Rencana Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

BAB 7
Rencana Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup
empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan
dan

lingkungan,

pengembangan

air

minum

dan

pengembangan

penyehatan lingkungan permukiman (sub sektor air limbah, persampahan

dan drainase). Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor
dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran
kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan
dan tantangan yang harus diantisipasi. Dilanjutkan dengan tahapan
analisis kebutuhan dan kajian terhadap program-program sektoral dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian
dilakukan perumusan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
238

mempunyai sarana, prasarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan

permukiman

kawasan

Pengembangan

perkotaan

permukiman

dan

kawasan

kawasan
perkotaan

perdesaan.
terdiri


dari

pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman

kumuh,

sedangkan

untuk

pengembangan

kawasan

permukiman perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman
perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan serta desa tertinggal.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat
memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan

berkeadilan

sosial.

pengembangan
keberadaanya
pengembangan

Pengembangan

prasarani
serni

pusat

menjadia

permukiman

permukiman

berawalnya

dan

yang

sarana
terjangkau,

ini

meliputi

kegiatan
dasar

yang

perkotaan,


khususnya

bagi

masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan,
pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di
perkotaan. Adapun penyediaan permukiman tersebut baik dilakukan oleh
Pemerintah Kota Bandar Lampung sendiri maupun dengan keikutsertan
dari pihak swasta dalam memenuhi kebutuhan pemukiman tersebut.
7.1.1 Kondisi Eksisting
Peraturan perundangan-undangan di Kota Bandar Lampung terkait
peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota maupun
peraturan lainnya yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,

239

pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman diuraikan
pada masing-masing sektor pelaksanaan program di Bidang Cipta Karya.

i.


Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh
Lokasi perumahan dan permukiman kumuh di Kota Bandar
Lampung sudah ditetapkan dalam Keputusan Walikota Bandar
Lampung Nomor 406/III.24/HK/2016 tanggal 29 Maret Tahun 2016
tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan permukiman Kumuh Kota
Bandar Lampung. Dalam keputusan tersebut telah ditetapkan
perumahan dan permukiman kumuh di Kota Bandar Lampung seluas
4.365,26 ha, dimana 44,55 Ha Kumuh Berat, 2.073,05 Ha Kumuh
Sedang dan 2247,66 Ha Kumuh Ringan. Permukiman kumuh terdapat
pada

67

kelurahan.

Selengkapnya

lokasi


perumahan

dan

permukiman kumuh di Kota Bandar Lampung serta peta sebaran
lokasi permukiman kumuh Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 7.1 Penetapan Lokasi Perumahan Dan Permukiman Kumuh Di
Kota Bandar Lampung
NO

Kecamatan

1

KEDATON

2
3


KEDATON
WAY HALIM

4
5
6

WAY HALIM
SUKARAME
SUKARAME

7
8
9

SUKARAME
SUKABUMI
SUKABUMI


10

SUKABUMI

11

SUKABUMI

Kelurahan
SUKAMENANTI
BARU
KEDATON
GUNUNG
SULAH
JAGABAYA II
WAYDADI
WAY DADI
BARU
KORPRI JAYA
SUKABUMI

CAMPANG
RAYA
CAMPANG
JAYA
WAY LAGA

Luas
wilayah
RT (Ha)

Luas
permuki
man (Ha)

Kumuh
Berat

28,32

17,75

0,00

12,90

4,85

103,87

82,73

0,00

46,87

35,87

96,35

77,70

0,00

77,70

0,00

98,35
252,20

74,95
84,00

0,00
0,00

74,95
84,00

0,00
0,00

229,90

118,00

0,00

74,00

44,00

186,80
268,90

67,00
133,20

0,00
0,00

67,00
124,70

0,00
8,50

389,76

146,10

0,00

138,87

7,23

672,25

202,92

11,85

191,07

0,00

347,88

157,95

31,86

126,09

0,00

Kumuh
Sedang

Kumuh
Ringan

240

12
13

SUKABUMI
TELUKBETUNG TIMUR

14
15
16
17

TELUKBETUNG TIMUR
TELUK BETUNG BARAT
TELUK BETUNG BARAT
PANJANG

18
19
20

PANJANG
PANJANG
PANJANG

21

PANJANG

22
23

PANJANG
PANJANG

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

PANJANG
BUMI WARAS
BUMI WARAS
BUMI WARAS
BUMI WARAS
BUMI WARAS
TELUK BETUNG SELATAN
TELUK BETUNG SELATAN
TELUK BETUNG SELATAN
TELUK BETUNG SELATAN

34
35
36
37
38

44

TELUK BETUNG SELATAN
TELUK BETUNG SELATAN
TELUKBETUNGUTARA
TELUKBETUNGUTARA
TANJUNGKARANGBARA
T
TANJUNGKARANGBARA
T
TANJUNG KARANG
TIMUR
TANJUNG KARANG
TIMUR
TANJUNG KARANG
TIMUR
TANJUNG KARANG
TIMUR
KEDAMAIAN

45

KEDAMAIAN

46
47
48

KEDAMAIAN
KEDAMAIAN
TANJUNGSENANG

49

KEMILING

50
51
52

KEMILING
KEMILING
KEMILING

53
54
55

KEMILING
KEMILING
TANJUNG KARANG
PUSAT
TANJUNG KARANG
PUSAT
TANJUNG KARANG
PUSAT
TANJUNG KARANG
PUSAT
TANJUNG KARANG
PUSAT

39
40
41
42
43

56
57
58
59

WAY GUBAK
KOTA KARANG
RAYA
KOTA KARANG
N O GADING
BATU PUTU
KETAPANG
KUALA
KETAPANG
SRENGSEM
PANJANG
SELATAN
PANJANG
UTARA
PIDADA
KARANG
MARITIM
WAY LUNIK
BUMI WARAS
KANGKUNG
GARUNTANG
SUKARAJA
BUMI RAYA
PESAWAHAN
TALANG
TELUK BETUNG
GEDONG
PAKUON
GUNUNG MAS
SUMUR PUTRI
GULAK GALIK
SUMUR BATU
SUKA JAWA
SUKA JAWA
BARU
KEBONJERUK
KOTA BARU
SAWAH BREBES
SAWAH LAMA
TANJUNG
AGUNG RAYA
BUMI
KEDAMAIAN
KEDAMAIAN
TANJUNG BARU
TANJUNG
SENANG
KEMILING
PERMAI
KEMILING RAYA
BERINGIN JAYA
SUMBER
AGUNG
KEDAUNG
PINANG JAYA
GOTONG
ROYONG
DURIAN
PAYUNG
PALAPA
KELAPA TIGA
PASIR GINTUNG

562,17

112,32

6,65

105,67

0,00

22,00

21,20

0,00

21,20

0,00

35,30
109,00
313,21

33,30
74,20
39,16

0,00
0,00
17,66

33,30
74,20
21,50

0,00
0,00
0,00

89,65

50,09

21,10

28,99

0,00

89,20
397,06

37,65
101,82

8,82
12,47

26,93
89,35

1,90
0,00

94,29

82,17

6,66

75,51

0,00

116,19

112,38

21,43

85,70

5,25

315,60

105,59

13,68

85,83

6,08

35,01

28,93

2,09

25,93

0,91

275,15
73,00
30,00
109,24
79,00
83,00
63,00
45,00
18,93

205,99
56,76
27,70
64,41
11,53
55,32
55,94
34,56
16,95

76,95
12,28
11,94
2,70
2,90
7,22
1,83
0,78
5,27

123,54
44,47
15,76
60,17
7,68
48,10
44,91
32,92
11,13

5,50
0,00
0,00
1,55
0,94
0,00
9,20
0,86
0,56

36,00

23,89

5,55

18,34

0,00

124,00
92,00
72,42
88,09

85,40
47,49
56,05
53,03

43,83
7,89
8,99
3,03

41,57
39,60
46,05
47,49

0,00
0,00
1,00
2,51

36,99

26,62

2,75

23,87

0,00

55,00

9,00

0,00

9,00

0,00

25,01

17,91

6,33

10,38

1,20

122,98

79,75

1,00

59,25

19,50

31,00

23,82

0,84

18,96

4,02

12,46

9,31

0,50

6,25

2,56

15,00

4,41

0,00

3,50

0,91

144,01

40,80

6,00

23,30

11,50

171,98
144,50

25,68
82,00

1,50
0,00

19,57
82,00

4,61
0,00

151,83

103,20

7,40

82,30

13,50

79,00

53,28

0,00

23,42

29,86

267,00
240,36

99,31
129,83

4,73
0,00

91,70
129,83

2,88
0,00

498,00

125,45

27,83

97,62

0,00

576,95
194,98

145,21
40,08

24,76
1,24

120,45
38,84

0,00
0,00

41,63

32,75

0,00

29,50

3,25

108,74

74,27

0,00

67,43

6,85

32,59

23,10

0,00

20,21

2,89

118,46

44,06

1,12

41,42

1,52

29,90

28,30

2,30

22,20

3,80

241

60

62

TANJUNG KARANG
PUSAT
TANJUNG KARANG
PUSAT
ENGGAL

63
64

ENGGAL
RAJABASA

65

RAJABASA

66

RAJABASA

67

RAJABASA

61

KALIAWI
KALIAWI
PERSADA
TANJUNG
KARANG
GUNUNG SARI
GEDONG
MENENG
RAJABASA
NUNYAI
RAJABASA
RAYA
RAJABASA
JAYA

JUMLAH

49,05

36,21

12,22

23,99

0,00

22,00

14,83

1,78

11,06

1,98

28,00

24,10

4,41

19,69

0,00

21,00

16,70

2,00

9,10

5,60

194,00

57,50

0,00

54,50

3,00

147,01

74,00

6,27

64,63

3,10

358,00

98,40

6,20

87,20

5,00

359,00

69,22

16,40

52,82

0,00

10318.52

4365.23
4365.23

483.01
3617.98
483.01
3617.98
264.24

264.24

Sumber: SK Walikota Bandar Lampung Nomor 406/III.24/HK/2016 tanggal 29 Maret Tahun 2016

Berdasarkan

hasil

verifikasi

dan

konstelasi

lokasi

kawasan

permukiman kumuh, maka dapat disusun profil permukiman kumuh di Kota
Bandar Lampung. Dalam penyusunan profil permukiman kumuh ini
didasarkan pada data base line Kotaku tahun 2015 menyangkut: luas
kawasan kumuh, persebaran kawasan kumuh, permasalahan utama, data
tentang bangunan, legalitas lahan, sosial ekonomi, jalan lingkungan,
drainase lingkungan, air minum, air limbah, persampahan, proteksi
kebakaran. Dalam profil tersebut dilengkapi dengan peta serta dokumen
foto kondisi kawasan permukiman kumuh.
Data baseline permukiman kumuh merupakan Data Dasar yang
digunakan untuk mengidentifikasi lokasi permukiman kumuh. Data baseline
didapat melalui pelaksanaan survey lapang (form isian, wawancara,
observasi) menggunakan metode proxy di tingkat basis (RT) dan Kelurahan
yang disinkronisasi dengan Dokumen-dokumen Pemerintah Kota Bandar
Lampung yang ada (RTRW, RDTR, RTBL, Data Statistik, Data IMB, Peta-Peta
Wilayah).
Dasar pelaksanaan mengikuti Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta
Karya nomor 40 tahun 2016 tentang pedoman umum Kota Tanpa Kumuh
dan Peraturan Menteri PUPR nomor 02 tahun 2016 tentang Peningkatan
Kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
242

Untuk lebih jelasnya profil permukiman kumuh di Kota Bandar
lampung dapat dilihat pada tabel 3.15 sampai 3.35.
Profil Kelembagaan dalam rangka Penanganan Perumahan dan
Permukiman Kumuh Lembaga/Dinas yang menangani perumahan dan
permukiman kumuh khususnya di Pemerintah Daerah Kota Bandar
Lampung menyangkut:

Tabel 7.2 Profil Kelembagaan Dalam Rangka Penanganan Perumahan Dan
Pemukiman Kumuh
No
1

Lembaga/Dinas
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2

Dinas Pekerjaan Umum






Jaringan Jalan
Jaringan Drainase
Air limbah
Infrastruktur lainnya

3

Dinas Perumahan dan Permukiman




Bangunan rumah RTLH
Perencanaan detail
tata ruang kawasan
permukiman kumuh

4

Dinas Pertanian



Penyediaan Bibit untuk
penghijauan serta
peningkatan ekonomi
masyarakat

5

Dinas Pariwisata



Peningkatan daya tarik
wisata serta Promosi
wisata yang ada di
Kawasan Permukiman

6

Dinas Kesehatan



Kesehatan dan
kebersihan lingkungan
yang terkait dengan
air limbah,
persampahan dan air
minum
PHBS





Aspek Penanganan
Perencanaan makro
yang terkait dengan
infrastruktur
perumahan dan
permukiman kumuh

243

7

Dinas Lingkungan Hidup







Penanganan kualitas
lingkungan
menyangkut: air
minum yang layak dan
air limbah dan sampah
Air limbah
Persampahan
RTH

8

Dinas Sosial



Kegiatan santuan
kepada masyarakat
penyandang cacat
dan manula

9

Dinas Tenaga Kerja



Pelatihan dan
pemberdayaan
tenaga kerja bagi
masyarakat
berpenghasilan rendah

10

Dinas Koperasi dan UKM



Pemberdayaan
ekonomi masyarakat
berpenghasilan rendah

11

Dinas Pemberdayaan Masyarakat



Pemberdayaan dan
sosialisasi pengelolaan
air minum,
persampahan dan
sanitasi lingkungan

12

Dinas Perikanan dan Kelautan



Pengelolaan laut dan
pantai

13

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana




Kampung KB
Pemberdayaan
perempuan dalam
penanganan
perumahan dan
permukiman kumuh

14

PDAM Way Rilau



Jaringan air bersih

Sumber : POKJA PKP Kota Bandar Lampung

244

A. Identifikasi Sebaran dan Penetapan Lokasi Kawasan Kumuh

Proses Identifikasi sebaran kumuh di Permukiman dilaksanakan
berdasarkan formulasi penghitungan kekumuhan lokasi permukiman
mengacu pada Lampiran 2 Peraturan Menteri PUPR nomor 02 tahun
2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Penetapan lokasi kumuh didasarkan atas dasar
formulasi data baseline yang telah dilakukan sebagaimana terlihat
pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 7.3 Rekap Data Baseline 67 Kelurahan

Sumber data Baseline 2015 (126 kelurahan)

B. Verifikasi Lokasi dan Delinasi Kawasan Permukiman Kumuh

Dalam penentuan kawasan verifikasi kumuh digunakan Tools
untuk menentukan klasifikasi kumuh yaitu sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
245

No.

02/PRT/m/2016

tentang

perumahan

kumuh

menentukan

klasifikasi

dan

peningkatan

permukiman

kumuh

serta

kualitas

kumuh,

penanganan

terhadap

yang

dapat

yang

akan

dilakukan. Dalam penentuan kawasan verifikasi kumuh terdapat 7
Aspek (Indikator) fisik yaitu :
1. Bangunan Gedung
2. Drainase Lingkungan
3. Proteksi Kebakaran
4. Jalan Lingkungan
5. Pengelolaan Air Limbah
6. Penyediaan Air Minum
7. Pengelolaan Persampahan

Dari beberapa aspek tersebut akan dijelaskan tentang kriteria,
parameter maupun nilainya seperti yang tersaji pada tabel 7.4.

246

Tabel 7.4 Kriteria Verifikasi Dan Delinasi Kawasan Permukiman Kumuh

247

248

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
02/prt/m/2016 tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukim
an kumuh

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian
tersebut di atas, selanjutnya lokasi perumahan dan permukiman kumuh
dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan
dalam tabel berikut:

249

Tabel 7.5 Formulasi Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas
Penanganan

Berdasarkan tools tersebut dilakukan pengolahan data baseline kotaku
sehingga dapat diketahui klasifikasi kumuh dimasing-masing kelurahan
serta luasan permukiman kumuhnya. dari hasil verifikasi lokasi permukiman
kumuh dapat dijelaskan bahwa:


Dalam

SK

permukiman

Walikota
kumuh

Bandar

Lampung

menjelaskan

lokasi

tahun

2016

permukiman

tentang
kumuh

berjumlah 67 kelurahan. Hasil verifikasi yang telah dilakukan
berjumlah 67 Kelurahan.


Luasan permukiman kumuh berdasarkan SK kumuh adalah 4.365,25
ha, dimana kumuh berat seluas 483 ha, kumuh sedang 3.618 ha serta
kumuh ringan 264,25 ha. Hasil verifikasi dari SK kumuh menunjukkan
hasil yang sama yaitu seluas 4.365,25 ha. Namun demikian untuk
masing-masing klasifikasi kumuh terdapat perbedaan antara SK
kumuh dengan hasil verifikasi, berdasarkan hasil verifikasi kumuh

250

berat seluas 44,55 ha, kumuh sedang 2.073,05 ha sedangkan kumuh
ringan 2.247,66 ha.


Kesimpulan bahwa : kumuh berat berdasarkan SK kumuh seluas 483
ha, sedangkan hasil verifikasi 44,55 ha jadi lebih sedikit luasannya
dibandingkan SK kumuh, perbedaannya 438,45 ha. Untuk kumuh
sedang berdasarkan SK kumuh seluas 3.618 ha, sedangkan hasil
verfikasi seluas 2.073,05 ha jadi lebih sedikit dibandingkan dengan SK
kumuh,

perbedaannya

1.544,95

ha.

Adapun

kumuh

ringan

berdasarkan SK kumuh seluas 264,25 ha, sedangkan hasil verifikasi
seluas 2.247,66 ha jadi lebih besar dibandingkan SK kumuh,
perbedaannya 1,983,41 ha.
Untuk lebih jelasnya perbandingan SK kumuh dengan hasil
verifikasi dapat dilihat pada tabel berikut

251

Tabel 7.6 Hasil Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh Di Kota Bandar
Lampung Tahun 2016

252

Sumber : Hasil Verifikasi, Tahun 2016

ii.

Kondisi Eksisting Permukiman

Berdasarkan SK Walikota Bandar Lampung Nomor 406/III.24/HK/2016
tentang lokasi permukiman kumuh, hasil verifikasi lokasi, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung serta kondisi fisik,
berdasarkan kalsifikasi Tipologi Lampiran 2 PERMEN PUPR nomor : 2
Tahun 2016, yaitu :

Tabel 7.7 Konstelasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bandar
Lampung
NO
1

TIPOLOGI
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Atas Air

LOKASI
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang
berada di atas air, baik
daerah pasang surut, rawa,
sungai ataupun laut.

253

2

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Tepi Air

Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang
berada di tepi badan air,
(sungai, pantai, danau,
waduk, dan sebagainya),
namun berada diluar garis
sempadan badan.

3

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Dataran
Rendah

Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang
berada di daerah dataran
rendah dengan kemiringan
lereng < 10 %.

4

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di
Perbukitan

Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang
berada di daerah dataran
tinggi dengan kemiringan
lereng > 10 % dan < 40 %.

5

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Daerah
Rawan Bencana

Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang
terletak di daerah rawan
bencana alam, khususnya
bencana alam tanah
longsor, gempa bumi dan
banjir.

Maka dapat dirumuskan tipologi kawasan permukiman kumuh di Kota
Bandar Lampung dalam tabel berikut:

254

Tabel 7.8 Konstelasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bandar Lampung

255

256

Sumber: Hasil Konstelasi Kawasan Permukiman Kumuh POKJA PKP Nuwo Berseri, Tahun 2016

Sesuai dengan hasil verifikasi lokasi serta deliniasi kawasan kumuh
berdasarkan

tipologinya,

dapat

disatukan

dalam

satu

kawasan

berdasarkan konstelasi permukiman kumuh. Secara kosepsual konstelasi
permukiman kumuh mempertimbangkan struktur kota meliputi kesatuan
jaringan infrastruktur seperti jaringan jalan, drainase dan jaringan lainnya.
Disamping itu, menyangkut intensitas peruntukan lahan kawasan tersebut
seperti instensitas peruntukan lahan untuk perumahan maupun peruntukan
lahan lainnya. Hasil dari konstelasi antar lokasi permukiman kumuh,
didapatkan jumlah kawasan permukiman kumuh yang perlu dilakukan
penanganan. Luas wilayah konstilasi antar kawasan permukiman kumuh
adalah 714,74 Ha, untuk lebih jelasnya kawasan permukiman kumuh
berdasarkan konstelasi di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel
dan Profil 20 kawasan kumuh yang ada di Kota Bandar Lampung.

257

Gambar 7.1 Peta Konstelasi Kawasan Kumuh

258

Tabel 7.9 Luas Kawasan Konstelasi Permukiman Kumuh Kota Bandar
Lampung
NAMA KAWASAN
Negeri Alam
Negeri Baru
Negeri Baruna
Negeri Ceria
Negeri Hijau
Negeri Kail
Negeri Kalpataru
Negeri Kedamaian
Negeri Kuala
Negeri Mandiri
Negeri Mina
Negeri Niaga
Negeri Pandai
Negeri Pemimpin
Negeri Permai
Negeri Ragom
Negeri Rintis
Negeri Sejarah
Negeri Teluk Mas
Negeri Tiga
Konstilasi 3 Kawasan (Negeri Kuala – Negeri
Hijau – Negeri Tiga)
TOTAL LUAS KONSTILASI

LUAS KONSTILASI (Ha)
76.68
24.07
20.18
18.57
6.07
25.33
78.48
101.47
2.62
19.45
28.5
0.65
72.55
15.98
35.75
110.11
5.46
6.51
0.67
25.9
40.74
715.74

259

7.1.2 Sasaran Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman

kawasan

perkotaan

dan

kawasan

perdesaan.

Pengembangan permukiman kawasan Perkotaan terdiri dari :
1)

Pengembangan

kawasan

permukiman

baru

dalam

bentuk

pembangunan Rusunawa serta
2)

Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan Perdesaan terdiri dari :
1)

Pengembangan kawaan permukiman pedesaan untuk kawasan
potenisal (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta
perbatasan dan pulau kecil,

2)

Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program
PISEW (RISE),

3)

Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP
dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan


Infrastruktur kawasan permukiman kumuh



Infrastruktur permukiman RSH



Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Pembangunan Kawasan Permukiman Perdesaan


Infrastruktur

kawasan

permukiman

perdesaan

potensial

(agropolitan/minapolitan)


Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
260



Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil



Infrastruktur kawasan permukiman kegiatan ekonomi dan sosial
(PISEW)



Infrastruktur perdesaan PPIP



Infrastruktur RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar
dalam gambar berikut:
Gambar 7.2 Alur Fungsi dan Program Pengembangan Permukiman
a. penyusunann kebijakan teknis dan
strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan ;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik
dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman di perkotaan dan
pembangunan kawasan perdesaan
potensial ;

c. pembinaan teknik, pengawasan teknik
dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh terma- suk
peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana ;

Pembangungan
kwsn. Permukiman baru
perkotaan

Penyusunan :.
SPPIP dan
RPKPP

Pengemb kim
baru

Pningkatan kualitas kim kumuh
perkotaan

DIREKTIF
PRESIDEN
 Klaster II
 PNPM

 Klaster IV
Pengemb Kws
perdesaan
potenisal

Pembangunan
Rusunawa

PNPM perkotaan
plus

Penataan
Permukiman
Kumuh

 Peningkatan
kehidupan
masy msikin
perkotaan
 Peningkatan
kehidupan
nelayan

PembPerdesaan
potensial : KSK,
agro, mina
d. pembinaan teknik, pengawasan teknik
dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertiggal,
terpencil, daerah perbatasan dan
pulau-pulau kecil termasuk
penanggulangan bencana alam dan
kerusakan sosial ;

e. penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta
masyarakat di bidang pengembangan
permukiman ; dan

Pengemb kws
perbatasan

Pembng. Kwsn
perbatasan

Pengemb kws
perdesaan
tertinggal,
terpencil, dll

Penanganan
Kawasan
Perbatasan

Pembng.perdesaa
n melalui pmbrdy
masy

Pmbng.kws
permukiman psca
bencana

Pengemb kws

permukiman
pasca

bencana
Penyusunan NSPM Bangkim

f. pelaksanaan tata usaha dan Direktorat
Manajemen perkantoran/Reformasi Birokrasi

Gambar 7.2 Alur Program Pengembangan Permukiman

261

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam

pengembangan

permukiman

terdapat

kriteria

yang

menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut .
1.

Umum
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
• Kesiapan lahan (sudah tersedia)
• Sudah tersedia (DED).
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,
Masterplan Kawasan Agropolitan, Metropolitan dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem
bisa berfungsi.
• Ada unit pelaksanaan kegiatan.
• Ada lembaga pengelola pasca kontruksi.

2.

Khusus
Rusunawa
• Kesedian Pemda untuk penandatanganan MoA
• Dalam Rangka penangananKawasan Kumuh
• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,
dan PSD lainnya
• Ada calon Penghuni
Selain kriteria kesiapan seperti diatas terdapat beberapa kriteria yang

harus

diperhatikan

dalam

pengusulan

kegiatan

pengembangan

permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan.
Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan
262

kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana,
sarana, dan utiltas umum (3) penurunan kualitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut :
1.

Vitalitas Non Ekonomi
a.

Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai
legalitas kawasan dalam ruang kota.

b.

Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permikiman
kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas
bangunan yang terdapat didalamnya.

c.

Kondisi kependudukan dalam kawasan permukimman kumuh
yang

dinilai,

mempunyai

indikasi

terhadap

penanganan

kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan
kepadatan penduduk.
2.

Vitalitas Ekonomi Kawasan
a.

Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b.

Fungsi

kawasan

dalam

peruntukan

ruang

kota,

dimana

ketekaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan
pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang
ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusatpusat

aktivitas

bisnis

dan

perdagangan

seperti

pasar,

terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

263

c.

Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian
penduduk kawasan permukiman kumuh.

3.

4.

5.

Status Kepemilikan Tanah
a.

Stastus pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman

b.

Status sertifikat tanah yang ada

Keadaan Prasaran dan Sarana
a.

Kondisi Jalan

b.

Drainase

c.

Air bersih

d.

Air limbah

Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a.

Keinginan
kawasan

pemerintah
kumuh

untuk

dengan

penyelenggraan

indikasi

penyediaan

penanganan
dana

dan

mekanisme kelembagaan penangannya.
b.

Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya
rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk
(master plan) kawasan dan lainnya.

Secara sistematis sistem infrastruktur permukiman di Kota Bandar
Lampung yang diusulkan dalam prioritas program infrastruktur permukiman
adalah sebagai berikut:
Tabel 7.10 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota
Bandar Lampung
No Program/Kegiatan

Kondisi Saat Ini

1.

Penataan dan
Peremajaan
Kawasan

Masih banyaknya kawasankawasan kumuh yang belum
tertangani

2.

Pengembangan
RUSUNAWA

Masih banyaknya masyarakat
berpenghasilan rendah yang
mempunyai tempat tinggal yang

Kondisi Yang
Diinginkan
Meningkatnya
kehidupan masyarakat
di kawasan
permukiman kumuh
Pemenuhan kebutuhan
perumahan bagi
seluruh lapisan

264

No Program/Kegiatan

Kondisi Saat Ini
layak dan menempati tanahtanah ilegal

3.

Peningkatan
Prasarana dan
Sarana bagi RSH

Kondisi PSD RSH masih banyak
yang kurang memadai

4.

Peningkatan Kualitas
Permukiman

Masih rendahnya kualitas
permukiman di Kota Bandar
Lampung

Kondisi Yang
Diinginkan
masyarakat sebagai
salah satu kebutuhan
dasar
Meningkatnya
kapasitas pelayanan
PSD RSH baik skala
lingkungan, kota dan
wilayah
Permukiman yang
sehat, aman, harmonis
dan berkelanjutan
guna mendukung
pengembangan jatidiri,
kemandirian dan
produktivitas
masyarakat

Sumber : Analisis RPIJM Kota Bandar Lampung 2015 – 2019

Usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman di Kota
Bandar Lampung secara rinci seperti tertera pada tabel berikut.
Masing-masing proyek disusun dengan memperhatikan fungsionalisasi
proyek yang akan dilaksanakan, disusun berdasarkan urutan prioritas
penanganan, sehingga diperoleh paket-paket proyek fungsional.
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

7.2

Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan
265

Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Kota
Bandar Lampung diperkuat dengan adanya peraturan daerah dan
peraturan lainnya.
Tabel 7.11 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota terkait Penataan
Bangunan dan Lingkungan di Kota Bandar Lampung
Perda/Pergub/Perwali/Peraturan lainnya
No

Jenis Produk
Pengaturan

Nomor
dan
Tahun

Amanat
Tentang

1

Peraturan Daerah

-

Ranperda Bangunan
Gedung

2

Peraturan Lainnya

-

Izin Mendirikan
Bangunan

Penyelenggaraan
Peraturan
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan

Sumber : Bappeda Kota Bandar Lampung, 2015

Penggunaan lahan di Kota Bandar Lampung secara eksisting sampai
saat ini secara garis besar terdiri dari kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Kegiatan reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung secara
eksisting juga telah menambah luas daratan Kota Bandar Lampung, jika
pada tahun 2003 luas Kota Bandar Lampung hanya 19.218 Ha, maka saat
ini akibat adanya kegiatan tersebut luas Kota Bandar Lampung sudah
berjumlah 19.722 Ha. Secara umum jumlah lahan terbangun sampai saat
ini telah berjumlah 10.870,93 Ha atau sekitar 55,12 % dari seluruh luas Kota
Bandar Lampung, sedangkan lahan yang belum terbangun saat ini
memiliki luas sekitar 8.851,07 Ha atau sekitar 44,88 %. Untuk lebih jelasnya
tentang jenis dan luas penggunaan lahan di Kota Bandar Lampung dapat
dilihat pada tabel berikut.
266

Mengenai kebersihan dan keindahan Kota Bandar Lampung dalam
beberapa tahun terakhir dapat dikatakan mengalami penurunan. Salah
satu penyebabnya adalah bertambahnya pedagang kaki lima dan
kantong-kantong permukiman kumuh.Bertambahnya jumlah penduduk
dan perilaku penduduk yang kurang peduli terhadap lingkungan
berakibat terhadap seringnya terjadi banjir apabila terjadi hujan. Banjir
hampir merata terjadi di beberapa lokasi akibat banyaknya penumpukan
sampah dan Lumpur, sistem drainase dan gorong-gorong yang tidak
berfungsi dengan baik.
Hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam memelihara
kondisi lingkungan hidup Kota Bandar Lampung adalah mengintegrasikan
fungsi

sungai

yang

ada

sebagai

pengendali

banjir,

pengaturan

pemanfaatan kawasan gunung dan berbukit sebagai daerah resapan,
penataan ruang terbuka hijau dan pengelolaan kawasan pantai/pesisir.
A. Penataan Lingkungan Permukiman
Seiring

dengan

pertambahan

penduduk

dan

perkembangan

berbagai kegiatan perkotaan, kondisi permukiman semakin lama semakin
menurun. Beberapa lokasi permukiman mengalami penurunan kualitas
lingkungan akibat perkembangan kegiatan yang terjadi disekitarnya.
Sementara beberapa lokasi lainnya sejak awal berada dibawah standar
lingkungan perkotaan yang sehat dan nyaman akibat lokasi rumah yang
kurang memadai.
B. Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Pemerintah

Kota

Bandar

Lampung

melalui

Dinas

Tata

Kota

mengeluarkan suatu prosedur tentang perizinan kepada seluruh warga
masyarakat

Kota

Bandar

Lampung

yang

akan

melaksanakan
267

pembangunan/menggunakan

lahan

dan

hak

atas

tanah/sertifikat

diharuskan memiliki ijin peruntukan penggunaan tanah (Keterangan
Rencana Kota) dari Pemerintah Kota Bandar Lampung.

268

Tabel 7.12 Penataan Lingkungan Permukiman di Kota Bandar Lampung
Kawasan
Tradisional/Bersejarah

Nama Kawasan

Dukungan
Infrastruktur
CK

Kawasan
Bersejarah Situs
Budaya di
Kelurahan
Kedamaian

Jalan Akses

Kawasan
Bersejarah Situs
Budaya di
Kelurahan
Negeri Olok
Gading

Jalan Akses

RTH

Lokasi/Nama RTH
Kawasan Metropolitan
Bandarlampung
(KawasanPelabuhan
Terpadu Panjang)

Kawasan Pelabuhan
Terpadu Panjang

Pemenuhan SPM

Penanganan Kebakaran

Luas RTH

% Luas
RTH

Ketersediaan
IMB

%
IMB

HSBGN

Instansi

-

-

-

-

-

Dinas
Kebakaran

Belum
ada
data
lengkap

Prasarana
Kebakaran
Pos Pemadam
Kebakaran,
Hidran
Kebakaran

Belum ada data
lengkap

Pengembangan kawasan
olahraga terpadu di
Kemiling
Kawasan Minapolitan di
Lempasing dan Pulau
Pasaran Kecamatan Teluk
Betung Barat
Sumber :Analisis RPIJM Kota Bandar Lampung, 2015

269

Tabel 7.13 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara di Kota Bandar Lampung
No
1

Jumlah bangunan
136 unit

Kondisi Bangunan
Baik

RR

97

RB

27

Kepemilikan
Milik Pemerintah

Fungsi
Perkantoran dan pertamanan

12 Daerah

Sumber : DPPKAD Bandar Lampung, 2015

270

Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan penataan kawasan kumuh
salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar
Lampung adalah peningkatan peran serta masyarakat didalam aktivitas
penataan kawasan kumuh baik yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan (konstruksi) maupun pasca konstruksi.
Pemerintah Kota Bandar Lampungdalam menata lingkungan kumuh
berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat telah
mencanangkan program “Gema Tapis Berseri”, yaitu suatu program yang
direncanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Program ini tidak
hanya

menangani

masalah

kebutuhan

penanganan

infrastruktur

melainkan juga program bantuan pengembangan ekonomi masyarakat.
Program ini dimulai sejak tahun 2005 dengan alokasi dana Rp. 120.000.000
per kelurahan setiap tahunnya. Selain program daerah tersebut, di Kota
Bandar

Lampung

juga

terdapat

nasional

untuk

pemberdayaan

masyarakat yakni NUSSP, P2KP dan PKPS-BBM. Di tahun 2014 ini terdapat 98
lokasi sasaran P2KP yang tersebar di Kota Bandar Lampung dengan total
pembiayaan Rp 18.382.500.000,-.
Tabel 7.14 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
di Kota Bandar Lampung
No.

Kecamatan

Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)

Kegiatan Pemberdayaan
Lainnya

1

Teluk Betung Barat

BLM P2KP di Sukamaju,
Keteguhan, Kota Karang,
Perwata, Bakung, Kuripan,
Negeri Olok Gading, Sukarame
2

-

2

Teluk Betung Selatan

BLM P2KP Gedong Pakuon,
Talang, Pesawahan, Teluk
Betung, Kangkung, Bumi
Waras, Pecoh Raya, Sukaraja,
Garuntang, Way Lunik,

-

271

No.

Kecamatan

Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)

Kegiatan Pemberdayaan
Lainnya

Ketapang
3

Panjang

BLM P2KP Srengsem, Panjang
Selatan, Panjang Utara,
Pidada, Way Laga, Way
Gubak, Karang Maritim

-

4

Tanjung Karang
Timur

BLM P2KP Rawa Laut, Kota
Baru, Tanjung Agung, Kebon
Jeruk, Sawah Lama, Sawah
Brebes, Jagabaya 1,
Kedamaian, Tanjung Raya,
Tanjung Gading, Campang
Raya

-

5

Teluk Betung Utara

BLM P2KP Kupang Kota,
Gunung Mas, Kupang Teba,
Kupang Raya, Pahoman,
Sumur Batu, Gulak Galik,
Pengajaran, Sumur Putri, Batu
Putu

-

6

Tanjung Karang
Pusat

BLM P2KP Durian Payung,
Gotong Royong, Enggal, Pelita,
Palapa, Kaliawi, Kelapa Tiga,
Tanjung Karang, Gunung Sari,
Pasir Gintung, Penengahan

-

7

Tanjung Karang
Barat

BLM P2KP Susunan Baru,
Sukadanaham, Suka Jawa,
Gedong Air, Segala Mider,
Gunung Terang

-

8

Kemiling

BLM P2KP Sumber Agung,
Kedaung, Pinang Jaya,
Beringin Raya, Sumber Rejo,
Kemiling Permai, Langkapura

-

9

Kedaton

BLM P2KP Sukamenanti,
Sidodadi, Surabaya, Perumnas
Way Halim, Kedaton, Labuhan
Ratu, Kampung Baru, Sepang
Jaya

-

10

Rajabasa

BLM P2KP Gedong Meneng,
Rajabasa, Rajabasa Raya,
Rajabasa Jaya

-

11

Tanjung Senang

BLM P2KP Labuhan Dalam,

-

272

No.

Kecamatan

Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)

Kegiatan Pemberdayaan
Lainnya

Tanjung Senang, Way Kandis,
Perumnas Way Kandis
12

Sukarame

BLM P2KP Gunung Sulah, Way
Halim Permai, Sukarame, Way
Dadi, Harapan Jaya

-

13

Sukabumi

BLM P2KP Jagabaya 2,
Jagabaya 3, Tanjung Baru,
Kalibalau Kencan, Sukabumi
Indah, Sukabumi

-

14

Kota Bandar
Lampung

-

NUSP-2

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, 2015

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan
yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan
ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan
maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan
lingkungan.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya
bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri,
sedangkan misinya adalah: i) Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, berjati diri, serasi dan
selaras, ii) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan
lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa
permasalahan dan tantangan yang antara lain:
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

273



Kurang

ditegakkannya

aturan

keselamatan,

keamanan

dan

kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah
rawan bencana


Kurangnya prasarana dan sarana hidran kebakaran, bahkan
banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian



Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan

2. Permasalahan dan tantangan di Bidang Gedung dan Rumah Negara


Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan



Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang
tertib dan efisien



Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasi dengan
baik

3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan


Permukiman kumuh bantaran sungai di Kota Bandar Lampung yang
terdapat pada Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan,
Kedaton, Panjang, Tanjung Karang Timur, Teluk Betung Utara,
Tanjung Karang Pusat, Sukarame dan Sukabumi dengan total 2.487
unit rumah (PU Kota Bandar Lampung)



Permukiman lereng bukit di Kota Bandar Lampung terdapat pada
Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Panjang,
Tanjung Karang Timur, Teluk Betung Utara,

Tanjung Karang Pusat,

Tanjung Karang Barat, Kemiling dan Kedaton. Total rumah yang ada
di kawasan ini adalah 7.028 unit.


Permukiman kumuh Rel KA di Kota Bandar Lampung terdapat pada
Kecamatan Teluk Betung Selatan, Panjang, Tanjung Karang Timur,
274

Tanjung Karang Pusat, Kedaton, Rajabasa. Total rumah yang ada di
kawasan ini adalah 2.035 unit.


Permukiman penduduk di daerah SUTET terdapat di Kecamatan
Teluk Betung Selatan dengan jumlah rumah 8 unit.



Permukiman kumuh di kawasan pantai, sebagian besar terdiri dari
perkampungan nelayan yang berada di Kecamatan Telukbetung
Barat, Telukbetung Selatan, dan Panjang dengan total jumlah rumah
1.918 unit.



Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan
bangunan gedung bersejarah, padahal mempunyai potensi wisata



Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi
ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota



Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah
raga, dan lain-lain

4. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di
Perkotaan


Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan
peran masyarakat



Belum

dilibatkannya

perencanaan

dan

masyarakat

secara

penetapan

prioritas

aktif

dalam

proses

pembangunan

di

wilayahnya
Rencana tata bangunan dan lingkungan pada dasarnya bertitik tolak
kepada

peraturan

perundang-undangan

maupun

kebijakan

yang

berlaku. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. Peraturan

Pemerintah

No.

36

Tahun

2005

Tentang

Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Bangunan Gedung
275

3. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Ruang Wilayah
Kota Bandar Lampung 2011-2030
Pokok-pokok

permasalahan

dan

tantangan

dalam

penataan

lingkungan di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya

daya

dukung

lingkungan

diantaranya

dengan

meningkatnya lingkunngan permukiman kumuh
2. Kondisi fisik dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan teknis
dan kesehatan karena tidak tersedianya prasarana dan sarana
permukiman yang memadai
3. Tata letak bangunan tidak teraturdan kondisi bangunan sangat buruk,
bahan bangunan yang digunakan bersifat semi permanent
4. Kurangnya ketersediaan taman-taman dan ruang terbuka hijau di
beberapa lingkungan permukiman
5. Bukit-bukit yang dapat dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau
telah di eksploitasi untuk kegiatan penambangan dan kegiatan
pembangunan lainnya
6. Hutan kota di wilayah Sukarame belum optimal berfungsi sebagai ruang
terbuka hijau karena kondisi tanaman yang tidak terpelihara dengan
baik
7. Masih sangat kurangnya pohon-pohon peneduh dan pohon untuk
mengurangi polusi di sepanjang jalan-jalan utama kota dan di sekitar
wilayah industri

Tabel 7.15 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan
dan Lingkungan di Kota Bandar Lampung
No.
A
1

Permasalahan
Tantangan
yang Dihadapi
Pengembangan
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Aspek Teknis
Menurunnya daya
Meningkatnya
dukung lingkungan lingkunngan
permukiman
Aspek PBL

Alternatif Solusi
Meningkatkan kualitas
fungsional dan kualitas
visual ruang kawasan

276

No.

Aspek PBL

2

Aspek Kelembagaan

3

Aspek Pembiayaan

4

5

B
1

2

Aspek Pembiayaan

4

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta

5

Aspek Lingkungan
Permukiman

1

Tantangan
Pengembangan
kumuh

Rendahnya kualitas pelayanan publik
dan perijinan

Alternatif Solusi
sehingga kawasan
menjadi lebih menarik
dan nyaman
Kegiatan diseminasi
peraturan perundangundangan penataan
bangunan dan
lingkungan

Pembiayaan penataan lingkungan
permukiman masih belum maksimal
Aspek Peran Serta
Belum dilibatkannya masyarakat secara
Masyarakat/Swasta
aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di
wilayahnya
Aspek Lingkungan
Kondisi fisik dan
Tidak tersedianya
Pembangunan sarana
Permukiman
lingkungan yang
prasarana dan
lingkungan hijau/open
tidak memenuhi
sarana
space atau public
space, sarana olah
persyaratan teknis
permukiman yang
raga, dan lain-lain
dan kesehatan
memadai
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Aspek Teknis
Tata letak bangunan tidak teratur dan
Rehabilitasi bangunan
kondisi bangunan sangat buruk, bahan
gedung negara
bangunan yang digunakan bersifat semi
permanent
Aspek Kelembagaan
Kurang
Lemahnya
Pengelolaan
ditegakkannya
pengaturan
bangunan gedung
aturan
penyelenggaraan
dan rumah negara
keselamatan,
Bangunan Gedung
keamanan dan
serta rendahnya
kenyamanan
kualitas pelayanan
Bangunan
publik dan perijinan
Gedung termasuk
pada daerahdaerah rawan
bencana

3

C

Permasalahan
yang Dihadapi

Pembiayaan penyelenggaraan
bangunan gedung terutama
pengaturan perizinan masih belum
maksimal
Belum dilibatkannya masyarakat secara
aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di
wilayahnya
Kurangnya ketersediaan taman-taman
dan ruang terbuka hijau di beberapa
lingkungan permukiman

Percontohan
aksesibilitas pada
bangunan gedung
dan lingkungan
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Aspek Teknis
Belum dilibatkannya masyarakat secara
Mewujudkan

277

No.

Permasalahan
Tantangan
yang Dihadapi
Pengembangan
aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di
wilayahnya

Aspek PBL

2

Aspek Kelembagaan

3

Aspek Pembiayaan

4

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta

5

Aspek Lingkungan
Permukiman

Belum mantapnya kelembagaan
komunitas untuk meningkatkan peran
masyarakat
Pembiayaan pemberdayaan
masyarakat masih belum maksimal
Belum dilibatkannya masyarakat secara
aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di
wilayahnya
Masih diperlukan penanganan terhadap
jumlah penduduk miskin

Alternatif Solusi
lingkungan fisik
kawasan yang bersih,
estetis dan nyaman
sehingga dapat
menunjang
terbentuknya citra
kawasan yang
mendukung
pengembangan
ekonomi masyarakat

Bantuan teknis
penanggulangan
kemiskinan di
perkotaan

Sumber : Analisis RPIJM Kota Bandar Lampung, 2014

7.2.2 Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari :
a.

Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman ;

b.

Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara ;

c.

Kegiatan

Pemberdayaan

Komunitas

dalam

Penanggulangan

Kemiskinan
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan
(Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,
indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika
diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani
278

pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur
dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah
:


Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus :
• Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda
Bangunan Gedung ;
• Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG.



Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas :
• Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
• Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah
ada PJM Pronangkis-nya;
• Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
• Ada rencana pengembangandan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat ;
• Kesepian pengelolaan oleh stakeholder setempat


Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) :
Kriteria Lokasi :
• Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
• Kawasan terbangun yang memerlukan penataan ;
• Kawasan yang dilestarikan/heritage;
• Kawasan rawan bencana;
• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha,
fungsi sosial/budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus,
kawasan sentra niaga (central business ditrict);
279

• Kawasan strategis menurut RTRW kabupaten/kota;
• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
Pemerintah daerah, swasta, masyrakat yang terintegrasi dengan
rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
• Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat;


Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan,Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana tindak berisikan program bangunan dan lingkungan
termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan
pengendalian rencana dan pelaksana serta DAED/DED.
Kriteria Umum :
• Sudah

memiliki

RTBL

atau

merupakan

turunan

dari

lokasi

perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
• Turunan dari Tata Ruang atau masuk dalam skenario pengembanan
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha) ;
• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
Pemerintah
dengan

daerah,

Rencana

swasta,
Tata

masyarakat

Ruang

dan/atau

yang

terintegrasi

pengembangan

wilayahnya;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan
Revitalisasi Kawasan :
• Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
• Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas ;
• Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota ;
• Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan
masyarakat ;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
280

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka
Hijau :
• Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia
dengan taman (RTH Publik) ;
• Area

memanjang/jalur

dan/atau

mengelompok,

yang

penggunaanya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik
alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata Ruang );
• Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal
20% dari luas wilayah kota;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman
Tradisional Bersejarah :
• Lokasi

terjangkau

dan

dikenal

oleh

masyarakat

setempat

(kota/kabupaten) ;
• Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang
khas dan estetis;
• Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tindak memadai ;
• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat ;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.


Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK) :
• Ada Perda Bangunan Gedung ;
• Kota/kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang ;
• Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko
tinggi ;
• Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP NO. 26/2008
tentang Tata Ruang ;

281

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat ;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.


Kriteria

dukungan

PSD

Untuk

Revitalisasi

Kawasan,

RTH

dan

Permukiman Tradisional/Gedung Bersejarah :
• Mempunyai

dokumen

Rencana

Tindak

PRK/RTH/permukiman

Tradisional Bersejarah ;
• Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya ;
• Ada DDUB ;
• Dukungan Pemerintah Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun
anggaran ;
• Khusus

dukungan

Sarana

dan

Prasarana

untuk

permukiman

tradisional, diuatamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang
publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur
tradisionalnya ;
• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat ;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.


Krteria Dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran
• Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah
(minimal Sk/peraturan bupati/walikota) ;
• Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD) ;
• Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun ;
• Ada lahan yang disediakan Pemda ;
• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta , dan
masyarakat ;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

282



Krteria

Dukungan

Aksesibilitas

Pada

Bangunan

Gedung

dan

Lingkungan
• Bangunan gedung negara/kantor pemerintah ;
• Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat
peribadatan, terminal, stasiun, bandara) ;
• Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitasnya
sosial masyarakat (taman, alun-alun) ;
• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

7.2.3 Usulan

Kebutuhan

Program

Sektor

Penataan

Bangunan

dan

Lingkungan
Usulan dan Prioritas Program dalam penataan bangunan dan
lingkungan di Kota Bandar Lampung diprioritaskan pada kawasan yang
sudah mengalami degradasi fungsi, peranan dan kualitas kawasan, baik
melalui bantuan teknis maupun program pemberdayaan masyarakat
yang selama ini masyarakat sangat mendukung setiap program/ kegiatan
yang masuk di wilayahnya.
Usulan dan prioritas program Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kota Bandar Lampung selengkapnya seperti tertera pada tabel berikut.

7.3

Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Secara umum sistem penyediaan air minum dan air bersih di Kota
Bandar Lampung mencakup sistem penyediaan air minum dengan sistem
perpipaan dan non perpipaan.

Sedangkan sistem pengelolaannya

dilakukan / dikelola oleh pemerintah daerah dan masyarakat.

Sistem
283

pengelolaan air minum oleh pemerintah daerah di selenggarakan oleh
PDAM Way Rilau.
Kondisi alam dan topografi kota Bandar Lampung yang terletak pada
ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan air laut dengan kondisi daerah
merupakan dataran berbukit hingga bergunung, berombak hingga
bergelombang, dataran alluvial, daerah rawa pasang surut dan River
Basinsecara tidak langsung berpengaruh terhadap sistem penyediaan air
minum dan air bersih guna memenuhi kebutuhan masyarakat kota Bandar
Lampung.

Keadaan topografi daerah perlu menjadi perhatian dalam

pengembangan SPAM perpipaan.

Sedangkan kondisi daerah yang

merupakan rawa pasang surut dan River Basin berpengaruh terhadap
kualitas sumber air baku yang ada.
Sistem penyediaan air minum dan air bersih non perpipaan dikelola
oleh swadaya masyarakat dengan membuat sumur – sumur dangkal dan
sumur dalam di rumah – rum