Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah Cilandak Jakarta Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

Abdul Jalaludin Sayuti

NIM. 106018200678

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H


(2)

PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI

SMK AL-HIDAYAH I CILANDAK JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

Abdul Jalaludin Sayuti

NIM. 106018200678

Dibawah Bimbingan Pembimbing,

Dra. Zikri Neni Iska M. Psi.

NIP. 19690206 1995032001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H


(3)

Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada tanggal 10 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 10 Desember 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia

(Ketua Jurusan Kependidikan Islam) Tanggal Tanda Tangan

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. ………..………. ………

NIP. 195605301985031002

Ketua Prodi Manajemen Pendidikan

Drs. H. Mu’arif SAM, M. Pd. ………..………. ………

NIP. 19650171994031005

Penguji I

Drs. H. Mu’arif SAM, M. Pd. ………..………. ………

NIP. 19650171994031005

Penguji II

Dr. Sururin, M.A. ………..………. ………

NIP. 197103191998032001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP. 19571005.198703.1.003


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Jalaludin Sayuti NIM : 106018200678 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Manajemen Pendidikan Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 November 2010 Penulis,

Abdul Jalaludin Sayuti


(5)

SMK Al Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik perorangan ataupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung. Pada pelaksanaan kegiatan tersebut mengacu kepada program yang telah direncanakan oleh guru pembimbing dengan memperhatikan kebutuhan siswa, jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing, adanya sarana kegiatan yang memadai dan sebagainya. Fenomena dilapangan saat ini adalah kurangnya guru pembimbing dan terbatasnya sarana untuk memberikan layanan dalam pelaksanaan kegiatan BK. Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah bahwa kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan belum terlaksana dengan baik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dengan subjek penelitian Koordinator BK, Kepala Sekolah dan Siswa/i SMK Al-Hidayah I Cilandak. Teknik pengumpulan data penelitian dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan angket. Proses analisis data dimulai dengan menelaah hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Selanjutnya data tersebut direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk uraian naratif dan verifikasi data. Sementara data angket, dianalisi dengan rumus Distribusi Frekuensi (distribusi

presentase).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil data angket siswa dengan persentase 71,99% dan dalam kategori baik, hasil tersebut menujukkan bahwa guru pembimbing senantiasa memberikan kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan. Selai itu, peran serta kepala sekolah dalam mengintegrasikan kegiatan BK, memfasilitasi, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan megupayakan pengembangan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak.


(6)

Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan semesta alam. Penulis senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT, terutama nikmat Iman dan Islam. Penulis meyakini bahwa semua adalah kuasa Allah SWT dan atas kehendak-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ruahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan semua ummatnya, Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Selesainya Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMK Al Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentunya penulis menyadari adanya berbagai pihak yang ikut memberikan dukungan dan motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan tersima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydi Zakariya, M.Ed. M.Phill, Ketua Jurusan Kependidikan Islam 3. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd, Katua Program Studi Manajemen

Pendidikan dan juga sebagai Penasehat Akademik, atas ilmu yang diberikan, nasehat, arahan, motivasi, bimbingan selama menjalani proses perkuliahan di Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

4. Dra. Zikri Neni Iska, M. Psi., Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dengan penuh keikhlasan dan kesabaran meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan, bimbingan, nasehat, arahan, motivasi, pengetahuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

motivasi yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan.

6. Pimpinan dan segenap karyawan yang bertugas di Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas fasilitas dan layanan yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.

7. Kepala SMK Al Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan, Bapak Drs. Noorvara Santosa, atas izin penelitian, dukungan dan informasi-informasi mengenai fokus penelitian yang diberikan kepada penulis.

8. Koordinator BK SMK Al Hidayah I Cilandak Dra. Suwartiani, Guru Pembimbing, dan semua Siswa/i SMK Al Hidayah I Cilandak atas kesediaannya memberikan data dan informasi sekolah dan fokus penelitian. Juga Wakasek, guru-guru, staff TU dan karyawan yang bertugas di SMK Al Hidayah I Cilandak, atas kemudahan dan kerjasamanya.

9.Orang Tua tercinta H. Apang Sumarna dan Ibu Siti Nursyamsiah, dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran dalam membimbing dan mendidik penulis. A’ Enuh, Teh Elis dan Dd Ghania Cantik (keponakan), serta Eful (adik), atas do’a, perhatian, motivasi, arahan, nasehat, dukungan yang diberikan kepada penulis khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga Besar Alm. Abah (Ema, mg Diding, mg Ade, mg Iim, mg Mamat, mg Husen, bi I’ah, bi Ala, bi Wisah, bi Iis), atas do’a restu, dukungan, motivasi, arahan, nasihat yang diberikan kepada penulis khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini. Keponakan (Empik, Izal, Erna, Ai, Iing, Fathur, Indad).

11.Kawan-kawan KI-MP A 2006, Adhi, Agus, Alwani, Alam, Aep, Aldian, Andika, Diki, Budi, Encep, Fahad, Fahri, Jawa, Midis, Muis, Rifa’i, Angga, Uyung, Didi, Pepet, Dinonk, Afah, Eka (set&agst), Astri, Indah, Ina, Candra, Hamna, Aulia, Dewi, Anik, Yuyu, Shifroh dan semuanya atas bantuan, motivasi, nasehat, curhatan dan juga KI-MP B. Wa Ucuv, Fachri Mone, Amin, Arif, Kewo Ato, kg Yazid, Opik Brow dan semuanya atas bantuan, dukungan,


(8)

iii

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berdo’a semoga pihak-pihak yang telah memberikan support kepada penulis, menjadi amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Tentunya skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis akan karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca, Amin.

Jakarta, 29 November 2010


(9)

Halaman

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR TABEL ………..

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Identifikasi Masalah ……… C. Pembatasan Masalah ………... D. Perumusan Masalah ………. E. Manfaat Penelitian ………...

i iv vi

1 6 6 6 7

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Teori Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ……….... 2. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ………. 3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling ………... 4. Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling ………. 5. Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling ………..

B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

1. Kegiatan Bimbingan dan Konseling ………... 2. Program Bimbingan dan Konseling ……… 3. Personil Bimbingan dan Konseling ……… 4. Sarana Bimbingan dan Konseling ………..

8 14 18 19 21 22 23 24 26


(10)

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………. C. Tujuan Penelitian ……… D. Populasi dan Sampel ………... E. Teknik Pengumpulan Data ……….. F. Analisis dan Interpretasi Data ………. G. Instrumen Penelitian ………

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Bimbingan dan Konseling SMK Al Hidayah I ………... 2. Struktur Bimbingan dan Konseling SMK Al-Hidayah I …………... 3. Keadaan Guru BK SMK Al-Hidayah I ………... 4. Sarana Bimbingan Konseling SMK Al-Hidayah I ………..

B.

Deskripsi Kegiatan Bimbingan dan Konseling

1.

Kegiatan Layanan SMK Al-Hidayah I

………...

2.

Kegiatan Pendukung SMK Al-Hidayah I

………..

C.

Analisis dan Interpretasi Data

1. Analisis Data Angket ………... 2. Interpretasi Data Angket ……….

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. B. Saran ……….

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

28 29 29 30 31 32

35 36 77 39

40 42 43 55

58 59


(11)

Kisi-kisi Instrumen Angket Siswa ………... Pedoman Wawancara Koordinator BK ………... Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ………... Daftar Personil BK SMK Al-Hidayah I Cilandak ...………. Fasilitas Dalam Kantor BK SMK Al-Hidayah I ………..……… Layanan Orientasi Siswa Baru ………..………... Pemahaman Tentang Lingkungan Sekolah ………..……… Layanan Informasi Belajar ………..………..………... Pemahaman Bahaya Narkoba dan Pergaulan Bebas ………..………….. Layanan Informasi Pekerjaan/Karir ………..………... Layanan Informasi Pendidikan Tinggi ………..……….. Layanan penempatan dan penyaluran ………..……… Pemahaman dan Pengembangan Kemampuan Siswa ………..………… Pengembangan Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran ………..………… Solusi dalam Kegiatan Pembelajaran ………..………. Motivasi dalam Kegiatan Belajar ………..………... Mengembangkan Kemampuan Dalam Kegiatan Belajar ………..……... Pemahaman Tentang Tata Tertib sekolah ………..……….. Layanan Konseling Perorangan ………..………..……... Layanan Bimbingan Kelompok ………..………. Pemahaman Tentang Sosialisasi di Sekolah ………... Layanan Konseling Kelompok ………. Aplikasi Instrumentasi Data Siswa ………..………..…….. Himpunan Data Siswa ……….. Konferensi Kasus ………. Kunjungan Rumah ………..………..………... Alih Tangan Kasus ………..………. Nilai Rata-rata Skor Per Dimensi dan Akhir Penelitian ………..……….

32 33 34 37 39 43 44 44 45 45 46 46 47 48 48 49 49 50 50 51 51 52 52 53 53 54 54 56 vi


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha pembinaan kepribadian dalam rangka mengembangkan potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia diharapkan dapat mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya, baik potensi jasmani maupun rohani sebagai bekal untuk menjalankan kehidupan. Hal tersebut sesuai dengan Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Berdasarkan fungsi dan tujuan tersebut, pendidikan formal pada prosesnya tidak hanya mengutamakan perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta didik, tetapi juga aspek perkembangan pribadi, sosial, dan kematangan intelektual. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan harus memberikan kegiatan yang dapat memfasilitasi pengmbangan diri siswa

1

U n d a n g - u n d a n g R I . N o . 2 0 T a h u n 2 0 0 3 t e n t a n g S i s t e m P e n d i d i k a n N a s i o n a l ( S I S D I K N A S ) , b a b I I P a s a l 3 , h a l . 3


(13)

secara optimal dalam rangka mewujudkan manusia yang unggul sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan dalam prosesnya tidak hanya cukup dengan memberikan kegiatan pembelajaran/kurikulum, tetapi perlu didukung dengan kegiatan yang dapat memaksimalkan kemampuan lainnya yang dimiliki peserta didik. Hal tersebut senada dengan penjelasan bahwa “Pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif”.2

Sekolah sebagai pelaksana fungsi dan tujuan pendidikan dalam prosesnya tidak hanya fokus pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran/kurikulum, tetapi juga memberikan kegiatan yang dapat mengarahkan kepada pengembangan potensi, pembentukan watak dan kepribadian peserta didik secara optimal, serta pemecahan masalah peserta didik di sekolah. Kegiatan tersebut difasilitasi dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

Bimbingan dan Konseling merupakan layanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Kegiatan tersebut diberikan oleh guru pembimbing yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa meliputi; layanan orientasi, informasi, penempatan, penyaluran, pembelajaran dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling seperti alat-alat pengumpulan data diri siswa dan sebagainya.

Bimbingan dan konseling menjadi bagian penting di sekolah, memiliki kedudukan strategis dalam mendukung kegiatan lain di sekolah. Oleh karena itu, setiap sekolah harus melaksanakan kegiatan tersebut secara mandiri, menjadikannya suatu program yang sistematis mulai dari perencanaan,

2

Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. II, h. 2 .


(14)

pengorganisaian, pelaksanaan, dan penilaian serta diintegrasikan dengan kegiatan lainnya di sekolah.

Pentingnya kegiatan bimbingan dan konseling untuk dilaksanakan di sekolah sebagai sarana untuk memfasilitasi siswa, karena tidak semua siswa dapat memahami dengan baik kelemahan dan kelebihan, bakat dan minatnya, serta ciri-ciri kepribadiannya, tidak semua siswa dapat mengenal dan memanfaatkan lingkungannya secara maksimal, tidak semua siswa dapat menerima keadaan dirinya seperti apa adanya, baik penerimaan terhadap kelebihan ataupun kelemahannya seperi keadaan jasmani, keuangan dan keadaan keluarga, serta tidak semua siswa dapat mengatasi permasalahannya sendiri. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya guru pembimbing harus memberikan kegiatan berupa layanan-layanan yang dapat membantu siswa dalam hal tersebut. Dengan demikian, siswa harus dapat memanfaatkan kegiatan tersebut untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang dimiliki serta dapat memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi siswa baik internal sekolah maupun eksternal sekolah.

Adapun arah kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut:

1. Terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik dalam setiap tahap perkembangan mereka.

2. Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan bimbingan dan konseling mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif, mengembangkan arah karir dan masa depan.

3. Kegiatan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi, sosial belajar dan karir.3

Sekolah dengan fenomena yang ada cenderung mengutamakan kegiatan akademis seperti belajar dikelas menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target yang telah direncanakan, memberikan tugas, dan sebagainya; kegiatan administratif seperti kesibukan memenuhi kebutuhan sekolah dan sebagainya. Kegiatan tersebut bukan berarti harus diabaikan atau tidak

3

Prayitno dkk., P e d o m a n K h u s u s B i m b i n g a n d a n K o n s e l i n g, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 12-13


(15)

penting, tetapi harus diimbangi dengan memberikan pelayanan yang maksimal kepada siswa, perhatian kepada siswa secara total dan tentunya tanpa mengabaikan personil lainnya seperti guru dan karyawan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, boleh jadi siswa memiliki permasalahan yang harus dicarikan solusinya seperti kurang motivasi dalam belajar, kurangnya prilaku disiplin siswa dalam mentaati peraturan sekolah serta siswa yang memiliki kemampuan/bakat yang dapat dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat lebih membimbing siswa kearah pengembangan diri siswa dan membantu menyelesaikan masalah-masalah siswa di sekolah.

Bimbingan dan konseling sebagai kegiatan bantuan yang diberikan oleh seorang ahli dalam bidang tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan oleh personil yang memiliki kompetensi sesuai bidang bimbingan dan konseling atau memiliki kualifikasi sebagai guru pembimbing melalui sertifikasi. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan bahwa bimbingan dan konseling adalah profesi, yang mensyaratkan (guru pembimbingnya) menguasai perangkat kompetensi, sikap dan sistem nilai, ciri-ciri kepribadian tertentu yang harus diinternalisasi sebagai keutuhan dan secara konsisten ternyatakan dalam cara berpikir dan bertindak yang akan menjadi instrumen untuk mempengaruhi perkembangan peserta didik.4

Selain itu, yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling adalah guru pembimbing harus disesuaikan dengan jumlah siswa, adanya kerja sama antara personil bimbingan dan konseling dengan guru-guru lainnya di sekolah agar dapat saling bantu membantu, tolong menolong, bertukar pikiran, usul saran, pandangan, pengalaman dan bekerja bersama-sama. Hal demikian, agar tercipta suasana profesional dalam proses kegiatan dan kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan baik, efektif dan optimal.

4

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik/klien, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), cet. I, hal. 4-5.


(16)

Kenyataan umum sekarang ini masih banyak sekolah yang melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling belum terorganisir dengan baik seperti kegiatan sekolah lainnya. Ketidakjelasan muncul pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah seperti; tidak seimbangnya jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa, tidak adanya program kegiatan yang terencana sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut hanya bersifat insidentil, guru pembimbing bukan berlatarbelakang bidang bimbingan konseling, minimnya antusiasme siswa dalam memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, terbatasnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan tersebut juga menjadi masalah saat ini yang masih banyak ditemui di sekolah-sekolah, sehingga kegiatan tersebut tidak berjalan dengan efektif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara untuk studi pendahuluan, dimana kegiatan bmbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak secara umum cukup baik, akan tetapi pada pelaksanaannya masih terdapat hal-hal yang belum sesuai dengan ketentuan khusus bimbingan dan konseling seperti; tidak seimbangnya ratio guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh, guru pembimbing yang ada berjumlah tiga orang, sedangkan jumlah siswa 1274 orang dan tidak adanya ruang khusus untuk pemberian layanan bimbingan dan konseling.5 Tentunya hal tersebut mempengaruhi baik tidaknya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan.

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan

Bimbingan dan Konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak

Jakarta Selatan”.

5

Data Jumlah Siswa SMK Al-Hidayah I Cilandak Tahun Pelajaran 2010/2011 (terlampir) dan Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Drs. Noorvara Santosa) dan Koordinator BK (Dra. Suwartiani) ketika melakukan obsevasi studi pendahuluan.


(17)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang, ada beberapa permaslahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya guru pembimbing dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak.

2. Kurangnya sarana dan prasarana untuk kegiatan layanan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak.

3. Tidak adanya program yang terencana untuk kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak.

4. Kurangnya minat siswa dalam memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak.

5. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di di SMK Al-Hidayah I Cilandak hanya bersifat insidentil.

6. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak belum terlaksana dengan baik.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah, maka penulis membatasi lingkup masalah dalam penelitian ini, yakni “Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling meliputi; kegiatan layanan dan kegiatan pendukung di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan”.


(18)

Berdasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan”.

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah dapat dijadikan bahan masukan dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling selanjutnya

2. Bagi Guru pembimbing/konselor dapat dijadikan bahan masukan dan balikan (feed back) untuk meningkatkan kinerja guru pembimbing agar lebih berkualitas serta meningkatkan etos kerja yang tinggi dalam bidang bimbingan dan konseling.

3. Bagi Peneliti, menjadi pengalaman yang berharga dan berilmu khususnya tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, serta menjadi salah satu syarat peneliti untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. 4. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada

kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam pada bidang bimbingan dan konseling di sekolah.


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Teori Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti

menunjukan, membimbing, menuntun atau membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntutan. Namun demikian, tidak semua bentuk bantuan atau tuntutan adalah bimbingan.1 Untuk memahami lebih jelas tentang “bimbingan” berikut akan dijelaskankan beberapa pengertian bimbingan yang dikutip dari berbagai sumber:

1

H a l l e n , A . , B i m b i n g a n d a n K o n s e l i n g , ( J a k a r t a : Q u a n t u m T e a c h i n g , 2 0 0 5 ) , c e t . I I I , h . 2 - 3


(20)

Pengertian bimbingan dalam peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah sebagaimana dikutip oleh Anas Salahudin menjelaskan bahwa “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.2 Pengertian tersebut mengarah kepada pelaksanaan kegiatan bimbingan di sekolah, dimana bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar dapat memahami diri, lingkungan dan memiliki visi kedepannya.

Selanjutnya Frank W. Miller (1961) dalam Andi Mappiare menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri terutama untuk membuat penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga/rumah tangga dan masyarakat umum.3

Pengertian yang sama juga dijelaskan oleh Shertzer dan Stone (1971) dalam Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan menjelaskan bahwa bimbingan sebagai “... process of helping an individual to understand

himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar

mampu memahami diri dan lingkungannya)”.4

Lebih lanjut Year’s Book of Education (1955) dala m Hallen menyatakan bahwa Guidance is a process of helping individual through their own effort to discover and develop their potentiali ties both for personal

happiness and social usefulness.Bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemempuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.5

Sementara Lester D. Crow & Alice Crow (1960) dalam Andi Mappiare memberikan pengertian sebagai berikut:

8

2

A n a s S a l a h u d i n , B i m b i n g a n & K o n s e l i n g, ( B a n d u n g : C V . P u s t a k a S e t i a , 2 0 1 0 ) , c e t - I , h. 15.

3

Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling Sekolah, (Surabaya: Usana Offset Printing), h. 126.

4

Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. II, h. 6.

5


(21)

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pribadi terpercaya dan pendidikan yang memadai, baik pria maupun wanita, kepada seseorang individu berbagai tingkat usia agar mereka dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah titik-pandangnya sendiri, membuat keputusan-keputusan sendiri dan memikul bebennya sendiri.6

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada setiap individu baik anak-anak, remaja, dewasa atau orang tua sekalipun (bimbingan untuk semua), bimbingan bukan hanya dilakukan di lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan masyarakat umum. Sementara yang memberi bantuan (pembimbing) harus memiliki pribadi yang dapat dipercaya dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan individu yang dibimbing.

I. Djumhur dan Moh. Surya menjelaskan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya

(self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self

acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction),

kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.7

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada semua individu sebagai upaya untuk memberikan pemahaman tentang diri; potensi yang dimiliki individu agar dikembangkan secara optimal dan memberikan pemahaman tentang lingkungan hidup individu. Selain itu, bimbingan juga merupakan proses pemberian bantuan kepada individu dalam rangka membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan mencarikan solusinya.

b. Pengertian Konseling 6

Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling…, h. 127. 7

I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling), (Bandung: CV. Ilmu, tt), h. 28.


(22)

Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” yang artinya dikaitkan dengan kata “counsel”, dalam kamus kata tersebut memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give

counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti tersebut,

berarti konseling secara etimologis adalah pemberian nasihat, anjuran, pembicaraan dengan bertukar pikiran.8

Istilah konseling sering dirangkaikan dengan istilah bimbingan. Hal ini disebabkan karena konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik9 dan menjadi kegiatan yang saling terintegrasi dengan bimbingan. Meskipun demikian, ada perbedaan antara keduanya dimana konseling lebih identik dengan psychoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius.10 Untuk memahami lebih jelas tentang konseling, berikut akan dijelaskankan beberapa pengertian konseling yang dikutip dari berbagai sumber:

Prayitno dan Erman Amti (2004) dalam Anas Salahudin menjelaskan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.11

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling sebagai proses pemberian bantuan. Bantuan tersebut diberikan oleh konselor yang memiliki kemempuan dalam memberikan konseling kepada

8

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), h. 21-22.

9

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 37.

10

I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di…, h. 29. 11


(23)

individu khususnya yang mengalami permasalahan. Hal ini dilakukan secara langsung face to face antara konselor dan konseli. Tujuan konseling tersebut adalah membantu individu dalam mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi dan konselor memberikan arahan kepada konseli agar dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

Sejalan dengan pengertian sebelumnya Robinson dalam Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan juga menjelaskan bahwa konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang (pembimbing dan klien/yang di bimbing), dimana klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi).12

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan percakapan antara dua orang (konselor dengan konseli) secara khusus, dimana konseli diberikan bantuan berupa pemahaman tentang diri dan lingkungannya serta memberikan solusi terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli. Dengan diberikannya konseling tersebut, diharapkan konseli memperoleh pelajaran sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara mandiri.

Dewa Ketut Sukardi menjelaskan konseling sebagai suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.13

Lebih lanjut Mohamad Surya memberikan pengertian bahwa konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat

12

Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, h. 7. 13


(24)

mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya.14 Pengertian ini menjelaskan bahwa konseling sebagai kegiatan yang diberikan oleh konselor secara pribadi untuk memberikan pemahaman tentang dirinya sendiri dan lingkungan tempat individu/siswa tersebut tinggal. Kegiatan tersebut akan menjadi pembelajaran bagi siswa akan arti dari kehidupan yang sedang dan akan dijalaninya.

Mortensen (1964) dalam Mohamad Surya mendefinisikan konseling sebagai proses hubungan antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menentukan masalahnya. Sedangkan Jones (1970) menyebutkan bahwa konseling sebagai suatu hubungan professional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.15

Roger (1942) dalam Hallen menjelaskan bahwa counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistence in

changing his attitude and behavior. (Konseling adalah serangkaian

hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).16

James F. Adams dalam I. Djumhur dan Moh. Surya menjelaskan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana konselor membantu konseli/klien supaya klien dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.17

American School Counselor Association (ASCA) menjelaskan bahwa

konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengetasi masalah-masalahnya18.

14

Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), cet-I, h. 10.

15

M o h a ma d S u r y a , P s i k o l o g i K o n s e l i n g, ( B a n d u n g : C V . P u s t a k a B a n i Q u r a i s y , 2 0 0 3 ) , h . 1 .

16

Hallen, A. Bimbingan dan Konseling, h. 9. 17

I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan…, h. 29. 18


(25)

Lebih lanjut, American Personnel and Guidance Association (APGA) sebagaimana dikutip oleh Tohirin mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara professional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecamasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.19

Berdasarkan beberapa pengertian yang diatas dapat disimpulkan bahwa, konseling adalah proses pemberian bantuan secara khusus antara konselor dengan klien yang memiliki permasalahan; dengan konseling tersebut diharapkan masalah yang dihadapi klien dapat terpecahkan. Selain itu konselor memberikan pemahaman kepada klien berupa arahan/nasehat agar mampu mengarahkan dirinya dan dapat mengetasi masalah-masalah yang dihadapi secara mandiri.

Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu baik perorangan atau kelompok yang dilakukan oleh seorang ahli dalam rangka memberikan arahan, nesehat dan pemahaman kepada individu agar dapat memahami diri dan lingkungan hidupnya, memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalah, serta bantuan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, sehingga dapat dioptimalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara dalam konteks sekolah formal, bimbingan dan konseling merupakan salah satu kegiatan yang sistematis dalam rangka memberikan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

19


(26)

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan dalam kegiatan bimbingan dan konseling, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun prinsip-prinsip bimbingan adalah sebagai berikut:

a) Bimbingan diperuntukan bagi semua individu (guidance is for all

individuals). Bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau

siswa, baik yang tidak bermasalah atau bermaslah; baik pria atau wanita; anak-anak, remaja ataupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan lebih bersipat preventif dan pengembangan diri pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perorangan (individual).

b) Bimbingan bersifat individualisasi. Bahwa setiap individu memiliki

perbedaan dengan individu yang lainnya, memiliki kemampuan untuk dikembangkan. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan harus dapat meningkatkan pengembangan diri siswa/klien. Focus kegiatan bimbingan adala individu meskipun dengan teknik kelompok.

c) Bimbingan menekankan hal yang positif. Bahwa bimbingan merupakan

proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, member dorongan, dan peluang untuk berkembang.

d) Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas

konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah, yang semuanya harus dapat bekerja sama demi terlaksananya kegiatan bimbingan yang efektif.

e) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.

Bahwa bimbingan diarahkan untuk membantu siswa/klien agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.

f) Bimbingan berlangsung dalan setting (adegan) kehidupan. Bahwa

bimbingan tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di lingkungan luar sekolah pada umumnya.20

Dalam literatur lain dijelaskan bahwa prinsip-prinsip dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling secara khusus. Prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip bimbingan yang berkenaan dengan permasalahan individu, prinsip yang berkenaan dengan program layanan, dan

prinsip-20


(27)

prinsip bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan peaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.21

Adapun prinsip khusus yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu:

a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan

b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain

c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi

d. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan

e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.22

3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling a. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka bimbingan dan konseling di sekolah harus berfungsi sebagai berikut:

1) Fungsi pemahaman yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik pemahaman meliputi; pemahaman tentang diri sendiri peserta didik, pemahaman tentang lingkungan peserta didik dan pemahaman lingkungan yang lebih luas.

2) Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

21

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan…, h. 39. 22


(28)

3) Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.23 Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, dimana setiap kegiatan yang dilaksanakan harus mengacu kepada fungsi-fungsi tersebut agar hasil yang dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling selain sebagai pemahaman dan pencegahan, fungsi dari bimbingan dan konseling juga berfungsi sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan pemecahan masalah peserta didik.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan dari kegiatan bimbingan dan konseling adalah agar individu/siswa dapat mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat dan sekitarnya, serta mampu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat:

a. Mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; b. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri;

c. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan;

d. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya;

23 Prayitno, dkk., P e d o m a n K h u s u s B i m b i n g a n d a n K o n s e l i n g, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 6.


(29)

e. Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan;

f. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut.24

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari bimbingan dan konseling semuanya mengarahkan kepada peserta didik agar peserta didik lebih memahami dirinya sendiri baik dari kekurangannya maupun kelebihannya. Membantu peserta didik untuk berani mengambil sendiri keputusan yang baik (sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat) untuk dirinya. Bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi dan mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin.

4. Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bidang bimbingan dan konseling merujuk kepada bidang kehidupan manusia pada umumnya atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun bidang-bidang bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a) Bimbingan Akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dan memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di sekolah.

b) Bimbingan Karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan ynag telah dimasuki.

c) Bimbingan Pribadi-Sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang dan sebagainya; serta bimbingan dalam

24

Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.. (Jakarta: Depdiknas, 2008),h. 7


(30)

membina hubungan kemanusiaan dengan sesama dilingkungan (pergaulan sosial).25

Demikian bidang-bidang bimbingan dan konseling yang menjadi ruang lingkup dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dalam konteks persekolahan. Kegiatan BK di sekolah tidak hanya fokus kepada bidang akademik, tetapi juga bidang-bidang yang mencakup kehidupan pribadi peserta didik dengan mengembangkan potensinya sebagai bekal dalam meghadapi kehidupan didunia pekerjaan dan lingkungan sekitar.

5. Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling di sekolah a. Layanan Individu

Layanan individu lebih dikenal dengan layanan konseling perorangan merupakan layanan bantuan dalam upaya mengatasi masalah siswa/klien dan meningkatkan pengertian dan pemahaman tentang dirinya. Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat rahasia (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara konselor dengan konseli. Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling individuini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.

b. Layanan Kelompok

Layanan kelompok (bimbingan kelompok) merupakan layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.26

25

Winkel dan Sri Mastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), cet. III, h. 114-118.

26


(31)

Adapun peranan masing-masing anggota dalam teknik kelompok sebagai berikut:

1) Membantu terbinanya keakraban kelompok

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kelompok

3) Berusaha agar setiap yang dilakukan untuk membantu tercapainya tujuan bersama

4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik

5) Benar-benar berusaha untuk secara aktif dalam kelompok 6) Mampu berkomunikasi secara terbuka

7) Berusaha membantu anggota lain

8) Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk memainkan peranannya

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.27

B.

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

1.

Kegiatan Bimbingan dan Konseling

a. Kegiatan Layanan

Hardja Sapoetra menjelaskan dalam blognya bahwa jenis-jenis

layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan, yakni: layanan orientasi, layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok.

27


(32)

Secara singkat, jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Layanan Orientasi

Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester.

2) Layanan Informasi

Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan).

3) Layanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya.

4) Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.

5) Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.

6) Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.

7) Layanan Konseling Kelompok

Layanan Konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. 28

28

Hardja Saputra, “Konsep Bimbingan Konseling (Bimbingan dan Konseling)”, dari


(33)

b. Kegiatan Pendukung

Selain kegiatan layanan, dalam bimbingan dan konseling juga dilakukan sejumlah kegiatan lain, yakni kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Kegiatan pendukung ini untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik (klien).29

Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung. Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:

1) Aplikasi instrumentasi data adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.

2) Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.

3) Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.

4) Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien.

5) Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas.30

29

Hallen, A. Bimbingan dan Konseling, h. 83. 30

Hardja Sapoetra, Konsep Bimbingan Konseling (Bimbingan dan Konseling), dari


(34)

2.

Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling merupakan rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. Program tersebut disusun secara jelas dan sistematis dengan memperhatikan karakteristik sekolah dan kebutuhan siswa. Inti dari program adalah memuat rencana kegiatan yang akan diberikan kepada siswa mencakup jenis-jenis layanan dan kegitan pendukung.

Adapun komponen-komponen yang harus termuat dalam program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data (Apprasial), yakni mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan data serta menyimpan data tersebut.

b. Memberikan Informasi (Information), yakni mencakup usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang diri dan lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.

c. Penempatan (Placement), yakni mencakup segala usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan tamat sekolah, memilih studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.

d. Konseling (Counseling), yakni mencakup usaha membantu siswa merefleksi diri melalui wawancara konseling individu atau kelompok, lebih-lebih siswa menghadapi masalah yang belum dapat terselesaikan secara tuntas.

e. Konsultasi (Consultation), yakni mencakup usaha memberikan asistensi kepada staf pendidik di sekolah bersangkutan dan kepada orangtua siswa, demi perkembangan siswa yang lebih baik.

f. Evaluasi Program (Evaluation), yakni mencakup usaha menilai efesiensi dan efektivitas dari layanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program kegiatan bimbingan dan konseling.31

Adapun tahap-tahap yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan setiap satuan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu kegiatan layanan dan kegiatan pendukung adalah sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan: program satuan layanan dan kegiatan pendukung direncanakan secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi, metode, waktu, tempat dan rencana penilaian.


(35)

b. Tahap pelaksanaan: program tertulis satuan kegiatan (layanan atau pendukung) dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya.

c. Tahap penilaian: hasil kegiatan diukur dengan nilai.

d. Tahap analisis hasil: hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

e. Tahap tindak lanjut: hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya, melalui layanan dan atau kegiatan pendukung yang relevan.32

Selain itu, program bimbingan dan konseling untuk setiap periode tertentu disusun dengan memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Kebutuhan siswa yang diketahui melalui pengungkapan masalah dan data yang terdapat di dalam himpunan data.

b. Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing oleh guru pembimbing sebanyak 150 orang (maksimal); Kepala sekolah yang berasal dari guru pembimbing sebanyak 40 orang; Wakil kepala sekolah yang berasal dari guru pembimbing sebanyak 80 orang.

c. Bidang-bidang bimbingan (bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir)

d. Jenis-jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

e. Kegitan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus.

f. Volume kegiatan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan

g. Frekuensi layanan, dimana setiap siswa mendapatkan berbagai layanan delapan kali dalam setiap semester, baik layanan dalam format perorangan, kelompok maupun klasikal.

h. Lama kegiatan: setiap kegiatan (kegiatan layanan dan pendukung) berlangsung sekitar 2 jam.

i. Waktu kegiatan: kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada jam pelajaran sekolah dan diluar jam pelajaran sekolah, sampai 50% dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.

j. Kegiatan khusus pada semester pertama setiap tahun ajaran baru diselenggarakan layanan orientasi kelas/sekolah dan himpunan data bagi siswa baru.33

3. Personil Bimbingan dan Konseling

Personil yang berperan sebagai pelaksana kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah secara sistematis telah tersusun dalam struktur 32

Prayitno, dkk., Pedoman Khusus Bimbingan…, h. 32. 33


(36)

organisasi BK, dengan koordinator dan guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Para personil tersebut diharapkan dapat mengatur dan melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan komunikasi sebagai berikut:

a. Mengetur pembagian tugas/pekerjaan antara personal yang ada sesuai dengan unit kerjanya masing-masing dalam program BK

b. Mengatur dan menetapkan pembagian waktu untuk setiap kegiatan dengan membuat penjadwalan

c. Mengatur agar tidak terjadi tabrakan kegiatan penyuluhan dengan kegiatan mengajar dan kegiatan lainnya, terutama bagi guru/wali kelas yang berfungsi juga sebagai konselor.

d. Mengatur fasilitas dan peralatan yang akan dipergunakan agar memperlancar jalannya penyuluhan

e. Mendorong dan menanamkan pemahaman pada siswa agar memanfaatkan kegiatan BK dengan sebaik-baiknya, terutama bersedia mengadakan pendekatan dengan para konselor

f. Mengadakan kerjasama dengan semua guru dalam meningkatkan jumlah siswa yang bersedia mendapatkan pelayanan konselor

g. Berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan kegiatan BK dan komponen-komponen didalamnya

h. Berusaha menyempurnakan cara menyusun hasil pencatatan tentang data siswa dan data lainnya yang diperlukan agar benar-benar dapat digunakan dengan baik dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan.34 Adapun uraian tugas kepala sekolah dan koordinator BK secara khusus dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya kegiatan bimbingan dan konseling dengan tugas-tugas sebagai berikut:

1) Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga kegiatan pengajaran, latihan, bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu 2) Menyediakan sarana dan prasarana dan berbagai kemudahan bagi

terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling

3) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perensanaa dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling

34

Hadari Nawawi, Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), cet. II, h. 76-77.


(37)

4) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah kepada dinas pendidikan yang menjadi atasan 5) Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan

kepengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah bidang BK. b. Koordinator Bimbingan dan Konseling memiliki tugas sebagai

berikut:

1) Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam memasyarakatkan BK, membuat program kegiatan, melaksanakan, mengadministrasikan, menilai hasil pelaksanaan, menganaisis hasil, dan memberikan tindak lanjut

2) Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana, alat dan perlengkapan kegiatan layanan bimbingan dan konseling

3) Mempertanggungjawabkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah

4) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh pengawas sekolah bidang BK

5) Mengikutsertakan guru pembimbing dalam kegiatan Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).35

Selain kepala sekolah, koordinator BK dan guru pembimbing, pihak pengelola bimbingan dan konseling dapat memberdayakan warga sekolah lainnya dengan cara bekerjasama dengan guru pelajaran/praktik, wali kelas, orangtua siswa, masyarakat dan sebagainya agar lebih meningkatkan relevansi, efektivitas, dan efesiensi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

4. Sarana Bimbingan dan Konseling

Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan, apabila didukung oleh sarana yang memadai, diantaranya adalah perlengkapan material yang dapat berupa sarana fisik dan sarana teknis.

Adapun penjelasan mengenai sarana fisik dan teknis akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Ruang bimbingan dan konseling. Untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada siswa khususnya dalam rangka pelaksanaan konseling

35


(38)

perorangan, mutlak diperlukan ruangan khusus dengan perlengkapan yang memadai dan nyaman, meskipun wujudnya sangat sederhana. b. Ruang bimbingan dan konseling di SMK dan sederajat secara khusus

lebih ditekankan pada meteri-materi pemilihan karir, katalog perguruan tinggi, paket keterampilan pengambilan test, inventori penilaian, juga substansi yang membahayakan seperti: kehamilan dan materi yang sama yang ditujukan pada isu-isu yang kritis tentang masalah sosial dan kesehatan. Informasi yang disajikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan selalu update. Sebagai sarana untuk kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, diperlukan berbagai macam ruangan dengan fasilitas yang memadai untuk memberikan layanan yang maksimal. Sarana yang dimaksud seperti; ruang tunggu dan ruang tamu, ruang konseling perorangan (konsultasi), ruang konseling dan bimbingan kelompok, ruang sumber bimbingan dan konseling, ruang resepsionis, papan media dan publikasi.

c. Lokasi ruang bimbingan dan konseling. Dalam menentukan lokasi dari rnagan bimbingan dan konseling beberapa kemungkinan yang bisa dipakai sebagai acuan bahwa lokasi ruang bimbingan dan konseling itu memungkinkan:

1) Para siswa, guru, orang tua dan pengunjung lainnya mudah untuk memasuki atau menemukan ruangan bimbingan dan konseling 2) Harus dekat dengan personil sekolah lainnya, seperti: ruang guru,

ruang kesehatan, perpustakaan, ruang kepala sekolah, dan sebagainya

3) Jauh dari pusat kebisingan, misalnya jauh dari ruang kesenian, garase, lapangan olahraga, mesin-mesin dan sebagainya

4) Ruang bimbingan dan konseling harus nyaman dan memberikan kesejukan kepada siswa/klien.

d. Peralatan dan wujud umun dari ruangan bimbingan dan konseling tidak harus berlebihan, yang paling penting adalah memperhatikan faktor-faktor dalam mengatur ruangan tersebut, yakni sebagai berikut: 1) Baik guru pembimbing/konselor maupun siswa/klien hendaknya

betul-betul mendapatkan tempat tanpa berdesak-desakan 2) Klien/siswa handaknya tidak menghadap ke jendela 3) Klien/siswa hendaknya tidak menghadap ke pintu masuk

4) Guru pembimbing/konselor harus memiliki almari arsip dan buku-buku, acuan dan literatur yang secara langsung menunjang profesinya sebagai guru pembimbing atau konselor profesional. e. Perlengkapan ruang bimbingan dan konseling. Setelah ruangan

tersedia, maka sarana fisik lain yang diperlukan adalah perlengkapan untuk ruangan tersebut, beberapa diantaranya berupa; rak majalah, file kabinet, almari, meja dan kursi untuk guru, siswa dan tamu, kotak masalah, papan media bimbingan, papan statistik dan sebagainya.


(39)

f. Pendanaan. Kegiatan bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan adanya dana yang memadai sesuai dengan program yang dibuat guru pembimbing.36

Biaya yang khusus dan mencukupi perlu disediakan untuk berbagai keperluan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, seperti pengadaan alat-alat kegiatan layanan, pengadaan perlengkapan, kunjungan rumah dan pemeliharaan.37

36

Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2008), cet. II, h. 73.

37

S l a m e t o , B i m b i n g a n d i S e k o l a h, ( J a k a r t a : P T . B i n a A k s a r a , 1 9 8 8 ) , c e t . I , h a l . 1 8 6 .


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni seuatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripdikam dan menganalisi fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.1 Dengan pendekatan penelitian deskriptif

(descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.2 Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis bermaksud mendeskipsikan keadaan atau fenomena sebenarnya tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak dengan mengadakan observasi/pengamatan lapangan untuk memperoleh data dan informasi selengkap mungkin yang berkaitan erat dengan objek penelitian.

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. II, h. 60.

2


(41)

Hal tersebut akan dilakukan dengan teknik-teknik yang telah ditentukan dalam metode penelitian kualitatif.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Tempat Penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis bertempat di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al-Hidayah I, Jl. Bhakti No. 25 Cilandak Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan Kode Pos 12560.

2. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai 21 s/d 22 Juli 2010 (untuk studi pendahuluan) dan 20 - 27 Oktober 2010 peneliti melakukan observasi lapangan.

28

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan. Lebih khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan.

D.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.3 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Koordinator BK, dan seluruh siswa SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan yang berjumlah 1274 siswa. 2. Sampel

3

Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV. Teruna Grafika, 2003), cet. I, h. 137.


(42)

Sampel adalah bagian dari polpulasi.4 Dalam penelitian ini penulis akan melaksanakan wawancara dengan Kepala sekolah dan koordinator BK serta menyebarkan angket kepada para siswa SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan. Untuk mementukan jumlah sampel dengan mengambil 10% dari jumlah populasi, yakni menjadi 127 siswa dan diambil dengan cara Random Sampling sebanyak jumlah sampel.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen atau alat pengumpulan data berupa, wawancara, observasi dan angket:

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab.5 Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara langsung dengan Kepala Sekolah dan Koordinator BK dengan mengajukan beberapa yang berkaitan dengan tugas-tugasnya dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan.

2. Observasi (pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gujala-gejala yang diselidiki.6 Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengamatan di SMK Al Hidayah I Cilandak terkait dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. 3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu.7 Dalam penelitian ini, penulis juga akan melakukan studi dokumentasi dengan cara 4

Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan…, h. 137. 5

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X, h. 317. 6

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. I, h. 70.

7


(43)

mengumpulkan data-data berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan fokus penelitian di SMK Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan.

4. Angket

Kuesioner atau Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berisi beberapa pertanyaan dalam usaha mencari data tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al-Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan. Angket disusun dengan alternatif jawaban setiap item pertanyaan yakni Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak pernah.

F.

Analisis dan Interpretasi Data

Setelah data terkumpul melalui beberapa teknik terutama data-data dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Data-data tersebut akan dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Reduksi data (Data Reduction), yakni peneliti akan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan menyisihkan data yang tidak diperlukan.

2) Penyajian data (Data Display), yakni data disajikan dalam bantuk uraian singkat atau dengan teks yang bersifat naratif.

3) Verifikasi data (Conclusion Drawing), yakni dengan menarikan kesimpulan dan verifikasi dari data-data yang sudah disajikan.8

Sementara data yang diperoleh dari keusioner/angket, penulis akan menganalisanya dengan menggunakan rumus Distribusi Frekuensi (distribusi

persentase) yang akan disajikan dalam tabel. Adapun rumus tersebut sebagai

berikut:

f

p = — x 100% N

Keterangan: 8


(44)

p = Angka persentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).9

G.

Instrumen Penelitian

1. Instrumen Angket Siswa

Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah mencakup kegiatan layanan dan kegiatan pendukung. Kegiatan tersebut oleh guru pembimbing dilaksanakan dalam rangka memberikan layanan kepada siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan menyebarkan angket mengenai pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, ditujukan kepada para siswa yang menjadi sampel di SMK Al Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan. Adapun kisi-kisi intrumen penelitian angket siswa adalah sebagai berikut:

Table 1.1

Kisi-kisi Instrumen Angket Siswa

Variabel Dimensi Indikator Soal no. Jum.

Soal a. Layanan Orientasi

b. Layanan Informasi c. Layanan Penempatan

dan Penyaluran

d. Layanan Pembelajaran e. Layanan Konseling

Perorangan

f. Layanan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan

dan

Konseling Kegiatan

Layanan g. Layanan Konseling 1,2 3,4,5,6 7,8 9,10,11,12,13 14 15,16 17 2 4 2 5 1 2 1 9

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), cet. I, h. 43.


(45)

Kelompok

a. Aplikasi Instrument data Siswa

b. Himbunan Data Siswa c. Konferensi Kasus d. Kunjungan Rumah Kegiatan

Pendukung

e. Alih Tangan Kasus

18 19 20 21 22

1 1 1 1 1


(46)

2. Instrumen Wawancara

Wawancara ditujukan kepada kepala sekolah dan koordinator bimbingan dan konseling di SMK Al Hidayah I Cilandak. Mengenai hal-hal yang ditanyakan dalam proses wawancara adalah berkaitan dengan tugas-tugas kepala sekolah dan koordinator bimbingan dan konseling, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMK Al Hidayah I Cilandak Jakarta Selatan.

Adapun kisi-kisi intrumen wawancara dengan Kepala Sekolah dan Koordinator BK adalah sebagai berikut:

Table 1.2 Pedoman Wawancara

Dengan Koordinator Bimbingan dan Konseling

Variabel Indikator

1. Personil BK, meliputi jumlah dan latar belakang pendidikan guru pembimbing.

2. Tempat kegiatan meliputi ruang guru, ruang pelayanan 3. Fasilitas lainnya, meliputi alat pengumpulan data,

perangkat elektronik, buku-buku sumber BK dan kelengkapan administratif.

4. Pendanaan, adanya anggaran biaya yang memadai untuk kegiatan bimbingan dan konseling.

5. Menyusun rencana/progran kegiatan layanan dan kegiatan pendukung

6. Melaksanakan kegiatan layanan dan pendukung

Pelaksanaan kegiatan bimbingan

dan konseling di

SMK Al-Hidayah I

Cilandak

7. Upaya guru pembimbing dalam mengatasi masalah kegiatan BK

8. Upaya guru pembimbing dalam mengembangkan kegiatan Bimbingan dan Konseling


(47)

Table 1.3

Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Variabel Indikator a. Latar belakang dilaksanakannya kegiatan bimbingan

dan konseling

b. Mengintegrasikan kegiatan bimbingan dan konseling dengan kegiatan lainnya di sekolah

c. Menyediakan sarana dan prasarana kegiatan bimbingan dan konseling

d. Melaksanakan pembinaan kegiatan bimbingan dan konseling

e. Berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling

f. Melaksanakan pengawasan kegiatan bimbingan dan konseling

g. Upaya mengembangkan kegiatan bimbingan dan konseling

Pelaksanaan kegiatan bimbingan

dan konseling di

SMK Al-Hidayah I

Cilandak

h. Melaksanakan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Bimbingan dan Konseling SMK Al-Hidayah I Cilandak

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) yang mengharuskan sekolah melaksanakan kegiatan pengembangan diri, dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin, memberikan pemahaman tentang diri dan lingkungan, serta pemecahan masalah peserta didik. Kegiatan tersebut difasilitasi melalui kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Atas dasar tersebut, SMK Al-Hidayah I Cilandak tidak hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran pada umumnya, tetapi juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan diri siswa melalui bimbingan dan konseling.

Berdasarkan hasil observasi dapat penulis deskripsikan bahwa SMK Al-Hidayah I Cilandak menyelenggarakan bidang bimbingan dan konseling secara sistematis. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya bidang bimbingan dan konseling yang memandirikan dan masih terintegrasi dengan bidang-bidang sekolah lainnya. Adanya bidang bimbingan dan konseling diharapkan dapat lebih membimbing siswa secara maksimal, karena bimbingan guru di kelas saja tidak cukup dan


(49)

juga menjadi sarana untuk mencarikan solusi atas permasalahan yang dimiliki siswa atau sebagai tempat curhat bagi siswa yang memiliki keluhan/permasalahan dalam kegiatan belajar di sekolah (Hasil wawancara dengan Kepala SMK Al-Hidayah I Cilandak).

Sementara masih terintegrasinya bidang tersebut ditunjukkan dengan adanya pelajaran bimbingan dan konseling dalam muatan lokal dengan 1 jam, dengan kata lain SMK Al Hidayah I melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di dalam jam pelajaran dan diluar jam pelajaran oleh guru pembimbing.

2. Struktur Bimbingan dan Konseling SMK Al-Hidayah I

Guru Mata  Pelajaran/Praktek

Kanwil/Kandep 

Kepala Sekolah  

Koordinator BK

Guru Pembimbing  Guru Kejuruan* 

Tata Usaha 

Peng. Sek. Bid. BK

SISWA 

Wali Kelas 

Komite Sekolah 

STRUKTUR ORGANISASI


(1)

52 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 76 53 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 77 54 2 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 64 55 2 1 3 2 3 4 4 2 3 1 4 2 3 3 3 4 2 2 1 2 1 3 55 56 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 4 4 3 4 2 58 57 2 3 3 3 2 4 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 62 58 2 3 4 3 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 2 4 73 59 3 2 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 2 65 60 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 84 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 62 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 64 3 3 4 3 2 2 2 4 4 4 4 3 4 2 2 4 2 2 3 4 3 3 67 65 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 1 2 3 1 1 67 66 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 2 4 1 76 67 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 51 68 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 50 69 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 53 70 4 3 3 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 54 71 1 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 4 1 52 72 2 4 4 3 2 4 3 3 4 2 4 4 4 2 2 4 2 2 4 3 3 2 67 73 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2 1 2 3 2 3 1 1 2 2 45 74 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 2 2 1 55 75 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 4 4 4 74 76 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 4 4 4 74 77 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 4 4 4 74 78 4 2 3 4 2 4 3 4 4 3 4 2 4 2 2 4 2 4 3 4 4 3 71


(2)

79 2 3 3 2 2 2 1 2 2 4 4 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 50 80 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 1 76 81 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 1 76 82 4 3 2 4 2 3 2 3 4 3 3 2 4 2 3 4 2 2 2 4 4 3 65 83 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 2 2 2 1 3 2 2 2 2 56 84 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 2 79 85 4 4 4 2 2 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 2 60 86 3 3 4 4 2 3 3 2 2 3 4 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 59 87 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 57 88 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 61 89 2 3 3 2 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 3 4 3 2 66 90 4 4 4 4 3 2 3 3 2 4 4 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 68 91 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 3 2 77 92 4 4 4 2 3 3 2 4 4 3 4 3 4 2 3 4 2 3 4 3 3 2 70 93 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 4 61 94 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 1 1 1 65 95 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 2 2 3 3 4 2 2 4 70 96 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 4 3 4 3 2 4 2 4 2 2 2 2 62 97 3 3 2 3 4 3 2 2 3 2 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 4 2 68 98 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 1 61 99 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 69 100 3 2 3 2 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 61 101 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 4 2 3 2 3 3 2 2 62 102 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 59 103 2 3 2 3 4 4 1 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 2 61 104 1 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 2 2 2 3 2 4 4 4 63 105 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 47


(3)

106 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 55 107 3 2 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 64 108 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 1 75 109 3 4 3 2 2 2 4 2 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 2 4 3 68 110 3 2 4 2 1 1 1 2 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 2 3 1 3 47 111 2 3 3 2 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 3 4 3 2 66 112 4 3 4 1 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 2 3 3 2 3 3 4 2 68 113 3 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 2 3 63 114 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 61 115 4 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 65 116 3 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 4 55 117 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 62 118 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 68 119 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 2 1 57 120 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 3 57 121 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 4 2 3 2 4 2 3 3 2 1 60 122 3 3 4 2 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 2 67 123 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 64 124 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 2 2 3 3 2 64 125 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 1 56 126 3 2 3 2 3 4 3 2 3 1 4 2 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 60 127 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 4 4 2 3 4 2 3 2 3 4 2 2 63 Jml. 407 379 406 372 356 380 311 367 408 372 413 375 440 313 335 386 322 339 342 364 358 301 8046


(4)

Nama   :  Kelas    : 

ANGKET PENELITIAN SISWA Pe tunjuk Pe ng isia n Ang ke t:

1. Be rila h ta nd a sila ng (X) p a d a sa la h sa tu ja wa b a n ya ng And a a ng g a p b e na r/ se sua i

2. Ja wa b a n ya ng And a b e rika n ha nya untuk ke p e nting a n p e ne litia n se ma ta d a n tid a k me mp e ng a ruhi nila i ra p o rt/ b e la ja r And a d i se ko la h

3. Isila h d e ng a n p e nuh ke jujura n d a n te rima ka sih a ta s ke rja sa ma nya

1. Guru pembimbing memberikan layanan orientasi kepada siswa baru untuk

mengenalkan lingkungan sekolah baru

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

2. Guru pembimbing memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan

sekolah agar dapat menyesuaikan diri

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

3. Guru pembimbing memberikan layanan informasi kepada siswa tentang kegiatan

belajar mengajar di sekolah

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

4. Guru pembimbing memberikan pemahaman kepada siswa tentang bahaya narkoba

dan pergaulan bebas

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

5. Guru pembimbing memberikan layanan informasi tentang pemilihan

pekerjaan/karir yang sesuai dengan minat dan bakat siswa

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

6. Guru pembimbing memberikan arahan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi kepada siswa


(5)

Nama   :  Kelas    : 

7. Guru pembimbing memberikan layanan untuk penempatan dan penyaluran minat

dan bakat siswa di sekolah

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

8. Guru pembimbing memberikan arahan kepada siswa untuk memahami dan

mengembangkan kemampuan yang dimiliki

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

9. Guru pembimbing memberikan arahan kepada siswa agar mengembangkan sikap

dan kebiasaan baik dalam kegiatan pembelajaran

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

10. Guru pembimbing memberikan solusi atas permasalahan siswa dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

11. Guru pembimbing me mberikan dorongan/motivasi dalam kegiatan

belajar di sekolah

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

12. Guru pembimbing memberikan arahan kepada siswa agar mengembangkan

kemampuan yang dimiliki dalam kegiatan belajar

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

13. Guru pembimbing memberikan pemahaman kepada siswa tentang tata tertib

sekolah dan arahan untuk mentaatinya

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

14. Guru pembimbing memanggil siswa bermasalah dan memberikannya solusi secara

tatap muka langsung (perorangan)


(6)

Nama   :  Kelas    : 

15. Guru pembimbing memberikan layanan bimbingan kelompok dengan cara diskusi

bersama atau bimbingan belajar secara kelompok

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

16. Guru pembimbing memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya

hubungan yang harmonis dengan guru, teman sebaya dan warga sekolah lainnya

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

17. Guru pembimbing memberikan layanan konseling kelompok untuk membahas

masalah setiap siswa dari suatu kelompok/kelas dan mencari solusinya

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

18. Guru pembimbing mengumpulkan data dan keterangan tentang diri siswa untuk

pemecahan masalah siswa

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

19. Guru pembimbing mengumpulkan data untuk keperluan pengambangan diri siswa

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

20. Guru pembimbing memberikan solusi atas permasalahan siswa dengan

menghadirkan pihak lain untuk memberikan keterangan yang sesuai (saksi)

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

21. Guru pembimbing melakukan kerjasama dengan orangtua dalam penyelesaian

masalah siswa di sekolah

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

22. Guru pembimbing mengalihkan atau menyerahkan masalah siswa kepada guru lain

agar penanganannya lebih tepat dan masalahnya tuntas