STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI

  STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy) DISUSUN OLEH: EKO PRASETYO NIM: 201-12-036 JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

  STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy) DISUSUN OLEH: EKO PRASETYO NIM: 201-12-036 JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

  

MOTTO

  “Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tapi jadilah orang yang bernilai” (Albert Enstein)

  “Saya menganggap orang yang bisa mengatasi keinginannya lebih berani daripada orang yang bisa menaklukan musuhnya, karena kemenangan paling sulit diraih adalah kemenangan atas diri sendiri”

  (Aristoteles)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkahan rahmat dan Hidayah-Nya dan tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

  1. Kedua Orang Tuaku, yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang.

  2. Adikku yang ikut memberikan semangat.

  3. Keluarga besar yang telah memberikan doa dan motivasi.

  4. Sahabat-sahabatku yang memberikan kritikan dan bantuan.

  5. Seluruh Staf BPRS Sragen Sukowati cabang Boyolali, terima kasih atas bantuannya.

  6. Teman spesial, yang selalu memberikan doa, motivasi, nasehat, bantuan dan semangat.

  7. Teman-teman Diploma III IAIN Salatiga angkatan 2012.

  8. Bapak Alfred, terima kasih atas bimbingannya dari awal pembuatan tugas akhir hingga selesai.

  9. Bapak Mifdlol, terima kasih atas motivasinya.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN

  INVESTASI PENDIDIKAN (SI IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir di antaranya :

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

  3. Bapak Drs. Alfred, L., M.Si selaku pembimbing dalam penulisan Tugas Akhir ini.

  4. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si selaku Ketua Jurusan D III Perbankan Syariah 5. Bapak Mochlasin, M.Ag selaku DPL magang.

  6. Kepada pimpinan dan semua staf BMT Syamil Ampel Boyolali.

  7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materi dan non materi.

8. Rekan-rekan seperjuangan D III Perbankan Syariah 2012, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

  Salatiga, 9 September 2015 Eko Prasetyo 201 12 036

  

ABSTRAK

  Prasetyo, Eko. 2015. Strategi Pemasaran Produk Simpanan Investasi Pendidikan (Si Ipin) Di BMT Syamil Ampel Boyolali. Tugas Akhir Diploma III.

  Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Alfred L., M.Si

  Kata Kunci: Strategi Pemasaran dan Investasi Pendidikan Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti strategi pemasaran yang diterapkan BMT Syamil Ampel Boyolali. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apakah strategi yang digunakan dalam memasarkan produk Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali?, (2) Apa kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana strategi untuk mengatasinya?, (3) Bagaimana perkembangan Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Bboyolali?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait BMT Syamil Ampel Boyolali. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa strategi yang digunakan adalah STP (segmenting, targetting, positioning) dan 7P (product, price, place, promotion,

  

people, proccess , dan physical evidence). Kemudian untuk kendala yang dihadapi

  adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang berinvestasi, banyaknya persaingan Lembaga Keuangan di wilayah Ampel Boyolali. Perkembangan Si Ipin di BMT Syamil cukup relatif baik karena minat masyarakat untuk berinvestasi bertambah.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN COVER .................................................................................... i HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... v MOTTO ......................................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii ABSTRAK .................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ........................................................

  B.

  4 Rumusan Masalah ..................................................................

  C.

  4 Tujuan Dan Kegunaan ...........................................................

  D.

  5 Telaah Pustaka ........................................................................

  E.

  6 Metode Penelitian ..................................................................

  F.

  8 Penegasan Istilah ....................................................................

  G.

  9 Sistematika Penulisan........................................................ .....

  BAB II LANDASAN TEORI A. Baitul Maal Wattamwil...........................................................

  42 BAB IV ANALISIS DATA A.

  90 B. Saran ......................................................................................

  Kesimpulan ............................................................................

  86 BAB V PENUTUP A.

  85 C. Perkembangan Produk Si Ipin........................................... .....

  79 B. Kendala yang dihadapi dan strategi untuk menghadapinya... ....................................................................

  Strategi yang digunakan dalam memasarkan produk simpanan investasi pendidikan........................................... ....

  41 E. Tugas dan Wewenang Jabatan ...............................................

  11 B. Simpanan......................................................................... .......

  41 D. Susunan Manajemen BMT Syamil .........................................

  40 C. Struktur Organisasi .................................................................

  40 B. Visi dan Misi .........................................................................

  Gambaran Umum BMT Syamil..............................................

  30 BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A.

  14 C. Pemasaran........................................................................ .......

  90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan tabungan mudharabah dan tabungan wadiah .......

  25 Tabel 4.1 Jumlah simpanan investasi pendidikan tahun 2011 s/d 2015 ....

  87

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Lembaga Keuangan Indonesia .....................................

  12 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kepengurusan BMT Syamil ......................

  41 Gambar 4.1 Perkembangan Si Ipin dari tahun 2011 s/d 2015...................... ..

  88

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wattamwil merupakan lembaga keuangan mikro yang

  dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari ’ah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan fakir miskin. Konsep BMT sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW yang dikenal dengan nama bait al-maal dan berfungsi sebagai pengelola dana amanah dan harta rampasan perang (ghanimah) pada masa awal islam yang diberikan kepada yang berhak dengan pertimbangan kemaslahatan umat. Secara kongkrit kelembagaan Baitul Maal baru dilakukan pada masa Umar bin Khatab ketika kebijakan pendistribusian dana yang terkumpul mengalami perubahan. Lembaga Baitul Maal itu berpusat di ibu kota Madinah dan memiliki cabang di propinsi-propinsi wilayah Islam (Wahyuni, 2011: 1).

  Peran BMT dalam upaya memberikan kontribusi kepada bergeraknya kecil. Dalam rangka mendukung dan membantu kesejahteraan masyarakat, Indonesia. Salah satunya BMT memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan. Sejarah munculnya BMT di Indonesia sendiri dimulai tahun 1984 yang dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil.

  Kemudian BMT lebih diberdayakan oleh IKMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindak lanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Barokah, 2010 : 14).

  Dalam aktivitasnya, BMT menciptakan produk untuk Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan suatu mekanisme dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan manusia. Pentingnya pendidikan bagi setiap generasi untuk mencetak sumber daya manusia yang berguna. Pendidikan adalah suatu investasi terhadap sumber daya manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia terlebih lagi dalam pengembangan ekonomi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui keunggulan baik dalam kemampuan akademik dan penguasaan teknologi serta sikap mental sehingga dapat menjadi manusia yang handal pada bidangnya.

  Ada upaya untuk meningkatkan pedidikan. Fasilitas menjadi hal penting dalam dunia pendidikan, karena fasilitas yang minim membuat siswa dan tenaga pengajar mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar. Terlebih untuk daerah pelosok, fasilitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pendidikan cenderung terabaikan dan kualitas pendidikan di sana juga ikut menurun. Oleh karena itu, fasilitas pembelajaran ini perlu banyak diperhatikan, baik oleh pemerintah atau dinas pendidikansetempat untuk mempunyai standar fasilitas pembelajaran yang layak di setiap sekolah, agar parasiswa dan tenaga pengajar mendapatkan ruang untuk dapat memperluas jaringan pendidikan mereka. Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan adalah sarana dan prasarana, sarana pendidikan itu sendiri adalah semua fasilitas yang mempermudah dan memperlancar proses pendidikan dan pengajaran dan sifatnya langsung, misalnya papan tulis, buku, dan sebagainya. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua benda atau fasilitas yang mempermudah dan memperlacar proses pendidikan dan pengajaran, misalnya ruangkelas/gedung, meja kursi, jalan-jalan yang ada di lembaga pendidikan Seperti diketahui di era globalisasi pendidikan merupakan salah satu kebutuhan sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang pendidikan dibandingkan negara-negara tetangga menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk memiliki standar internasional.

  Lahirnya BMT Syamil pada tahun 2009 dengan berbagai produk penghimpunan dan pemberdayaan dana. Salah salah satunya dari produk penghimpunan ialah simpanan investasi pendidikan diharapkan dapat membantu orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Mengingat pentingnya pendidikan bagi masyarakat saat ini. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk mengetahui dan mempelajari tentang strategi pemasaran produk yang dilakukan oleh BMT Syamil sehingga penulis mengambil judul

  “STRATEGI

  PEMASARAN PRODUK SIMPANAN INVESTASI PENDIDIKAN (SI

  IPIN) DI BMT SYAMIL AMPEL BOYOLALI B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas dapat diajukan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

  1. Apa strategi yang digunakan dalam memasarkan produk Simpanan Investasi Pendidikan (Si Ipin) di BMT Syamil Ampel Boyolali? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana strategi untuk mengatasinya?

  3. Bagaimana perkembangan Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali? C.

   Tujuan dan Kegunaan

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam memasarkan produk Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana strategi untuk mengatasinya.

  3. Untuk mengetahui perkembangan Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali.

  Adapun kegunaan dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1.

  Bagi Pembaca Kegunaan bagi pembaca adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat digunakn sebagai sumber informasi.

  2. Bagi Penulis a.

  Untuk memenuhi salah satu syarat dalam pendidikan pada program Diploma III Perbankan Syariah.

  b.

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang Simpanan Investasi Pendidikan di BMT Syamil Ampel Boyolali.

  3. Bagi Perguruan Tinggi a.

  Dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kualitas sistem belajar mengajar.

  b.

  Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk mahasiswa khususnya Diploma III Perbankan Syariah.

  4. Bagi Lembaga Keuangan Syariah Non Bank a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dan dapat mengembangkan usaha-usahanya.

  b.

  Memberikan masukan melalui saran dan kritik yang bermanfaat dan membangun

D. Telaah Pustaka

  Penelitian menurut Robby Barokah (2010). “Strategi Pemasaran Produk Simpanan Pendidikan

  BMT Al Fath IKMI Pamulang”. Skripsi yang meneliti dan menjelaskan tentang Pemasaran Produk SIDIK kepada para mitranya.

  Kemudian, menjelaskan strategi pemasaran khusus yang dilakukan BMT AlFath IKMI untuk memasarkan produk SIDIK, bagi hasil yang dilakukan

  BMT AlFath Sidik adalah berdasarkan dengan pendapatan yang masuk dari penyaluran pembiayaan.

  Penelitian menurut Eni Ekawati (2012) yang berjudul “Strategi Pemasaran Produk Simpanan Di BMT Sumber Mulia Tuntang Kab.

  Semarang”. Menyimpulkan bahwa penelitian ini untuk mengetahui strategi pemasaran yang digunakan oleh BMT Sumber Mulia Tuntang, strategi yang dijalankan sudah memenuhi syarat standar yang berlaku.

  Penelitian menurut Lugiyanto (2009) yang berjudul “Strategi Pemasaran pada Baitul Maal Wattamwil SUMBER MULIA Kec. Tuntang Kab.

  Semarang”. menyimpulkan bahwa Strategi yang digunakan untuk mengembangkan lembaga keuangan syariah BMT Sumber Mulia Tuntang, diperlukan suatu sarana yang efektif dan efisien dalam penyampaian informasi pada masyarakat mengenai lembaga keuangan syariah.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam meneliti kasus, kelompok manusia, suatu kondisi objek, sitem pemikiran atau kilas peristiwa pada mas sekarang, gambaran atau lukisan secara sistematis dan fakta yang terjadi.Sehingga pembaca dapat memahami objek yang diteliti.

  2. Jenis – jenis data a.

  Data primer Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber.

  b.

  Data sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui buku- buku, laporan dan sumber yang lain yng berkenaan dengan lembaga keuangan syariah.

  3. Metode pengumpulan data Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan,penulis melakuakan beberapa teknik,yaitu : a.

  Observasi (pengamatan) Yaitu pengamatan secara langsung terhadap BMT yang akan diteliti,agar mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

  b.

  Interview (wawancara) Yaitu teknik pengumpulan data yang mengunakan tanya jawab kepada pihak BMT , baik kepada manager atau karyawan.

  c.

  Library study (studi kepustakaan) Yaitu mengumpulkan data dengan mencari serta membaca buku- buku dan mediamasa yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

  Sehingga dapat mengetahui teori yang ada.

4. Metode analisis data

  Analisis data yang digunakan adalah diskriptif analitik, yaitu data yang ada bukan angka.

F. Penegasan Istilah

  Penegasan istilah dimaksudkan untuk memudahkan dan menghindari kesalahpaham tentang isilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu kiranya dijelaskan makna dari istilah yang dipakai dalam penelitian ini : 1.

  Baitul Maal Wattamwiil Baitul Maal Wattamwil (BMT) adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapka n Alqur’an dan Sunnah Rasul- Nya (Ilmi 2002: 65).

  2. Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Kotler, 1999: 2).

  3. Simpanan Pengertian menurut Undang-undnang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003: 57).

4. Investasi Pendidikan

  Investasi Pendidikan yaitu simpanan yang dipersiapkan untuk kebutuhan pendidikan, yang diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan orang tua dalam merencanakan dan mempersiapkan pendidikan buah hatinya.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pembuka yang berisi dari beberapa sub, yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, metode penelitian,penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang berisi landasan teoritis dan terhadap masalah dan ditinjau terhadap hasil karya lain sebelumnya dilakukan.

  Kerangka teoritik yang membahas tentang konsep-konsep teoritik yang muncul dalam telaah pustaka dalam rangka menjelaskan masalah-masalah yang dipilih. BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN Bab ini membahas tentang gambaran umum, yang berisi sejarah berdirinya BMT SYAMIL, visi dan misi BMT SYAMIL, tujuan dan fungsi BMT SYAMIL. Selanjutnya meliputi data-data diskriptif yang berisi usaha-usaha yang dilakukan BMT Syamil, produk-produk, struktur organisasi, badan hukum, lokasi dan permodalan. Kemudian strategi yang digunakan BMT SYAMIL dalam menghadapi persaingan antar lembaga keuangan syariah yang ada.

  BAB IV ANALISIS DATA Bab ini menjelaskan tentang bagaimana BMT SYAMIL melakukan strategi dalam menghadapi persaingan antar lembaga keuangan syariah. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Baitul Maal Wattamwiil (BMT) Menurut Ilmi (2002: 65) Baitul Maal Wattamwiil dari segi bahasa

  berarti rumah uang dan (rumah) pembiayaan. Menurut istilah, BMT adalah Lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung sertra menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Berdasarkan ketentuan yang telah d itetapkan AlQur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Karena berorientasi sosial keagamaan, ia tidak dapat dimanipulasi untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit).

  Menurut Sudarsono (2003: 85) Peranan BMT bagi masyarakat adalah: 1.

  Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islami.

  2. Melakukan pembinaan dan pemdaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.

  3. Melepas ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, borokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

Gambar 2.1 struktur Lembaga Keuangan di Indonesia

  Sumber: Ahmad Sumiyanto, BMT menuju Koperasi Modern Menurut Heri (2003) dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah, yakni menggunakan 5 prinsip: 1.

  Prinsip bagi hasil Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT, yaitu :

  a.

   Al- Mudharabah b. Al- Musyarakah c. Al-Muzara’ah d. Al- Musaqah 2.

  Sistem jual beli Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang mendalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana, yaitu :

  a.

   Bai’ al-Murabahah b. Bai’ as-Salam c. Bai al- Istishna d. Bai’ al-Bitsaman Ajil 3. Sistem non profit

  Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja yaitu Pembiayaan Qordul Hasan.

4. Akad bersyarikat

  Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian keuntungan kerugian yang disepakati.

  a.

   Al- Musyarakah b. Al – Mudharabah 5.

  Produk pembiayaan Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi utang beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu.

  a.

  Pembiayaan al- Murabahah (MBA) b. Pembiayaan al- Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) c. Pembiayaan al-Mudharabah (MDA) d.

  Pembiayaan al-Musyarakah (MSA) Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan masyarakat, maka BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus memenuhi syarat:

1. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah 2.

  Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan 3. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat B.

   Simpanan

  Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan

  Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

  Fatwa DSN-MUI NO: 02/DSN-MUI/IV/2000 menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan yaitu tabungan berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Peraturan Bank Indonesia (PBI) NO: 9/19/2007,

  wadi’ah adalah

  transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu. Menurut Kasmir (2012:168-169) Penghimpunan Dana sebagimana pada lembaga bank secara umum dalam penghimpunan dana Bank Syariah mempraktikkan produk tabungan, giro, dan deposito. Dalam kedua produk tersebut akad dasar yang dikembangkan, yaitu :

1. Wadi’ah

  Wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank Syariah, prinsip Wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, Baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Wadi’ah memiliki 2 prinsip yaitu :

  a. Yad Amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. b. Yad Adh-Dhamanah yang artinya adalah tangan penanggung. Dalam prinsip ini bank sebagai penerima dana dapat memanfaatkan dan titipan seperti simpanan giro dan tabungan, dan deposito berjangka untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dan kepentingan negara. Yang terpenting dalam hal ini si penyiman bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang menimpa uang tersebut.

  Menurut Dahlan (2012:137) dalam tabungan yang menggunakan akad wadi’ah, transaksi bank syariah yaitu : A.

  Tabungan Wadi’ah Tabungan Wadi’ah adalah produk yang bersumber dari nasabah yang sering disebut dana titipan pihak ketiga dalam bentuk tabungan.

  b.

  Tabungan Giro Wadi’ah Tabungan Giro Wadi’ah adalah produk rekening tabungan dengan akad wadi’ah yang tertuang dalam Dewan Syariah Nasional (DSN) Fatwa

  No: 1/DSN-MUI/IV/2000. Menurut UU NO: 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, giro adalah Simpanan b erdasarkan Akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.

  Landasan Hukum : Dasar Hukum ....

          

  Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...

2. Mudharabah

  Mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua pihak, satu pihak memberikan modal kepada lainnya untuk berniaga. Kemudian keuntungan dibagi antara mereka sesuai dengan apa yang telah disepakati. Menurut Afzalur Rahman, mudharabah sebagai bentuk kontrak kerjasama yang didasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai pemilik modal dan yang kedua menjalankan usaha. Modal yang dimaksud disini harus berupa uang dan tidak boleh berbentuk barang.

  Menurut Dahlan (2012:135) jenis mudharabah ada dua, yaitu : 1.

  Mudharabah Muqayyadah addalah shahibul maal membatasi kepada

mudharib dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.

2. Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja antara shahibul maal dan

  mudharib yang cakupannya sangat luasdan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

  Menurut Wiroso (2005:38) karakteristik Mudharabah adalah: 1.

  Kedua pihak yang mengadakan kontrak antara pemilik dana dan

  mudharib akan menentukan kapasitas baik sebagai nasabah maupun

  pemilik. Di dalam akad tercantum pernyataan yang harus dilakukan kedua belah pihak yang mengadakan kontrak dengan ketentuan sebagai berikut : a.

  Di dalam perjanjian tersebut harus dinyatakan secara tersurat maupun tersirat mengeni tujuan kontrak; b.

  Penawaran permintaan harus disepakati kedua belah pihak di dalam kontrak tersebut; dan c.

  Maksud penawaran dan penerimaan merupakan suatu kesatuan informasi yang sama penjelasannya. Perjanjian bisa saja berlangsung ditandatangani, melainkan bisa juga dilakukan melalui surat menyurat/koresponden dengan fax atau komputer yang telah disahkan oleh Cendekia Fiqih Islam dan Organisasi Konferensi Islam.

2. Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudhrib untuk diinvestasikan (dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah.

  Adapun syarat-syarat yang tercakup dalam modal adalah sebagai berikut.

  a.

  Jumlah modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya; b.

  Modal harus dalm bentuk tunai, seandainya berbentuk asset menurut Jumhar Ulama Fiqih diperbolehkan asalkan berbentuk barang niaga dan mempunyai nilai atau historinya pada saat mengadakan kontrak. Bila asset tersebut berbentuk non-kas yang siap dimanfaatkan, seperti pesawat dan kapal, diperbolehkan sebagai modal asalkan tetap

  mudharabah mudharib

  menginvestasikan semua modal tersebut dan berbagi hasil dengan pemilik dana dalam pendapatan dari investasi dan pada akhir jangka waktu; c.

  Modal harus tersedia dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk piutang; dan d.

  Modal mudharabah langsung dibayar kepada mudharabah.

  Beberapa Fuqaha berbeda pendapat mengenai cara realisasi pencairan dana yaitu dibayar langsung dengan cara lain dilaksanakan dengan memungkinkan mudharib untuk memperoleh manfaat dari modal tersebut bagaimana pun cara akuisisinya.

  Sesuai dengan pendapat kedua, pengadaan kontrak dapat dilaksanakan untuk keseluruhan modal dan pembayarannya kepada mudharib dapat dibuat dalam beberapa angsuran.

  3. Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan merupakan tujuan mudharabah dengan syarat-syarat seperti berikut: a.

  Keuntungan ini haruslah berlaku bagi kedua belah pihak dan tidak ada satu pihak pun yang akan memilikinya; b.

  Haruslah menjadi perhatian dari kedua belah pihak dan tidak terdapat pihak ketiga yang akan turut memperoleh bagi hasil darinya. Porsi bagi hasil keuntungan masing-masing pihak harus disepakati bersama pada saat perjanjian ditandatangani. Bagi hasil

  mudharib harus secara jelas dinyatakan pada saat pengadaan kontrak dilakukan.

  4. Jenis usaha/pekerjaan diharapkan mewakili/menggambarkan adanya kontribusi mudharib dalam usahanya untuk mengembalikan/membayar modal kepada penyedia dana. Jenis pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan masalah manajemen dari pembiayaan mudharabah itu sendiri. Di bawah ini merupakan syarat- syarat yang harus diterapkan dalam usaha/pekerjaan mudharabah adalah sebagai berikut : a.

  Bentuk pekerjaan/usaha merupakan hak khusus mudharib tidak ada intervensi manajemen dari pemilik dana, meskipun demikian menurut mahdzab Hambali membolehkan adanya peran serta/partisipasi pemilik dana dalam pekerjaan/usaha tersebut; b.

  Penyedia dana tidak harus boleh membatasi kegiatan mudharib agar tidak sukses dalam pencarian laba/keuntungan; c.

  Mudharib tidak boleh melanggar hukum syariah Islam dalam usahanya dan juga harus mematuhi praktik-praktik usaha yang berlaku; dan d. Mudharib harus mematuhi syarat-syarat yang diajukan pemilik dana asalkan syarat-syarat tersebut tidak bertentangan kontrak

  mudharabah tersebut.

  Batasan kegiatan mudharib sehubungan dengan dana

  mudharabah adalah sebagai berikut: a.

  Harus benar-benar memiliki usaha sesuai dengan kontrak yang merupakan pekerjaan utama dan cabang kegiatannya; b.

  Pekerjaan atau usaha yang dimiliki harus sesuai dengan surat kuasa umum. Kesemuanya ini merupakan pekerjaan yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan usaha utama, namun merupakan penunjang dalam perlakuan investasi seperti perpaduan dengan dana mudharabah dan dananya sendiri; dan c. Pekerjaan atau usaha yang tidak akan dimiliki terkecuali dengan suatu ijin tertulis dari pemilik dana tersebut. Pekerjaan atau usaha ini tidak mengarahkan kepada pengembangan dana atau pun pada kewajiban atau utang baru apapun di pihak pemilik atas dana tersebut seperti peminjaman account dan mudharabah.

  5. Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan pemilik dana, sehingga tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Penarikan dana

  mudharabah hanya dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang

  disepakati (periode yang telah ditentukan). Penarikan dana yang dilakukan setiap saat akan membawa dampak berkurangnya pembagian hasil usaha oleh nasabah yang menginvestasikan dananya.

  6. Garansi dalam mudharabah untuk menunjukkan adanya tanggung jawab mudharib dalam mengembalikan modal kepada pemilik dana dalam semua pekerjaannya. Peraturan jaminan dalam mudharabah, hal ini bahwa mudharib akan bertanggungjawab untuk mengembalikan modal kepada pemilik dana dalam hal apapun, dan tidak diperbolehkan pada waktu jatuh tempo, kenyataan bahwa kepemilikan mudharib akan dana tersebut dibuat sebagai suatu trust dan dengan demikian tidak menjamin dana tersebut kecuali dalam hal pelanggaran.

  Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, dijelaskan karakteristik mudharabah sebagai berikut:

  1. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Shahibul maal (Pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbaj bagi hasil menurut kesepakatan di muka.

  2. Jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditentukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

3. Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah

  (Investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (Investasi terikat) 4. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam pengelolaan investasinya.

  5. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana (mudharib) mengenai tempat, cara, dan objek investasi. Sebagai contoh, pengelola dana (mudharib) dapat diperintahkan yakni: a.

  Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; b.

  Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; dan c.

  Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri melalui pihak ketiga.

  6. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana.

  Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila banj sebagai pengelola dana maka dana yang diterima adalah sebagai berikut: a.

  Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahah investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah.

  b.

  Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai investasi tidak terikat.

  Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) karakteristik mudharabah muthlaqah atau investasi tidak terikat yaitu:

  1. Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).

  Bab ini hanya membahas bank sebagai pengelola dana pihak ketiga yang dikelompokkan dalam unsur investasi tidak terikat. Untuk mudharabah

  muqayyadah bank sebagai agen dibahas dalam bagian tersendiri

  sedangkan bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dibahas dalam pembiayaan mudharabah.

  2. Investasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban atau ekuitas bank, karena bank tidak berkewajiban mengembalikan dana tersebut apabila terjadi kerugian pengelola dana yang disebabkan kelalaian atau kesalahan bank sebagai mudharib.

  3. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue

  sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban

  yang berkaitan dengan pengelola dana mudharabah sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah.

  4. Jika bank menggunakan metode bagi laba (Profit Sharing) dan usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana

  (shahibul maal), kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan bank sebagai pengelola dana (mudharib).

  5. Kelalian atau kesalahan bank sebagai pengelola dana disebabkan, misalnya a.

  Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad; b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur)yang lazim dan atau yang telah ditentukan di dalam akad; dan c.

  Hasil keputusan dari badan arbitrase atau pengadilan 6. Jika bank menggunakan metode bagi pendapatan (revenue sharing)maka pemilik dana (shahibul maal) tidak akan menanggung kerugian, kecuali bank di likuidasi dengan kondisi realisasi asset bank lebih kecil dari kewajiban.

7. Investasi tidak terikat, antara lain:

  a.

  Tabungan mudharabah yaitu investasi tidak terikat pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati.

  b.

  Deposito mudharabah adalah investasi tidak terikat pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil usaha sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di muka antara nasabah dengan bank syariah yang bersangkutan.

Tabel 2.1 Tabel perbandingan tabungan mudharabah dan tabungan

  wadiah Tabungan Tabungan No Transaksi Mudharabah Wadiah

  1 Sifat dana Investasi Titipan Hanya dapat dilakukan Dapat dilakukan

  2 Penarikan pada periode/ waktu sewaktu-waktu tertentu Bagi hasil Bonus (jika ada/

  3 Insentif diberikan oleh penerima titipan) Tidak dijamin Dijamin

  Pengembalian 4 dikembalikan semua dikembalikan dana semua

  Sumber: Wiroso, 2005:20

  Perhitungan bagi hasil tabungan dilakukan berdasarkan besarnya dana investasi rata-rata selama satu periode perhitungan bagi hasil dimana dana rata-rata tersebut dihitung dengan menjumlahkan saldo harian setiap tanggal dibagi dengan hari periode perhitungan bagi hasil. Periode perhitungan bagi hasil tersebut tidak harus sama dengan jumlah hari dalam periode perhitungan bagi hasil dihitung mulai tanggal awal periode (satu hari setelah tanggal tutup buku/ perhitungan bagi hasil yang lalu) sampai dengan tanggal tutup buku atau perhitungan bagi hasil. Dalam melakukan perhitungan saldo rata-rata dapat dilakukan dengan komputerisasi tetapi dapat juga dilakukan secara manual atau secara tradisional (Wiroso, 2005:52). Menurut Sumiyanto (2008:130) proses perhitungan bagi hasil dalam praktiknya terdapat mekanisme yaitu:

  1. Profit Sharing yang berarti perhitungan bagi hasil yang didasarkan

  pada hasil net (bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi biaya- biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

  2. Revenue Sharing yang berarti perhitungan bagi hasil didasarkan

  kepada total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

3. Rukun dan Syarat

  Menurut Sudirman, Mansyur, Sulhan, Zubair dan al-Hakim (2008:159) rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya. Dalam fiqh Islam, transaksi terbentuk karena adanya unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya. Menurut para ahli hukum Islam kontemporer, rukun yang membentuk akad itu ada empat, yaitu: a.

  Para pihak yang membuat transaksi; b. Pernyataan kehendak para pihak; c. Objek transaksi; dan d. Tujuan transaksi.

  Dalam literatur fiqh Islam telah disebutkan bahwa syarat yang dapat membentuk sebuah transaksi dalam praktik mualamah dapat dikategorikan menjadi delapan syarat yaitu: a.

  Tamyis; b.

  Berbilang Pihak; c. Persesuaian ijab qobul; d.

  Kesatuan majelis transaksi; e. Objek transaksi dapat diserah terimakan; f. Objek transaksi dapat ditentukan; g.

  Objek transaksi dapat ditransaksikan; dan h. Tujuan transaksi tidak bertentangan dengan syara’.

  4. Dasar Hukum ...

  ...

         

  Artinya : ...sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di

  muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT... (QS. Al-

  Muzzammil: 20) ...

          ...

  Artinya : ...tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki

  hasil perniagaan) dari Tuhanmu... (QS Al-Baqarah: 198) a.

  Hadis Nabi riwayat Ibnu Abbas Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai

  mudharabah. Ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak, jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya (HR Thabrani dari Ibnu Abbas).

  b.

  Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah

  Nabi bersabda “ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur gandum dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual (HR Ibnu Majah dari Shuhaib).

  c.

  Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali

  perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang