PERAN SO SIAL W ANITA M USLIM AH DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna)

  PERAN SO SIAL W ANITA M USLIM AH DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna) SKRIPSI

  Diajukan untuk M emenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat G una M emperoleh G elar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2008

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : \v\v\\ .stainsalatiua.ae.id E -m ail:

  

D E K L A R A S I

BismiUahirrahntanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 20 Agustus 2008 Peneliti

  IDATUL FITRI NIM. 111 01 46

  Dr. Muh Saerozi, M.Ag Dosen STAIN Salatiga

  Salatiga, 20 Agustus 2008

NOTA PEMBIMBING

  Lamp. : 3 eksemplar Kepada Yth. Hal : Naskah Skripsi

  Ketua STAIN Salatiga Sdr. Idatul Fitri di -

  SALATIGA Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama : Idatul Fitri NIM. : 111 01 046 Jurusan : Tarbiyah

  Progdi : PAI Judul : PERAN SOSIAL WANITA MUSLIMAH DALAM

  PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna) Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

P E N G E S A H A N

  SKRIPSI Saudari : Idatul Fitri dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  

111 01 046 yang berjudul PERAN SOSIAL WANITA MUSLIM DALAM

PENDIDIK dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Program Studi

  Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 16 September 2008 M, yang bertepatan dengan tanggal 16 Ramadhan 1429 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

  Salatiga, 16» 2008 M

  16 Ramadhan 1429 H Panitia Ujian

  Ketxfd Sidang Sekretaris

  r. Imam Sutomo, M.Ag Dr. Muh. S aeroA M.Ag / NIP. 150 216 814 NIP. 150 247 014

  Penguji II

  Yedi Efriadi, M.Ag 150 318 023

  MOTTO “Sekuat apapun kesadaran seseorang atau sejernih apa pun pikiran seseorang, jik a tak m em iliki keinginan ya n g kuat, m aka pikiran-pikiran itu tidak akan m enjadi kenyataan ” ( H. M. Anis M atta, L c .) * "O rang ya n g hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan m ati sebagai orang kerdil. Akan tetapi orang ya n g hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan m ati sebagai orang besar( Sayyid Quthb ) *

  

PERSEMBAHAN

S krip si in i ku persembahkan kepada :

1. Bapak- dan m am ali tercinta ya n g telah mengasuh, membimbingku dalam langkah hidupku, terima kasih ata s segala pengorbanannya.

  2. % akgk,dan keponakanku tersayang

  

3. Teman- tem an seperjuangan d i Safira, Zam rud, WaCisong, N u r N am idah MHbawani,

V sta d za h - V sta d za h BJ4V<D H 'N u r u f Islam Suruh

  / T N u r u f Islam Suruh

4. Bara m ujahid kecikku d i BJ4 Z)B>

  KATA PEN GA N TAR Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam.

  Hanya dengan izin dan karuniaNya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, Nabi penutup zaman yang telah memberi bimbingan dan tauladan kepada umatnya.

  Dalam penulisan skripsi yang berjudul PERAN SOSIAL WANI'I'A MUSLIMAT! DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al

  Banna), yang dimaksudkan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, penulis berusaha mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki. Semoga penulis dan pembaca dapat mengambil manfaat dari skripsi ini.

  Amin.

  Dengan penuh rrsa hormat, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : L Bpk. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis.

  3. Bapak dan ibu dosen serta karyawan karyawati STAIN Salatiga yang telah

  4. Bapak, Mamak dan kakakku tercinta yang senantiasa mendidik, mengarahkan dan banyak berkorban baik moril maupun spirituil.

  5. Sahabat Comp yang banyak membantu dalam mengetikkan skripsi ini.

  6. Seluruh ikhwah DPC PKS Suruh yang banyak memberikan motivasi dan dorongan terselesainya skripsi ini.

  7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  Semoga semua yang telah mereka berikan dicatat sebagai amal sholeh di sisi Allah SWT, dan mendapat balasan yang baik.

  Semoga skripsi yang sederahan ini bisa memberikan manfaat dan sebagai manusia biasa, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis sangat berterima kasih apabila pembaca budiman berkenan memberikan tanggapan, kritik dan saran-sarannya, guna perbaikan skripsi ini.

  Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya ini dapat bermanfaat, amin ya Robbal’alamin.

  Salatiga, Agustus 2008 Penulis

  Idatul Fitri BA BI PENDAHULUAN

  A. L atar Belakang Masalah Memperbincangkan masalah wanita tidak akan pernah habisnya. Sejak dahulu hingga sekarang wacana tentang wanita selalu menjadi bahan pembicaraan yang sangat penting. Terlebih lagi dengan munculnya sekian banyak gerakan feminisme yang mempersoalkan peran wanita yang dianggap maijinal. Separuh lebih masyarakat terdiri dari wanita. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan posisi wanita sangat penting dalam masyarakat

  Kaum wanita memiliki peran yang tidak sedikit dalam membentuk masyarakat Islam. Masyarakat Islami terbentuk dari keluarga-keluarga Islami.

  Kaum wanitalah yang akan turut membentuk masyarakat Islam yang diawali dari pembentukan keluarga Islami. Meski demikian upaya untuk mengangkat harkat dan martabat serta memberdayakan kaum wanita sangat sedikit. Bahkan yang sedikit itu tidak tertata rapi sehingga tidak mampu mencapai cita-citanya.

  Kenyataan yang ada di masyarakat bahwa jumlah wanita mendominasi masyarakat, sehingga tidak selayaknya masyarakat mengabaikan, menganiaya, memarginalkan, dan mengeliminir hak-hak wanita. Kekerasan yang dialami para tenaga keija wanita (TKW) Indonesia di Saudi Arabia yang mencapai 80% yang berupa : gaji ditahan majikan, jam keija terlalu panjang, dan

  2

  berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan, termasuk perkosaan.1 Adanya perdagangan perempuan yang dijadikan sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial), kekerasan rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suami, dan bantuan bagi korban bencana alam yang tidak sensitif gender, merupakan contoh dari adanya pengabaian terhadap hak-hak perempuan.

  Sekian banyak kalangan, baik ulama, intelektual, tokoh pembaharu, dan tokoh pendidik telah menaruh perhatian yang demikian serius terhadap persoalan wanita. Mereka menyerukan agar setiap orang memenuhi hak-hak wanita, memuliakannya serta tidak bersikap aniaya ataupun keras terhadap wanita.*

  2 Sebagian masyarakat beranggapan bahwa cukuplah wanita itu belajar, bekerja, memikul tanggung jaw ab, mengelola harta dan menentukan jodohnya.

  Akan tetapi sebagian lagi beranggapan bahwa hak wanita lebih dari itu.

  Wanita berhak untuk melakukan aborsi tanpa argumen yang bisa

  f r e e s e x

  dipertanggung jawabkan, melakukan , homo seksual, berontak terhadap keluarga, serta melawan agama, norma, masyarakat dan adat istiadat.

  Usaha ini tertuang dalam Konferensi Perempuan yang diselenggarakan di Beijing, akhir September 1995 silam. ’

  Saat ini kaum wanita terjebak dalam dua sikap yang sama-sama tidak sejalan dengan fitrahnya. Di satu sisi, kaum wanita merasa tidak mempunyai

  'N ur Said, P erem puan dalam H im pitan Teologi dan H A M di In d o n esia , Pilar Religia.

  3

  hak. Ia hanya berperan sebagai istri atau ibu rumah tangga yang tidak mempunyai hak lebih, sekedar menunggu perintah suami dan menerima perlakuan yang tidak manusiawi. Di sisi lain wanita ingin memberontak dari kodratnya sebagai wanita, mengejar bayang-bayang semu yang dijanjikan oleh para penyeru emansipasi wanita.

  Islam telah menempatkan dan menghargai kaum wanita dengan sangat mulia. Turunnya surat An N isa ’ (wanita) merupakan bukti pemuliaan dan penghormatan terhadap kaum hawa. Surat ini menceritakan beberapa perkara penting yang berkaitan dengan wanita, keluarga, daulah, dan masyarakat. Dan inti surat tersebut adalah menceritakan tentang wanita dan hak-haknya.4

  Islam memuliakan perempuan dengan memenuhi hak, melindungi dan memeliharanya sebagai anak perempuan, istri, ibu dan sebagai anggota masyarakat Ia telah menempatkan kemuliaan perempuan dan mempertegas jati diri kemanusiaannya, sehingga berhak memdapatkan taklif, tanggung jawab, balasan dan berhak masuk surga, sebagai mana kaum laki-laki. Hal ini telah dipertegas dalam Al -Qur’an surat At-Taubah ayat 71

  ^Muhammad Jamil Zainu, Penghorm atan Islam terhadap K aum Wanita, trj. Muhammad

  4 “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang m a ’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rosulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.

Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana ”.5

  Al Qur’an telah menempatkan laki-laki dan perempuanpada posisi yang sama dalam memikul tanggung jawab besar untuk memajukan kehidupan sosial kemasyarakatan yang Islami, yaitu tanggung jawab amar m a’r u f nahi

  munkar. Untuk mewujudkan masyarakat Islami di mulai dari pembentukan

  keluarga Islami. Dalam membentuk keluarga Islami, perempuan sebagai istri atau ibu memegang peranan penting sebagai pendidik.

  Dalam realita kehidupan, peran perempunsebagai pendidik berada dalam berbagai tingkat, di rumah sebagai ibu, di sekolah sebagai guru, di perguruan tinggi sebagai dosen,dan di masyarakat sebagai pekeija sosial, dai atau pendidik masyarakat Apapun kapasitas yang dimiliki perempuan,tugas dan tanggung jawabnya adalah satu,yaitu sebagai pendidik Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menyadarkan wanita secara serius, rapi dan berkesinambungan.

  Hasan Al Banna pada abad 20-an yang dipandang sebagai tokoh pembaharu yang dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh pembaharu masa- masa sebelumnya, telah memberikan gambaran tentang model pergerakan wanita masa kini yang telah diperankan oleh divisi wanita Ikhwanul

  5 Departemen Agama RI, A l Q ur’an dan Terjemah, As Syamil Cipta Media, Bandung, 2005

  5 Muslimin 6 Beliau sesungguhnya adalah penyeru umat agar mengamalkan Al

  Qur'an dan berpegang teguh kepada sunah nabi yang agung. Nabi Muhammad saw lewat tangan beliau Allah SWT telah berkenan memberi petunjuk kepada puluhan ribu mahasiswa, buruh, petani, pedagang, dan berbagai golongan masyarakat lain.7 Beliau memberikan ceramah, kajian keilmuan untuk mendidik muslimah.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut pemikiran Hasan Al Banna tentang “Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah

  Berpijak dari latar belakang tersebut, maka berbagai masalah perlu dijawab, “Bagaimanakah konsep peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan yang digagas oleh Hasan Al Banna”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu perlu dijawab pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana konsep Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan ?

  2. Bagaimana penerapan konsep Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan pada gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikannya ?

  6Mahmud Muhammad Al Jauhari, D ivisi W anita Ikhw anul M uslim in, Peran dan cl

Sejarah P rrjmmngaauy a , te j. K haria Abu Faq&, L , A l rtisfaom Cahaya Umat, Jakarta, 2003,

him. 4 cl

  Hasan A l Banna, f i i at r i fW gfrnt — MkhmamMMhadmumJ^tay Anis Marta, L , Era Intermedia, Solo, 2001, him. 17

  6

  3. Bagaimana implikasi pemikiran Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan terhadap pergerakan kaum wanita saat ini ?

  C. Tujuan Yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah :

  1. Mengungkap dan mengkaji bagaimana konsep pemikiran Hasan Al Banna tentng peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan.

  2. Mengungkap bagaimana penerapan konsep Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

  3. Mengungkap dan mengkaji bagaimana implikasi pemikiran Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan terhadap pergerakan kaum wanita saat ini.

D. Manfaat Hasil Penelitan

  Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

  1. Memberikan sumbangan keilmuan sejarah tentang usaha yang dilakukan oleh Hasan Al Banna terhadap pemberdayaan kaum wanita.

  2. Memberikan wacana kepada kaum wanita muslimah, bagaimana ia harus memerankan peranannya di masyarakat E. Telaah Pustaka

  Penulisan ilmiah tentang Hasan Al Banna telah banyak dilakukan, diantaranya:

  7

  1. “Pem ikiran Moderat Hasan Al Banna”, yang ditulis oleh Musthala Muhammad Thahan. Tulisan ini berisikan tentang pokok- pokok pemikiran Hasan Al Banna. Tulisan ini mengenalkan pada para pembaca tentang pemikiran Hasan Al Banna yang terangkum dalam Risalah T a’lim, berupa arkanul bai’at (rukun baiat), yaitu : a. Al Fahm (pemahaman), merupakan syarat asasi dalam merealisasikan tuntunan agama, karena ilmu dan pemahaman merupakan misi utama yang dibawa islam dan di ajarkan oleh Rasulullah.

  b. A l Ikhlas

  c. A l am al

  d. A ’jih a d

  e. A l tadhiyah (pengorbanan)

f. A t h t ha ’at

  g. A /s tsabat (teguh)

  h. A l tajarud (bersih)

i. A l ukhuwah

  j. A t s tsiqoh (percaya) 2. “ Ukhuwah Islam iyah dan Pendidikan P o litik” (Telaah terhadap

  Pemikiran Hasan A l Banna). Skripsi ini di tulis oleh Dyah Fitri Ariyani,

  mahasiwi jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan

  8 Ukhuwah yang menghasilkan kesadaran politik, strategi politik, ukhuwah

  yang menghasilkan pejuang- pejuang sejati dan ukhuwah yang menghasilkan syuro’ atau majlis permusyawaratan yang tidak memaksakan pendapat tetapi menghargai perbedaan pendapat dan mengutamakan mufakat, merupakan kekuatan politik yang akan mengokohkan pemerintahan. 3. “Tarbiyah Islamiyah dan Kebangkitan Islam (Telaah Terhadap

  Pemikiran Hasan A l Banna). Skripsi inin di tulis oleh Mukhlisin,

  mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan 2000. Tulisan ini mengkaji pemikiran dan apa yang telah di lakukan Hasan Al Banna dengan gerakan Ikwnul Musliminnya terhadap kebangkitan Islam. Secara ringkas tujuan yang ingin di capai Hasan Al Banna dengan tarbiyah islamiyah adalah terciptanya pribadi-pribadi muslim, pemerintahan Islam dan negara islam yang memimpin negara islam, menyatukan umat Islam yang terpecah belah, mengembalikan keagungannya, menyerahkan kembali tanah air mereka yang hilang dan negeri mereka yang telah teijajah. y

  4. Artikel “Letak Jawatan Sebagai Guru Untuk BerdakwahP di tulis oleh Binti Jamaludin, 19 April 1993. Artikel ini berisikan peijalanan Hassan Al Banna selama di Isma’iliyah, setelah beliau mengundurkan diri sebagai guru. Pengunduran diri ini dimaksudkan agar beliau dapat lebih berkonsentrasi dalam kegiatan dakwah bersama gerakan Ikhwanul Muslimin.

  9 Dapat kita lihat dari uraian singkat di atas bahwa dalam penelitian dan

  penulisan terhadap pemikiran Hassan Al Banna, belum ada yang membahas secara rinci dan mendalam tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan. Oleh karena itu penulis akan membahasnya secara rinci.

  F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Untuk mengumpulkan data penulis menempuh riset kepustakaan untuk mengkaji sumber tertulis yang telah dipublikasikan yang menyangkut dan membicarakan permasalahan yang penulis teliti.

  Riset kepustakaan {library research) adalah penelaahan kepustakaan, yaitu penelitian yang berusaha mencari teori-teori, konsep- konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.8

  2. Sumber Data

  a. Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah buah karya Hasan Al Banna diantaranya buku Memoar Hasan A l Banna, Risalah Pergerakan

  Ikhwanul Muslimin jilid 1 dan jilid 2, D ivisi Wanita Ikhwanul Muslimin Peran dan Sejarah Perjuangannya.

  b. Sumber data tersier

  10 Sumber data tersier adalah buku-buku dan sumber lain yang digunakan untuk melengkapi dan merupakan penunjang penelitian ini.

  3. Metode Komperatif Yaitu penyelidikan diskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang perhubungan-perhubungan sebab akibat, yakni yang meneliti faktor-faktor tentang yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain.8

  9 Dengan metode ini penulis membandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain atau satu pendapat dengan pendapat yang lain untuk diambil kesimpulan yang benar atau mendekati benar.

  4. Metode Analisis Data Suatu analisis untuk mencari atau mengumpulkan data diskriptif serta data aktual, maka dalam pengolahan data penulis menganalisa isinya.10

  Dalam menerapkan metode ini penulis menggunakan data-data dari buku-buku yang relevan dengan masalah kajian, surat kabar, majalah atau dokumen lain.

  8Sumadi Suryabrata, M etodologi P enelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995,

  11 G Sistem atika Penulisan

  Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

  BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berisikan tentang alasan pemilihan judul B. Rumusan Masalah Berisikan rumusan masalah tentang konsep Hasan Al Banna terkait judul sekripsi C. Tujuan Penyusunan Skripsi

  Berisikan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusun sekripsi

  D. Manfaat Hasil Penelitian Berisikan manfaat yang akan dicapai dari hasil penelitian

  E. Telaah Pustaka Berisikan tulisan- tulisan tentang Hasan Al Banna yang telah ditulis oleh penulis lain

  F. Metode Penelitian Berisikan tentang metode yang dipilih untuk penulisan sekripsi

  G. Sistematika Penulisan Skripsi

  BAB II : RIWAYAT HIDUP IMAM HASAN AL BANNA A. Biografi Imam Hasan Al Banna

  12 C. Kondisi Masyarakat Mesir

  D. Konsentrasi Imam Hasan Al Banna pada Kaum Wanita

  BAB III : KONSEP TENTANG PERAN SOSIAL WANITA MUSLIMA1I DALAM PENDIDIKAN A. Pengertian Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan B. Kedudukan Wanita dalam Islam C. Pandangan Islam mengenai Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan D. Manhaj Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan

  Menurut Hasan Al Banna

  BAB IV : ANALISIS A. Konsep Imam Hasan Al Banna tentang Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan B. Implikasi Konsep Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan Imam Hasan Al Banna terhadap Pergerakan Kaum Wanita BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II RIWAYAT HIDUP IMAM HASAN AL BANNA A. Biografi Imam Hasan Al Banna Hasan Al Banna dilahirkan di kota Al Mahmudiyah, propinsi Al Bahirah pada 14 Oktober 1906 M.1 Ia berasal dari sebuah perkampungan

  petani yang terkenal kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam, serta keluarga ulama yang dihormati Hasan Al Banna adalah anak sulung dari Syaikh Ahmad Abdurrahman

  Al Banna yang terkenal dengan gelar As S a ’atiy, lantaran profesinya sebagai tukang reparasi jam. Syaikh Ahmad adalah seorang ulama hadits, ia menyusun sanad-sanad Imam empat madzhab.1

  2 Ibunya adalah seorang wanita yang cerdas, pemimpin, punya wawasan tentang masa depan. Di sisi lain, ibunya juga mempunyai sifat yang sangat dominan, yaitu keras kepala. Jika ia mengambil keputusan, maka susah baginya untuk menarik kembali keputusan itu. Sifat inilah yang menurun pada Hasan Al Banna. Namun sifat keras kepala ini kemudian menjelma menjadi sifat keras lainnya yaitu keras kemauan dan bertekad baja.3

  1 Muhammad Abdul Hamid, 100 Pelajaran dari Para Pemimpin Ikhwanul M uslimin, terj. AunurRafkfShaleh Tamfakl, Lc_. Rofchaoi Pwss, M arta, 2001, t o t 7

  2 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Tarikh A l Ikhwan A l M uslimin; M asa Pertumbuhan dan P rofil Sang PemdSri f a j R dbby llerwihowoi. Era Intermedia, Solo, 2005, him, 169-170

  14 Orang tua Hasan Al Banna sangat memperhatikan pendidikan Hasan

  Al Banna. Mereka bertekad agar Hasan Al Banna bisa menyelesaikan belajarnya sampai jenjang tertinggi.

  Hasan Al Banna merupakan sosok anak yang sangat berbakti pada orang tuanya. Ketika beliau kecil, ia membantu ayahandanya mereparasi jam.

  Setelah bekeija di Isma’iliyah, beliau tetap membantu ayahnya, dengan memberikan seperempat atau sepertiga dari gajinya.

  Disamping membantu keluarga pada masalah keuangan, Hasan Al Banna juga membantu mendidik saudara-saudamaya dari sisi akhlak dan keilmuan. Beliau menulis sebuah surat yang dipersembahkan untuk ayahandanya.

  “Ayahanda yang mulia, sekarang saya mengerti bahwa anak-anak jika

  terbiasa disiplin di dalam nanah, maka mereka akan terbiasa disiplin

  dalam semua aktivitasnya...”4 Hasan Al Banna mulai menaruh perhatian terhadap dakwah semenjak kecil. Beliau sibuk melakukan amar m a’r u f nahi munkar. Diantara faktor yang membantu beliau melakukan aktivitas dakwah adalah kebaikan akhlak, kesupelan dalam pergaulan, keunggulan dalam bidang akademis, kejujuran, ketulusan dan komitmen pada ajaran Islam. Beliau selalu mengumandangkan adzan zhuhur dan ashar di mushola sekolah.5

4 Ib id , him. 173-174 5 Khazm Abu Faqih, Bersama 6 M ursyid ’Am Ikhwam d M uslimin, Auliva Press. Solo.

  2006, him. 20

  15 Imam Syahid Hasan Al Banna bukanlah tipe pemuda yang mengisi

  kehidupannya sebagaimana pemuda-pemuda yang lain di masanya. Semangat dan idealisme di masa mudanya ia gunakan untuk memikirkan Islam dan kaum muslimin tak berhenti pada telaah, study ilmiah maupun tesis-tesis ilmiah yang berkutap pada wacana. Tapi beliau berjuang dengan gigih untuk membumikannya dalam sebuah realitas kehidupan.

  Hasan Al Banna dengan gigih melakukan amar ma 'ru f nahi munkar. Suatu hari, ketika beliau berjalan-jalan melewati tepi sungai Nil, melihat ada seorang pembuat kapal menggantungkan patung orang telanjang yang terbuat dari kayu pada tiang kapalnya. Hal ini jelas bertentangan dengan etika dan moral. Apalagi di tempat itu banyak sekali kaum wanita yang bolak balik mengambil air. Kemudian Hasan Al Banna melaporkan hal ini kepada aparat setempat Aparat itu menanggapi dengan serius, dan seketika itu pula ia pergi bersamanya untuk memberikan peringatan kepada pemilik kapal tersebut dan memerintahkan agar menurunkan patung saat itu juga.6

  Sikapnya yang tegas penuh makna membuktikan adanya dorongan yang kuat dari dirinya yang merindukan agar orang yang ia seru dapat terangkat dari lembah kegelapan kepada cahaya, bukan untuk menghakimi dan menyalahkan, karena dibalik itu semua tersimpan kasih sayang yang mendalam kepada sesama.

  ^Betapa inginnya kami agar umat mi mengetahui bahwa mereka lebih

  kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa- jiw a kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika

  6 Hasan Al Banna, Mudzakirat D a wah wa D a ’iyah, teij.Saiafuddin Abu Sayyid, Era Intermedia, Solo, 1999, him. 30-31

  16 memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi narga oa<_.

  tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka, jika

  memang itu harga yang harus dibayar, dan terwujudnya cita-cita

  mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang

  membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang teiah

  mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa mgm tidur dari pelupuk «nara kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang

  mencabik-cabik umat ani, sementara kka hanya sanggup menyerah

  pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan” 7 Tiada yang menyulut api cinta sebesar ini, kecuali cinta kepada sesama yang dilandasi karena cinta kepada Allah SWT. Zat yang Maha mencintai. Hal ini menjadi bukti apa yang disabdakan Rasulullah saw.

  t' t V * C ' V/

  “ Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian hingga mencintai

  saudamaya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendirT (HR. Bukhari Muslim)8

  Patriot ini tidak hanya berhenti dalam aktivitas hubungan sesama, tapi juga mampu menghiasi malamnya dalam munajat agung kepada sang pencipta walaupun di tengah-tengah kesibukan yang menyita waktu dan hari-harinya.

  Dalam sebuah kisah dituliskan : 9 Imam Syahid menghadiri muktamar di Daqhaliah. Seusai muktamar

  Imam Syahid bersama ustad Umar Tilmisani bergegas ke sebuah kamar berisi dua tempat tidur. Masing-masing kemudian Imam Syahid bertanya : wahai umar apakah kamu sudah tidur ?

  Ustadz Umar Tilmisani menjawab: belum

  7 Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul M uslimin I, Teij- Anis Malta, Lc., Era Intermedia, Solo, 2001, him. 30

  8 Ibnu Daqiiqil ‘ed, Syarah H adits A r bain, A t Tibyan, Solo, 2002, him. 79

  9 Muhammad Abdul Hamid, op. cit., him. 9

  17 Beberapa saat kemudian Syahid mengulangi pertanyaannya dan dijawab dengan jawaban yang sama.

  Akh Umar berkata di dalam hati, apabila beliau bertanya lagi maka saya tidak akan menjawab.

  Ustadz Al banna mengira bahwa akh Umar telah tidur. Kemudian ustadz Al Banna keluar mengendap-endap dengan pelan-pelan dari kamar seraya menenteng kedua sandalnya dan pergi tanpa beralas kaki ke tempat wudlu untuk berwudlu. Kemudian pergi ke ruang yang paling ujung lalu menggelar sajadah dan mulai melaksanakan shalat tahajud.

  Begitulah keutamaan kepribadian Hasan Al Banna, selain masih banyak lagi hal yang lain yang menghiasi pribadinya, yang selalu berusaha menempa diri dengan tarbiyah robbcmiyah. Beliau besar dengan pendidikan yang menopang tumbuh besarnya nilai-nilai Islam dalam dirinya.

B. Pendidikan Hasan Al Banna

  1. Madrasah Ar Rasyad Madrasah Ar Rasyad adalah sekolah formal pertama yang dimasuki sekaligus mendidik Hasan Al Banna dalam mendalami Islam lebih jauh lagi tak hanya dalam secara kognitif tapi juga pembinaan kepribadian. Madrasah Ar Rasyad turut membantu tumbuhnya benih-benih kepribadian Islam dalam diri beliau yang akan menjadi pondasi untuk

  18

  mengarungi keras zaman. Beliau memasukinya pada sekitar umur 8 tahun dan menjalaninya dalam waktu 4 tahun.10 1

  1 Madrasah Ar Rasyad memiliki kurikulum yang mengacu pada lembaga-lembaga yang bagus. Materi pelajarannya mencakup hadits- hadits Nabi dengan target hafalan dan pemahaman, pelajaran insya' (mengarang), qawa ’id (tata bahasa Arab) dan praktiknya. Selain itu juga diajarkan tentang kesusastraan yang dikemas dalam pelajaran mu t ha la ’ah

  (bacaan/wacana), im la’ (dikte) dan pelajaran makhfuzhat (hafalan kata- kata hikmah) berupa syair atau prosa yang indah." Pelajaran-pelajaran khusus yang ada di Madrasah Ar Rasyad ini tidak ditemui di madrasha- madrasah lain semisalnya.

  Di Madrasah Ar Rasyad, ada seorang guru yang sangat melekat di hati Hasan Al Banna, ustadz Muhammad Zahran. Beliau mempunyai teknik mengajar dan mendidik efektif dan produktif. Meskipun beliau tidak pernah belajar ilmu-ilmu pendidikan dan juga tidak pernah memperoleh teori-teori psikologi. Beliau lebih banyak bersandar pada kebersamaan hati nurani antara dirinya dengan murid-muridnya. Beliau sering menggunakan anekdot atau syair untuk memotivasi anak didiknya.

  Dikarenakan kesibukan ustadz Muhammad Zahran, maka Madrasah Ar Rasyad diserahkan pengelolaannya kepada ustadz-ustadz lain, yang kurang setara dengan ustadz Muhammad Zahran dalam aspek

  10 Jum’ah Amin Abdul Aziz, op. cti., him. 180

  11 Ibid, him. 181

  \

  19

  kepribadian dan kapasitas keilmuannya. Sehingga Madrasah Ar Rasyad mengalami kemunduran.

  Kondisi tersebut mengakibatkan Hasan Al Banna pindah dari Madrasah Ar Rasyad meskipun belum menyelesaikan hafalan Al Qur'annya, dimana beliau baru menghafal sampai QS. A l Isra ’.

  2. Madrasah Pdadiyah Madrasah Pdadiyah adalah madrasah sejenis ibtidaiyah hanya tanpa pelajaran bahasa asing, namun ada tambahan beberapa pelajaran tentang undang-undang pertanahan dan perpajakan, serta sedikit tentang agrikultural, disamping mendalami secara luas tentang ilmu bahasa nasional (bahasa Arab) dan ilmu agama.12

  Ayah Hasan Al Banna adalah seorang ayah yang memperhatikan dengan benar-benar pendidikan keagamaan anaknya, beliau ingin sekali melihat Hasan Al Banna menghafal Al Qur'an menjadi seorang penghafal Al Qur’an. Sehingga beliau membantu penyelesaian hafalan Al Qur’an di rumahnya. Dengan demikian Hasan Al Banna harus membagi waktunya untuk belajar di sekolah, beraktivitas dan untuk menghafal Al Qur’an.

  Selain belajar di sekolah dan di rumah, Hasan Al Banna juga mengikuti organisais yang ada di madrasha dan mulai berinteraksi dengand unia dakwah. Salah satu organisasi tersebut adalah Perhimpunan Akhlak Mulia yang dirintis oleh salah satu tenaga pengajar di Madrasah Pdadiyah, yaitu Muhammad Afandi Abdul Khaliq Rahimahullah, semang

  n Hasan Al Banna, op. cit., him. 29

  20

  guru matematika dan olah raga. Substansi tata aturan internal (Perhimpunan Akhlak Mulia) terkandung dalam ungkapan sebagai berikut : “Barang siapa memaki saudaranya didenda satu millim (mata uang terkecil Mesir); yang memaki ayahnya didenda dua millim; yang memaki ibunya didenda satu Qirsy (sen Mesir); yang mencela agamanya didenda dua Qirsy; yang bertengkar dengan temannya didenda dua Qirsy” 13

  Dalam peijalanannya perhimpunan ini dapat melakukan programnya dengan baik. Akan tetapi kegiatan internal ini ternyata belum dapat memuaskan keinginan para siswa dalam melakukan perbaikan.

  Sehingga beberapa orang siswa dan guru berkumpul dan memutuskan untuk membuat sebuah organisasi keislaman dengan nama Jam 'iyah Man

  ‘A l Muharramat (Asosiasi Anti Haram).14

  Salah satu kegiatan asosiasi ini adalah memberikan teguran berupa surat yang diberikan secara rahasia oleh anggota asosiasi kepada orang yang didapati melakukan hal-hal yang dilarang syari’a t Anggota asosiasi inipun dirahasikan untuk mempermudah penyelidikan terhadap hal-hal yang haram yang dilakukan yang ada kemungkinan ditutupi jika anggota asosiasi dikethaui oleh khalayak.

  Dari sinilah Hasan Al Banna juga belajar bagaimana membagi waktu untuk antara aktivitas dakwah, belajar dan menghafal Al Qur'an yang membuat kedewasaan tumbuh dengan baik dalam dirinya. Sehingga

  13 Ib id , him. 29-30

  14 Ibid., him. 32

  21

  beliau dapat memenuhi janjinya, yakni melanjutkan hafalan Al Qur'an yang pernah dimulainya dahulu di Madrasah Ar Rasyad, kini ia tambah seperempatnya lagi hingga surat Yasin,15

  3. Madrasah Al Mu’allimin Al Awwaliyah di Damanhur Hasan Al Banna masuk di Madrasah Al Mu’allimin pada usia tiga belas setengah tahun dan hafalan Qur’annya kurang seperempat Hasan Al

  Banna dapat masuk ke madrasah ini dengan dispensasi, tidak mempersoalkan syarat usia dan dengan peijanjian menambah hafalan Al Qur'an dan tetap akan dilakukan tes tertulis dan lisan.

  Di Damanhur ini banyak berkembang pemikiran-pemikiran tasawuf diantaranya adalah At Tariqoh A l Hashafiyah. Jiwa yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu membuat Hasan Al Banna banyak berinteraksi dengan ikhwan A l Hashafiyah (para pengikut tarekat Hashafiyah).

  Keindahan budi pekerti, kerendahan hati dan semangat ruhiyah dari para ikhwan Al Hashafiyah membuat terpesona hati Hasan Al Banna, sehingga beliau ikut bergabung dengan halaqoh dzikir para ikhwan A l Hashafiyah.

  a i ... syaikh Ai Has&an (pemimpin tarekat nasnanyau; wnu»

  mengiangkan di telingaku. Beliau meninggalkan pengaruh yang demikian mendalam pada jiwaku. Kerinduan untuk dapat melihat

  syaikh, naendampmgmya, dan mengambil manfaat darinya,

  terus mewarnai pikiran saya dari waktu ke waktu...16 Di Damanhur Hasan Al Banna banyak belajar dari para ulama besar seperti Syaikh Hasan Hizbek rohimahullah, yang juga mengajar di

  15 Ibid., him. 34

  16 Ibid., him. 35

  22 Damanhur. Beliau mengajarkan pada Hasan Al Banna kitab Ihya’ Ulumuddin.

  Fase ini merupakan fase transformasi dalam kehidupan Hasan Al Banna, dari sisi keilmuan dan intelektual, “Hari-hari di madrasah Mu’allimin selama tiga tahun adalah hari-hari tenggelam dalam lautan tasawuf dan ibadah. Meski demikian, hari-hari itu tidak pernah kosong dari belajar dan menambah ilmu di luar pelajaran-pelajaran yang telah ditentukan madrasah. Hal itu disebabkan oleh dua perkara.

  Pertama, perpustakaan ayahnya, dorongannya untuk gemar membaca dan ayahnya sering memberi hadiah kitab-kitab yang banyak berpengaruh pada dirinya.

  Kedua, adanya motivasi para ustadz kepada Imam Hasan Al Banna dan adanya keterpautan ruhani dengan mereka, seperti ustadz Syaikh Abdul Aziz ‘Athiyah, yang kala itu menjabat sebagai kepala madrasah Mu’allimin.17

  4. Darul Ulum Setelah lulus dari madrasah Mu’allimin, Hasan Al Banna sebenarnya enggan untuk melanjutkan ke Darul Ulum. Cara pandang

  Imam Ghazali dalam masalah ilmu banyak berpengaruh pada Imam Hasan Al Banna, yaitu bahwa sesungguhnya ilmu yang wajib adalah ilmu yang sebatas dibutuhkan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban, mencari penghiupdan dan setelah itu diamalkan. Maka Hasan Al Banna sering

  23

  berkata dalam hati, mengapa dirinya ingin masuk Darul Ulum ? Apakah untuk memperbanyak ilmu pengetahuan, sementara ilmu sudah ada di dalam buku-buku dan sudah dimiliki para ulama ? sedangkan jika untuk kepentingan dunia, maka itu adalah seburuk-buruk perilaku manusia.18

  Dalam kondisi seperti itu, ustadz Syaikh Farhat Salim yang sangat mencintai Hasan Al Banna datang dengan penuh bijaksana dan lemah lembut mengajak diskusi secara serius dan mendorong Hasan Al Banna untuk mendaftar ke Darul Ulum. Diantara kata-kata Syaikh Farhat Salim adalah : “Kamu sekarang sudah berada diambang pintu untuk memperoleh sertifikat mengajar. Ilmu tidak akan membawa madlarat. Keikutsertaanmu pada ujian Darul Ulum merupakan uji coba untuk menghadapi ujian yang lebih besar. Kesempatan kali ini tidak akan tergantikan. Majulah agar engkau dapat memperoleh hakmu sendiri! Saya yakin engkau akan tulus”.19

  Sejak tahun pertama di Darul Ulum, Hasan Al Banna sudah unggul di kelasnya. Beliau mendapatkan beasiswa tiap bulan dari Universitas Darul Ulum. Uang tersebut beliau gunakan untuk membeli kitab-kitab yang bermutu.

  Hasan Al Banna tidak merasa cukup hanya dengan membaca sekilas dalam berbagai bidang ilmu yang pada akhirnya hanya memberikan pengetahuan yang sedikit Masa di Darul Ulum adalah fase beragamnya wawasan intelektual Hasan Al Banna. Kajiannya tidak

  “ Ib id , him. 189

19 Ib id , him. 189

  24

  terbatas pada pelajaran yang statis saja. Bahkan para siswa dan para guru membahas berbagai macam persoalan yang umum, baik persoalan politik atau sosial. Materi yang dipelajari di Darul Ulum meliputi ilmu-ilmu bahasa, sastra, syari’at, geografi, sejarah, metode-metode pendidikan teoritis dan praktis, juga politik ekonomi.

  C. Karya-karya Hasan Al Banna Orang-orang di sekitar Hasan Al Banna meminta agar beliau menulis buku untuk menampung pengetahuannya yang mencengangkan. Tetapi beliau malah menjawab, “Saya tidak menyusun buku, tugasku adalah mencetak kader yang kukirim ke suatu daerah, lalu ia menghidupkannya”.2

  21 Kader adalah buku hidup yang dapat menemui manusia, masuk ke akal dan menembus hati mereka. Kader dapat menuangkan isi hati, jiw a dan akalnya kepada manusia. Disamping itu kader dapat mencetak kader lain, sebagaimana beliau telah mencetaknya.

  Buku-buku khusus karya Hasan Al Banna tidaklah begitu banyak. Hanya beberapa buku yang telah dicetak berulang-ulang, diantaranya: 22

  1. Rasailul Imam Asy Syahid Hasan A l Banna. Dalam edisi Indonesia beijudul Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Buku ini menjadi rujukan utama dalam mengenal pemikiran dan manhaj jam a’ah Ikhwanul Muslimin secara umum.

  20 Ibid., him. 200 Khazm Abu Faqih, op. rit , him . 50

  25

  2. Mudzakkiratud D a’wah wad D a’iyah. Dalam edisi Indonesia berjudul

  Memoar Hasan A l Banna , untuk Dakwah dan D a’inya. Namun memoar

  ini tidak mencakup seluruh fase perjalanan hidup beliau dan terhenti penulisannya pada tahun 1942.

  3. A d D a’watu Ilallah, merupakan rubrik khusus tulisan Hasan Al Banna dalam jalah Al Fathul Islami.

  4. A l M a’surat, yaitu dzikir-dzikir harian yang disusun Hasan Al Banna berdasarkan Al Qur'an dan had its.

D. Karir Akademis Hasan Al Banna

  Setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Awwaliyah di Damanhur, Hasan Al Banna melaksanakan ujian keckaapan mengajar, ia menempati peringkat pertama di madrasah dan peringkat kelima di tingkat nasional. Hasil ujian ini merupakan kejutan pertama bagi Hasan Al Banna, sedang keberhasilannya masuk di Universitas DaruI Ulum adalah kejutan kedua. Sedangkan kejutan yang ketiga adalah dewan pimpinan wilayah Buhairoh secara serius menunjuknya sebagai guru di madrasah kharbata Awwaliyah.23

  Adanya tawaran dari Dewan Pimpinan Wilayah Buhairoh tersebut, membuat Hasan Al Banna harus berfikir apakah diterima atau kembali belajar di DaruI Ulum. Tetapi pada akhirnya Hasan Al Banna memilih untuk melanjutkan belajar di DaruI Ulum.

  26 Setelah menamatkan studinya di DaruI Ulum, pada tahun 1927 M,

  ketika itu Hasan Al Banna baru berusia 21 tahun, beliau ditunjuk menjadi guru bahasa Arab di Isma’iliyah.24 Pada waktu itu kondisi umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekholifahan Usmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan.

  Keruntuhan khilafah Usmaniyah (di Turki) juga berdampak pada kondisi umat Islam di Mesir. Maka mulailah Hasan Al Banna berdakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia memberantas

  kejahiliyahan (kebodohan). Beliau memulai dakwahnya dengan menggalang beberapa muridnya, kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi.

  Setelah Hasan Al Banna menjadi guru selama 19 tahun di Isma’iliyah, beliau meletakkan jabatannya sebagai guru pada tahun 1946. Beliau berkonsentrasi pada penyusunan kegiatan dakwah di Isma’iliyah.25

  E. Kondisi Masyarakat Mesir Mesir merupakan bumi yang subur, airnya segar, udaranya sejuk, rezeki dan kekayaannya melimpah, di tengah-tengah peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan tertua, serta kaya dengan peninggalan-peninggalan spiritual dan material yang bernilai tinggi.

  Di negara Mesir terdapat berbagai bahan baku industri, beragam hasil pertanian, dan bahkan seluruh bahan yang dibutuhkan oleh negara-negara kuat di dunia. Setiap orang asing yang singgah di Mesir merasa sembuh dari

  24 Kumiawan Supriyadi, dkk^ Artikel Internet “Syaikh h asan Albarma, 19 Februari 1993 ^ B inti Jamahnfin, Artikel Internet. A sy Syahid Imam Hasan A l Banna, letak jawatan

  27

  sakitnya, kaya dari kemiskinannya, terhormat setelah hina, dan damai setelah berputus asa dengan kesengsaraan. Akan tetapi, bagi orang Mesir sendiri, apa yang sudah diperolehnya ? tidak ada sama sekali! Adakah kebodohan, kemiskinan, dan kelemahan tersebar di negara berperadaban maju, sebagaimana tersebar di Mesir yang kaya, negeri tempat lahirnya peradaban, ilmu pengetahuan, dan pemimpin bangsa-bangsa Timur ? 26

  Kesengsaraan yang dihadapi masyarakat Mesir disebabkan oleh kebobrokan sistem sosial yang berlaku di Mesir. Sejak 100 tahun, Eropa telah menjajah Mesir secara politis, militer, undang-undang, pendidikan, bahasa, ilmu pengetahuan, dan seni. Masyarakat Mesir dibuat terkagum-kagum terhadap bangsa Eropa, dan terlalu berbaik sangka kepada penjajah, bangsa Eropa, sampai kepemimpinanpun diserahkan kepada mereka. Masyarakat Mesir tidak menyadari bahwa bangsa Eropa memberikan barang-barang berbahaya, seperti khamar, kesenangan, pelacuran. Dan hal-hal yang bermanfaat atau kelebihan bangsa Eropa ditutupi dari masyarakat Mesir.

  Kehidupan sosial bangsa Mesir pada awal abad 20 ditandai dengan munculnya beberapa fenomena dan faktor penting yang berpengaruh secara luas terhadap pembentukan kehidupan sosial. Beberapa faktor terpenting tersebut adalah :27