PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga) SKRIPSI

PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH

  

(Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram

Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

  

Oleh:

ROKHANA KHALIFAH AL AMIN

NIM 21109019

JURUSAN SYARI’AH

  

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2013

PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH

  

(Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram

Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

  

Oleh:

ROKHANA KHALIFAH AL AMIN

NIM 21109019

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  

2013

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ِبَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ ُﮫْﻨَﻋ ُﷲا َﺲَّﻔَﻧ ،ﺎَﯿْﻧُّﺪﻟا ِبَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑ ْﺮُﻛ ٍﻦِﻣْﺆُﻣ ْﻦَﻋ َﺲَّﻔَﻧ ْﻦَﻣ

،ِةَﺮِﺧﻵاَو ﺎَﯿْﻧُّﺪﻟا ﻲِﻓ ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا َﺮَّﺴَﯾ ،ٍﺮِﺴْﻌُﻣ ﻰَﻠَﻋ َﺮَّﺴَﯾ ْﻦَﻣَو ،ِﺔَﻣﺎَﯿِﻘْﻟا ِمْﻮَﯾ

  

َنﺎَﻛ ﺎَﻣ ِﺪْﺒَﻌْﻟا ِن ْﻮَﻋ ﻲِﻓ ُﷲاَو ،ِةَﺮِﺧﻵاَو ﺎَﯿْﻧُّﺪﻟا ﻲِﻓ ُﷲا ُهَﺮَﺘَﺳ ﺎًﻤِﻠْﺴُﻣ َﺮَﺘَﺳ ْﻦَﻣَو

،ِﮫﯿِﺧَأ ِنْﻮَﻋ ﻲِﻓ ُﺪْﺒَﻌْﻟا

  “Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan di hari Qiamat. Barangsiapa yang mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah akan mempermudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aiba di dunia dan akhirat. Allah sentiasa bersedia menolong hambaNya selagi mana dia suka menolong saudaranya.”

  Our greatest glory isn’t in never failing, but in rising up every time we fail

  “kemenangan terbesar kita bukan terletak pada tidak pernah gagalnya kita, tetapi pada kemampuan kita untuk bangkit setiap kali terjatuh”

  PERSEMBAHAN

  Untuk Suamiku tercinta, “Debut Prima Wijaya” yang selalu memberikan Doa dan dukungannya, Bapak Ibuku “Rokhani dan Nining Triyani” yang selalu memberikan kasih sayang dan doa demi keberhasilanku. Putri tercintaku, “Nayra Shafira Wijaya” yang selalu menjadi penyemangat hidupku, dan teman-teman AHS’09 yang kebersamaannya selalu saya rindukan hingga saat ini.

  

ABSTRAK

  Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi

  Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga). Skripsi, Jurusan Syariah,

  Program Studi al Ahwal al Syakhsiyyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Munajat Ph.D.

  Kata Kunci: perkawinan, mahram dan mushaharah

  Penelitian ini berusaha menguak fenomena perkawinan terlarang yang banyak terjadi di masyarakat, salah satunya adalah perkawinan mahram

  

mushaharah /semenda yang dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Sidorejo.

  Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana makna teks Al Quran yang menjelaskan tentang larangan perkawinan mushaharah khususnya terhadap anak tiri? (2) bagaimana kronologi perkawinan mahram di Kecamatan Sidorejo? dan (3) apa yang menyebabkan terjadinya

  mushaharah

  perkawinan mahram mushaharah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan berfikir normatif.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan antara ayah dan anak tiri (rabibah) menurut hukum Islam adalah haram dan tidak ada syarat yang dapat menghapuskan hukum tersebut. Meskipun begitu, di wilayah Kecamatan Sidorejo dapat ditemui beberapa perkawinan antara ayah dan anak tirinya yang salah satunya memiliki kutipan akta nikah dan yang lain menikah dibawah tangan. Kedua subyek yang diteliti sama-sama memiliki latar belakang pengetahuan agama yang minim dan kedua subyek pada awalnya menikah secara terpaksa karena sudah berbadan dua akibat perbuatan ayah tirinya. Perkawinan mahram

  

mushaharah tersebut dapat terjadi dikarenakan faktor: a) dominasi orang tua

  terutama ayah terhadap anak; b) minimnya pengetahuan terhadap agama; c) cinta terlarang yang menafikan prinsip-prinsip Allah; d) kurangnya peran masyarakat sekitar khususnya tokoh agama serta e) kurangnya kecermatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Untuk menanggulangi agar perkawinan yang dilarang oleh Agama ini tidak terjadi lagi, maka diperlukan sinergi positif yang berkelanjutan antara pemerintah dan masyarakat untuk menolak dengan tegas dan memberikan sanksi kepada para pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perkawinan.

  

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

  Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

  melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan syafaatnya. Saya menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. oleh karena itu, Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Imam Soetomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga;

  2. Bapak Munajat Ph. D., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya guna membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini;

  3. Bapak Drs. Mubashirun, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga;

  4. Bapak Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal al Syakhshiyyah;

  5. Seluruh dosen STAIN Salatiga, yang selama 8 semester telah membagi ilmunya yang sangat bermanfaat;

  6. Suami dan orang tuaku yang telah turut serta membantu dan memberikan dukungan baik materi maupun non-materi;

  7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Teriring do’a dan harapan semoa amal baik dan jasa semua pihak tersebut diatas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT.Amin.

  Wassalamualaikum wr.wb.

  Rokhana Khalifah Al Amin

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

  BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A.Latar Belakang Masalah ........................................................................ 2 B.Fokus Penelitian .................................................................................. 6 C.Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 D.Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7 E.Penegasan Istilah ................................................................................... 7 F.Telaah Pustaka ....................................................................................... 8 G.Metode Penelitian .............................................................................. 12 H.Sistematika Penulisan ......................................................................... 17 BAB II. PERKAWINAN ................................................................................ 10 A.Definisi Perkawinan ........................................................................... 19 B.Tujuan Perkawinan menurut Hukum Islam .......................................... 21 C.Asas Hukum Perkawinan..................................................................... 27 D.Rukun dan Syarat Perkawinan ............................................................. 28 E.Macam-Macam Akad Nikah ................................................................ 32

  1.Akad Nikah Sah Murni dan Hukumnya ......................................... 33

  2.Akad Nikah Rusak dan Hukumnya ................................................ 34

  3.Akad Nikah Batil dan Hukumnya .................................................. 35

  F.Perempuan-Perempuan yang Diharamkan (Muharramat) ................... 37

  1.Keharaman Mutlak ........................................................................ 37

  2.Keharaman Sementara................................................................... 45

  BAB III. PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAN DI KECAMATAN SIDOREJO ...................................................................................... 49 A.Gambaran Umum Kecamatan Sidorejo ......................................... 49 B.Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo ............ 52 BAB IV. ANALISIS ........................................................................................ 58 A.Larangan Menikah dengan Anak Tiri ........................................... 58 B.Latar Belakang Terjadinya Perkawinan Mahram Mushaharah ...... 61 C.Dampak Perkawinan Mahram Mushaharah ................................. 65 D.Upaya Penanggulangan ................................................................ 67 BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 70 A.Kesimpulan ................................................................................. 70 B.Saran ........................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75 Lampiran-Lampiran ........................................................................................ 76 Riwayat Hidup Penulis..................................................................................... 80

  DAFTAR TABEL

  3.1. Data Pendidikan Terakhir Kecamatan Sidorerjo Bulan April 2013

  3.2. Data Mutasi Penduduk Kecamatan Sidorejo Bulan April 2013

  3.3. Data Pemeluk Agama Kecamatan Sidorejo Bulan April 2013

  3.4. Daftar Identitas Pelaku Nikah Mahram Mushaharah

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Laporan Monografi Dinamis Kecamatan Sidorejo Keadaan Bulan April 2013

  2. Daftar pertanyaan wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia yang menjalaninya,

  tujuan perkawinan salah satunya untuk membentuk sebuah keluarga yang harmonis yang dapat membentuk suasana bahagia demi terwujudnya ketenangan, kenyamanan bagi suami istri serta anggota keluarga. Islam dengan segala kesempurnannya, memandang perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena Islam memandang perkawinan merupakan kebutuhan dasar manusia, juga merupakan ikatan tali suci atau merupakan perjanjian suci antara laki-laki dan perempuan (Latief, 1982:12). Dalam Islam, perkawinan juga merupakan salah satu perintah yang diperuntukkan bagi kaum muslimin sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa “perkawinan yang sah menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau

  

mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah”(KHI:Pasal 1).

  Dalam Islam, perkawinan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan seksual seseorang secara halal serta untuk melangsungkan keturunannya dalam suasana saling mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) antara suami istri. Ini sesuai dengan bunyi pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yakni: “perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah

  

mawaddah warahmah ” (KHI:Pasal 3). Jadi, pada dasarnya perkawinan merupakan cara penghalalan terhadap hubungan antar dua lawan jenis yang semula diharamkan, seperti memegang, memeluk, mencium dan berhubungan intim. Allah berfirman:

  Nà6 uZ÷ t/ Ÿ @yèy_ ur $ygø Šs9Î) (#þqãZä3 ó¡ tFÏj9 % [` ºurø —r& öNä3 Å ¡ àÿRr& ô` ÏiB / ä3 s9 t, n=y{ ÷b r& ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ô` ÏBur

  

  tb r ã © 3 xÿtGtƒ

  5Qöqs)Ïj9 ;M »tƒU y y7 Ï9ºsŒ ’ Îû ¨b Î) 4 ºpyJ ômu‘ur Z o¨Šuq¨B

   “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar Ruum, 30:21).

  Perkawinan amatlah penting dalam kehidupan manusia, dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Islam mengatur masalah perkawinan dengan amat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia hidup berkehormatan. Hubungan manusia laki-laki dan perempuan ditentukan agar didasarkan atas rasa pengabdian kepada Allah sebagai Al Khaliq (Basyir, 1996:1).

  Diaturnya kehidupan manusia dalam perkawinan semata-mata adalah demi menjaga kehormatan mereka. Namun, moral manusia yang semakin menipis bahkan sebagian telah hilang, menjadikan mereka buta akan hukum yang mengatur dan membatasi hidup mereka. Dengan bangganya mereka menerobos batas-batas hukum tersebut, termasuk dalam masalah perkawinan ini. Mereka Padahal dalam perkawinan, mereka telah diatur oleh kaidah-kaidah hukum yang harus mereka taati. Khususnya bagi umat Islam, aturan ini telah ada sejak turunnya firman Allah yang mengatur tentang perkawinan.

  Dalam hukum perkawinan Islam dikenal sebuah asas yang disebut selektivitas. Artinya, bahwa seseorang ketika hendak melangsungkan pernikahan terlebih dahulu harus menyeleksi dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa ia terlarang untuk menikah (Amir, 2004:144). Hal ini untuk menjaga agar pernikahan yang dilangsungkan tidak melanggar aturan-aturan yang ada. Terutama bila perempuan yang hendak dinikah ternyata terlarang untuk dinikahi, yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahram (orang yang haram dinikahi).

  Sementara, sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia, muncul berbagai permasalahan di dalam kehidupan masyarakat terutama yang terkait dengan perkawinan. Salah satunya yakni sering ditemui perkawinan yang sebetulnya dilarang namun nyata terjadi dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya perkawinan yang terjadi antara saudara (hubungan nasab/incest), antar saudara sepersusuan, ataupun mushaharah/semenda. Hal tersebut dapat dikarenakan ketidaktahuan, pengetahuan agama yang minim, bahkan moral yang rendah. Sehingga meski mereka sudah mengetahui bahwa perkawinan tersebut dilarang, tapi tetap saja aturan yang haq tersebut dilanggar dan terjadilah perkawinan yang terlarang tersebut. Bila perkawinan dilakukan atas dasar cinta, hal ini menabrak garis haram yakni perzinahan. Bila tanpa cinta, menabrak garis haram pemerkosaan dan perampasan hak perempuan. Bahkan perkawinan seperti ini tentu terjadi secara illegal entah itu nikah dibawah tangan atau pemalsuan data nikah saat pendaftaran nikah di KUA.

  Perkawinan-perkawinan terlarang yang banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat kini, sesungguhnya telah sejak lama diatur dalam Al Quran. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa yang berbunyi:

  N $oYt/ur ß öNä3 çG»n=»yz ur öNä3 çG»£J tã ur öNà6 è?ºuqyz r&ur öNä3 è?$oYt/ur öNä3 çG»yg¨Bé& öNà6 ø ‹n=tã ôM tBÌh ãm

  

  Ïpyè»|Ê § 9$# šÆ ÏiB Nà6 è?ºuqyz r&ur öNä3 oY÷è|Ê ö‘r& ûÓÉ L»© 9$# ãNà6 çF»yg¨Bé&ur ÏM ÷z W { $# N $oYt/ur ß Ë ˆ F { $#

  

  £` ÎgÎ/ OçFù=yz yŠ ÓÉ L»© 9$# ãNä3 ͬ!$|¡ ÎpS ` ÏiB Nà2 Í‘ qàf ãm ’ Îû ÓÉ L»© 9$# ãNà6 ç6Í´¯»t/u‘ur öNä3 ͬ!$|¡ ÎS àM »yg¨Bé&ur ô` ÏB tûïÉ ‹ © 9$# ãNà6 ͬ!$oYö/r& ã@Í´¯»n=ymur öNà6 ø ‹n=tæ yy $oYã_ x sù Ÿ Æ ÎgÎ/ OçFù=yz yŠ (#qçRqä3 s? öN© 9 b Î*sù

   

  #Y ‘ qàÿxî tb % x. ! $# © žc Î) 3 y# n=y™ ô‰s% $tB žw Î) û÷ütG÷z W È { $# šú ÷üt/ (#qãèyJ ôf s? b r&ur öNà6 Î7»n=ô¹ r& $V J ŠÏm§‘

  “diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha

  Berdasarkan pada ayat diatas, anak tiri termasuk dalam golongan wanita yang haram dinikahi, yang hal ini termasuk dalam perkawinan

  

mushaharah /semenda. Meskipun dalam ayat tersebut terdapat kata

Nà2 Í‘ qàf ãm’ Îû yang bermakna “dalam pemeliharaanmu”, sehingga makna ayat

  secara tekstual dapat menimbulkan kesimpulan, bahwa larangan menikahi anak tiri tidak berlaku mutlak ataupun menyeluruh. Secara tekstual ayat tersebut dapat bermakna bahwa larangan tidak berlaku bagi anak tiri yang tidak berada dalam pemeliharaan ayah tirinya. Sebaliknya, larangan hanya berlaku bagi anak tiri yang berada di bawah pemeliharaan ayah tirinya. Sehingga hal ini bisa saja dijadikan alasan bagi mereka para pelaku perkawinan terlarang khususnya perkawinan terlarang dengan anak tiri. Pengetahuan agama yang minim memungkinkan seseorang memaknai firman Allah secara tekstual. Padahal banyak makna yang terkandung di dalam firman Allah dalam Al Quran bukanlah makna tekstual melainkan kontesktual.

  Melihat kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, bahwa banyak kasus pernikahan terlarang termasuk pula yang terjadi di wilayah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Meskipun dalam setiap daerah, termasuk pula di Kecamatan Sidorejo, setiap Desa tentu dapat ditemui tokoh Agama, Ustadz, ataupun komponen masyarakat yang lain, namun keberadaan mereka tidak mampu melawan pernikahan terlarang yang nyata terjadi dihadapan mereka. Dari sinilah penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai pernikahan antar kerabat semenda yang terjadi di lingkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pemilihan tempat penelitian di lingkup Kecamatan Sidorejo ini dikarenakan terdapat dua kasus perkawinan yang terjadi antara ayah dan anak tirinya di lingkup Kecamatan Sidorejo.

  Perkawinan antar kerabat mushaharah ini sangatlah menarik untuk diteliti, oleh sebab itu, penulis mengangkat persoalan yang terjadi dalam masyarakat ini yang kemudian dirumuskan dalam sebuah judul penelitian “PERKAWINAN

  

MAHRAM MUSHAHARAH (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan

Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)”.

  B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka perlu dibuat rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan tema, yaitu:

  1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang definisi perkawinan mahram

  mushaharah ?

  2. Bagaimana kronologi terjadinya perkawinan mahram mushaharah di wilayah Kecamatan Sidorejo?

  3. Faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya perkawinan mahram

  mushaharah ?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang perkawinan mahram

  mushaharah ,

  2. Untuk mengetahui kronologi terjadinya perkawinan mahram mushaharah yang terjadi di lingkup Kecamatan Sidorejo,

  3. Untuk mengetahui sebab terjadinya perkawinan mahram mushaharah,

  D. Kegunaan Penelitian

  1. Manfaat teoritis

  a) Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh; b) Dapat menambah wawasan atau memberikan sumbangan informasi tentang Hukum Islam khususnya dalam masalah hukum perkawinan; c) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

  2. Manfaat Praktis

  a) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemecahan masalah yang di hadapi oleh masyarakat, tokoh masyarakat dalam penyelesaian kasus perkawinan yang jelas-jelas dilarang oleh Undang-Undang maupun Al Quran khususnya di wilayah hukum Salatiga; b) Memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy).

  E. Penegasan Istilah

  1. Perkawinan: perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah.

  2. Mushaharah: Ditinjau dari segi bahasa, muhrim mushaharah terdiri dari dua kata yaitu muhrim dan mushaharah. Muhrim atau mahrom berasal dari kata harama yang artinya “mencegah”, bentuk mashdar dari kata harama, yang artinya yang diharamkan atau dilarang. Dengan demikian, maka mahrom secara istilah adalah orang yang haram, dilarang atau dicegah untuk dinikahi. Sedangkan mushaharah menurut Abdurrahman al-Juzairi dalam kitab Fiqh Ala

  Madzahibil Arba’ah , adalah sifat yang menyerupai kekerabatan. Mushaharoh menurut istilah ialah hubungan kekeluargaan sebab adanya ikatan pernikahan.

  Jadi apabila kata mahram dan mushaharah digabung dapat diartikan orang- orang yang haram, dilarang atau dicegah untuk dinikahi sebab adanya ikatan kekeluargaan dari hasil suatu pernikahan. Dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibn Rusyd disebutkan bahwa orang- orang yang haram dinikahi karena muhrim mushaharah ada empat macam yaitu ibu dari istri (mertua), anak (bawaan) istri yang telah dicampuri (anak tiri), istri bapak (ibu tiri), istri anak (menantu).

F. Telaah Pustaka

  Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa.

  Penelitian ini tentu saja bukan merupakan penelitian pertama yang mengangkat permasalahan perkawinan terlarang yang terjadi di kehidupan masyarakat. Ada beberapa penelitian terkait dengan perkawinan yang dilarang oleh Agama maupun Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. salah satunya yang telah dilakukan oleh mahasiswa jurusan Syariah Program Studi Ahwal al Syakhshiyyah STAIN Salatiga, yang tentunya dengan fokus dan permasalahan yang berlainan.

  Penelitian terhadap perkawinan yang terlarang, sebelumnya pernah dilakukan oleh Pamungkas (2008), dengan judul “Poligami Dengan Mahram

  

Ghairu Mu’abbad (Studi Kasus di Dukuh Banjaran Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga)” dengan menggunakan metode penelitian

  yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian oleh Pamungkas ini

  field research

  mengangkat permasalahan perkawinan yang terjadi di dalam masyarakat di Dukuh Banjaran Kota Salatiga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas, ditemukan beberapa kasus perkawinan yang diharamkan namun kenyataannya, perkawinan tersebut terjadi di masyarakat. Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan yang terjadi dengan istri kedua yang berstatus

  

mahram ghairu mu’abbad. Dalam skripsinya, Pamungkas mencantumkan

  kategori perempuan yang berstatus mahram ghairu mu’abbad yakni saudara perempuan kandung istri, bibi istri dari pihak ayah dan dari pihak ibu, perempuan yang sedang iddah, perempuan yang masih dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, dan perempuan yang ditalak tiga sebelum ada muhallil. Perempuan tersebut boleh dinikah jika hilang sebab yang mengharamkannya. Dalam penelitiannya, ia berfokus pada poligami dengan perempuan yang haram dinikahi sementara oleh laki-laki yang telah memperistri saudara kandungnya. Penelitian ini menjelaskan bahwa di dukuh Banjaran terdapat pernikahan dengan mahram

  

ghairu mu’abbad, beberapa kasus ditemukan menikah secara sah dihadapan

  petugas KUA, dan sebagian lain menikah tanpa dicatatkan. Pernikahan tersebut menimbulkan dampak yakni batalnya pernikahan secara hukum Islam ataupun Undang-Undang kecuali hilang sebab keharamannya.

  Beragam problematika seputar perkawinan banyak ditemui di sekitar kita. Maka dari itu tidak sedikit pula penelitian yang bertemakan perkawinan khususnya permasalahan yang terjadi dalam perkawinan, proses perkawinan, dan apapun yang berhubungan dengan perkawinan. Seperti yang dilakukan oleh mahasiswi STAIN Salatiga, Sariyanti (2007) dengan judul penelitiannya

  

“Dispensasi Kawin Karena Hubungan Luar Nikah” . Penelitian tersebut berangkat

  dari problematika yang terjadi di masyarakat yakni maraknya pemuda pemudi yang melakukan hubungan luar nikah hingga hamil dan yang lebih parah, perilaku menyimpang tersebut dilakukan pula oleh anak-anak dibawah umur. Dalam penelitiannya Sariyanti menganalisis dua kasus pengajuan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2005. Kedua kasus tersebut serupa yakni para pemohon atau calon mempelai yang mengajukan permohonan seluruhnya berusia dibawah ketentuan minimal usia perkawinan yang disebut dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 7 (1). Usia minimal bagi pasangan calon mempelai adalah 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita. Dalam pertimbangan hakim memberikan dispensasi nikah berlandaskan pada kaidah:

  ﺢﻟﺎﺼﻤﻟا ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ مﱠﺪﻘﻣ ﺪﺳﺎﻔﻤﻟا ءرد

  “Menolak bahaya didahulukan atas mendatangkan kebaikan”

  ُلاَﺰُﯾ ُرَﺮَﻀْﻟا “Kemadharatan harus dihilangkan”

  Hakim berpendapat jika tidak segera dinikahkan maka akan menambah dosa dan terjadi perkawinan bawah tangan yang akan mengacaukan proses-proses hukum yang terjadi berikutnya atau mengacaukan hak-hak anak yang dilahirkan.

  Hampir serupa dengan penelitian Sariyanti, Maimun (2007) yang juga mahasiswi STAIN Salatiga melakukan penelitian di wilayah Sumatra Selatan yang marak terjadi perkawinan di bawah umur. Dalam penelitiannya yang berjudul “Pernikahan di Bawah Umur di Kalangan Orang Sumatra”, Maimun memaparkan beberapa faktor yang mendorong terjadinya fenomena nikah bawah umur di Lubuk Linggau Sumatra. Faktor pertama yang ia sebutkan dan berpengaruh besar adalah kehendak sewenang-wenang orang tua terhadap anaknya. Anak tidak mampu menolak perintah orang tua, mayoritas anak terlalu lemah untuk menentang kehendak orang tuanya. Faktor lainnya adalah kemauan anak itu sendiri karena melihat kawan-kawan seusianya yang sudah menikah.

  Adat dan budaya juga berperan dalam hal ini, kebiasaan masyarakat memberikan stempel untuk anak yang belum juga menikah dengan stempel “perawan tua” atau “tidak laku” membuat alam bawah sadar anak bekerja bahwa ada keharusan untuk segera menikah meski umur belum memenuhi batas minimal yang ditetapkan undang-undang. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat membuat

  Faktor agama ternyata juga berperan dalam hal ini, masyarakat Lubuk Linggau berpedoman pada Siti Aisyah yang juga menikah di usia dini dengan Nabi Muhammad. Terjadinya perkawinan di bawah umur di Lubuk Linggau juga disebabkan pada kekhawatiran orang tua terhadap anaknya bila terjerumus dalam lembah maksiat. Oleh karena itu, perkawinan merupakan jalan yang terbaik yang ditempuh meski anak belum mampu secara material dan immaterial. Dari penelitian Maimun pula, ditemukan bahwa dampak negatif dari perkawinan bawah umur tersebut adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga, seringnya cekcok dan cemburu yang berlebihan.

G. Metode Penelitian

  Untuk mengetahui adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan di perlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu kegiataan untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan (Narbuko, 1997:23).

  Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, bertujuan untuk memahami keadaan atau fenomena, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2006:6).

  Landasan berfikir dalam penelitian ini menggunakan landasan berfikir normatif, yakni metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder (Soekanto, Mamudji, 2001:13). Dalam hal ini landasan berfikir menggunakan dalil-dalil yang terdapat dalam al quran. Penelitian ini untuk mengidentifikasi konsep, asas, serta prinsip syariah yang digunakan untuk mengatur permasalahan mengenai perkawinan (Sedarmayanti, Hidayat, 2002:23).

  2. Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, dengan pertimbangan bahwa di lingkup Kecamatan Sidorejo ditemui dua kasus pernikahan yang sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Undang-Undang maupun Hukum Islam. Salah satu pelaku berada di wilayah kecamatan Sidorejo dan yang lain berada di wilayah kecamatan Salatiga. Penelitian ini dilakukan terbuka dengan memberitahukan kepada para objek penelitian dan para informan mengenai penelitian yang dilakukan.

  3. Sumber Data

  a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Data ini didapat dari informan, atau peristiwa-peristiwa yang diamati seperti wawancara, dokumentasi dan observasi (Moelong, 2006:157).

  1) Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2001:25). Untuk memperoleh data yang valid, dilakukan wawancara langsung terhadap beberapa subyek diantaranya para pelaku, keluarga pelaku, tetangga sekitar tempat tinggal pelaku, tokoh masyarakat setempat, para saksi nikah, Kiai/Ustadz yang mengetahui terjadinya perkawinan mushaharah, pembantu PPN, dan tokoh masyarakat yang menikahkan para pelaku.

  2) Dokumentasi Setelah didapat data dari hasil wawancara, sebagai penunjangnya diperlukan pula dokumen-dokumen seperti KTP para pelaku, Kartu Keluarga, salinan Akta Perkawinan bila ada. Dokumen dokumen ini diperlukan untuk mengecek keabsahan hasil wawancara yang dilakukan dengan para pelaku perkawinan.

  3) Observasi.

  Observasi adalah studi yang disengaja, sistematis tentang fenomena sosial gejala-gejala psikis, dengan jalan pengamatan. Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti (Narbuko, 1997:37).

  Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebagai pelengkap dan peneliti bertindak sebagai pengamat penuh yakni mengamati objek yang terjadi di situasi sebenarnya dalam kesehariannya. Dari observasi ini, peneliti dapat mengetahui tingkah laku, latar belakang sosial dan agama, intensitas interaksi sosial beragama. Sehingga dari data observasi penulis dapat menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perkawinan mahram mushaharah. b.Data Sekunder

  Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari Al-Quran, Al-Hadist, perundang-undangan, buku dan literatur yang ada kaitannya dengan materi yang diteliti. Al Qur’an menjadi landasan utama teori dalam data sekunder ini, disamping itu, data pustaka juga digali dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, buku-buku mengenai fiqh munakahat, hukum perkawinan Islam, dan artikel- artikel dari website.

4. Metode Analisa Data

  Setelah data di kumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya adalah tahap analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalaan yang diajukan dalam penelitian. Adapun metode analisa data yang dipilih adalah model analisa interaktif. Didalam model analisa interaktif menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006:113) terdapat tiga komponen pokok berupa: a. Reduksi data

  Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. b. Sajian Data Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada anailisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, c. Penarikan kesimpulan

  Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus di uji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisisnya adalah sebagai berikut : Langkah pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.

5. Tahap-Tahap Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama observasi awal lapangan, kemudian peneliti menentukan topik penelitian dan mencari informasi umum mengenai adanya perkawinan terlarang yakni perkawinan mahram

  

mushaharah . Tahap selanjutnya, peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data

  informan dan pelaku, juga melakukan observasi dan wawancara terhadap pelaku dan para informan lain yakni keluarga pelaku, tokoh masyarakat/agama sekitar dan para tetangga. Tahap akhir yakni penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis data/temuan kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif dengan pendekatan normatif.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan penelitian, maka secara garis besar dapat di gunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAGIAN PERTAMA : Bagian ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka terhadap penelitian terdahulu untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, analisis data, tahap-tahap penelitian, dan terakhir yakni sistematika pembahasan.

  BAGIAN KEDUA: Dalam bagian kedua ini, berisi tinjauan umum tentang perkawinan, tujuan perkawinan, dasar hukum perkawinan, syarat sah perkawinan, macam-macam akad nikah dan akibat hukumnya, dan perkawinan yang diharamkan.

  BAGIAN KETIGA: dalam bagian ini, memaparkan seluruh hasil penelitian yang peneliti lakukan meliputi letak geografis, kondisi sosial keagamaan, gambaran penduduk Kecamatan Sidorejo, budaya, kehidupan beragama, profil pasangan pelaku perkawinan muhrim mushaharah dan data yang berkaitan dengan kasus perkawinan mushaharah. BAGIAN KEEMPAT: bagian ini berisi analisis praktek perkawinan muhrim

  

mushaharah , berupa sebab-sebab dan dampak perkawinan muhrim mushaharah, pendapat-pendapat tokoh agama, tokoh masyarakat terhadap praktek perkawinan muhrim mushaharah dan solusi untuk mengatasi permasalahan masyarakat seperti ini. BAGIAN KELIMA: berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diberikan penulis kepada pihak-pihak yang tekait dengan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN A. Definisi Perkawinan Dalam bahasa Arab kata “nikah” ( ) diartikan adh-dhamm

  حﺎـــﻜﻧ

  (berkumpul atau bergabung) dan al-ikhtlath (bercampur). Dalam bahasa Arab misalnya dikatakan:

  ُة رﺎَܥـ ْ ﺷﻷا ْ ﺖَﺤـَ ﻛ ﺎَﻱَﻰَﺗ

  Artinya: Pohon-pohon itu kawin; dimaksudkan ketika bergabung satu dengan yang lain. Atau jika dikatakan:

  َ ضْ رﻷا ُ ﺮ َ ﻄــﻤْ ﻟا َ ﺢَ ﻜـَﻧ

  Artinya:Hujan itu bergabung dengan tanah; maksudnya ketika air hujan itu bercampur dengan tanah (Azam, Hawwas, 2009:37).

  Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi yang dikutip oleh Dr.H. Abd. Rahman Gazaly (2006:8) di antaranya adalah:

  ِ عﺎَﺘْ ﻤِ ﺘ ْ ﻐﺳا ﻞِ ܩَ وِ ةَ ا ْ ﺮَ ﻤْ ﻟ ِ ِ ﻞُܢ ﺮﻟا ِ عﺎَﺘْ ﻤِ ﺘ ْ ﻐﺳا َ ْ ُﻫ ﺎًﻉْ َ ﴍ ُ جا َ و ﺰ ِ ﻣَﺪْ ِ ﻔُ ﯿـِ ﻟ ُعِرﺎ ﺸﻟا ُﻪَﻌ َ ﺿَ وٌﺪْﻘَﻋَ ﻮ ﻟا ِﻞُܢ ﺮﻟا ِ ِ ةَ ا ْ ﺮَ ﳌا ِ عﺎَﺘْ ﻤِ ﺘ ْ ﻐﺳا ﻞِ ܩَ و ِ ةَ ا ْ ﺮَ ﻤْ ﻟا

  “Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk

  membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.”

  Ghazaly mengutip dari Abu Yahya Zakariya Al-Anshary dalam Fath al Wahhab

  juz 2 :

  ِ ﻩِﻮْ َ ﳓ ْ وَ أ ٍ ح َ ﲀْﻮا ِﻆِ ﻔْ ﻠِﺑ ٍ ﺊ ْ ﻃَ وَ ﺔَܩ َ ِ ا ُ ﻦ ﻤ َ ﻀَﺘَﯾ ٌﺪْﻘَﻋَ ﻮُﻫ ﺎًﻉْ َ ﴍ ُ ح َ ﲀ ﻨﻟ َا

“Nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung ketentuan

hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata- kata yang semakna dengannya”.

  Imam Syafi’i mengartikan nikah sebagai suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan menurut arti majazi, nikah itu artinya hubungan seksual. Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah menurut arti asli dapat juga berarti aqad, dengan nikah menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita (Ibrahim, 1971:65). Sedangkan dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis atau melakukan hubungan kelamin (DepDikbud, 1994:456).

  Para ulama merinci makna lafal nikah menjadi empat macam. Pertama, nikah diartikan percampuran suami istri dalam arti kiasan. Kedua, sebaliknya nikah diartikan percampuran suami istri dalam arti sebenarnya dan akad berarti kiasan. Ketiga, nikah lafal musytarak (mempunyai dua makna yang sama).

  Keempat, nikah diartikan adh-damm (bergabung secara mutlak) dan al-ikhtilath

  (pencampuran). Dari keterangan tersebut, jelas bahwa nikah diucapkan pada dua makna yaitu akad pernikahan dan hubungan intim antara suami dan istri. Nikah menurut syara’ maknanya tidak keluar dari dua makna tersebut (Azzam, Hawwas, 2009:38).

Dokumen yang terkait

Potensi Konflik Perkawinan Adat Batak Toba (Studi Deskriptif Pada Pasangan Kristen Yang Menikah Tanpa Adat di Kecamatan Sumbul-Sidikalang)

5 68 102

PERAN BADAN PENASIHATAN PERKAWINAN DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH (Studi Kasus di Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kantor Urusan Agama Kecamatan Klojen, Kota Malang)

0 29 2

Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan Usia Dini

3 37 54

Pelaksanaan Perkawinan Sebagai Sanksi Bagi Pelaku Khalwat Dalam Persepektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Atudi di Kota Langsa)

0 0 11

Strategi Mempertahankan Status Perkawinan Pasangan Married By Accident di Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

0 0 18

PENGHAMBAAN ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI (Studi Kasus Pada Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga) SKRIPSI

0 0 91

PERJANJIAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tingkir Kotamadya Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 125

PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama di Kelurahan Bugel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 0 139

POLA ASUH DI PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN SANTRI (Studi Pada Pondok Pesantren Ittihadul Asna Klumpit, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) SKRIPSI

0 7 147

POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Isl

0 0 112