PENGHAMBAAN ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI (Studi Kasus Pada Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga) SKRIPSI

  PENGHAMBAAN ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI (Studi Kasus Pada Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  O l e h : ANITA YOHANNA NIM : 21211004

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

  

FAKULTAS SYARI

’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

  

MOTTO

“Hanya laki-laki mulia yang akan memuliakan perempuan,

dan hanya laki- laki hina yang akan menghinakan perempuan”.

  

(Ali bin Abi Tholib)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini

aku persembahkan untuk :

  

1. Bapak - Ibu tercinta

yang doa-doanya selalu menyertai langkahku.

  

2. Suamiku dan anak-anakku tercinta, atas doa dan dukungannya.

  

3. Kakak dan adikku tercinta, doaku semoga kalian bahagia

  

4. Rekan-rekan mahasiswa non reguler angkatan 2011,

terima kasih atas motivasi dan

kebersamaannya.

  

ABSTRAK

  Anita Yohanna. 2016. Penghambaan Istri Terhadap Suami Antara Doktrin dan Tradisi (Studi Kasus Pada Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga).

  Skripsi. Jurusan Syari’ah. Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing :Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.

  Kata Kunci : Penghambaan Istri, Doktrin dan Tradisi.

  Pola hubungan suami-istri selalu menjadi bagian penting ketika kita berdiskusi persoalan gender dalam prespektif Islam. Salah satu pemicunya adalah adanya teks-teks, baik bersumber dari doktrin maupun tradisi yang berdampak pada ketidaksetaraan hubungan suami-istri, bahkan menjurus pada penghambaan. Kejadian ini sudah menjadi fenomena umum, baik pada masyarakat berpendidikan rendah maupun masyarakat berpendidikan tinggi, termasuk di wilayah Cabean. Untuk itu peneliti mengkajinya dalam sebuah skripsi dengan tujuan: Untuk mengetahui bentuk-bentuk penghambaan istri terhadap suami di Cabean RT 05 RW

  01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga; Untuk mengetahui apakah penghambaan istri terhadap suami di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga atas dasar doktrin atau tradisi.

  Beberapa tahapan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah : penetapan pokok masalah dan tujuan penelitian dilanjutkan dengan mengumpulkan data penghambaan istri terhadap suami di wilayah Cabean serta studi kepustakaan sebagai pendukung. Metode yang peneliti gunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Sedang pendekatan yang digunakan adalah diskriptif kualitatif.

  Teori utama yang digunakan adalah “bahwa penghambaan istri terhadap suami bertentangan dengan pola relasi suami-istri yang dibangun Islam, yaitu dan sakinah mawaddah wa rahmah dalam dibingkai

  mu`asyarah bi al-ma`ruf rahmatan lil `alamin”.

  Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa pola penghambaan istri terhadap suami meliputi: melakukan pekerjaan rumah tangga; mengasuh dan mendidik anak; melayani kebutuhan seksual suami; dan berpartisipasi mencari nafkah. Dalam tradisi Jawa diungkapkan bahwa istri adalah konco wingking yang wilayahnya kasur, sumur, dan dapur. Ungkapan lainnya adalah swargo nunut

  

neroko katut. Tradisi tersebut akan membawa perempuan sebagai istri dalam situasi

  penghambaan. Berdasarkan wawancara terhadap para istri yang berjumlah empat (4) orang ditemukan bahwa satu (1) orang istri melakukan penghambaan terhadap suami berdasarkan doktrin, dan tiga (3) orang istri berdasarkan tradisi.

  Mengingat keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, tidak akan lahir dari suami-istri yang melanggengkan kekerasan dan penghambaan, maka membangun pola hubungan suami-istri atas dasar toleransi dan kesetaraan adalah sebuah kewajiban.

  

KATA PENGANTAR

Bagi peneliti, skripsi merupakan salah satu tugas yang berat dan melelahkan.

  Tapi, berkat kesabaran, keikhlasan dan ketulusan hati, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi sebagai kewajiban setiap mahasiswa dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan dengan judul: PENGHAMBAAN

  ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI (Studi Kasus Pada Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga).

  Dengan selesainya skripsi ini, peneliti sangat bersyukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Disamping itu, dari hati yang paling dalam, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. yang dengan sabar membimbing peneliti hingga selesainya penelitian skripsi ini.

  3. Bapak/Ibu dosen Jurusan Syari’ah yang dengan ikhlas dan tidak pernah bosan berbagi ilmu dengan para mahasiswa.

  4. Para karyawan IAIN Salatiga yang memberikan kemudahan dalam pelayanan.

  5. Teman-teman Jurusan Ahwal al Syakhshiyyah non reguler angkatan 2011 yang telah menjadi inspirasi, motivasi, dan penyemangat.

  Peneliti selalu berharap dan berdoa, semoga bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti akan menjadi catatan amal baik dan mendapat balasan yang lebih besar dan berlipat ganda dari

  Allah SWT. Amin … Salatiga, 12 Februari 2016

  Peneliti

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN

  ……………………………………………….. ii NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iv MOTTO ......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

  BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 5 E. Penegasan Istilah ..................................................................... 6 F. Kajian Pustaka ......................................................................... 7 G. Metode Penelitian ................................................................... 11 H. Sistematika Penelitian ............................................................. 15

  BAB II. PENGHAMBAAN ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI ................................................................................ 16 A. Pola Relasi Suami Istri Prespektif Islam ..................................... 16

  1. Pernikahan Dalam Islam ......................................................... 16

  2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Prespektif Islam ................... 19

  3. Pola Relasi Suami Istri Prespektif Islam ................................. 24

  B. Pola Relasi Suami Istri Dalam Tradisi Jawa ............................... 29

  1. Pernikahan Dalam Tradisi Jawa .............................................. 29

  2. Hak dan Kewajiban Suami Dalam Tradisi Jawa ..................... 31

  3. Hak dan Kewajiban Istri Dalam Tradisi Jawa ......................... 33

  4. Pola Relasi Suami Istri Dalam Tradisi Jawa ........................... 36

  C. Pengaruh Tradisi Pada Perilaku Suami Istri Masyarakat Muslim Jawa .......................................................... 42

  BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN ................................................ 47 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 47

  1. Letak Geografis Dusun Cabean ............................................... 47

  2. Kondisi Sosial Keagamaan dan Pendidikan Cabean ................ 48

  B. Profil Penghambaan Istri Terhadap Suami Antara Doktrin dan Tradisi .......................................................... 51

  BAB IV. ANALISIS PENGHAMBAAN ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI ............................................. 58 A. Bentuk-bentuk Penghambaan Istri Terhadap Suami ................ 58 B. Perbedaan Persepsi Penghambaan Istri Terhadap Suami ......... 64

  C.

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghambaan Istri Terhadap Suami ...................................................................... 66

  D. Mendayung Antara Doktrin, Tradisi dan Modernitas ............ 73

  BAB V. PENUTUP .................................................................................... 75 A. Kesimpulan ............................................................................ 75 B. Saran ......................................................................................... 75 C. Penutup .................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78 LAMPIRAN

  • – LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Komposisi Jumlah Penduduk Islam Cabean RT 05 RW 01.

  2. Tabel 2. Jumlah Sarana Tempat Peribadatan Cabean RT 05 RW 01.

  3. Tabel 3. Komposisi Saran Pendidikan Cabean RT 05 RW 01.

  4. Tabel 4. Data Responden Penghambaan Istri Terhadap Suami Antara Doktrin dan Tradisi

  5. Tabel 5. Daftar Pertanyaan dan Jawaban Responden tentang Penghambaan Suami Terhadap Istri antara Doktrin dan Tradisi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama memberikan perhatian sangat besar terhadap

  pentingnya institusi keluarga. Oleh karena itu berbagai persoalan keluarga, mulai dari memilih pasangan hidup, tata cara pernikahan, tata krama hubungan suami istri, pendidikan anak, hak waris dan lain-lain, secara komprehensif diatur didalamnya. Berbagai aturan tersebut pada umumnya merujuk pada Al Qur`an, Hadis dan Sunah Nabi meskipun hanya garis besarnya saja yang kemudian diikuti dan diperkuat oleh berbagai pendapat para ulama.

  Prinsip fundamental al Qur`an sebagai sumber utama hukum Islam adalah kesetaraan, kebebasan, dan keseimbangan. Prinsip ini sesuai dengan esensi kekuatan Islam yang karakternya liberatif, progresif dan humanis (Ali, 1990:30). Tiga prinsip tersebut berlaku pada semua ranah sosial kehidupan, tak terkecuali dalam pola hubungan laki-laki-perempuan. baik di rumah maupun di luar rumah.

  Will Durant, ketika menulis jasa Rasulallah s.a.w. dalam meningkatkan dan memperbaiki hak-hak perempuan memberi catatan sebagai berikut.

  Dia mengizinkan perempuan mendatangi Masjid, dan bila mereka menghadiri khotbah-khotbahnya, dia memperlakukan mereka dengan baik, meskipun membawa bayi-bayi mereka, jika dia mendengarkan tangisan seorang anak, ia akan memperpendek khotbahnya, agar sang ibu tidak risau. Dia mengakhiri praktek pembunuhan bayi oleh bangsa Arab. Dia menempatkan perempuan sejajar dengan kaum pria dalam hukum, dan kebebasan finansial, mereka boleh melakukan profesi absah apapun, memiliki perolehannya, mewarisi kekayaan, dan menggunakan kepemilikannya sesuai keinginannya (Rahmat, 1994:125). Ketika seorang istri mengadu bahwa ia tidak lagi tahan hidup dengan suaminya dan takut tidak dapat melayani suaminya sebagaimana sepatutnya,

  Rasulullah s.a.w. menyuruh perempuan itu untuk mengembalikan maskawinnya dan menceraikannya. Peristiwa ini memberikan hak bagi perempuan untuk menceraikan suaminya dengan ketentuan hukum yang disebut khulu`. (Rahmat, 1994:127-128). Dalam kasus lain al Qur`an juga menyatakan:

  “…dan bagi orang

  laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan…” (Q.S. An Nisa`:32). Hal ini mengisyaratkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dan berhak menerima kompensasi dari apa yang telah diihtiarkan.

  Namun demikian, dibalik prinsip keadilan yang ditawarkan al Qur`an serta contoh indah yang dipraktekkan Rasulullah s.a.w., ada beberapa konsep yang diantaranya mengajarkan “adanya keharusan istri tunduk atau bahkan menghamba pada suami”. Dalam beberapa sumber, ajaran ini merujuk pada beberapa riwayat hadits Rasulullah diantaranya menyatakan : Andaikan kuperintahkan seseorang untuk bersujud pada yang lain, niscaya kuperintahkan perempuan untuk bersujud pada suaminya. Dan seandainya seorang laki-laki memerintahkan istrinya agar memindahkan dari Jabal Ahmar ke Jabal Aswad lalu dari Jabal Aswad ke Jabal Ahmar maka istri harus melakukannya (Ibnu Majah I, tt: 569-570).

  Masih banyak riwayat hadits yang isinya mirip dengan hadits di atas. Hadis- hadis tersebut dalam analisis hadis dinilai da`if. Badriyah Fayumi & Alai Nadjib (2002:91) memberi penjelasan sebagai berikut : Telah terbukti bahwa hadis tentang sujud sebagaimana tersebut di atas adalah hadis da`if. Hadis yang da`if tidak sah menjadi landasan hukum, terlebih menjadi dasar normatif bagi segala tindakan yang subordinatif terhadap perempuan. Namun demikian, hadis ini relatif popular di kalangan masyarakat dan sering menjadi rujukan bagi legalitas teologis kewajiban ketaatan istri terhadap suami, bahkan dalam buku-buku terbaru akhir-akhir ini. Hadis ini sering menimbulkan dan menjadi sumber kesalahpahaman dalam memahami kedudukan perempuan dalam keluarga. Pola hubungan suami-istri sebagaimana hadis di atas secara prinsipal bertentangan dengan ajaran al Qur`an. Hal ini bisa dilihat, misalnya pernyataan Q.S. al Isro` : 17 “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam”. Bani Adam menyangkut laki-laki dan perempuan, karena itu menurut ayat ini, kedua-duanya sama-sama dimuliakan tanpa ada pembedaan jenis kelamin. Q.S. al Baqarah 187 juga menyatakan :

  “Mereka adalah pakaian (libas) bagimu dan kamu adalah pakaian bagi m ereka”. Hal ini mengisyaratkan bahwa keduanya saling membutuhkan dan yang satu tidak dapat sempurna tanpa kehadiran yang lain. (Asghar Ali, 2000 : 66).

  Kalangan ulama merumuskan bahwa hadits dikatakan sahih apabila: tidak bertentangan dengan akal sehat; tidak bertentangan dengan al Qur`an, hadis mutawatir dan ijma`; tidak bertentangan dengan amalan kebiasaan ulama salaf; tidak bertentang dengan dalil yang sudah pasti; tidak bertentangan dengan hadis ahad yang kualitas ke-sahih-annya lebih kuat (Syuhudi Ismail, 1995:126). Hadis tentang keharusan istri untuk sujud menghamba pada suami tidak memenuhi kreteria diatas, dengan demikian hadis tersebut benar-benar da`if dan tidak dapat dijadikan sebagai landasan hukum.

  Pola relasi suami-istri sebagaimana di atas sampai saat ini masih terjadi. Misalnya, seorang istri masih tetap rela hati taat dan setia mengabdi pada suami, tetap tinggal satu rumah meskipun suami melalaikan tanggung jawabnya (memberi nafkah), melakukan kekerasan fisik dan psikhis, melakukan pelanggaran syariat (mabuk, judi zina). Kenyataan demikian, apakah berawal dari pemahaman terhadap hadits-hadits diatas, atau bersumber dari tradisi yang mengakar kuat di masyarakat, atau bersumber dari ketidakpahaman akan hak dan kewajiban suami istri yang mengakibatkan ketidakberdayaan perempuan sebagai istri untuk bersikap

  Untuk membahas berbagai persoalan di atas penulis akan membedahnya dalam sebuah skripsi dengan judul “Penghambaan Istri Terhadap Suami Antara Doktrin dan Tradisi (Studi Kasus Pada Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga)”.

  B. Rumusan Masalah Dengan merujuk pada pembahasan latar belakang di atas, maka yang

  menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimana bentuk-bentuk penghambaan istri terhadap suami di Cabean RT

  05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga ? 2. Apakah penghambaan istri terhadap suami di Cabean RT 05 RW 01

  Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dilakukan atas dasar doktrin atau tradisi ?

  C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan pokok masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penghambaan istri terhadap suami di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

  2. Untuk mengetahui apakah penghambaan istri terhadap suami di Cabean RT

  05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga atas dasar doktrin atau tradisi.

D. Kegunaan Penelitian

  Pelaksanaan penelitian diharapkan akan memberi manfaat, baik secara teoritik maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Manfaat Teoritik.

  Manfaat teoritik dari penulisan skripsi ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan pernikahan.

2. Manfaat Praktis

  Adapun manfaat praktisnya adalah memberikan tambahan wacana bagi dunia akademis, masyarakat serta dapat memberikan pencerahan suami-istri dalam memaknai pernikahan sehingga dapat menjalankan kehidupan berumah tangga sesuai ajaran Islam.

E. Penegasan Istilah

  Untuk lebih mudah memahami judul skripsi di atas, maka ada beberapa istilah yang perlu penulis jelaskan, yaitu:

  1. Penghambaan.

  Penghambaan adalah kata kerja dari hamba yang diantaranya bermakna memperlakukan diri sebagai hamba (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 163). Adapun maksud penghambaan dalam skripsi ini adalah penghambaan istri terhadap suami, atau istri yang menghambakan dirinya terhadap suami sebagai upaya mewujudkan tujuan pernikahan (berumah tangga).

  2. Doktrin

  Doktrin adalah ajaran atau kepercayaan yang bersumber pada nilai keagamaan atau paham tertentu yang kebenarannya diakui dan dipraktekkan masyarakat yang meyakininya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 125). Adapun maksud doktrin dalam skripsi ini adalah ajaran agama tentang penghambaan istri terhadap suami yang dipraktekkan dalam berumah tangga.

3. Tradisi

  Tradisi adalah norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun menurun (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 583). Maksud tradisi dalam skripsi adalah norma dan adat kebisaan atau budaya Jawa yang masih dilakukan masyarakat dalam kaitanya dengan pernikahan dan berumah tangga, secara lebih khusus penghambaan terhadap suami di wilayah Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

F. Kajian Pustaka

   Pembahasan tentang hubungan suami-istri dalam rumah tangga dengan

  berbagai variasinya bukan hal yang baru, sebab sudah banyak yang membahasnya, baik dalam bentuk skripsi maupun buku, diantaranya dapat dilihat sebagai berikut : Skripsi Ketidakadilan Jender Dalam Rumah Tangga (Studi

  Analisis Surat An Nisa` Ayat 34) ditulis oleh Mukhlis Fajar Taufiq STAIN

  Salatiga 2005 memberikan kesimpulan diantarnya : Pertama; Gender (kenis kelamin sosial) peran yang diberikan masyarakat (sitem sosial) kepada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, peran tersebut dapat dipertukarkan pada waktu, tempat, serta situasi yang melingkupinya. Kedua; Konsep keadilan atau kesetaraan jender dalam Islam adalah : 1) Dimulai dari pernyataan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dari unsur atau jenis yang sama, sehingga hal ini harus berimplikasi pada pandangan bahwa laki-laki dan perempuan dari asalnya adalah setara, dan yang membedakannya (dihadapan Tuhan) kualitas ketaqwaannya dan (antar manusia) adalah realitas kemanusiaannya, 2) Bahwa manusia laki-laki dan perempuan di dunia ini adalah sebagai wakil Allah di bumi, sehingga diberi kepercayaan untuk mengelolanya dengan amalan yang sholeh, maka keduanya harus menjalin kerja sama, saling melengkapi dan menyempurnakan kekurangan yang lain. 3) Semua tindakan yang dilakukan, baik laki-laki maupun perempuan akan mendapat balasan yang setimpal, tanpa membedakan jenis kelamin pelakunya. Ketiga; Konsep Qowwam dalam relasi antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga yang terkandung dalam Q.S. An Nisa` : 34. harus dipahami dalam konteks sosial ayat tersebut diturunkan. Dengan kata lain kepemimpinan dalam rumah tangga tidak bersifat mutlak atau permanen dengan laki-laki. Siapapun (laki-laki atau perempuan yang telah dewasa) dapat menjadi pemimpin asalkan mampu menunjukkan kelebihannya (tentu saja dalam tataran kemanusiaan dan juga keagamaan

  • – ketaqwaan), seperti mampu memberikan nafkah kepada keluarganya, mampu memberi kan ”pencerahan” baik dalam hal pengetahuan maupun keagamaan..

  Jumiyati dalam sripsi Hak dan Kewajiban Suami Istri (Studi Komperasi Antara Fiqh dengan Fenomena Kesetaraan Gender) STAIN Salatiga 2005 memberikan kesimpulan diantaranya : pertama, hak suami istri adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang. Suami-istri punya kekuasan sendiri-sendiri untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan undang-undang dan keduanya harus memenuhinya. Kedua, kewajiban suami- istri menurut Islam adalah sesuatu yang dituntut syari’at untuk dikerjakan oleh suami-istri dalam berkeluarga dengan tujuan mempertahankan dan mencapai tujuan pernikahan. Ketiga; komparasi antara fiqh dan fenomena kesetaraan gender dalam hak dan kewajiban suami istri, ada kesamaan dan perbedaannya. Fiqh menetapkan suami adalah kepala atau pimpinan rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah tangga yang harus mengatur rumah tangga serta mendidik anak-anak yang dilahirkannya. Sedang fenomena sekarang, perempuan keluar rumah untuk berkarir dan bekerja sebagian adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun demikian apabila laki-laki dan perempuan disamakan dalam mencari nafkah adalah mustahil, sebab nafkah keluarga adalah kewajiban suami, bila suami tidak ada maka kepemimpinan dapat diambil alih perempuan sebagai istri.

  Fitria Awwalin dalam skripsi Kekerasan Terhadap Istri Dalam Rumah

  

Tangga (Studi Komparatif Terhadap Hukum Islam Dengan UU No. 23 Tahun

2004) STAIN Salatiga 2005, memberikan kesimpulan diantaranya sebagai

  berikut : Pertama; Kekerasan terhadap perempuan secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang melanggar, menghambat, meniadakan kenikmatan dan mengabaikan hak asasi perempuan serta perbuatan tersebut dapat mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis. Termasuk didalamnya ancaman, paksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik dalam kehidupan individu, berkeluarga, bermasyarakat maupun bernegara. Kedua; bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri dalam lingkup rumah tangga dapat dikatagorikan menjadi empat macam: kekerasan fisik, kekerasan psikhis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Ketiga; Islam mengecam segala bentuk penindasan, diskriminasi dan kekerasan baik di lingkup publik (masyarakat) maupun lingkup domestik (keluarga). Pemahaman yang bias terhadap teks al Qur`an dan Hadis mengenai masalah di atas dapat dimaklumi mengingat faktor kondisi sosio kultural yang melatar belakangi pemikiran masyarakat. Oleh karena itu sebuah rumah tangga harus dibangun dengan prinsip-prinsip antara lain : 1) Prinsip musyawarah dan demokrasi; 2) Prinsip penciptaan rasa aman, nyaman, dan tenteram dalam kehidupan keluarga; 3) Prinsip menghindari kekerasan; 4) Prinsip bahwa hubungan suami istri adalah sebagai patner; 5) Prinsip keadilan. Jika salah satu dari prinsip di atas tidak dijalankan, maka akan terjadi ketimpangan yang mengakibatkan kaburnya nilai-nilai manusiwi yang mestinya termanifestasi dalam keluarga. Keempat; Sepatutnya kita menyambut gembira dengan hadirnya UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebab dengan adanya undang-undang tersebut para korban kekerasan dalam rumah tangga memiliki payung hukum untuk mendapatkan keadilan ditengah kentalnya nuansa ideologi patriarkhi. Kelima; Dalam hubungan dengan KDRT, hukum Islam dan UU KDRT memiliki semangat yang sama. Asas yang melandasi keduanya adalah penghormatan terhadap martabat manusia, penghormatan terhadap perempuan sebagai manusia merdeka kaitanya dengan hak dan kewajiban suami istri, serta anti kekerasan dan diskriminasi. Sedang semangat al Qur`an dalam masalah KDRT merupakan paduan dari semangat: pembebasan (dari kekerasan riil yang dialami perempuan); perlindungan (dari berbagai bentuk dan pelaku kekerasan); pemberdayaan (dari lingkaran kekerasan yang selama ini membuat perempuan tidak berdaya); pemulihan (dari perempuan

yang dinistakan menjadi individu yang merdeka, terhormat, bermartabat di mata Tuhan dan Manusia). Sebuah semangat mengarah pada tujuan yang sama, yaitu penolakan terhadap segala bentuk kekerasan terutama yang mengarah pada perempuan. Hal ini secara tidak langsung merubah citra Islam, dari agama yang sangat dekat dengan kekerasan menjadi agama yang peduli pada perempuan sebagai manusia yang sering mendapat kekerasan karena kondisi yang ”terlanjur” melemahkan posisi perempuan.

  Tiga skripsi di atas umumnya membahas ketidakadilan gender yang berimplikasi kekerasan terhadap perempuan, baik dari sisi hukum maupun teologis, namun masih dalam sebatas kerangka teoritis. Sedang dalam skripsi peneliti yang kajian utamanya penghambaan istri terhadap suami, tidak hanya membahas kerangka teoritis saja, namun juga mengujinya dalam penelitian lapangan, yaitu di wilayah Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

G. Metode Penelitian

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

  ) dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif,

  research

  yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2001:3). Pendekatan ini di digunakan untuk menganalisis pendapat beberapa perempuan mengenai penghambaan istri terhadap suami.

  2. Kehadiran Peneliti

  Untuk memperoleh berbagai informasi serta menjaga akurasi data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti hadir langsung menjumpai dan mewawancarai beberapa orang perempuan di lokasi penelitian yang telah dipilih sebagai sampel yang ada kompetensinya dengan penelitian yang kriterianya sudah ditentukan.

  3. Lokasi dan Obyek Penelitian Yang menjadi lokasi penelitian skripsi ini adalah wilayah Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

  Sedang obyeknya adalah para istri yang kualifikasinya PNS, karyawan, buruh, dan ibu rumah tangga.

  4. Sumber Data a. Sumber data primer.

  Sumber data primer merupakan fakta atau keterangan yang langsung diperoleh melalui penelitian lapangan yang dalam hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan perempuan yang memenuhi kualifikasi penelitian, yaitu PNS, karyawan, buruh, dan ibu rumah tangga di lokasi penelitian.

  b. Sumber data sekunder.

  Sumber data sekunder merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang disesuaikan dengan pokok permasalahan dalam penelitian.

  5. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: a.

  Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah metode penelitian data bersandar pada dokumen tertulis; buku, agenda, arsip-arip, dan lain-lain (Arikunto, 1998 : 131). Metode ini digunakan untuk mengetahui data otentik tentang latar belakang pendidikan, pekerjaan perempuan yang menjadi obyek penelitian, jumlah penduduk, dan kondisi sosial keagamaan.

  b. Metode wawancara Wawancara atau interview adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih dengan berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat dan yang satu dapat mendengar sendiri (Sutrisno Hadi, 1986 : 136). Wawancara penulis lakukan terhadap perempuan di wilayah Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga yang sesuai dengan kualifikasi penelitaian.

  c. Studi Pustaka.

  Studi pustaka yaitu mempelajari dan menganalisa berbagai literatur kepustakaan yang berhubungan dengan pokok persoalan yang dibahas.

  Studi kepustakaan ini amat penting karena untuk mempertajam kerangka teoritik serta analisis terhadap pokok permasalahan.

  6. Analisis Data Dalam menganalisis hasil data yang diperoleh pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yakni berupa penjelasan kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dari hasil penelitian (Moleong, 2001 : 3). Pendekatan ini penulis gunakan untuk menganalisis berbagai pendapat perempuan dilokasi penelitian mengenai penghambaan istri terhadap suami.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Untuk menghindari ketidakakuratan data yang telah diperoleh, peneliti akan mengkonfirmasikannya terhadap berbagai pihak yang berkaitan. Misal; mengecek kembali hasil wawancara yang telah dilakukan. Bila ternyata belum mendapat penjelasan yang tepat bisa dilakukan wawancara ulang terhadap obyek penelitian.

  8. Tahap-tahap Penelitian Beberapa tahapan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut: a. Pemilihan pokok masalah yang menurut penulis menarik, problematis, dan terjangkau oleh penulis, yakni Penghambaan Istri Terhadap Suami Antara

  Doktrin dan Tradisi (Studi Terhadap Perempuan di Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga).

  b. Penyususunan proposal penelitian dilanjutkan permohonan ijin penelitian.

  c. Studi kepustakaan dan pengumpulan referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian.

  d. Mengumpulkan data dan pendapat mengenai penghambaan istri terhadap suami dari perempuan di wilayah Cabean RT 05 RW 01 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

  e. Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan hasil penelitian dengan beberapa analisisnya untuk kemudian diujikan.

H. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal skripsi berisi: cover luar, cover dalam, Lembar pengesahan, Persetujuan pembimbing, Pernyataan keaslian, Lembar motto, Kata pengantar, Daftar isi, Daftar table.

  Pada bagian isi skripsi didalamnya terdiri dari lima bab. Keseluruhannya dapat dilihat sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, menguraikan; Latar belakang masalah; Pokok masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat penelitian; Penjelasan istilah; Telaah pustaka; Metode penelitian; dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II : Kajian pustaka penghambaan istri terhadap suami antara doktrin dan tradisi, membahas: Pola relasi suami istri prespektif Islam, dengan sub bahasan: Pernikahan dalam Islam; Hak dan kewajiban suami istri prespektif Islam; Pola relasi suami istri prespektif Islam. Pola relasi suami istri dalam budaya Jawa dengan sub bahasan: Pernikahan dalam tradisi Jawa; Hak dan kewajiban suami istri dalam tradisi Jawa; Pola relasi suami istri dalam tradisi Jawa. Pengaruh tradisi pada perilaku suami istri masyarakat Muslim Jawa.

  Bab III : Laporan Hasil Penelitian, berisi tentang : Gambaran umum Lokasi penelitian, Profil penghambaan istri terhadap suami antara doktrin dan tradisi. Bab IV : Analisis, yang membahas: Bentuk-bentuk penghambaan istri terhadap suami; Perbedaan persepsi penghambaan istri terhadap suami; Mendayung antara doktrin tradisi dan modernitas.

  Bab V : Penutup, yang berisi tentang ; Kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II PENGHAMBAAN ISTRI TERHADAP SUAMI ANTARA DOKTRIN DAN TRADISI A. Pola Relasi Suami Istri Perspektif Islam 1. Pernikahan Dalam Islam. Dalam Islam, nikah merupakan salah satu syariat Tuhan yang

  dianjurkan untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam suatu perkumpulan kekeluargaan penuh cinta, kasih sayang dan berkah, yang dalam Al Qur’an diungkapkan dengan kalimat mawaddah wa ar-rahmah (Q.S. ar Rum : 31). Dengan nikah, laki-laki maupun perempuan, bisa melaksanakan apa saja yang sebelumnya dilarang, misalnya hubungan seksual.

  Secara literal kata nikah itu berarti ``hubungan seksual``. Sebagai istilah hukum, kata ini menunjukkan situasi yang diakibatkan dari perjanjian

  (aqad) khusus antara pria dan wanita, yang dengan perjanjian ini hubungan

  seksual diantara mereka menjadi sah di mata Tuhan dan masyarakat (Murata, 2001: 1). Dengan pernikahan itu pula, laki-laki dan perempuan bisa tinggal dan hidup bersama sebagai suami istri serta bebas melakukan berbagai aktifitas untuk mencapai tujuan-tujuan pernikahan.

  Tujuan pernikahan tidak hanya sekedar melegalkan hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan saja, namun memiliki tujuan-tujuan kemanusiaan yang lebih agung diantaranya sebagai berikut: a.

  Membina kehidupan keluarga bahagia sejahtera.

  b.

  Hidup cinta mencinta dan kasih mengasihi.

  c.

  Melanjutkan dan memelihara keturunan umat manusia.

  d.

  Membentengi diri dari perbuatan maksiat atau dengan kata lain menyalurkan naluri seksual secara halal.

  e.

   Membina hubungan kekeluargaan dan mempererat silaturrahmi antar keluarga (Depag RI, 2004: 1).

  Dalam beberapa hadis Rasulullah s.a.w, nikah hanya sebatas anjuran dan bukan kewajiban, namun anjuran ini bobotnya bisa berubah-ubah. Bisa anjuran (sunnah) ini menjadi wajib, bisa menjadi makruh, bisa menjadi hukum asalnya (sunnah), dan bisa pula menjadi wenang (jaiz), tergantung pada situasi dan kondisi yang melingkupinya. Dalam Bukhori Juz I (1950: 304) Rasulullah s.a.w. bersabda:

  Nikah adalah sunahku (peraturanku), barang siapa tidak suka dengan sunnahku, maka ia tidak termasuk umatku (H.R. Bukhori).

  Asbab al Wurud hadis tersebut adalah adanya keinginan beberapa sahabat Rasulullah s.a.w. diantaranya Usman ibn Mahdun dan Abdullah ibn Umar yang mengutarakan keinginannya hidup membujang untuk kemudian berkhidmat dan beribadah kepada Allah. Mendengar kabar itu, maka Rasulullah s.a.w. memberikan reaksi diantaranya dengan memberikan pernyataan sebagaimana termaktub dalam hadis di atas.

  Pernikahan pada hakekatnya sangat berhubungan erat dengan keberlangsungan dan kehormatan kehidupan seseorang, maka sudah sewajarnya bila banyak mendapat perhatian dari Rasulullah s.a.w. Pernikahan juga merupakan penyempurna kehidupan dan nilai ibadah seseorang. Oleh karena itu Nabi memerintah segera menikah terhadap anak-anak muda yang sudah mampu untuk menikah sebagaiman dapat dilihat dalam sebuah hadis berikut:

  Wahai kaum muda, jika diantara kamu sudah ada kesiapan untuk menikah, maka menikahlah. Karena menikah dapat menundukakan pandanganmu dan menjaga kehormatanmu (Al Bukhari V, 1950: 4778)

  Dari hadis tersebut sudah jelas bahwa menikah bagi mereka yang memiliki kemampuan dan kesiapan adalah sangat penting serta sangat dianjurkan sebagai perisai menjaga kehormatan dari berbagai kemungkinan terseret ke lembah dosa. Bahkan pada hadits sebelumnya secara jelas ditegaskan

  “tidak akan dianggap sebagai umat Rasulullah Muhammad s.a.w.” jika seseorang mengaku Muslim tapi tidak melaksanakan pernikahan, karena pernikahan salah satu jalan hidup atau way of life yang dilakukan Rasulullah.

  Oleh karena itu Syekh Yusuf Qordlowi (1990: 233) ketika membahas pernikahan dalam Islam lebih khusus terhadap keinginan untuk membujang memberikan penjelasan diantaranya sebagai berikut:

  Seorang Muslim tidak diperkenankan menentang perkawinan dengan anggapan bahwa hidup membujang itu lebih baik demi mengabdi kepada Allah, sementara dia mampu melakukan perkawinan itu; atau dengan alasan untuk total mencurahkan hidupnya semata untuk beribadah dan memutuskan hubungan dengan urusan duniawinya. Menentang perkawinan adalah pengaruh `kerahiban` (tradisi kependitaan yang tidak diperbolehkan menikah).,... Sikap semacam ini adalah menentang ajaran Islam dan menyimpang dari Sunnah Nabi.

  Seorang Muslim tidak diperkenankan menghalang-halangi dengan mengkondisikan diri agar tidak melakukan pernikahan karena alasan ekonomi. Kehawatiran ini hanya bisa dijawab dengan senantiasa berikhtiar mengejar anugerah Allah yang telah dijanjikan terhadap orang-orang yang melakukan pernikahan. Janji itu sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. An Nur : 32:

  Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang- orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

  Ayat tersebut juga mengandung maksud agar kita membantu laki-laki yang belum nikah atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu agar

  .

  mereka dapat menikah Ini juga bermakna bahwa pernikahan bukan hanya tanggung jawab pribadi pelaku atau orang tua saja, namun juga menjadi tanggung jawab sosial masyarakat. Berbagai kekhawatiran akan kesulitan setelah melaksanakan pernikahan tidak seharusnya terjadi, sebab janji dan pertolongan Allah itu adalah pasti.

  2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Islam.

  Sebagai konsekuensi hukum dari pernikahan adalah adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami istri. Kewajiban suami terhadap istri adalah hak bagi istri, begitu juga sebaliknya, kewajiban istri terhadap suami adalah hak bagi suami. Syarifuddin (2001: 160) mendiskripsikan hak dan kewajiban sumai istri sebagai berikut: Kewajiban suami terhadap istri, yang merupakan hak istri dari suami; Kewajiban istri terhadap suami, yang merupakan hak suami dari istri; Hak bersama bagi suami istri; Kewajiban bersama suami istri. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut: a.

  Kewajiban suami terhadap istri.

  Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Kewajiban kebendaan. berupa mahar (mas kawin) dan nafkah.

  Kewajiban kebendaan yang wajib diberikan suami adalah mahar dan nafkah. Mahar atau mas kawin adalah ”pemberian mempelai laki-laki kepada pengantin perempuan berupa barang atau barang ketika dilangsungkan akad nikah” (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009:303). Jumlah mahar tidak ditentukan, tetapi sesuai kesepakatan atau kemampuan mempelai laki-laki, dan hukumnya wajib. Sedang nafkah menurut Husein Muhammad( 2002:110) adalah ”pengeluaran seseorang untuk orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya”, atau belanja untuk keperluan makan yang mencakup sembilan bahan pokok, pakaian, dan papan atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut sandang, pangan, dan papan.

  Kewajiban memberi nafkah diantaranya ditegaskan dalam al Qur`an sebagai berikut : Hendaklah orang (suami) yang mampu memberikan nafkah menurut kemampuannya. Dan orang-orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya (Q.S. at Thalaq: 7).

  Dalam hadis yang diriwayatkan Imam at-Turmudzi, Rasulullah juga bersabda: Bersabda Rasulullah s.a.w.: Ketahuilah (hai para suami), hak-hak mereka (para istri) atas kamu adalah memberikan kepada mereka makanan dan pakaian secara ma`ruf. (at Turmudzi III, 1960:467).

2) Hak bukan kebendaan.

  Hak bukan kebendaan yang wajib diberikan suami terhadap istri adalah ”menggauli istri secara baik dan patut; menjaga dari segala sesuatu yang memungkinkan melibatkan istri pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa suatu kesulitan dan mara bahaya” (Syarifuddin, 2001:160-161).

  Berhubungan dengan beberapa kewajiban tersebut al Qur`an menegaskan: Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik, kemudian jika kamu tidak menyukai mereka,( bersabarlah) karena kamu mungkin tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Q.S. An Nisa` : 19).

  b.

  Kewajiban istri terhadap suami.

  Kewajiban istri terhadap suami yang merupakan hak bagi suami secara rinci dijelaskan oleh Syarifuddin (2001:162-163) sebagai berikut: 1) Menggauli suami secara layak sesuai dengan kodratnya. 2)

  Memberi rasa tenang dalam rumah tangga suami, dan memberi cinta kasih sayang kepada suami dalam batas-batas kemampuannya. 3)

  Taat dan patuh kepada suami selama suami tidak menyuruh untuk melakukan maksiat. 4)

  Menjaga diri dan menjaga harta suami bila suami sedang tidak berada di rumah. 5) Menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak disenangi suami. 6)

  Tidak memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang dan suara yang tidak enak didengar.

  Dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah, menjawab pertanyaan sahabat Nabi menegaskan: Nabi ditanya: Ya Rasulullah, perempuan mana yang lebih baik?. Nabi berkata: “Bila suami memandangnya, ia menyenangkan suaminya, bila suami menyuruhnya, ia memenuhinya, ia tidak menyalahi suaminya tentang diri dan hartanya tentang sesuatu yang tidak disenanginya”.

  c.

  Hak bersama bagi suami istri. Hak bersama suami istri adalah hak bersama secara timbal balik dari pasangan suami istri terhadap yang lain. Adapun hak bersama itu adalah: 1)

  Halal bergaul antara suami istri dan masing-masing dapat bersenang – senang satu sama lain. 2)

  Terjadinya hubungan mahrom, istri menjadi mahrom ayah suami, kakek dan seterusnya ke atas. Demikian pula suami menjadi mahrom ibu istri, nenek dan seterusnya ke atas. Bisa pula disebut mushaharah. 3)

  Terjadinya hubungan waris mewarisi. Pihak istri berhak mewarisi suami bila terjadi kematian, begitu pula sebaliknya. (Basyir, 1995: 49). 4) Berlakunya nasab anak yang dibuahkan dari pernikahan tersebut. 5)

  Saling bergaul secara baik, maka suami-istri wajib memperlakukan pasangannya dengan ma`ruf sehingga tercipta kebersamaan dalam naungan kedamaian (Hamid Kisyik, tt: 123).

  d.

  Kewajiban bersama suami istri.

  Sedang kewajiban keduanya secara bersama dengan telah terjadinya pernikahan itu adalah: 1) Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan. 2)

  Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan

  warahmah

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KETIDAKPATUHAN TERAPI PENGOBATAN TB PARU PADA NY.M Di Kelurahan Bumiayu RT 03/ RW 05 Kecamatan Arjowinangun Tahun 2015

0 7 19

PEMAKNAAN PENONTON REMAJA PADA KEKERASAN DALAM TAYANGAN KOMEDI “INDONESIA LAWAK KLUB” ( Studi Resepsi Remaja Di RT 03 RW 05 Kelurahan Kebonsari Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan)

1 16 23

INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA PESBUKERS (StudiResepsipadaRemaja di RT 03 RW 04 Kelurahan Purwodadi Kecamatan Blimbing Kota Malang)

1 44 23

KORELASI ANTARA TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA Dr. OZ INDONESIA DI TRANS TV DENGAN PERILAKU HIDUP SEHAT (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan)

0 4 48

MOTIF PEREMPUAN MENONTON TAYANGAN SINETRON PUTRI YANG DITUKAR DI RCTI (Studi Pada Kalangan Perempuan di RW 02 Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)

1 24 47

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL TERHADAP MOBILITAS SOSIAL Studi Pada Petani Daerah Trunodongso RT 02/ RW 05 Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang- Jawa Timur

0 11 58

KORELASI ANTARA PENGGUNAAN BAHASA MADURA DI POJOK MEDHUROAN JTV DENGAN MINAT MENONTON (Studi pada Masyarakat Madura di RT 06 RW 02 Kelurahan Kota Lama Kecamatan Kedung kandang Malang)

0 9 2

PROSES PSIKOLOGIS ISTRI DALAM MEMAAFKAN SUAMI (Studi Kasus KDRT)

0 4 2

MOTIF PEREMPUAN MENONTON TAYANGAN SINETRON CINTA FITRI DI SCTV (Studi pada Kalangan Perempuan di RW 05 Kelurahan Bandung Rejosari, Kota Malang)

0 10 3

PERILAKU COPING ISTRI TERHADAP SUAMI YANG BERPOLIGAMI (Studi Deskriptif Kualitatif di Kelurahan sisir Kecamatan Batu Kotatif Batu)

0 14 2