadanya untuk mengajukan permohonan dana. Besar kecil dana dalam permohonan pengusaha itu pada akhirnya mendapatkan ketetapannya dari pihak BMT. Produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan oleh BMT kepada nasabahnya dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: produk penghimpunan dana dan produk pembiayaan (Widodo,1999:83)

2.2.1. Produk Penghimpunan Dana

  Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah diantaranya.

1. Tabungan Wadiah

  Tabungan Wadiah adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja.Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola.Setiap dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan tabungan oleh BMT.Besarnya bonus tidak ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT.Sungguhpun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif (Fatwa DSNMUI-No. 01/DSN-MUI/IV/2000).

  Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akandiberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah.Nasabah bertindak sebagai shahibul maal danlembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).

3. Deposito Mudharabah

  BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana (Mudharabah

  

Mutaqah ). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul

  maal.Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunaan dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini disebutMudharabah Muqayyadah. Beberapa produk simpanan ini diantaranya adalah :

  • Simpanan Aqiqah Merupakan tabungan yang sengaja dipersiapkan untuk melaksanakan qurban pada hari raya Idul Adha atau pada penyembelihan aqiqah. Tabungan dapat diambil pada saat akan melaksanakan qurban pada hari raya atau pada saat aqiqah. Pihak BMT memberikan bagi hasil yang dihitung berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.
  • Simpanan Hari Raya Merupakan simapanan nasabah atau penabung yang dijamin keutuhan nilainya dan tabungan tersebut dapat diambil pada saat menjelang hari raya untuk mempersiapkan kebutuhan hari raya. Pihak BMT melakukan
  • Simpanan Wadiah Merupakan simpanan nasabah atau penabung yang sifatnya adalah titipan dan dapat diambil pada saat diperlukan. Pihak BMT memberikan bagi hasil berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.

  • Simpanan Tarbiyah Merupakan simpanan nasabah atau penabung bagi pelajar/mahasiwa yang dapat diambil pada waktu tertentu untuk kebutuhan biaya pendidikan dan dijamin keutuhannya.

2.2.2. Produk Pembiayaan

  Dalam pembiayaan, fungsi dan layanan BMT tidak berbeda dengan bank syari’ah. BMT juga menjadi penyandang dana bagi pengusaha yang datang kepadanya untuk mengajukan permohonan dana. Besar kecil dana dalam permohonan pengusaha itu pada akhirnya mendapatkan ketetapannya dari pihak BMT. Beberapa produk pembiayaan diantaranya:

2.2.2.1. Sistem Bagi Hasil

1. Pembiayaan Mudharabah

  Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak(Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40). modal sedangkan nasabah hanya memiliki modal keahlian (tetapi tidak mempunyai dana). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung oleh pemilik modal (BMT) selama bukan akibat kelalaian si pengelola.

  Aplikasi dalam BMT untuk mudharabah dari sisi pembiayaan adalah: 1.

  Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

  2. Investasi khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang tetapkan oleh

  shahibul maal .

2. Pembiayaan Musyarakah

  Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 50).Dari pengertian di atas, dapat dilihat ciri-ciri dari perjanjian/akad musyarakah, yaitu kontribusi dana berasal dari dua pihak (BMT dan nasabah) dan bagi hasil berdasarkan kontribusi modal. Dalam musyarakah, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata. Dalam hal pengelolaan usaha, pihak BMT diikutsertakan atau dilibatkan dalam proses manajemen.

  1. Pembiayaan Proyek. Nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati bersama.

  2. Modal Ventura. Pada BMT-BMT yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu BMT melakukan divestasi, baik secara singkat maupun bertahap.

2.2.2.2. Sistem jual beli

1. Murabahah

  BMT membeli barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. BMT harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabahmembayar harga barang yang telah disepakati dalam jangka waktu tertentu (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000).

  Dalam hal ini BMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

  Sistem ini diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang- barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia BMT pada umumnya.

  Bai as-salam jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran

  hargalebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran harus dilakukan padasaat kontrak disepakati. Waktu penyerahan barangditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati pula (HimpunanFatwaDSN-MUI, 2003 : 30).

3. Bai al-istishna

  Bai al-istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan

  pembuatan barang tertentu dengankriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antarapemesan (pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani) (Himpunan Fatwa DSN-MUI,2003:36). Transaksi Bai al-istishna biasanya dipakai untuk pembiayaan konstruksi dan barang-barang manufaktur jangka pendek. Kontrak

  Bai al-istishna walaupun kelihatan sama dengan bai’ as-salam tetapi berbeda.

2.2.2.3.Sistem Jasa

  Di samping produk pembiayaan, BMT syariah juga mempunyai produk- produk jasa atau pelayanan. Produk ini juga merupakan penerapan dari akad-akad syariah. Produk jasa yang lazim diterapkan BMT syariah diantaranya adalah (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003) :

1. Wakalah

  Wakalah berarti pelimpahan kekuasan dari satu pihak ke pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:66). Prinsip perwakilan diterapkan dalam BMT syariah dimana BMT bertindak sebagai wakil dan nasabah sebagai pemberi wakil (muwakil) (Antonio, 1999:252).

  (collection/inkasso), dan letter of credit (L/C). Sebagai imbalan, BMT mengenakan fee atau biaya atas jasanya terhadap nasabah.

  2. Kafalah

  Kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin (Antonio, 1999:231).Dalam pengertian lain, kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

  Prinsip penjaminan yang diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT bertindak sebagai penjamin sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin.

  Seperti halnya dalam wakalah, untuk jasa al kafalah BMT syariah pun mendapat bayaran dari nasabahnya.

  3. Hawalah

  Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya(Antonio, 1999:201).Prinsip ini diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT bertindak sebagai penerima pengalihan piutang dan nasabah bertindak sebagai pengalih piutang. Untuk jasa ini BMT syariah mendapatkan upah pengalihan dari nasabah.Aplikasi dalam BMT untuk jasa ini adalah factoring atau anjak piutang, post-date check, bill discounting.

  4. Rahn

  Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagi jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.

5. Qardh Qardh adalah pinjamam yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan.

  Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:111).

  Penerapannya produk ini adalah :

  1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamkannya itu.

  2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.

  3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu qardhul hasan.