KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN

  

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN

AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN

KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

  

Oleh:

ACHMAD RIFAI

11111028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN

  

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN

AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN

KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

  

Oleh:

ACHMAD RIFAI

11111028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015 ii

  

MOTTO

          

  “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali- ‘Imran 003: 200).

  

vi

  

PERSEMBAHAN

  Atas rahmat, hidayah dan ridho Allah Swt, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orang tuaku Bapak Margono dan Ibu Barokah yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Beliau keduanya tak henti- hentinya memberikan untaian do’a yang tulus sepanjang waktu demi keberhasilan penulis. Rasa hormat dan baktiku akan selalu tertuju kepadamu.

2. Saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan arahan serta dukungan, kesemangatan dan do’a.

  3. Teman-temanku dan Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan bantuan, motivasi, inspirasi, nasehat semangat hidup, pelajaran hidup, dan dukungan untuk selalu bangkit dari keputus asaan dan keterpurukan yang selalu datang melanda. Semoga dapat meraih segala impian dan kesuksesan hidup yang dicita-citakan.

  

vii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur Alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah beserta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

  ” Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw yang selalu kita nanti- nantikan syafa’atnya besok di hari kiamat. Amin Ya Rabbal Alamin.

  Dalam penyusunan skripsi ini, ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di IAIN Salatiga. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1.

  Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) 3.

  Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) 4. Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya

  

viii dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Karyawan dan Karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuannya.

  7. Segenap keluarga, terutama Bapak, Ibu dan Kakak yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a yang tulus sepanjang waktu demi keberhasilan penulis.

  8. Bapak Nowo Sugiharto selaku Kepala Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

  9. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt.

  Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya, terutama untuk kemajuan dunia pendidikan.

  Salatiga, 26 Oktober 2015 Penulis,

  ACHMAD RIFAI NIM. 11111028

  

ix

  

ABSTRAK

  Rifai, Achmad. 2015. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap

  Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015 . Skripsi. Fakultas Tarbiyah

  dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.

  Kata kunci: Kecerdasan Emosi Remaja, Pembinaan Akhlakul Karimah.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten semarang Tahun 2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya adalah (1) Bagaimana tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? (2) Bagaimana tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? (3) Adakah implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode angket (quesioner).

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Desa Wisata Bejalen, 16,66% berada pada kategori baik sebanyak 6 responden, 22,22% berada pada kategori cukup baik sebanyak 8 responden, dan 61,11% berada pada kategori kurang baik sebanyak 22 responden. Sedangkan tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen, 16,66% berada pada kategori baik sebanyak 6 responden, 33,33% berada pada kategori cukup baik sebanyak 12 responden, dan 50% berada pada kategori kurang baik sebanyak 18 responden.

  Penelitian ini setelah dilakukan uji hipotesis dengan rumus product moment, maka hasilnya menunjukkan bahwa ada implikasi yang positif antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Menggunakan sampel sebanyak 36 responden terbukti r hitung lebih besar dari r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Diketahui r hitung 0,965 dan r tabel pada taraf signifikansi 1% = 0,424 dan r tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,329. Jadi 0,965 > 0,424 dan 0,965 > 0,329.

  

x

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN BERLOGO ii

  PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENGESAHAN PENGUJI iv

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v MOTTO vi

  PERSEMBAHAN vii

  KATA PENGANTAR viii

  ABSTRAK x

  DAFTAR ISI xi

  DAFTAR TABEL xvi

  DAFTAR GAMBAR xvii

  DAFTAR LAMPIRAN xviii

  BAB 1 PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah B.

  5 Rumusan Masalah C.

  5 Tujuan Penelitian D.

  6 Hipotesis Penelitian E.

  6 Kegunaan Penelitian 1.

  6 Teoritis 2.

  7 Praktis

  

xi F.

  7 Definisi Operasional 1.

  7 Kecerdasan Emosi Remaja 2.

  9 Implikasi 3.

  9 Pembinaan Akhlakul Karimah G.

  10 Metode Penelitian 1.

  10 Pendekatan dan Rancangan Penelitian 2.

  10 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.

  11 Populasi dan Sampel 4.

  12 Metode Pengumpulan Data 5.

  13 Instrumen Penelitian 6.

  14 Analisis Data H.

  16 Sistematika Penulisan

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  18 Emosi dan Remaja 1.

  18 Emosi a.

  18 Pengertian dan Teori b.

  22 Emosi dalam Perspektif Islam c.

  25 Ekspresi Emosi Manusia d.

  29 Gejala-gejala Emosi e.

  30 Cara Mengendalikan Emosi 2.

  32 Remaja a.

  32 Definisi dan Pengertian b.

  33 Kategori dan Problematika Remaja

  

xii c.

  Bimbingan dan Pendidikan Remaja

  56 5. Pendidikan

  68

  (Kecerdasan Emosi Remaja)

  66 2. Data Jawaban Angket Variabel X

  65 1. Data Responden

  62 B. Penyajian Data Hasil Penelitian

  61 10. Form Profile Desa Wisata

  61 9. Kesehatan

  60 8. Struktur Organisasi Desa

  59 7. Jumlah Penduduk Menurut Agama

  57 6. Mata Pencaharian

  56 4. Demografi (Kependudukan)

  36 B. Akhlakul Karimah

  54 3. Letak Geografis

  51 2. Keadaan Umum Wilayah Desa

  51 1. Sejarah Desa Bejalen

  Gambaran Umum Desa Wisata Bejalen

  47 BAB III HASIL PENELITIAN A.

  Pembinaan Akhlakul Karimah

  44 C. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap

  42 3. Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya

  40 2. Karakteristik Akhlak dalam Islam

  40 1. Pengertian dan Tujuan

  xiii

3. Data Jawaban Angket Variabel Y

  (Pembinaan Akhlakul Karimah)

  70 BAB IV ANALISIS DATA A.

  72 Analisis Pendahuluan 1. Analisis Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja

  Desa Wisata Bejalen

  73 a.

  75 Mencari Nilai Rata-rata (Mean) b.

  76 Mencari Nilai Interval c. Mencari Persentase Kategori Kecerdasan

  Emosi Remaja

  77 2. Analisis Tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen

  79 a.

  82 Mencari Nilai Rata-rata (Mean) b.

  83 Mencari Nilai Interval c. Mencari Persentase Kategori Pembinaan

  Akhlakul Karimah

  84 B.

  86 Analisis Uji Hipotesis 1. Input Data Implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah

  87 2.

  89 Analisis dengan Rumus Product Moment C.

  89 Analisis Lanjut

  xiv BAB V PENUTUP A.

  93 Kesimpulan B.

  94 Saran-saran C.

  95 Penutup DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

  DAFTAR TABEL 1.

  70 13. Tabel. 13 Hasil Angket Kecerdasan Emosi Remaja

  90

  87 22. Tabel. 22 Taraf Signifikansi Product Moment

  86 21. Tabel. 21 Jumlah Data Korelasi Variabel X dan Y

  84 20. Tabel. 20 Rekapitulasi Pembinaan Akhlakul Karimah

  82 19. Tabel. 19 Nilai Interval Pembinaan Akhlakul Karimah

  80 18. Tabel. 18 Distribusi Frekuensi Variabel Y

  79 17. Tabel. 17 Hasil Angket Pembinaan Akhlakul Karimah

  77 16. Tabel. 16 Rekapitulasi Kecerdasan Emosi Remaja

  75 15. Tabel. 15 Nilai Interval Kecerdasan Emosi Remaja

  73 14. Tabel. 14 Distribusi Frekuensi Variabel X

  68 12. Tabel. 12 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel Y

  Tabel. 1 Pengambilan Sampel

  66 11. Tabel. 11 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel X

  65 10. Tabel. 10 Jumlah Data Responden

  60 9. Tabel. 9 Pemetaan Indikator dengan Angket

  59 8. Tabel. 8 Jumlah Penduduk Menurut Agama

  58 7. Tabel. 7 Penduduk Menurut Mata Pencaharian

  56 6. Tabel. 6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

  55 5. Tabel. 5 Jumlah Penduduk Menurut Usia

  26 4. Tabel. 4 Batas Wilayah Desa Bejalen

  23 3. Tabel. 3 Ekspresi Wajah pada Enam Jenis Emosi

  12 2. Tabel. 2 Nafsu Muthmainnah dan Ammarah

  xvi

  DAFTAR GAMBAR 1.

  Gambar. 1 Teori Emosi James-Lange

  20 2. Gambar. 2 Teori Emosi Cannon-Bard

  21 3. Gambar. 3 Bagan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerin`tah

  Desa Bejalen Tahun 2015 61 4.

  Gambar. 4 Denah Lokasi Desa Wisata Bejalen

  63

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Lembar Pengajuan Judul Skripsi 2. Lembar Konsultasi Skripsi 3. Angket Penelitian 4. Surat Keterangan Kegiatan (SKK) 5. Surat Permohonan Izin Penelitian 6. Surat Pernyataan Bukti Penelitian 7. Foto-foto 8. Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya perbuatan manusia sehari-hari disertai oleh perasaan-

  perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Kedua perasaan tersebut yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari. Perasaan ini terkadang kuat, lemah atau samar-samar saja. Perasaan yang kuat akan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia, terkejut, benci, senang, sedih, was-was dan sebagainya.

  Emosi merupakan pemicu utama dalam tiap aspek kehidupan manusia. Emosi adalah penggerak diri, memandu untuk terus maju dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Maka benarlah pernyataan berikut ini:

  “kadar reaksi emosi kita terhadap peristiwa-peristiwa menentukan kadar kegiatan rohani dan jasmani kita” (Maurus, 2014: 15). Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan sebagainya jika melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan sebagainya (Hartati dkk, 2005: 81).

  Bagi sebagian orang, perilaku lebih dipengaruhi oleh emosi daripada kepandaian. Maka, emosi jauh lebih penting daripada kepandaian. Tidak ada

  1 faktor yang lebih mempengaruhi keberhasilan, kebahagiaan dan kegembiraan selain emosi. Orang yang tidak memiliki semangat, kemurahan hati, keramahan dan cinta tidaklah siap menjalani hidup.

  Emosi sangat berguna jika terkendali, namun berbahaya jika dibiarkan begitu saja khususnya pada usia remaja karena emosi sangat kuat dan labil.

  Emosi muncul saat seseorang berada dalam keadaan darurat. Emosi mengerahkan kekuatan dari dalam maupun dari luar yang memungkinkan seseorang untuk bertindak dengan kekuatan lebih. Jika seseorang bertindak pada saat yang bersamaan, emosi akan mereda; fungsinya telah dijalankan dan mungkin selanjutnya akan lenyap. Apabila tidak ada tindakan, emosi akan mengambil alih seluruh sistem tubuh. Emosi akan mengaliri seluruh tubuh dengan dampak-dampak yang mengganggu.

  Penyebab utama timbulnya masalah remaja didominasi oleh emosi yang cenderung muncul. Masalah remaja merupakan suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, terlebih pada masa kekinian, dimana telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan terutama disebabkan atas dorongan emosi yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya.

  Persoalan remaja adalah persoalan yang sangat komplek dan urgen yang disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya: kurangnya pembinaan mental, kurangnya pengenalan terhadap nilai moral pancasila, kegoncangan suasana dalam masyarakat, masa depan yang suram, pengaruh kebudayaan asing dan lainnya.

  Remaja di era kontemporer terletak pada posisi yang terjepit manakala mereka tidak bisa membawa diri mereka masing-masing dengan sebaik mungkin, karena tantangan saat ini begitu besar sehingga akhlak (moral) remaja yang akan menjadi taruhannya. Dekadensi moral atau kemerosotan akhlak merupakan masalah yang paling mendasar bagi setiap orang di suatu masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Kemerosotan akhlak seseorang mengganggu ketentraman orang lain. Seandainya dalam suatu masyarakat terdapat banyak orang yang akhlaknya rusak maka akan menggemparkan keadaan masyarakat itu.

  Agama Islam yang terpenting adalah pendidikan akhlak (moral), yang mana Allah Swt berfirman:

       Artinya: Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar

berbudi pekerti yang agung (berakhlak sangat mulia). (Al-Qalam 68: 4).

Pendidikan akhlak (moral) untuk setiap umat Islam, Nabi Muhammad Saw dalam hadits bersabda:

  ْلا ُِل ُتْثِعُب ا

  ] ثيدح [ ِق لاْخ حِلا ص مَّنِإ مِ م ت

  Artinya: Sesungguhnya saya diutus oleh Allah Swt untuk

menyempurnakan keshalehan akhlak (H.R. Ahmad). (Ahmadi, 2004: 29). Beliaupun memberikan uswah khasanah kepada umatnya di antaranya adalah benar, jujur, adil dan dipercaya. Penilaian terhadap seseorang baik atau buruknya tergantung sisi moral yang ia miliki. Bangsa akan hancur dan rusak dikarenakan masyarakat yang merosot moralnya. Melihat pentingnya orang dewasa pada perkembangan moral remaja, faktor orang tua dan orang dewasa lainnya bagi remaja tidak boleh diabaikan. Tentu saja orang tua dan orang dewasa lainnya, yang mengharapkan generasi muda dapat menggantikan segala tugas dan kelangsungan hidup di hari kemudian, perlu menyadari pentingnya peranan mereka dalam mendidik, membina, serta mendampingi remaja dalam perkembangan moralnya sebagai dasar hidup utama di masa yang akan datang (Gunarsa, 2012: 97). Pendidikan berperan penting dalam membina moral dan meminimalisir kenakalan remaja yang mana kita sebagai umat Islam tahu bahwa pendidikan Islam bertujuan menciptakan pribadi muslim yang berakhlakul karimah dan tertanamnya nilai- nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

  Emosi remaja memiliki hubungan erat dengan pembinaan akhlakul karimah. Itu disebabkan emosi merupakan implikasi dari proses pendidikan dan penanaman akhlak pada remaja. Di sini lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat juga berperan penting dalam membentuk akhlak remaja. Adapun keberhasilan dalam pembinaan akhlakul karimah adalah wujud dari suksesnya sebuah pengendalian emosi.

  Penelitian ini penting sekali mengingat banyak terjadi problematika remaja dalam setiap kehidupan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Banyak perilaku remaja khususnya di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang menyimpang dilihat dari segi akhlaknya seperti: berani kepada orang tua, kurang sopan-santun, berkata-kata kotor dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini bisa menjadi bekal bagi masyarakat dan orang tua terutama dalam hal penanganan dan pembinaan akhlak remaja putra-putrinya.

  Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik dengan Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang untuk dijadikan sebagai obyek penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengajukan penelitian ini dengan judul:

  “Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015 .

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? 2. Bagaimana tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa

  Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? 3. Adakah implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa

  Kabupaten Semarang Tahun 2015? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di

  Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

  5

  3. Untuk mengetahui seberapa besar implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

  D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dalam rangkaian penelitian yang disajikan dalam bab ini, hipotesis itu merupakan rangkuman dari kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan.

  Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya (Fathoni, 2011: 20).

  Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini, yaitu: ada implikasi yang positif antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

  E. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis

  Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas generasi penerus bangsa pada umumnya, khususnya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta dapat memberi gambaran mengenai pentingnya emosi dan pembinaan akhlak remaja.

  6

2. Praktis

  Secara praktis, bagi remaja dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya emosi dan pembinaan akhlak agar bisa mengontrol setiap tindakan dengan didasari agama dan emosi yang stabil, bukan berdasarkan amarah dan ambisi. Karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan cita-cita dan tanggung jawab Negara.

F. Definisi Operasional

  Untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau penafsiran dari judul di atas, maka perlu dijelaskan beberapa definisi istilah dan masalah serta pengertiannya, yaitu: 1.

   Kecerdasan Emosi Remaja

  Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Purwanto, 1996: 52). Kecerdasan juga merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 1995: 56).

  Emosi yakni, satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan efektif (Hartati dkk, 2005: 106). Mengenai pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek

  7 pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu.

  Remaja adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”. Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang diperlukan untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut (Daradjat, 1976: 11). Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah antara 13 dan 21 tahun.

  Jadi definisi istilah kecerdasan emosi remaja adalah kemampuan mengindra, memahami dan daya efektif yang dimiliki remaja dalam menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Adapun yang menjadi indikator dalam kecerdasan emosi remaja adalah (Goleman, 2007: 58-59): a.

  Mengenali Emosi Diri b.

  Mengelola Emosi c. Memotivasi Diri Sendiri d.

  Mengenali Emosi Orang Lain e. Membina Hubungan dengan Orang Lain

  

8

  2. Implikasi

  Implikasi berasal dari baha sa inggris “implicate” yaitu menyangkutkan (Echols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti menghubungkan, sehingga dapat dikatakan bahwa implikasi adalah hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak) positif ataupun negatif.

  3. Pembinaan Akhlakul Karimah

  Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi, 2007: 152). Istilah akhlak dalam pemakaian kata sehari-hari biasa disebut “akhlak yang baik” (akhlakul karimah), seumpama dikatakan: orang itu berakhlak artinya orang tersebut mempunyai akhlak yang baik, sedangkan orang itu tidak berakhlak artinya orang tersebut tidak mempunyai akhlak yang baik atau buruk akhlaknya. Jadi, definisi istilah pembinaan akhlakul karimah adalah upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien dalam proses pendidikan dan penanaman akhlak yang baik. Adapun yang menjadi indikator dalam pembinaan akhlakul karimah adalah (Abdullah, 2007: 75): a.

  Akhlak kepada Allah b.

  Akhlak terhadap Diri Sendiri c. Akhlak terhadap Keluarga d.

  Akhlak terhadap Masyarakat e. Akhlak terhadap Alam Sekitar

  9

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian a. Pendekatan Penelitian

  Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang model analisisnya secara umum memakai analisis statistic (Sukardi, 2004: 8), di mana akan diungkap persoalan di lapangan dalam hal kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

b. Rancangan Penelitian

  Dalam penyusunan atau rancangan penelitian ini penulis menggunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas yang diperoleh dari objek penelitian atau suatu riset yang dilakukan di kancah terjadinya gejala dalam suatu lapangan (Suryabrata, 1983: 93).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Lokasi atau tempat yang diambil dalam penelitian ini di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, karena merupakan lokasi yang strategis dan sangat menarik untuk diteliti kaitannya dengan dunia remaja yang rentan akhlaknya disebabkan oleh faktor emosi. Penulis dalam melakukan penelitian ini dengan jangka waktu tiga bulan, yaitu dimulai September-November 2015.

  10

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

  Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Menurut Nazir (1988: 325) dalam bukunya yang berjudul

  “Metode Penelitian” memberikan

  pengertian tentang, “Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan ”. Sedangkan menurut

  Singarimbun dan Effendi (1988: 108) memberikan pengertian, “populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga

  ”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015 yang berjumlah 144 orang.

b. Sampel

  Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005: 56). Menurut Arikunto (1998: 67) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari keseluruhan subyek penelitian, mengenai besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan, tetapi perlu diingat bahwa semakin besar sampel yang diambil, maka kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Sehubungan hal itu, Arikunto (1998: 120) mengatakan:

  11 Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiaannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuai dengan kemampuan.

  Sampel untuk penelitian ini, Penulis mengambil 25% dari populasi. Adapun rinciannya sebagai berikut:

  Tabel. 1 Pengambilan Sampel Wilayah Desa Wisata Bejalen Usia Remaja Populasi Sampel Dusun Bejalen Barat 13-21 Tahun

  80

  20 Dusun Bejalen Timur 13-21 Tahun

  64

  16 Jumlah 144

  36 Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:15 WIB).

4. Metode Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data lapangan yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

  Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Menurut Kartono (1990: 78),

  “observasi merupakan pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang diselidiki.

  ” b.

   Metode Angket

  Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat

  12

  umum (Fathoni, 2011: 111). Teknik/metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

c. Metode Dokumentasi

  Dokumentasi berarti barang-barang tertulis. Metode dokumen adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan lain-lain. (Arikunto, 1998: 67). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan warga yang berkaitan dengan kecerdasan emosi remaja dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

5. Instrumen Penelitian

  Fathoni (2011: 30) dalam bukunya yang berjudul:

  “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”, mengatakan:

  Dalam suatu penelitian, alat pengambil data (instrumen) menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan kualitas penelitiannya. Karena itu, alat pengambil data itu harus mendapatkan penggarap yang cermat.

  Untuk mengetahui data-data yang diperlukan dalam penelitian ini maka diperlukan suatu instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, data identitas remaja dan dokumen yang sesuai dengan penelitian dan observasi.

  13

6. Analisis Data

  Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan setiap data yang masuk harus dianalisis. Untuk menganalisis data dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a.

   Analisis Pendahuluan

  Analisis tahap pendahuluan ini, penulis terlebih dahulu mengelompokkan data-data yang telah diperoleh ke dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk data variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja) terdapat pada soal angket nomor 1-15 dan variabel Y (Pembinaan Akhlakul Karimah) terdapat pada soal angket nomor 16-30, pilihan jawaban A, B, dan C dengan cara pemberian skor jawaban A= 3, B= 2, dan C= 1 seperti pada alternatif jawaban sebagai berikut: 1)

  Alternatif Jawaban A dengan Skor 3 (Baik) 2)

  Alternatif Jawaban B dengan Skor 2 (Cukup Baik) 3)

  Alternatif Jawaban C dengan Skor 1 (Kurang Baik) Kemudian teknik analisis data dengan menggunakan rumus: =

  100% Keterangan:

  P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah Total Sampel

  14

  b. Analisis Uji Hipotesis

  Analisis ini menggunakan rumus product moment: ∑ − (∑ )(∑ )

  =

  2

  2

  2

  2

  − (∑ ) } { ∑ − (∑ ) } √{ ∑

  Keterangan: rxy : Koofisien Korelasi antara Variabel X dan Y N : Jumlah Responden

  : Nilai Hasil Variabel Emosi Remaja ∑x

  : Nilai Hasil Variabel Pembinaan Akhlakul Karimah ∑y ∑xy : Jumlah Hasil Perkalian antara Skor X dan Y.

  c. Analisis Lanjut

  Setelah diperoleh nilai penghitungan tersebut, langkah selanjutnya adalah mengadakan konsultasi hasil penghitungan (rxy) ke dalam r tabel pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Dari hasil penelitian, jika diketahui nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Akan tetapi sebaliknya, jika nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih kecil dari nilai kritik r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah tidak signifikan dan hipotesis yang diajukan tidak diterima.

  15

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diterangkan tentang teori-teori, antara lain: Pertama yaitu: Emosi dan Remaja yang meliputi: Emosi, yaitu: Pengertian dan Teori, Emosi dalam Perspektif Islam, Ekspresi Emosi Manusia, Gejala-gejala Emosi, Cara Mengendalikan Emosi. Remaja, yaitu: Definisi dan Pengertian, Kategori dan Problematika Remaja, Bimbingan dan Pendidikan Remaja. Kedua yaitu: Akhlakul Karimah, meliputi: Pengertian dan Tujuan, Karakteristik Akhlak dalam Islam, Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya. Ketiga yaitu: Kecerdasan Emosi Remaja Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah.

  BAB III : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab, meliputi: Pertama, Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian, yaitu: Letak Geografis, Tinjauan Historis, Struktur Organisasi, Keadaan Warga dan Remaja. Kedua, Penyajian Data Hasil Penelitian.

  16 BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini diuraikan: Analisis Deskriptif (Analisis Pendahuluan), Pengujian Hipotesis (Analisis Uji Hipotesis) dan Pembahasan (Analisis Lanjut). BAB V : PENUTUP Dalam bab ini memuat: Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.

  17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Emosi dan Remaja 1. Emosi a. Pengertian dan Teori Emosi dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yang sangat

  mempengaruhi makhluk hidup, yang ditimbulkan oleh kesadaran atas suatu benda atau peristiwa, yang ditandai dengan perasaan yang mendalam, hasrat untuk bertindak, dan perubahan fisiologis pada fungsi tubuh. Sebagian orang lantas menyadari adanya rangsangan (menakutkan, menyedihkan, melegakan, menjengkelkan) yang memicu situasi psikologis yang dikenal sebagai emosi (takut, sedih, bahagia, marah). Singkatnya, emosi adalah pikiran yang digerakkan. Karena itu, mungkin akan lebih baik menjabarkan emosi sebagai gerakan dalam pikiran (Maurus, 2014: 16).

  Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu

  . Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Prancis, emotion, dari emouvoir,

  18 kegembiraan dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) luar dan movere bergerak (Gemilang, 2013:10).

  Emosi yakni, satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan efektif (Hartati dkk, 2005: 106). Sehubungan dengan pengertian emosi, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang emosi di antaranya (Hartati dkk, 2005: 96-98): 1)

  Teori William James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark)

  Menurut pendapat atau teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan gejala-gejala kejasmanian.

  Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis. Atau, bila seseorang melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Jadi, orang itu bukan

  

19 berdebar-debar karena takut setelah melihat harimau, melainkan karena ia berdebar-debar maka timbul rasa takut.

  Gambar. 1 Teori Emosi James-Lange (Hude, 2006: 56) Stimulus External

  Emotion Perceived in Brain Stimulus Occurs

  

Motor Nerves

Sensory Nerves Body Sensations and Responses

  Emotion takes place after Psychological reactions

  Teori dari James Lanse ini lebih menitikberatkan pada hal- hal yang bersifat perifir daripada yang bersifat sentral. Dan teori ini sering pula disebut sebagai peradoks dari James. Sementara itu banyak para ahli mengadakan eksperimen-eksperimen untuk menguji sampai sejauhmana kebenaran dari teori James Lanse ini. Ahli-ahli tersebut antara lain Sherington dan Cannon, yang umumnya menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan oleh James tidak tepat. 2)

  Teori Cannon Bard Teori emosi yang dikemukakan oleh Cannon, dengan teorinya yang dikenal dengan teori sentral. Menurut teori atau pendapat ini, segala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi individu mengalami emosi terlebih

  

20 dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya.

  Gambar. 2 Teori Emosi Cannon-Bard (Hude, 2006: 58) Emotion External Stimulus

  Occurs Stimulus

Perceived in

Brain

  Motor and Sensory Nerves Body Sensations and Responses

  Emotion takes place after Psychological reactions

  3) Teori J. Linchoten

  Teori emosi lain adalah teori kepribadian. Menurut pendapat atau teori ini ialah bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, di mana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah-pisahkan. Karena itu, emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh J. Linchoten.

  4) Teori Wilhem Wundt (1832-1920)

  Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi. Menurut W. Wundt ada tiga (3) pasang kutub emosi, yaitu:

  

21 a) Lust-Unlust (senang-tak senang)

  b) Spannung-Losung (tegang-tak tegang)

  c) Erregung-Berubigung (semangat-tenang)

  Jadi, kalau seseorang melihat harimau, emosinya adalah unlust, spannung dan erregung (tak senang, tegang dan semangat).

  Dan kalau seorang mahasiswa lulus ujian, maka emosinya adalah

  lust, unlust dan berubigung (senang, tak tegang dan tenang) dan seterusnya.

b. Emosi dalam Perspektif Islam

  Banyak tokoh ilmuwan Islam yang memperbincangkan masalah emosi. Umumnya mereka membahas dalam bentuk derivatifnya sebagai cinta, marah, sedih, berani dan semacamnya. Dalam perspektif Islam, emosi identik dengan nafsu yang dianugerahkan oleh Allah Swt.

  Nafsu inilah yang akan membawanya menjadi baik atau jelek, budiman atau preman, pemurah atau pemarah, dan sebagainya. Nafsu menurut pandangan Mawardy Labay el-Sulthani dalam bukunya Muallifah (2009: 128-129) yang berjudul:

  “Psycho Islamic Smart Parenting”, terbagi dalam lima bagian.

  Pertama , nafsu rendah yang disebut dengan nafsu hewani,

  yaitu nafsu yang dimiliki oleh binatang seperti keinginan untuk makan dan minum, keinginan seks, keinginan mengumpulkan harta benda, kesenangan terhadap binatang dan juga rasa takut.

  Kedua , nafsu ammarah yang artinya menarik, membawa,

  menghela, mendorong, dan menyuruh pada kejelekan dan kejahatan saja. Nafsu amarah cenderung membawa manusia kepada perbuatan-perbuatan yang negatif dan berlebih-lebihan. Contohnya: makan yang enak sampai kekenyangan, perasaan malas untuk mengerjakan hal yang positif, ingin kaya dengan menghalalkan segala cara, berhati keras dan sebagainya.

  Ketiga , nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang selalu mendorong

  7

  17 Hamiyah (memiliki harga diri) Tawadhu’ (merendahkan diri) Jud (dermawan) Mahabat (kewibawaan) Syiyanat (memelihara diri) Syaja’at (berani) Huzn (prihatin) Iqtishad (ekonomis) Ihtiraz (waspada) Farasat (firasat) Neshihat (memberi peringatan) Hidayat (memberi hadiyah) Shabr (sabar) Afw (pemaaf) M a’rifah wa’ilm (mengetahui dan berilmu) Siqqat (dapat dipercaya) Raja’ (pengharapan) Jufa’ (menjatuhkan harga diri)

  16

  15

  14

  13

  12

  11

  10

  9

  8

  6

  manusia untuk berbuat baik. Ini merupakan lawan dari nafsu amarah. Apa yang dikerjakan nafsu amarah terus ditentang dan dicela keras oleh nafsu lawwamah, sehingga diri akan tertegun sebentar atau berhenti sama sekali dari perbuatan yang dianjurkan amarahnya.

  5

  4

  3

  2

  1

  

Tabel. 2

Nafsu muthmainnah dan ammarah (Hartati dkk, 2005: 107)

No Kepribadian Muthmainnah Kepribadian Ammarah

  seimbang atau tenang seperti permukaan danau kecil yang ditiup angin, akan jadi tenang, teduh, walaupun sesekali terlihat riak kecil. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Hartati dkk (2005: 108) hanya menentukan kepribadian muthmainnah dan ammarah saja, karena kedua kepribadian tersebut ibarat dua kutub utara dan selatan yang saling berlawanan serta bersifat relatif permanen. Secara jelas beliau mempertentangkan kedua kepribadian tersebut.

  Kelima , nafsu muthmainnah, artinya kondisi jiwa yang