Deskripsi kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga program studi bimbingan dan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan

  

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL

MAHASISWA SEMESTER TIGA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

  

UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :

Yoanita Sandry Agustini

  

01111 4009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Aku belajar bahwa tidak selama nya hidup ini indah… Kadang Tuhan mengijinkan aku melalui derita, tapi aku tahu bahwa ia tidak pernah meninggalkanku, sebab itu aku belajar menikmati hidup ini, dengan bersyukur…..

  Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan… Kadang Tuhan membelokkan rencanaku, tapi aku tahu itu lebih baik daripada apa yang kurencanakan, sebab itu aku belajar menerima semua itu, dengan sukacita… Aku belajar bahwa percobaan itu pasti datang dalam hidupku…. Aku tidak mungkin berkata “Tidak Tuhan!!” karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku, sebab itu aku belajar menghadapinya, dengan sabar… Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi….

  Karena semua rancangan-Nya indah bagiku, maka dari itu aku akan bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara. Karena dengan bersyukur dan bersukacita, semua itu menyehatkan jiwaku dan menyegarkan hidupku. Indah yang ku dapatkan dari setiap perkataan Bapaku yang disurga…

   Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

  v Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya v Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya v Bapak dan Mama tercinta atas semua kasih sayang, cinta dan semangat yang diberikan. v Kakak dan adikku tersayang.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

ABSTRAK

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL

MAHASISWA SEMESTER TIGA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA TAHUN AJARAN 2006/2007

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL

  Yoanita Sandry Agustini Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2007

  Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

  Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitaian ini adalah mahasiswa semester tiga Program studi Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 34 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan intrapersonal, yang terdiri dari 90 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP).

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007: (1) 4 orang (11,8%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “tinggi”; (2) 26 orang (76,5%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “cukup tinggi”; (3) 3 orang (8,8%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “rendah”; (4) 1 orang (2,9%) memiliki tingkat kecerdasan intrapersonal “sangat rendah”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007 termasuk dalam kategori “cukup tinggi”. Dari hasil disusun usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal.

  

ABSTRACT

  

INTRAPERSONAL INTELLIGENCE

OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS

OF GUIDANCE AND COUNSELLING STUDY PROGRAM,

FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION,

  

SANATA DHARMA UNIVERSITY, SCHOOL YEAR 2006/2007

AND ITS IMPLICATION FOR THE PROPOSED GUIDANCE ACTIVITY

TO ENHAN CE INTRAPERSONAL INTELLIGENCE

  Yoanita Sandry Agustini Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2007

  This study aimed to describe the intrapersonal intelligence of the third semester student of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007.

  This study was a descriptive study using survey method. There were 34 third semester students of the Guidance and Counseling Study Program involved in this study. The instrument used was a questionnaire on intrapersonal intelligence developed by the researcher. The data was analyzed us ing criterion- referenced measure.

  The findings revealed that 4 students (11,8%) showed a high level of intrapersonal intelligence; 26 students (76,5%) showed a sufficient level of intrapersonal intelligence; 3 students (8,8%) showed a low level of intrapersonal intelligence; and 1 student (2,9%) showed a very low level of intrapersonal intelligence. It was concluded that in general, the third semester students of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, School Year 2006/2007 showed a sufficient level of intrapersonal intelligence. Based on these findings, proposed guidance activities to enhance intrapersonal intelligence of these students were developed.

KATA PENGANTAR

  Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-NYA, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Bimbingan dan Konseling.

  Disadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi pertama yang telah memberikan perhatian, kesabaran, ide- ide dan mengarahkan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

  3. Dra. C. L. Milburga, CB., M. Ed., selaku Dosen Pembimbing Skripsi kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.

  4. Drs. T. A. Prapancha hary, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.

  5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  6. Kedua orang tuaku yang dengan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan dorongan semangat “saat aku jatuh” dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku. Terima kasih atas semua cinta dan kasih sayangnya.

  7. Kristiana Sherly (kak Ai) dan Clara Suwastika (dek Lala) yang telah membuat hidupku jadi lebih berwarna dengan kasih sayangnya, celotehan, candanya dan semangat yang kalian berikan. Aku sayang kalian! 8. Rahadhian Dedy yang telah menemani dengan perhatian, semangat dan cintanya dalam berbaga i bentuk dan membuat semuanya jadi menyenangkan.

  9. Mbak Wied, kak Ida, kak Ma, kak Sari, mbak Lina, Vini, Nobe dan Pandot yang telah menemani dengan omelan, perhatian, dan dukungannya selama ini, kalian telah membuat hidupku jadi penuh warna.

  10. Paul, Alfon dan Agus yang telah menemani dengan canda tawa dan persahabatannya. Nuning, Wita, Mbak Upik dan semua anak kost 3D yang telah membagi semua keceriaannya dalam hidupku.

  11. Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2001, terima kasih atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan selama kita kuliah bersama.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang berguna dari berbagai pihak. Akhir kata, mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang berminat dalam dunia bimbingan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT…………………………………………………………………… vii KATA PENGANTAR...................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah....................................................................

  1 B. Perumusan Masalah ..........................................................................

  4 C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian............................................................................

  4 E. Definisi Operasional..........................................................................

  5 BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................

  7 A. Kecerdasan Intrapersonal..................................................................

  7 1. Arti Kecerdasan Intrapersonal .......................................................

  7 2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal.........................................

  11 3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal ................................................

  23 B. Kegiatan Bimbingan .........................................................................

  25 1. Bimbingan……………………………………………………… .

  25 2. Bagian-bagian dalam Kegiatan Bimbingan...................................

  27

  3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan Kegiatan Bimbingan......................................................................

  31 4. Unsur-unsur Paket Kegiatan .........................................................

  35

  C. Kegiatan Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa ..........................................................................................

  37 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................

  44 A. Jenis Penelitian ..................................................................................

  44 B. Subjek Penelitian................................................................................

  44 C. Instrument Penelitian .........................................................................

  45 1. Alat Pengumpul Data...................................................................

  45 2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ...........................................

  48 D. Prosedur Pengumpulan Data..............................................................

  54 1. Tahap Persiapan........................................................................... 54 2. Tahap Pelaksanaan ...................................................................... 55 E.

  Teknik Analisis Data......................................................................... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................

  58 A. Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007...................................................................

  58 B. Pembahasan.......................................................................................

  60 BAB V USULAN KEGIATAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL..............

  66 BAB VI PENUTUP .........................................................................................

  70 A. Ringkasan...........................................................................................

  70 B. Kesimpulan ........................................................................................

  72 C. Saran...................................................................................................

  73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  74 LAMPIRAN .....................................................................................................

  77

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal……… 46 Tabel 2. Sebaran Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel....……………… 47 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisi Ujicoba……………………………….. 50 Tabel 4. Komposisi Kuesioner Penelitian..................................................... 51 Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas Suatu Tes............

  53 Tabel 6. Penggolongan Kecerdasan Intrapersonal.......................................

  57 Tabel 7. Penggolongan Tingkat Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa Semester Tiga Bimbingan dan Konseling ......................................

  59

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ................................................................ 78 Lampiran 2. Tabulasi Skor Uji-coba…..………………………………….. 84 Lampiran 3. Tabulasi Skor Penelitian…………………………………….. 87 Lampiran 4. Hasil Perhitungan Uji-coba Kuesioner................................... 89 Lampiran 5. Uji Validitas Kuesioner………………….. ............................ 94 Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Instrument........................ 97 Lampiran 7. Kategorisasi Hasil Penelitian...................................................

  98 Lampiran 8. Usulan Paket Kegiatan…………………………......................

  99

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik, berbeda satu sama lainnya. Sesuatu yang

  diyakini benar dan berlaku pada sebagian orang atau kelompok tertentu belum tentu benar atau berlaku pada diri seseorang. Berdasarkan pernyataan tersebut, setiap manusia berusaha menegaskan bahwa dirinya adalah seorang pribadi. Menjadi seorang pribadi berarti mengalami diri sebagai pribadi yang unik, sadar akan ciri-ciri khas pribadinya, orientasi hidupnya, serta mempunyai kesadaran akan kesatuan batiniahnya sendiri (identitas). Identitas adalah suatu kesadaran akan kesatuan dan keseimbangan pribadi, keyakinan akan keadaan dirinya selama seluruh jalan perkembangan hidupnya kendatipun terjadi bermacam- macam perubahan (Erikson, 1989).

  Kesadaran akan ‘diri’ yang jelas menjadikan manusia berusaha untuk mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya agar tidak takut kehilangan diri dalam menghadapi masa depannya kelak. Untuk mengintegrasikan seluruh gambaran diri dan perasaan-perasaannya itu, manusia perlu membangun relasi dengan diri sendiri agar ia bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Membangun relasi dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan mengembangkan tiga hal, yaitu: (1) mengenal diri sendiri dengan baik, dari segi jasmani dan rohani, keberadaaannya yang faktual dan kemungkinan-kemungkinan (potensial); (2) menerima diri dengan baik, sebagaimana adanya; (3) mengembangkan diri sebaik mungkin. Mengenal diri diartikan sebagai suatu keberhasilan seseorang memahami hal- hal pokok dan penting tentang realitas dirinya, dari segi fisik maupun psikis, serta hal- hal penting lain yang berkaitan dengan itu, sebagai landasan penting bagi penentuan atau pengambilan sikap yang tepat dan benar terhadap diri sendiri (Gea, Wulandari, dan Babari, 2002).

  Dalam kehidupan sehari- hari, tidak jarang terkadang seseorang merasa bahwa dirinya “aneh” karena ia sulit untuk mendeskripsikan perasaannya (marah, benci, kesal, bahagia, bingung, dan lain- lain) dan ia tidak mengerti apa yang sesungguhnya ia inginkan. Kesulitan mendeskripsikan perasaan terjadi karena orang tersebut belum sepenuhnya mengenal dirinya sendiri sehingga sulit baginya untuk mengungkapkan dirinya. Semakin berkurangnya pengungkapan diri seseorang, semakin besar pula dampak yang ia dapat untuk kehidupan sosialnya. Akibatnya orang tersebut menjadi sulit untuk berelasi dengan orang lain, maka tidak mustahil dalam hidup ini pun manusia ingin selalu melihat diri, merefleksikan diri, menerima diri, dan mengerti diri lebih dalam. Hal inilah yang disebut sebagai kekuatan dari kecerdasan intrapersonal, dimana manusia perlu melatih diri untuk lebih sadar diri, pikiran dan perasaannya. Kemampuan akan kesadaran diri dan ekspresi perasaan yang berbeda akan membantu untuk menguasai dinamika perasaan itu (Suparno, 2002).

  Memiliki kemampuan intrapersonal bagi setiap orang menjadi penting karena kemampuan itu membawa banyak pengaruh yang besar untuk menjalani kehidupan ini, salah satunya untuk menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain. Dengan mengenali diri seseorang dapat dengan mudah mengekspresikan dirinya, mengungkapkan diri, dan mengenali setiap hal yang dirasakannya. Jika semua kemampuan itu tidak ia miliki maka akan sulit baginya untuk bisa memahami dirinya, apalagi jika harus memahami orang lain.

  Sebagai manusia yang berada pada rentangan usia dewasa dini, mahasiswa perlu memiliki kemampuan intrapersonal agar bisa lebih mengenal dirinya sehingga dikemudian hari dapat memutuskan hal-hal penting dalam hidupnya yang berkaitan dengan pekerjaan atau memilih pasangan hidup.

  Terlebih lagi jika pekerjaan yang akan diembannya nanti menuntut kemampuan dalam berelasi dengan orang lain. Mahasiswa program studi Bimbingan Konseling perlu memiliki kemampuan dalam berelasi dengan orang lain, maka sebelum dia bisa memahami diri orang lain alangkah lebih baik jika dia mengenal dan memahami dirinya sendiri terlebih dahulu.

  Kecerdasan intrapersonal sangat penting untuk mencapai perkembangan diri sebagai manusia menjadi pribadi yang optimal dengan mengenali dan memahami dirinya lebih dalam untuk kemudian dapat memahami orang lain. Penelitian ini ingin memperoleh gambaran mengenai kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun Ajaran 2006/2007.

  B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana tingkat kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007? 2. Kegiatan yang bagaimana yang dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan

  Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2006/2007.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Mahasiswa a.

  Mahasiswa memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal yang dimilikinya, sehingga dapat terus meningkatkan kecerdasan intrapersonal yang dimilikinya.

  b.

  Mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai tempat penyaluran kegiatan atau bimbingan bagi sesama mahasiswa yang membutuhkan sehingga dapat bermanfaat untuk memperkuat atau mengembangkan kecerdasan intrapersonal.

  2. Peneliti Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap kecerdasan intrapersonal mahasiswa semester tiga Bimbingan Konseling Tahun

  Ajaran 2006/2007.

  3. Peneliti Lain Untuk menjadi sumber inspirasi dan bahan pembanding apabila ingin mengembangkan penelitian ini.

  4. Program studi a.

  Menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang dapat memperkuat dan mengembangkan kemampuan interpersonal yang dimiliki oleh mahasiswa.

  b.

  Bersama dengan mahasiswa dapat membuat suatu wadah sebagai penyaluran kegiatan dan bimbingan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran bagi mahasiswa.

E. Definisi Operasional 1.

  Deskripsi adalah melukiskan, memaparkan dan menerangkan pengamatan yang telah dilakukan.

  2. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam memahami dirinya dan orang lain baik itu menyangkut perasaannya, kekuatan dan kelemahan diri serta inteligensi yang dimilikinya untuk kemudian memahami orang lain.

  3. Mahasiswa semester tiga adalah mahasiswa semester tiga yang sedang menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2006/2007.

  4. Usulan kegiatan bimbingan adalah rancangan kegiatan yang dibuat untuk membantu mahasiswa melakukan tranformasi diri kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang

  dapat menjelaskan topik penelitian dan kiranya berguna pula untuk memahami keseluruhan isi, yaitu: kecerdasan intrapersonal, kegiatan bimbingan, dan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal mahasiswa.

A. Kecerdasan Intrapersonal 1. Arti Kecerdasan Intrapersonal

  Menurut Armstrong (2002) orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal adalah individu yang mampu untuk mengalami berbagai gairah, sema ngat dan spontanitas, mampu bersikap tegas, memiliki harga diri dan mengakuinya, mampu meredakan perasaan sakit pada diri sendiri, memiliki suatu yang diperlukan untuk mempertahankan niat dalam pekerjaan dan relasi, mampu berkreasi dan berelasi secara dekat, mampu untuk menyendiri.

  Menurut Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002) kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, memikirkan, merencanakan, dan memecahkan beberapa masalah dalam kehidupan seseorang.

  Menurut Gardner kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model itu sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2004: 52).

  Menurut Mayer dan Salvey (Young, 1996) kecerdasan intrapersonal meliputi kemampuan untuk memberi nama kepada perasaan secara pas, menilai dan mengungkapkan emosi (perasaan yang dominan seperti gembira), menggerakkan perasaan (keadaan batin ketika menghadapi sesuatu), serta mampu untuk mengatur emosi guna mengembangkan pertumbuhan emosional dan intelektual. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang dipelajari. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membentuk model/pola (teladan) dan gambaran diri sendiri yang teliti. Kemampuan untuk membentuk model/pola (teladan) ini mengarah ke dalam diri seseorang. Dengan kemampuan itu akan didapat pemahaman yang tepat mengenai pengalaman serta cara bagaimana mengelola emosi tersebut. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk menggunakan model tersebut sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif guna mencapai kematangan hidup dan kebahagiaan untuk waktu jangka panjang.

  Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk tanggap terhadap perasaan yang ada dalam dirinya. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengenal baik kekuatan-kekuatan maupun kele mahan yang ada dalam dirinya. Ia gemar untuk melakukan introspeksi diri, meneliti kekurangan- kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya, lalu mengusahakan terus menerus untuk memperbaiki diri (Gardner, 2003).

  Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang bersifat pribadi untuk mengenal dunia dalam diri sendiri. Kemampuan untuk mengenal dunia sendiri itu meliputi kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi diri. Dengan memiliki tiga kemampuan tersebut, maka kita dapat menyelami dunia pribadi kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara lebih mendalam (Goleman dalam Nggermanto, 2005).

  Menurut Gardner (2003) kecerdasan intrapersonal merupakan pengetahuan mengenai diri sendiri dimana seseorang merasa hidup dari diri sendiri, memiliki rentang emosi sendiri, kemampuan untuk mengetahui perbedaan di antara emosi-emosi tersebut dan pada akhirnya memberi label atau nama pada emosi tersebut dan menggunakannya sebagai cara untuk memahami diri dan menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik mempunyai model yang hidup efektif dari dirinya sendiri.

  Dunia intrapersonal menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam me ndalami aspek ini maka kita bisa mengungkapkan perasan kita, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki kepercayaan diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan kita (Stein dan Book, 2002).

  Menurut Thordike dalam Young (1996) kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk mengenali batinnya sendiri. Ia tanggap dengan perasaan yang muncul dalam dirinya, gemar untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri, serta mau mencoba memperbaiki diri setiap saat. Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi adalah mereka yang memiliki kemampuan matang dalam kepribadian dan memiliki kemantapan dalam menghadapi kehidupan ini.

  Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak adaptif berdasarkan pengenalan diri itu. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri termasuk dalam kecerdasan intrapersonal, dimana orang memiliki kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya, dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang (Suparno, 2004)

  Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson (2002) mengatakan bahwa di dalam hati kita yang paling dalam terdapat kemampuan-kemampuan yang dapat kita gunakan untuk memikirkan rencana- rencana, mencari pemecahan dalam setiap persoalan. Dalam lubuk hati juga terdapat suatu kemampuan seperti: motivasi, penentuan keputusan, etika, integritas, empati, dan belas kasih. Tanpa kemampuan yang tinggi yang berasal dari lubuk hati kita, amatlah sukar bagi kita untuk mengembangkan produktivitas secara penuh.

  Setelah melihat beberapa pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam memahami dirinya dan orang lain baik itu menyangkut perasaannya, kekuatan dan kelemahannya, serta inteligensi yang dimilikinya.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal

  Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan yang tidak dibawa sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Supaya dapat mempelajarinya, diperlukan kemampuan untuk memahami aspek-aspek kecerdasan intrapersonal terlebih dahulu. Gardner (2003) menyebutkan aspek- aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut: a.

  Hidup dari Dirinya Sendiri Seseorang dengan kemampuan untuk merasa hidup dari diri sendiri akan dapat menikmati dan menjalani hidup dengan efektif. Kemampuan yang dimiliki akan dapat mengantar mereka pada suatu tujuan yang memberikan kehidupan yang cerah. Dalam relasinya dangan orang lain, mereka akan mampu untuk memberikan warna kegembiraan dan menjadi sumber inspirasi bagi orang lain juga. Seseorang yang hidup dari dirinya sendiri mampu menjalani hidup dengan kebebasan batin yang tinggi. Karena kebebasan batin itulah mereka mampu untuk menikmati setiap pengalaman yang terjadi dalam dirinya. Keadaan dari luar dirinya tidak memberi pengaruh besar dalam dirinya. Sebagai akibat dari pengalaman itu, maka mereka akan dapat memusatkan perhatian pada apa yang ingin diraihnya.

  b.

  Memilah-milah Emosi Sendiri Seseorang yang dapat memiliki kemampuan untuk memilah- milah emosinya sendiri mampu untuk tetap tegar dan tegas terhadap segala macam kesulitan yang dihadapi. Biasanya individu yang demikian tidak mudah terpengaruh dengan perasaan yang dirasakannya, akibat dari sikap yang demikian, mereka akan tetap dapat melaksanakan tugas yang harus mereka jalani meskipun ada pengalaman yang mungkin bagi orang lain dapat menjadikan dirinya kalut. Bagi orang-orang yang mampu memilah- milah emosinya sendiri, akan tetap mampu mengarahkan perhatian kepada sasaran yang mereka tuju.

  c.

  Memberi Nama pada Emosi-emosi yang Muncul dan Menjadikannya sebagai Pedoman Tingkah lakunya.

  Ada kalanya seseorang mengalami peristiwa dalam kehidupan secara beruntun dan menguras energi. Bagi orang yang memiliki kemampuan untuk memberi nama pada setiap perasaan yang muncul, mereka memiliki kesanggupan untuk memberi nama pada setiap perasaan. Perasaan- perasaan itu memberikan warna dalam pengungkapan dirinya. Bahkan kalau perasaan itu dominan akan dijadikan sebagai titik pijak tingkah laku sehari- hari. Perasaan itu memungkinkan dia untuk mengerjakan pekerjaan dengan penuh semangat tanpa dipengaruhi oleh orang lain di sekitarnya.

  Dalam hal ini orang lain tidak mendominasi dari apa yang sedang ia kerjakan.

  Menurut Stein dan Book (2002), aspek-aspek kecerdasan intrapersonal adalah sebagai berikut: a.

  Kesadaran Diri Emosional Kesadaran diri emosional adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah- milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, serta mengetahui penyebab munculnya perasaan-perasaan tersebut. Kesadaran diri emosional adalah fondasi tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional, sebagai langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita, serta untuk berubah kearah yang lebih baik, intinya adalah kenali emosi diri. Sudah terlihat jelas kalau kita tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak kita kenal. Orang yang memiliki kesadaran diri yang kuat dapat mengetahui saat-saat dimana mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah, dan menyadari bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Kemampuan seseorang untuk mengenali perasaannya dan cara dia menyikapinya, membuat orang tersebut mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi membuat diri mereka dijauhi orang lain.

  b.

  Sikap Asertif Sikap asertif diartikan sebagai ketegasan, keberanian menyatakan pendapat. Kemampuan menyampaikan pendapat ini meliputi tiga hal penting, yaitu : (1) kemampuan mengungkapkan perasaan, misalnya untuk menerima dan mengungkapkan rasa marah, hangat, dan seksual; (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka; (3) kemampuan untuk mempertahankan hak- hak pribadi. Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung) tanpa bertindak agresif maupun melecehkan. Aspek sikap asertif terdiri dari: 1). Kemampuan mengungkapkan perasaan

  Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) orang yang mengungkapkankan perasaannya mampu : a). Menyebut nama emosi yang dirasakan.

  b). Mendeskripsikan perasaannya dengan kiasan perasaan.

  c). Menunjukkan lewat tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh perasaan yang sedang dialami.

  d). Mendeskripsikan perasaannya dengan kiasan kata-kata.

  2). Kemampuan mempertahankan keyakinan atau pemikirannya Orang yang mempertahankan keyakinan atau pemikirannya mampu: a). Menyuarakan pendapat.

  b). Menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas.

  c). Rela mengorbankan sesuatu hal. 3). Kemampuan mempertahankan hak- hak pribadi

  Orang yang mempertahankan hak- hak pribadinya mampu : a). Untuk tidak membiarkan orang lain mengganggunya.

  b). Untuk tidak mudah dimanfaatkan orang lain.

  c.

  Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri mampu mengendalikan setiap emosi yang dirasakannya, tahu bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam setiap situasi tertentu. Orang yang mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan-keputusan penting. Namun mereka juga dapat meminta dan mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri. Meminta pendapat orang lain jangan selalu dianggap sebagai pertanda ketergantungan, karena orang yang mandiri selalu mempertanggungjawabkan apa yang menjadi keputusannya tanpa menyalahkan orang lain jika keputusan yang diambilnya salah. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri, mereka tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan diri dan kekuatan batin seseorang, serta keinginan untuk memenuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh harapan dan kewajiban itu sendiri. Aspek kemandirian terdiri dari : 1). Mampu mengendalikan emosi

  Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan bahwa orang yang dapat mengendalikan dirinya mampu : a). Untuk tidak membiarkan diri diatur atau dikendalikan oleh naluri, keinginan dan desakan-desakan yang tak terkontrol dari dalam dirinya sendiri.

  b). Mengendalikan diri dengan ratio, akal sehat dan suara hati. 2). Bersikap mandiri

  Menurut Gea, Wulandari dan Babari (2002) orang yang mandiri mampu : a). Percaya pada diri sendiri.

  b). Bekerja sendiri.

  c). Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya.

  d). Menghargai waktu.

  e). Bertanggung jawab.

  3). Mampu merencanakan dan membuat keputusan penting Orang yang dapat merencanakan dan membuat keputusan penting mampu: a). Percaya pada kemampuannya.

  b). Memiliki sikap mandiri atau tidak tergantung pada orang lain.

  c). Mampu bertanggung jawab terhadap tugasnya.

  d.

  Penghargaan Diri Penghargaan diri diartikan sebagai kemampuan untuk menghormati dan menerima diri sendiri sebagai pribadi ya ng pada dasarnya baik.

  Menghormati diri sendiri adalah menyukai diri sendiri apa adanya. Kemampuan untuk mensyukuri berbagai hal baik itu yang positif maupun yang negatif yang ada pada diri dan tetap menyukai diri sendiri itu yang dinamakan sebagai penghargaan diri. Memahami kelebihan dan kekurangannya dan akan menyukai dirinya apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan merupakan inti dari penerimaan diri. Bila seseorang menerima dirinya maka ia akan merasa aman, memiliki kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sanggup untuk hidup mandiri. Kepercayaan diri yang kuat juga memegang peranan penting dalam penerimaan diri. Perasaan yakin pada diri sendiri itu ditentukan oleh adanya rasa hormat pada diri dan harga diri, yang tumbuh akibat kesadaran akan jati diri. Orang yang puas dengan diri mereka akan memiliki penghargaan diri yang bagus. Aspek penghargaan diri terdiri dari: 1). Penerimaan diri

  Gea, Wulandari dan Babari (2002) mengatakan orang yang menerima diri mampu: a). Menghormati diri sendiri sebagai pribadi.

  b). Menyukai diri apa adanya.

  c). Mensyukuri segala kelebihan dan kekurangannya.

  d). Percaya pada kemampuannya.

  e). Membangun sikap positif terhadap diri sendiri.

  f). Menerima keberadan orang lain. 2). Percaya diri

  Orang yang percaya diri mampu : a). Yakin pada diri sendiri.

  b). Memiliki kesadaran diri yang baik.

  c). Merasa puas dengan dirinya sendiri.

  e.

  Aktualisasi Diri Aktualisasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam mewujudkan segala kemampuan kita yang potensial. Hal ini diwujudkan dengan ikut serta dalam perjuangan untuk meraih kehidupan yang bermakna, kaya dan utuh. Berjuang mewujudkan potensi yang ada dalam diri berarti mengembangkan aneka kegiatan yang dapat menyenangkan dan bermakna, dapat juga diartikan sebagai perjuangan seumur hidup dan kebulatan tekad untuk meraih sasaran jangka panjang. Untuk mewujudkan potensi-potensi diri itu seseorang perlu memiliki motivasi untuk mengembangkan dirinya, mau memperjuangkan apa yang menjadi tujuan- tujuan hidupnya, serta memiliki inisiatif dalam menjalani hidupnya. Aktualisasi diri merupakan proses perjuangan berkesinambungan yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri secara menyeluruh. Kegairahan terhadap bidang yang kita minati akan menambah semangat dan motivasi untuk terus menupuk minat itu. Aktualisasi diri merupakan bagian dari rasa kepuasan diri.

  Aspek aktualisasi diri terdiri dari : 1). Memiliki motivasi untuk berkembang

  Orang yang punya motivasi mampu : a). Untuk sadar akan kebutuhannya, keinginan dan harapan-harapan.

  b). Mengembangkan bakat dan kemampuannya secara maksimal.

  c). Berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri secara menyeluruh.

  2). Mampu memperjuangkan tujuan hidupnya Orang yang memperjuangkan tujuan hidupnya mampu : a). Berjuang mewujudkan potensi. b). Mengembangkan aneka kegiatan yang menyenangkan dan bermakna.

  c). Berjuang untuk meraih cita-cita yang menjadi sasaran jangka panjang.

  3). Memiliki inisiatif Orang yang memiliki inisiatif mampu: a). Mema nfaatkan peluang untuk memajukan diri.

  b). Mengejar sasaran yang menjadi harapannya.

  c). Berani mengajak orang lain untuk bekerjasama mengha silkan sesuatu yang lebih baik/berguna.

  d). Berani melanggar batas-batas aturan yang tidak prinsip apabila perlu agar tugasnya dapat dilaksanakan.

  Goleman (2004) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut: a.

  Menyadari dan Mengenali Emosinya Sendiri Kemampuan mengenali emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengenali emosinya sewaktu perasaan/emosinya itu muncul, mengidentifikasi dan menamai emosi-emosi yang sedang timbul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan intrapersona l. Seseorang mampu mengenali peraaaan/emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan/emosinya yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap, misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti: memilih sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada memilih pasangan hidup.

  Kemampuan ini membuat orang menjadi mandiri, percaya diri, kesehatan jiwanya baik, dan cenderung berpendapat dan memandang positif kehidupan. Apabila suasana hatinya sedang buruk, dia tidak risau dan tidak larut di dalamnya serta mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat.

  b.

  Mengelola Emosi Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk menghadapi keadaan emosional, untuk mengatur kehidupan secara hati- hati dan cerdas, dan untuk mengendalikan tindakan emosional yang berlebihan. Tujuan dari penguasaan emosi adalah keseimbangan emosi, bukan menekan emosi karena setiap emosi mempunyai nilai dan makna. Pengendalian emosi merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Intinya, bukan menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan dengan selalu bahagia, namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung secara tidak terkendali sehingga menghapus semua suasana hati yang menyenangkan. Kemampuan mengelola emosi juga meliputi kemampuan mengendalikan dorongan hati, menjaga kondisi emosi sehingga tidak sebegitu mempengaruhi pikiran, berpikir positif, serta memiliki sikap optimis. Kegembiraan dan kesedihan yang dialami tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Kemampuan membuat takaran yang seimbang antara apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan dan kemampuan menghadapi segala keadaan dengan pikiran positif dan tetap optimis saat mengalami kegagalan, adalah termasuk inti dari kecerdasan intrapersonal.

  c.

  Memotivasi Diri Sendiri Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.

  Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga orangnya memiliki kekuatan, semangat untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya: belajar, bekerja, menolong orang lain, dan sebagainya. Orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri akan lebih berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang menunggu orang lain untuk memperhatikan dirinya. Ciri ini juga meliputi ketahanan dalam menghadapi frustasi dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuannya berpikir. Tetap bertahan pada tujuan semula dalam keadaan apapun merupakan inti dari aspek kecerdasan intrapersonal.

  Ketiga pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas menjabarkan masing- masing aspek dengan bahasa yang berbeda, akan tetapi masing- masing menunjukkan maksud yang sama dari kecerdasan intrapersonal yaitu individu perlu memiliki kesadaran untuk menyadari setiap emosinya, tahu apa yang dirasakan, dan bertindak sesuai dengan apa yang dirasakannya.

3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal

  Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik akan dapat memetik manfaatnya, yaitu: a.

  Menjadikan Hidup Bahagia Semakin baik kecerdasan intrapersonal yang dimiliki oleh seseorang semakin luas orang itu dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya.

  Kebahagiaan adalah hasil yang menunjukkan derajat kecerdasan dan kinerja emosional dalam diri seseorang (Stein dan Book, 2002). Orang akan merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada saat memiliki waktu luang. Ia dapat menikmati hidupnya penuh dengan rasa syukur berdasarkan setiap pengalaman hidup yang telah ditempuhnya karena semua itu merupakan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai diri sejati dari interaksi dengan lingkungan dan orang tertentu. Diri sejati merupakan sumber kreativitas batin, vitalitas, spontanitas, dan kesejahteran emosi seseorang (Armstrong, 2002). Orang dengan kecerdasan intrapersonal rendah dapat dengan mudah menderita depresi, cenderung merasa cemas, merasa tak pasti akan masa depannya, menarik diri dari pergaulan, kurang semangat, merasa bersalah, tidak puas atas kehidupan yang dialaminya, mereka merasa tidak sejahtera secara emosional. Sebaliknya bagi orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi memandang hidup sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan bersyukur sehingga dapat lebih menikmati hidup bersama dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Jika seseorang berhasil mengembangkan dirinya maka ia akan memperoleh kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi orang disekitarnya.

  b.