PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama di Kelurahan Bugel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN

HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

(Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku

  

Perkawinan Lintas Agama di Kelurahan Bugel Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

  

Oleh

SRI NIKMAH

NIM 21106001

JURUSAN SYARI‟AH

  

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2011

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Sri Nikmah NIM : 211 06 001 Jurusan : Sy ari‟ah Program Studi : Ahwal Al Syakhsiyyah Judul : PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN

  HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

  INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama Di Keluraha Bugel) telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga, 28 Februari 2011 Pembimbing Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si.

  NIP. 19790930 200312 1 001

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sri Nikmah NIM : 211 06 001 Jurusan

  : Syari‟ah Program Studi : Ahwal Al Syakhsiyyah

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 26 Februari 2011 Yang menyatakan, Sri Nikmah

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  MOTTO Hidup bermanfaat untuk orang lain….

  PERSEMBAHAN

  Untuk ayah-ibuku, Untuk suamiku,

  Untuk abi-umi, Untuk permata hatiku “RAJWA NAILAL AMNI”

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktun ya. Skripsi ini berjudul “PERKAWINAN LINTAS AGAMA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

  INDONESIA (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Lintas Agama Di Kelurahan Bugel Salatiga)”, yang merupakan hasil dari studi lapangan di Kelurahan Bugel.

  Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga 2.

  Drs. Mubasirun, M. Ag selaku Ketua Jurusan Syari‟ah

  3. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Syari‟ah

  4. Ilyya Muhsin, S.H.I., M. Si, selaku Kaprogdi AS dan pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Moh. Khusen, M. Ag., MA dan Evi Ariyani, SH, MH yang turut memberikan masukan-masukan.

  6. Teman-teman AS angkatan 2006 dan pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini.

  Penelitian yang penulis lakukan ini tentu belum sempurna, masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak khususnya pembaca selalu penulis harapkan demi kemajuan bagi penulis dikemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat.

  Salatiga, 28 Februari 2011 Penulis

  

ABSTRAK

  Nikmah, Sri. 2011. Perkawinan Lintas Agama Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan

  Perundang-Undangan Di Indonesia (Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama Di Kelurahan Bugel Salatiga) .

  Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah. Sekolah TinggiAgama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si.

  Kata Kunci: Perkawinan, Lintas Agama, Hukum Islam

  Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kehidupan masyarakat pelaku perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) bagaimanakah praktek perkawinan lintas agama dilakukan di Kelurahan Bugel? (2) mengapa perkawinan lintas agama dapat terjadi di Kelurahan Bugel? (3) bagaimana cara pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama mempertahankan perkawinan mereka, sehingga mampu bertahan hingga saat ini? (4) bagaimanakah pandangan para tokoh agama yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel? (5) bagaimana tinjauan hukum Islam dan perundang- undangan di Indonesia terhadap praktek perkawinan lintas agama?

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif sosiologis. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode triangulasi. Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalisis dengan cara mengklasifikasikan data sehingga dapat diketahui kekurangan data dan segera berusaha untuk melengkapinya. Setelah semua data terkumpul, dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.

  Dalam penelitian ini ada dua pola perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel, yaitu perkawinan yang dilakukan di KUA dan di KCS. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel meliputi, pandangan tertentu tentang agama dan keberagamaan, perempuan tidak memiliki kemandirian hidup, tradisi perkawinan lintas agama, kurangnya pengetahuan agama dan kristenisasi pihak luar.

  Kehidupan rumah tangga beda agama di Kelurahan Bugel ternyata harmonis dan ada toleransi yang tinggi antar keluarga. Meskipun menurut para tokoh agama di Kelurahan Bugel perkawinan lintas agama tidak sah karena hubungan mereka dianggap zina. Menurut hukum Islam, praktek perkawinan lintas gama yang terjadi di Kelurahan Bugel adalah tidak sah karena perkawinan yang dilakukan secara Islam kemudian salah satu pasangan murtad dianggap tidak sah. Begitu juga perkawinan yang dilakukan dengan cara Kristen yang kemudian pihak perempuan masuk Islam, dianggap tidak sah dan perkawinan tersebut dapat diputuskan.

  Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan hukum. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membuka paradigma baru tentang perkawinan lintas agama.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ .... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... .... ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... .... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ .... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... .... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... .... vi ABSTRAK ....................................................................................................... .... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... .... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ .... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

  …xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .... ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. .... 1 B. Fokus Penelitian .......................................................................... .... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ .... 6 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... .... 6 E. Penegasan Istilah ......................................................................... .... 7 F. Kajian Pustaka ............................................................................. .... 9 G. Metode Penelitian........................................................................ .... 12 H. Sistematika Penulisan.................................................................. .... 18

  BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN LINTAS AGAMA A. Perkawinan Lintas Agama Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 .... .... 20 B. Perkawinan Lintas Agama Perspektif KHI ................................. .... 28 C. Perkawinan Lintas Agama Perspektif Hukum Islam .................. .... 33 BAB III PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI KELURAHAN BUGEL A. Letak Geografis dan Kondisi Lingkungan Kelurahan Bugel ... ... 42 B. Struktur Sosial dan Kehidupan Sosial, Budaya dan Agama Masyarakat Kelurahan Bugel ................................................... .... 44 C. Profil Pasangan Suami Istri Pelaku Perkawinan Lintas Agama.... 47 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA TERHADAP PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI KELURAHAN BUGEL A. Praktek Perkawinan Lintas Agama .......................................... .... 74 B. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Lintas Agama .............. .... 82 C. Konflik dan Akomodasi Nilai Keluarga Pelaku Perkawinan Lintas Agama ...................................................................................... .... 89 D. Pandangan Tokoh Masyarakat/ Tokoh Agama Terhadap Praktek Perkawinan Lintas Agama ....................................................... .... 97 E. Tinjauan Hukum Islam dan Perundang-Undangan Di Indonesia Terhadap Perkawinan Lintas Agama ....................................... 105 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 113

  B.

  Saran ......................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Bugel, Sidorejo Salatiga ................... .... 45Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Bugel ................................ .... 46Table 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Bugel Sidorejo Salatiga Berdasarkan

  Agama ............................................................................................. .... 46

Tabel 4.1 Proses Perkawinan Rumah Tangga Lintas Agama ........................ .... 75Tabel 4.2 Latar Belakang Keluarga Subjek Penelitian .................................... .... 82Tabel 4.3 Anak-Anak Pasangan Perkawinan Lintas Agama yang Mengikuti

  Agama Ibu ..................................................................................... .... 90

Tabel 4.4 Anak-Anak Pasangan Perkawinan Lintas Agama yang Mengikuti

  Agama Ayah................................................................................... .... 90

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Bugel .......................................... .... 44Gambar 3.2 Kartu Keluarga Untung-Mutiah ................................................... .... 50Gambar 3.3 Kartu Keluarga Rusdi-Sugini ....................................................... .... 54Gambar 3.4 Kartu Keluarga Kasbiyantoro-Siti ................................................ .... 60Gambar 3.5 Formulir Kartu Keluarga Masal-Supratini ................................... .... 65Gambar 3.6 Kartu Keluarga Tri-Darwati ......................................................... .... 70Gambar 4.1 Akta Nikah Untung Subiyanto dan Mutiah .................................. .... 76Gambar 4.2 KTP Untung dan Muntiah Sekarang ............................................ .... 76Gambar 4.3 Akta Perkawinan Kasbiyantoro dan Siti Suryati .......................... .... 77Gambar 4.4 KTP Kasbiyantoro Sekarang ........................................................ .... 77Gambar 4.5 Akta Perkawinan Tri Antara Ryadi dan Darwati ........................ .... 78Gambar 4.6 KTP Darwati dan Tri Sekarang ................................................... .... 78Gambar 4.7 Akta Perkawinan Rusdi dan Sugini .............................................. .... 80Gambar 4.8 KTP Rusdi dan Sugini Sekarang .................................................. .... 80Gambar 4.9 Akta Perkawinan Masal dan Supratini ......................................... .... 81Gambar 4.10 KTP Masal dan Supratini Sekarang ........................................... .... 81

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 3 Lembar Konsultasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah salah satu tahap kehidupan yang ingin dilalui setiap

  manusia setelah lahir dan menjadi dewasa. Sudah menjadi kodrat bagi setiap makhluk untuk bisa mempertahankan diri dalam kehidupan. Perkawinan merupakan salah satu upaya untuk melanjutkan keturunan, bahkan ada ungkapan bahwa wujud cinta manusia yang paling beradab adalah perkawinan.

  Pada hakikatnya perkawinan dilakukan untuk menghalalkan hubungan seksual antara dua insan manusia, laki-laki dan perempuan. Walaupun demikian yang diharapkan dari sebuah perkawinan bukan hanya sekedar kehalalan semata, namun juga sebuah kebahagiaan seumur hidup.

  Membangun rumah tangga yang harmonis dan hidup di lingkungan masyarakat yang sehat merupakan dambaan setiap orang. Sebuah perkawinan merupakan satu peristiwa penting dalam masyarakat, selain menyangkut pribadi suami-istri juga menyangkut keluarga dan masyarakat (Asmin, 1986:11). Dalam kacamata agama perkawinan merupakan langkah awal untuk membentuk keluarga sebagai asas masyarakat (Nuruddin dan Tarigan, 2006:57).

  Perkawinan menurut agama Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqan gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (KHI Pasal 2). Sedangkan perkawinan menurut agama Hindu adalah sakral dan hanya sah bila sudah dilakukan menurut agama tersebut. Perkawinan seorang Kristen diartikan sebagai suatu ikatan cinta kasih tetap dan taat yang menggambarkan, melahirkan dan mewujudkan cinta Kristus dan Gerejanya (Sosroatmodjo dan Aulawi, 1981:30-31).

  Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa perkawinan erat kaitannya dengan ibadah keagamaan, sehingga tata cara atau aturan pelaksanaannya sangat perlu diperhatikan untuk bisa dikatakan sah. Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro yang dikutip oleh Sosroatmodjo dan Aulawi, jika ada pengaruh suatu agama pada isi dan perkembangan suatu peraturan hukum, maka layak apabila pengaruh agama yang paling nampak terdapat pada hukum perkawinan dan kekeluargaan (1981:14).

  Karena perkawinan akan mengakibatkan hubungan hukum yang baru antara seseorang dengan negaranya maka aturan tentang perkawinan juga diatur oleh negara. Dengan demikian secara administratif kenegaraan, perkawinan memiliki status legal di mata hukum. Di Indonesia aturan tentang perkawinan muncul dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam pasal 1 undang-undang ini disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Untuk menuju sebuah keluarga yang bahagia dan kekal tentu dibutuhkan persamaan pandangan hidup. Mengingat agama sebagai wahyu Tuhan mengandung kebenaran mutlak, yang diyakini paling benar oleh para pemeluknya, agama dijadikan sebagai landasan, pegangan dan pedoman baik dalam melakukan hubungan dengan Tuhan maupun hubungan antar sesama manusia, termasuk dalam masalah perkawinan (Asmin, 1986:8).

  Seperti yang kita ketahui bahwa Islam menghendaki perkawinan dilakukan oleh orang yang seagama, secara teoritis perbedaan agama akan berpotensi menimbulkan konflik (Pamungkas, 2008:44). Dalam Al Qur‟an surat Al Baqoroh:221 ditegaskan,

  

           

            

              ….

  Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga ….

  Pada umumnya setiap agama melarang umatnya melangsungkan perkawinan dengan umat dari agama lain, bila terjadi hal demikian, si pelaku akan mendapat sanksi baik dari kalangan seagama maupun keluarganya. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi ringan yaitu celaan sampai sanksi berat berupa pengucilan dari keluarga (Asmin, 1986:8).

  KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang notabene merupakan hukum positif bagi umat Islam di Indonesia melarang adanya praktik perkawinan lintas agama. Pasal 40 KHI menyebutkan dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan tertentu: (c) seorang wanita yang tidak beragama Islam. Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam (pasal 44 KHI). Begitu juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tidak megatur adanya perkawinan lintas agama, namun secara tersirat melarang adanya praktek perkawinan lintas agama yang tertuang dalam pasal 2 ayat 1 “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

  Walaupun sudah ada aturan tegas yang melarang adanya perkawinan lintas agama hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa praktek perkawinan lintas agama terjadi dalam masyarakat, bahkan mereka memiliki akta nikah sebagai bukti legalisasi dari negara. Teknologi komunikasi yang berkembang pesat memungkinkan tidak terbatasnya pergaulan manusia, baik antar ras, golongan, suku maupun agama.

  Begitu pula yang terjadi dalam pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel. Walaupun sudah ada aturan yang melarang terjadinya perkawinan lintas agama, ternyata dalam masyarakat Kelurahan Bugel ada yang melakukan perkawinan lintas agama tersebut, bahkan dari mereka sudah menjalani kehidupan rumah tangganya bertahun-tahun dengan perbedaan agama yang ada dalam keluarga mereka. Kesenjangan yang muncul dalam masyarakat inilah yang menarik minat penulis untuk meneliti perkawinan lintas agama khususnya di Kelurahan Bugel.

B. Fokus Penelitian

  Adanya peraturan yang melarang perkawinan lintas agama ternyata belum mampu mencegah praktek perkawinan lintas agama dalam masyarakat.

  Aturan dalam KHI dan UU Perkawinan yang merupakan hukum positif perkawinan di Indonesia seharusnya mampu menjadi pedoman bagi lembaga pencatat nikah untuk tidak mencatat perkawinan lintas agama, namun kenyataan dalam masyarakat berkata lain.

  Kesenjangan yang muncul antara peraturan hukum dengan praktek yang terjadi dalam masyarakat Kelurahan Bugel inilah yang menarik minat peneliti untuk meneliti perkawinan lintas agama. Bagaimanakah praktek perkawinan lintas agama dilakukan di Kelurahan Bugel. Mengapa perkawinan lintas agama dapat terjadi di Kelurahan Bugel? Bagaimana cara pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama mempertahankan perkawinan mereka, sehingga mampu bertahan hingga saat ini? Dengan adanya praktek perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel, bagaimanakah pandangan para tokoh agama yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel? Bagaimana tinjauan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia terhadap praktek perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel? Berbagai pertanyaan di atas adalah hal-hal yang ingin peneliti cari jawabannya dari penelitian ini.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan guna mengetahui proses terjadinya praktek perkawinan lintas agama di kelurahan Bugel, faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan lintas agama, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Cara pasangan suami istri mempertahankan perkawinan mereka, cara mereka menyelesaikan masalah, cara mereka mempraktekkan agama mereka masing-masing dalam kehidupan rumah tangga, cara mereka mendidik anak juga merupakan tujuan adanya penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui pandangan tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel tentang adanya praktek perkawinan lintas agama di wilayah mereka. Pandangan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia tentang perkawinan lintas agama pun menjadi penting untuk diketahui dalam rangka menganalisis praktek perkawinan lintas agama.

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan ditemukan fakta-fakta baru yang mampu memberi pemahaman bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk menyikapi praktek perkawinan lintas agama.

  D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritik

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya tentang bagaimana praktek perkawinan lintas agama terjadi, mengapa perkawinan tersebut bisa terjadi, bagaimana cara pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama mempertahankan perkawinan mereka serta bagaimana pandangan tokoh agama di sekitar mereka. Selain itu juga diharapkan menemukan fakta-fakta baru yang sesuai dengan keadaan masyarakat pelaku perkawinan lintas agama, sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau usulan dalam membuat kebijakan-kebijakan hukum yang berkaitan dengan perkawinan.

2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi KUA dan Catatan Sipil Hasil dari penelitian tentang perkawinan lintas agama ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi KUA dan Kantor

  Catatan Sipil sebagai lembaga pencatat perkawinan untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat ketika menghadapi calon mempelai yang akan mencatatkan perkawinannya yang dilakukan secara lintas agama.

  b.

  Bagi Program Studi Al Ahwal Al Syakhsiyyah Dengan adanya penelitian terhadap pelaku perkawinan lintas agama ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi Program Studi

  Ahwal Al Syakhsiyyah sehingga dari Program Studi dapat menjadikannya sebagai bahan diskusi dan memantau perkembangan produk hukum mengenai perkawinan lintas agama tersebut.

E. Penegasan Istilah

  Perkawinan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974).

  Perkawinan menurut KHI adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

  

mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

  merupakan ibadah, bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah,

  

mawaddah dan rahmah (KHI Pasal 2). Perkawinan yang dimaksud peneliti

  dalam penelitian ini adalah akad antara pria dan wanita untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang sah menurut agama baik dicatatkan di KUA/Kantor Catatan Sipil ataupun tidak.

  Lintas agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antar agama yang berbeda.

  Jadi perkawinan lintas agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkawinan yang dilakukan antara pria dan wanita yang berbeda agama sejak sebelum perkawinan dilangsungkan hingga penelitian ini dilakukan dan salah satunya beragama Islam.

  Hukum Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fiqh yang digunakan di Indonesia.

  Perundang-undangan di Indonesia yang dimaksud adalah aturan yang berlaku di Indonesia mengenai perkawinan, meliputi UU Perkawinan No.

  1/1974 dan KHI.

  Dengan demikian perkawinan lintas agama dalam tinjauan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia adalah perkawinan yang dilakukan antara pria dan wanita yang berbeda agama sejak sebelum perkawinan dilangsungkan hingga penelitian ini dilakukan dan salah satunya beragama Islam yang dipandang/dinilai menggunakan sudut pandang fiqh dan perundang-undangan di Indonesia.

F. Kajian Pustaka

  Fenomena perkawinan lintas agama memang bukan hal yang baru, namun tetap menarik untuk dikaji. Tidak menutup kemungkinan tema penelitian ini sudah ada yang mengkaji, seperti halnya skripsi yang disusun oleh Maftuhul Fuadi yang berjudul Nikah Beda Agama Perspektif Ulil Abshar

  Abdalla. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana

  pandangan Ulil Abshar Abdalla tentang nikah beda agama. Menurut Fuadi, dalam beragama, Ulil Abshar Abdalla tidak lagi memandang bentuk, tetapi isi.

  Keyakinan dan praktek keislaman yang dianut oleh orang-orang yang menamakan diri sebagai umat Islam hanyalah “baju” dan formal, menurutnya yang pokok adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Setiap agama menunjuk pada nilai keadilan, oleh karena itu setiap agama sama. Karena setiap agama sama maka dihalalkan nikah beda agama (Fuadi, 2006).

  Skripsi Auwenda Fauzi yang berjudul Perkawinan Campuran Dalam

  Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Pendapat Imam Syafi’i Tentang Perkawinan Campuran) menjelaskan dua hal pokok pemikiran Imam

  Syafi‟i tentang perkawinan campuran. Pertama, perkawinan antara perempuan muslim dan laki-laki bukan muslim adalah haram hukumnya. Kedua, laki-laki muslim diharamkan mengawini perempuan bukan muslim. Pendapat ini lebih didasarkan pada pertimbangan menolak mafsadat demi menjaga keutuhan umat dari akibat buruk yang ditimbulkan oleh perkawinan campuran (Fauzi, 2004).

  Kedua karya di atas merupakan kajian secara pustaka terhadap pendapat seorang tokoh tentang praktek perkawinan lintas agama, sehingga dapat dikatakan sebagai kajian teoritik. Dalam hal ini tentu hanya mempertimbangkan boleh atau tidaknya praktek kawin lintas agama dengan pertimbangan-pertimbangan secara teori dan tidak melihat fakta yang terjadi dalam masyarakat.

  Suhadi dalam bukunya Kawin Lintas Agama Perspektif Kritik Nalar

  

Islam mencoba mengajak mengkaji kawin lintas agama dengan konsep kritik

  nalar Arkoun. Menurut Suhadi ideologi dan kepentingan dari konstruksi larangan kawin lintas agama di Indonesia adalah sebagai suatu upaya preventif mengurangi perpindahan agama (Suhadi, 2006:145). Hal ini dibangun dalam suasana perebutan jumlah pemeluk agama, khususnya antara Islam dan Kristen. Konstruksi larangan kawin lintas agama yang berawal dari diskursus sipil bergeser menjadi diskursus kekuasaan, setelah berlangsungnya kontestasi-kontestasi antara Islam politik dan Kristen politik untuk menjadikan Negara sebagai lokus kontestasi (Suhadi, 2006:145). Harapan Suhadi dalam bukunya ini (2006:152) adalah menunjukkan kritik nalar Islam terhadap suatu ketentuan hukum yang tak terkatakan dengan sendirinya oleh cara berpikir nalar Islam yang linear. Dalam masalah kawin lintas agama, umat Islam telah lama terkungkung dalam „nalar politik-agama” dalam waktu yang panjang, sehingga sulit untuk menuju “nalar religi” yang lebih jernih. Tidak jauh berbeda dengan kedua karya di atas, buku ini hanya membahas sebatas cara memandang adanya aturan larangan kawin lintas agama di Indonesia. Dengan begitu diharapkan pembaca mampu menilai adanya praktek kawin lintas agama dari sisi yang lain, namun sayangnya dalam buku ini Suhadi belum menjelaskan makna dari “nalar religi” yang ditawarkan olehnya guna menganalisis praktek kawin lintas agama tersebut.

  Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian lapangan. Peneliti terjun ke masyarakat untuk melihat dan mempelajari bagaimana perkawinan lintas agama dipraktekkan para pelakunya. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui fenomena riil yang terjadi di masyarakat. Peneliti terinspirasi oleh penelitian yang dilakukan Wahyu Pamungkas dkk yang melakukan penelitian perkawinan lintas agama di Dukuh Banjaran Salatiga. Hanya saja penelitian yang akan dilakukan peneliti berada di Kelurahan Bugel Salatiga. Wahyu Pamungkas dkk dalam penelitiannya menemukan bahwa praktek perkawinan lintas agama ini dilakukan karena adanya dorongan faktor eksternal seperti faktor ekonomi serta status sosial dan faktor internal seperti pandangan agama serta kebutuhan akan perlindungan (Pamungkas, 2008:59).

  Akad dalam perkawinan lintas agama yang terjadi di Banjaran dilakukan dengan cara hillah atau salah satu pihak berpindah agama menurut agama pasangannya, walaupun demikian dalam kehidupan sehari-hari mereka tetap mempraktekkan agama semula masing-masing dan mereka mengaku rumah tangga mereka tetap harmonis walaupun berada dalam perbedaan ini.

  Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas, peneliti mencoba untuk memfokuskan pada masalah yang telah peneliti jabarkan di latar belakang masalah di atas. Penelitian Pamungkas di atas hanya dilakukan selama satu bulan sehingga belum begitu mendalam penggalian fakta-faktanya dan penelitian tersebut hanya sebagai tugas mata kuliah, untuk itu peneliti berani mengambil tema yang sama. Peneliti berharap dalam penelitian ini nanti dapat menemukan fakta-fakta yang lebih mendalam, sehingga penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Pamungkas. Tidak menutup kemungkinan hasil yang didapat akan berbeda mengingat lokasi penelitian yang berbeda pula.

G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin data dari kasus yang akan diteliti, menggunakan pendekatan normatif dan sosiologis. Pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui status hukum perkawinan lintas agama dan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui bagaimana perkawinan lintas agama dipraktekkan di dalam masyarakat dan bagaimana kehidupan rumah tangga mereka.

2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama karena peneliti secara langsung mengumpulkan data di lapangan. Status peneliti dalam mengumpulkan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan informan.

  3. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Bugel, Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Peneliti memilih lokasi ini karena di wilayah Kelurahan Bugel cukup banyak terjadi praktek perkawinan lintas agama, ada sekitar lima pasangan suami istri. Kelurahan Bugel merupakan wilayah yang cukup maju meskipun berada di tepian kota Salatiga. Hal ini ditandai dengan pola kehidupan yang modern, seperti halnya bangunan rumah yang sebagian besar sudah terbuat dari bata, mata pencaharian penduduk sudah beragam bahkan agama yang ada sudah mulai beragam.

  Di wilayah Keluraha Bugel ini agama Islam adalah agama mayoritas, agama selain Islam biasanya dianut oleh para pendatang baru. Praktek keberagamaan masih sangat kental sehingga menjadi menarik ketika di wilayah Kelurahan Bugel ini ternyata ada pelaku perkawinan lintas agama.

  4. Sumber Data

  Subjek yang diteliti adalah pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel. Informasi- informasi yang berkaitan dengan praktek perkawinan lintas agama penulis gali dari beberapa informan terkait, yaitu pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama, orang tua atau keluarga pelaku perkawinan lintas agama yang tinggal serumah serta tokoh masyarakat/ tokoh agama yang tinggal di wilayah kelurahan Bugel. Untuk mendukung penelitian ini, penulis juga mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen penting yang terkait dengan praktek perkawinan lintas agama di kelurahan Bugel, yaitu kutipan akta nikah dll.

Tabel 1.1 Informan sekaligus Subjek PenelitianTabel 1.2 Informan Lain Informan Agama Ket.

  M. Sungaidi Islam Ketua NU Ranting Bugel Nur Salim Islam Tokoh Agama M.Toha Islam Tokoh Muhammadiyah M. Roji Islam Tokoh Agama Wawan Islam

  Anak Kasbiyantoro & Siti Suryati

  Widi Islam Anak Rusdi & Sugini Ernawati Islam Menantu Untung & Tiah 5.

   Prosedur Pengumpulan Data a.

  Metode Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi subjek penelitian.

  

Informan Suami Agama Istri Agama

  I Kasbiyantoro Katholik Sri Suryati Islam

  II Rusdi Kristen Sugini Islam

  III Untung Kristen Mutiah Islam

  IV Tri Islam Darwati Kristen

  V Masal G.S Kristen Supratini Islam

  Teknik observasi ini merupakan upaya memperoleh data dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui pada masyarakat Kelurahan Bugel khususnya pasangan pelaku perkawinan lintas agama.

  b.

  Metode Wawancara Metode wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

  (Arikunto,1998:115).

  Di sini penulis melakukan wawancara terhadap pasangan pelaku perkawinan lintas agama dan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan mereka untuk mendapatkan informasi sebanyak- banyaknya sesuai fokus penelitian, yang sebelumnya sudah dipersiapkan daftar pertanyaan yang ingin ditanyakan.

  Wawancara juga dilakukan dengan tetangga dekat pasangan perkawinan lintas agama guna mendapatkan informasi tentang kehidupan pasangan perkawinan lintas agama tersebut menurut mereka. Tokoh masyarakat / tokoh agama yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel juga menjadi terwawancara guna mendapatkan informasi tentang pandangan/ pendapat mereka mengenai adanya pasangan pelaku perkawinan lintas agama di sekitar mereka. c.

  Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Metode ini sumber datanya masih tetap, dan belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati (Arikunto, 1998 : 236).

  Dokumen-dokumen yang dimaksudkan misalnya kutipan akta nikah, kartu keluarga, KTP, data demografi dari kelurahan dan dokumen-dokumen lain yang menunjang penelitian ini.

  6. Analisis Data

  Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalis dengan cara mengklasifikasikan data sehingga dapat diketahui kekurangan data dan segera berusaha untuk melengkapinya. Setelah semua data terkumpul, dipaparkan berdasarkan klasifikasi secara lebih rinci sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.

  7. Pengecekan Keabsahan Data

  Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya dengan metode triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004 : 330). Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis.

  Pengecekan dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan informan satu dengan yang informan lain, maupun membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

8. Tahap-Tahap Penelitian

  Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: a.

  Sebelum melakukan penelitian penulis menentukan ide atau tema yang akan diteliti yaitu perkawinan lintas agama.

  b.

  Penulis mencari informasi dari masyarakat dan kerabat yang tinggal di wilayah Kelurahan Bugel tentang ada atau tidaknya pelaku perkawinan lintas agama.

  c.

  Berdasar informasi yang didapatkan ada cukup banyak pelaku perkawinan lintas agama di wilayah Kelurahan Bugel, maka penulis menetapkan Kelurahan Bugel sebagai lokasi penelitian.

  d.

  Kemudian penulis menyusun proposal penelitian.

  e.

  Setelah proposal disetujui, maka penulis baru terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.

  f.

  Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data dimulai sampai seluruh data terkumpul. g.

  Analisis data dilakukan dengan cara: pertama, membuat rekap data berdasar klasifikasi. Kedua, menyusun pola-pola perilaku masyarakat pelaku perkawinan lintas agama berdasar klasifikasi dan ketiga, menginterpretasikan hasil penelitian untuk mendapatkan kesimpulan hasil dari fokus penelitian.

  h.

  Penyusunan laporan penelitian.

H. Sistematika Penulisan

  BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II Tinjauan umum perkawinan lintas agama, dalam bab ini memaparkan perkawinan lintas agama perspektif UU No. 1 Tahun 1974, perkawinan lintas agama perspektif KHI dan perkawinan lintas agama perspektif Hukum Islam.

  BAB III Perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel memaparkan seluruh hasil penelitian yang peneliti lakukan yang meliputi letak geografis dan kondisi lingkungan Kelurahan Bugel, struktur sosial dan kehidupan sosial, budaya dan agama masyarakat Kelurahan Bugel dan profil pasangan suami istri pelaku perkawinan lintas agama.

  BAB IV Tinjauan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia terhadap perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel. Bab ini menganalisis praktek perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan lintas agama, konflik dan akomodasi nilai keluarga pelaku perkawinan lintas agama, pandangan tokoh masyarakat / tokoh agama terhadap praktek perkawinan lintas agama dan tinjauan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia terhadap perkawinan lintas agama di Kelurahan Bugel.

  BAB V Penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diberikan penulis kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN LINTAS AGAMA A. Perkawinan Lintas Agama Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 lahir sebagai jawaban atas kegelisahan terhadap keragaman hukum perkawinan yang ada di Indonesia. Sebelum diundangkannya undang-undang ini, di Indonesia berlaku bermacam-

  macam hukum perkawinan menurut golongan masing-masing. Bagi orang Indonesia Asli yang beragama Islam berlaku hukum Islam, bagi golongan penduduk Indonesia Asli beragama Kristen berlaku Huwelijks Ordonantie

  Christen Indonesia, bagi orang-orang Indonesia Asli lainnya berlaku hukum

  adat dan bagi orang-orang Timur Asing Cina, Timur Asing lainnya, Eropa dan warga Negara Indonesia keturunan mereka berlaku undang-undang Hukum Perdata/BW (Asmin, 1986:11). Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ini merupakan unifikasi hukum perkawinan di Indonesia sehingga sejak undang- undang ini diundangkan (tanggal 2 Januari 1974) maka setiap warga negara Indonesia dalam melakukan perkawinan tunduk pada undang-undang ini.

1. Pengertian Perkawinan

  Pengertian perkawinan dalam undang-undang ini dapat kita lihat dalam anak kalimat pasal 1 yang berbunyi: perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri.

  Ada beberapa hal dari rumusan tersebut di atas yang perlu diperhatikan: pertama, ikatan lahir diartikan keterikatan antara kedua belah pihak secara formal baik dalam hubungan antara satu sama lain maupun mereka dengan masyarakat luas. Ikatan batin diartikan adanya satu tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Untuk itu dalam sebuah perkawinan tidak bisa dipisahkan antara ikatan lahir dan ikatan batin, karena memang keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Kedua

  , digunakan kata “seorang pria dengan seorang wanita” mengandung arti bahwa perkawinan itu hanyalah antara jenis kelamin yang berbeda. Hal ini menolak adanya perkawinan sesama jenis yang telah dilegalkan oleh beberapa orang Barat. Ketiga, digunakan ungkapan “sebagai suami istri” mengandung arti bahwa perkawinan itu adalah bertemunya dua jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah tangga, bukan hanya dalam istilah “hidup bersama” (Syarifuddin, 2006:40).

2. Tujuan Perkawinan

  Tujuan perkawinan dalam undang-undang perkawinan ini tertuang dalam anak kalimat kedua pasal 1 yang berbunyi: dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Rumusan tujuan perkawinan di atas menunjukkan bahwa dalam setiap perkawinan mengandung harapan besar untuk mendapatkan kebahagiaan baik secara materiil maupun spiritual. Kebahagiaan yang diharapkan tentu kebahagiaan untuk selamanya dan kekal, yang menafikan sekaligus perkawinan temporal sebagaimana yang berlaku dalam perkawinan

  mut’ah dan perkawinan tahlil (Syarifuddin, 2006:40). Setiap pasangan suami istri tentu berharap bahwa pasangan yang dipilih hari ini adalah pasangan untuk seumur hidup dan mereka hanya berharap berpisah karena kematian.

  Masih dalam rumusan tujuan perkawinan tersebut, kita dapat melihat bahwa untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal harus berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Pandangan ini sejalan dengan sifat religius dari bangsa Indonesia yang mendapatkan realisasinya di dalam kehidupan beragama dan bernegara (Asmin, 1986:20).

3. Sahnya Perkawinan

  Adanya undang-undang yang mengatur perkawinan memperjelas bahwa perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum, sehingga sah atau tidaknya suatu perkawinan ditentukan oleh undang-undang yang mengaturnya yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ini.

  Menurut pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Penjelasan pasal 2 ayat (1) ini menyebutkan bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Yang dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau ditentukan lain dalam undang-undang ini.

  Sahnya perkawinan harus sesuai dengan hukum agama/kepercayaannya masing-masing, sehingga tidak ada kemungkinan untuk orang yang beragama Islam melakukan perkawinan dengan melanggar aturan agamanya, begitu pula orang-orang yang beragama Kristen, Hindu, Budha ataupun penganut kepercayaan.

4. Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan

  Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 juga mengatur syarat-syarat sahnya suatu perkawinan yang meliputi syarat formil dan materiil. Syarat formil adalah syarat-syarat yang menyangkut formalitas- formalitas atau tata cara yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat perkawinan dilangsungkan. Syarat materiil adalah syarat mengenai diri pribadi calon mempelai.

  Syarat formil terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tantang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yang meliputi: a.

  Pemberitahuan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada pegawai pencatat perkawinan (pasal 3 ayat 1).

  b.

  Pengumuman oleh pegawai pencatat perkawinan (pasal 8).

  c.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN SYARIAH ISLAM DI INDONESIA (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

0 0 162

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG (Studi Kasus di BMT Anda Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

0 2 121

PERILAKU SEKSUAL KAUM GAY DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus pada Komunitas Gay di Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 129

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 150

PERNIKAHAN DI DEPAN JENAZAH ORANG TUA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 130

TEKNIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNARUNGU (Studi Kasus SMPLB Negeri Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 149

PERJANJIAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tingkir Kotamadya Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 125

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK N 2 SALATIGA DAN UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 126

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING DALAM BIDANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 202

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 147