HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

  i

  PENELITIAN CROSS-SECTIONAL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

  Oleh : MUHAMMAD BAGUS SETYAWAN

  131611123034

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

  ii

  Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

  Surabaya, 10 Januari 2018 Yang Menyatakan

  Muhammad Bagus Setyawan 131611123034

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Bagus Setyawan NIM : 131611123034 Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non

  • – eksklusif (Non – exclusive Royalty Free Right)

  atas karya ilmiah saya yang berjudul:

  “Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Health Literacy Pada Perawat di RSU Haji Su rabaya ”

  • – beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non esklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia / format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Surabaya, 10 Januari 2018 yang menyatakan Muhammad Bagus Setyawan

  NIM. 131611123034 iii IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH

  Oleh: Muhammad Bagus Setyawan

  NIM. 131611123034 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 5 JANUARI 2018 Oleh

  Pembimbing Ketua Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 196808291989031002 Pembimbing

  Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD NIP. 198202182008121005

  Mengetahui An. Dekan

  Wakil Dekan I Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 196808291989031002 iv IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH

  Oleh: Muhammad Bagus Setyawan

  NIM. 131611123034 Telah diuji

  Pada tanggal, 10 Januari 2018 PANITIA PENGUJI

  Ketua : Puji Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep …………………

  NIP. 196511201989032009 Anggota :

  1. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes ………………… NIP. 196808291989031002

  2. Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD …………………

  NIP. 19820218 2008121005 Mengetahui

  An. Dekan Wakil Dekan I

  Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes NIP. 196808291989031002 v IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  MOTTO “Selalu Ada Harapan Bagi Mereka Yang Berdoa Selalu Ada Jalan Bagi Mereka Yang Berusaha” “Ketika Dirimu Lelah Berjuang, Jangan Pernah Menyerah, Selalu Kepada-Nya Kau Berserah “Ingatlah selalu perjuangan Orangtua mulai dari kamu lahir hingga sekarang ini, sampai kapanpun kamu tidak akan bisa membalas budi mereka, maka buatlah mereka selalu bahagia.”

  vi IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

  “HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH LITERACY PADA PERAWAT DI RSU HAJI SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu

  syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan semua pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih dengan hati yang tulus kepada:

  1. Prof. Dr. Nursalam M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Pendidikan Ners.

  2. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan pembimbing I yang telah sabar menjadi bapak dan pembimbing, yang telah meluangkan waktu di sela-sela agenda yang padat, memberikan ilmu, semangat, masukan, motivasi serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  3. Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD selaku pembimbing II yang telah sabar dalam membimbing, memberikan ilmu, motivasi dan meluangkan waktu untuk saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. vii

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  4. Puji Rahayu, S. Kep., Ns., M.Kep selaku penguji skripsi dan Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang telah banyak membantu, memberikan waktu, saran, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes selaku penguji proposal skripsi yang telah banyak membantu, memberikan waktu, saran, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Khoridatul Bahiyah, S.Kep.Ns., M.Kep. Sp.Kep.J selaku pembimbing akademik yang telah sabar dalam membimbing, memberikan ilmu, semangat dan motivasi.

  7. Bapak dan Ibu Staf pendidikan dan staf akademik yang telah menyediakan fasilitas dalam proses perijinan penelitian dan surat menyurat untuk penyelesaian skripsi ini.

  8. Tim Etik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan saran sesuai syarat etik yang benar dan melancarkan protokol penelitian saya.

  9. Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya beserta para staf dan kepala ruangan yang telah membantu dan memberikan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian ini

  10. Seluruh responden penelitian di RS Umum Haji Surabaya yang telah bersedia dan berpartisipasi dalam penelitian ini

  11. Kedua orang tua (Bapak Kaeroman dan Ibu Eni Rahayu Marginingsih) dan Adik (Nurvita Putri Retmasari) yang telah memberikan doa sepanjang viii ix waktu, menguatkan, memberi dukungan dan memotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  12. Teman-teman seperjuangan angkatan B19, yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  13. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi profesi keperawatan.

  Surabaya, Januari 2018 Penulis

  Muhammad Bagus Setyawan

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN HEALTH

  Muhammad Bagus Setyawan

  Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

  Pendahuluan: Health literacy dinilai sebagai salah satu upaya guna meningkatkan

  kesadaran akan pentingnya kesehatan melalui kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi kesehatan melalui berbagai media, smartphone merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross-sectional dengan teknik purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga keperawatan di RSU Haji Surabaya. Jumlah sampel penelitian 39 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel independen yaitu penggunaan smartphone pada perawat, sedangkan variabel dependen yaitu health literacy pada perawat. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua kuisioner yaitu kuisioner The Effects Innovation Factors on

  Smartphone Adoption among Nurses on Community Hospital dan kuisioner Short Form Health Literact Survey Tool.

  Data kemudian dianalisa menggunakan uji analisa Spearman Rho (α < 0,05). Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan, semakin tinggi penggunaan smartphone perawat, maka akan semakin baik health

  literacy dengan korelasi positif (p=0,000 dan r=0,536). Diskusi: Perawat

  disarankan untuk dapat meningkatkan penggunaan smartphone secara bijak dan positif sebagai upaya untuk meningkatkan health literacy perawat.

  Kata Kunci : Penggunaan Smartphone, Health literacy, Perawat

  x IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ABSTRACT RELATIONSHIPS OF USE SMARTPHONE WITH HEALTH LITERACY

  IN NURSE ON HAJJ HOSPITAL SURABAYA Muhammad Bagus Setyawan

  Nursing Faculty of Universitas Airlangga

  Introduction

  : Health literacy is considered as an effort to increase awareness of the importance of health through the ease of the community to access health information through various media, the smartphone is one of the most widely used media by the community. The purpose of this study is to know the relationship between the use of smartphones with health literacy in nurses. Method: This research uses correlational design with the cross-sectional approach with purposive sampling technique. The population of this research is all nursing staff at Hajj Hospital Surabaya. The sample size was 39 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. Independent variable is the use of smartphones in nurses, while the dependent variable is health literacy in nurses. Data were collected using The Effects Innovation Factors on Smartphone Adoption among Nurses on Community Hospital questionnaires and the Short Form Health Literacy Survey Tool questionnaire. Data were then analyzed using analysis test Spearman Rho (α <0,05).

  Results : There is a significant relationship, the higher the use of smartphone nurses, the better the health literacy with the positive correlation (p = 0.000 and r = 0,536). Discussion : Nurses are advised to be able to increase smartphone usage wisely and positively in an effort to improve the health literacy of nurses.

  Keywords : Use of Smartphone usage, Health Literacy, Nurse

  xi

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR ISI

  Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   xii

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  xiii

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Penggunaan Smartphone dengan

  Health Literacy pada perawat Di Rumah Sakit Haji Surabaya Berdasarkan Model Conceptual model of health literacy of the European Health Literacy Survey ....................................................

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Health

  

  xiv

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................................ 22

  

Tabel 4.2 Definisi Operasional ............................................................................. 32Tabel 5.1 Karakteristik responden perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 ...................................................................................................... 42

  

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan health literacy pada perawat di RSU

  

Tabel 5.4 Tabulasi silang karakteristik responden dengan penggunaan smartphone pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 ......................... 45Tabel 5.5 Tabulasi silang karakteristik responden dengan Health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 .................................. 46Tabel 5.6 Tabulasi Silang penggunaan smartphone dengan Health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya, Desember 2017 .................................. 48

  xv

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal .................................... 60 Lampiran 2. Surat Permohonan Pengambilan Data Penelitian ............................. 61 Lampiran 3. Surat Balasan Permohonan Pengambilan Data Penelitian ............... 62 Lampiran 4. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ..................................................... 63 Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden ....................................... 64 Lampiran 6. Lembar Penjelasan Penelitian ........................................................... 65 Lampiran 7. Lembar Inform Consent .................................................................... 69 Lampiran 8. Lembar Kuisioner Penelitian ............................................................ 70 Lampiran 9. Hasil Uji Statistik.............................................................................. 78 xvi

  xvii

  HL : Health Literacy

  IPM : Indeks Pembangunan Manusia KEPK : Komisi Etik Penguji Keperawatan UNESCO : United Nation Education, Science and Culture

   Organization

  WHO : World Health Organization

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Health literacy merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan akses,

  memahami dan menggunakan informasi sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan untuk diri mereka sendiri, keluarga mereka maupun komunitas mereka (Soerensen et al., 2012). Sementara definisi lain health literacy adalah konsep yang berkembang bahwa literasi kesehatan berarti lebih dari sekedar bisa membaca pamflet, membuat janji temu periksa, memahami label makanan atau mematuhi tindakan yang ditentukan dari dokter (World Health Organization, 2017).

  Health literacy terkait dengan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi masyarakat

  untuk mengakses, memahami, menilai, dan menerapkan informasi kesehatan untuk membuat penilaian dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari mengenai perawatan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas hidup selama hidupnya (Pelikan, Röthlin, & Ganahl, 2012). Sangat penting untuk membedakan pengertian health

  literacy dengan literacy secara umum. Sesuai dengan United Nation Education, Science and Culture Organization (UNESCO)

  , kata ‘literasi’ secara umum berarti membaca dan menulis secara sederhana atau bisa dikatakan disini adalah melek pendidikan atau sadarnya masyarakat dengan pendidikan dan kesehatan (UNESCO, 2017).

  Health Literacy sampai saat ini masih menjadi masalah baik di negara maju

  maupun berkembang, kurang lebih setengah orang dewasa di Amerika Serikat memiliki tingkat literasi kesehatan yang kurang (Eigelbach, 2017). Survei yang

  1 IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dilakukan di Jerman pada tahun 2017 memberikan hasil sekitar 54.3% penduduk dewasa di sana tidak memiliki tingkat literasi kesehatan yang cukup (Berens, Vogt, Messer, Hurrelmann, & Schaeffer, 2016; Schaeffer, Berens, & Vogt, 2017). Penelitian di Jepang menunjukkan hasil 51.5% responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang kurang, sedangkan hasil sebuah survei nasional di Taiwan pada tahun 2010 menyatakan 30% penduduk tidak memiliki tingkat literasi kesehatan yang cukup, studi di Turki 58% responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang terbatas (Bodur, Filiz, & Kalkan, 2017; S. D. Lee, Tsai, Tsai, & Kuo, 2010; Nakayama et al., 2015).

  Data di Indonesia mengenai tingkat literasi kesehatan masyarakat masih terbatas. Meski demikian, terdapat fakta-fakta yang menggambarkan kondisi yang terkait dengan literasi kesehatan yang rendah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2016 adalah 0,689% (United Nations Development Programme, 2016). Nilai ini membuat Indonesia berada di peringkat ke-113 dari 188 negara dan berada di bawah nilai rata-rata daerah Asia Timur dan Pasifik (United Nations Development Programme, 2016). Selain itu data survey di Kota Semarang pada tahun 2013-2014, dengan 1029 responden, sangat memprihatinkan, yaitu 65% responden berada pada tingkat health literacy yang rendah yaitu inadequate dan problematic (Nurjanah & Rachmani, 2014).

  Health Literacy

  dinilai masih menjadi hal baru di Indonesia, sebagai salah satu upaya guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan melalui kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi tentang kesehatan (Santosa, 2012). Media dan sumber informasi kesehatan yang semakin berkembang menjadikan masyarakat lebih melek kesehatan, hal ini terkadang membuat IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA masyarakat bingung dengan informasi yang beragam, maka diperlukan pemahaman tentang health literacy yang berisi bagaimana cara mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi untuk membuat keputusan dalam hal kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, oleh karena itu hal ini sangat penting bagi perawat salah satunya dalam hal praktek klinis dan mendukung hasil perawatan pasien yang lebih baik (Cafiero, 2013)

  Dalam literasi kesehatan seorang tenaga kesehatan dituntut untuk selalu memperbarui keilmuannya agar ilmu yang dimilikinya selalu berkembang dan mengetahui informasi terbaru (Chong, Francis, Cooper, & Abdullah, 2014). Saat ini terdapat berbagai macam media informasi dalam literasi kesehatan salah satunya

  smartphone (Williams-Johnson, 2017). Dewasa ini smartphone menjadi media

  komunikasi yang paling banyak digunakan orang masyarakat karena kemampuan aplikasi dan fungsi multaskingnya dalam membantu kebutuhan dan gaya hidup sehari-hari (Miriam Bowers Abbott, MA & Peggy Shaw, MSN, 2016; Ofcom, 2015). Smartphone merupakan sejenis telepon seluler yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dari yang biasa dengan kemampuan seperti komputer, biasanya memiliki layar yang besar dan sistem operasinya mampu menjalankan tujuan aplikasi-aplikasi yang umum (Oxford, 2017). Pada tahun 2017 penggunaan telepon seluler meningkat dalam jumlah besar diseluruh dunia yaitu lebih dari 7,5 miliar pengguna melebihi jumlah penduduk dunia (Ericsson, 2017; United Nations, 2017). Dari data Kementrian Komunikasi dan Informasi tahun 2017, Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 65 juta pengguna smartphone, dan termasuk 5 besar pengguna smartphone di dunia dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 100 juta pengguna aktif smartphone pada tahun 2018. Dengan jumlah sebesar itu,

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika (Menkominfo, 2015). Menurut riset yang dilakukan oleh Google Indonesia dan Lembaga survey Growth From

  Knowledge (GFK) pada 2500 orang di lima kota besar salah satunya kota Surabaya

  pada periode November 2014 hingga Desember 2014, rata – rata pengguna telepon pintar menggunakan telepon pintar yang mereka miliki selama 5,5 jam per hari (Google, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan wawancara pada tanggal 5 November 2017 dengan kepala bidang keperawatan dan tim diklat RSU Haji Surabaya, disimpulkan bahwa penggunaan smartphone tentang health literacy masih belum optimal. Mayoritas perawat mengggunakan smartphone dengan

  platform android. Penggunaan smartphone hanya sebatas untuk komunikasi pribadi seperti penggunaan whatsapp dan instant messaging lainnya.

  Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memanfaatkan

  smartphone sebagai media komunikasi (Ventola, 2014). Namun hubungan

  penggunaan smartphone terhadap literasi kesehatan pada perawat belum dapat dijelaskan. Pada dasarnya health literacy pada tenaga kesehatan perawat sangat tergantung pada fasilitas yang disediakan pemerintah dan tingkat pendidikan dari masyarakat itu sendiri. Sehingga peran penggunaan teknologi smartphone dalam upaya keberhasilan health literacy perawat sangat penting dan dibutuhkan. Berdasarkan latar belakang dan data yang diuraikan di atas, maka peneliti ingin meneliti hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  1.2 Rumusan Masalah

  Bagaimanakah hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy pada perawat ?

  1.3 Tujuan

  1.3.1 Tujuan umum

  Menganalisis hubungan penggunaan smartphone dengan health literacy perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

  1.3.2 Tujuan khusus

  1. Menganalisis penggunaan smartphone pada perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

  2. Menganalisis health literacy pada perawat di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

  3. Menganalisis hubungan penggunaan smartphone dengan health

  literacy pada perawat di Rumah Sakit Haji Surabaya

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

  Penelitian ini dapat membuktikan teori Conceptual model of Health

  Literacy of the European Health Literacy dalam lingkup keperawatan. Salah satu

  aspek yang mempengaruhi dalam aspek akses, pemahaman, penilaian, dan penerapan adalah penggunaan smartphone (World Health Organization (WHO), 2013). Model ini merupakan konseptual yang menjelaskan aspek aspek yang mendasari dalam health literacy.

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.4.2 Praktis

  1. Bagi Perawat Sebagai masukan kepada perawat yang bertugas di RSU Haji Surabaya mengenai hubungan penggunaan smartphone dengan health

  literacy

  . Masukan ini dapat membantu perawat untuk memaksimalkan penggunaan smartphone dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.

  2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu keperawatan yang berkaitan penggunaan smartphone dengan health

  literacy pada perawat.

  3. Bagi Rumah Sakit Bagi institusi rumah sakit, melalui penelitian ini akan memperoleh bahan untuk mengevaluasi penggunaan smartphone agar dapat memaksimalkan pelayanan pada pasien serta meningkatkan keamanan pasien (patient safety) di rumah sakit. Dengan demikian institusi Rumah Sakit dapat melakukan langkah - langkah yang dirasa perlu untuk menunjang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

  4. Bagi Penulis Belajar mengasah kemampuan meneliti dan peduli terhadap profesi perawat ; mendorong penulis untuk memulai dan mampu mengembangkan diri, berpandangan luas, dan bersikap profesional dalam pelayanan keperawatan; serta mengetahui pentingnya penggunaan smartphone di RS.

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5. Penelitian Lanjutan Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat memberikan suatu laporan analisis lanjutan tentang health literacy pada perawat di RSU Haji Surabaya.

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan teori ini akan dipaparkan tentang teori-teori yang berkaitan

  dengan masalah penelitian. Tinjauan teori yang dipaparkan dalam pokok bahasan ini meliputi smartphone, health literacy serta keaslian penulisan penelitian ini.

2.1 Health Literacy

2.1.1 Pengertian Health Literacy

  Istilah health literacy atau literasi kesehatan pertama kali digunakan pada tahun 1974 dalam sebuah diskusi mengenai adanya standar minimum pendidikan kesehatan di tiap tingkat sekolah (Lyla M. Hernandez, 2013). Terdapat berbagai definisi untuk literasi kesehatan dan sampai sekarang konsep ini masih terus berkembang. Joint Committee on National Health Education Standars (2007) mendefinisikan literasi kesehatan sebagai kapasitas individu untuk mendapatkan, mengartikan, memahami informasi dan pelayanan kesehatan dasar serta kompetensi untuk menggunakan informasi dan pelayanan tersebut untuk meningkatkan kesehatan (Rikard, Thompson, McKinney, & Beauchamp, 2016).

  National Assessment of Adults Literacy di Amerika Serikat memakai

  definisi literasi kesehatan yaitu kemampuan untuk menggunakan informasi kesehatan yang tertulis dan tercetak untuk dapat digunakan di dalam dunia masyarakat dalam mencapai tujuan, serta mengembangkan pengetahuan dan potensinya (Kutner, Greenberg, Jin, & Paulsen, 2006; MacLeod et al., 2017).

  Kemampuan ini meliputi kemampuan membaca label obat, brosur informasi kesehatan, informed consent, memahami informasi yang diberikan oleh petugas

  8 IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kesehatan serta kemampuan untuk melakukan petunjuk serta prosedur pengobatan lainnya (Kutner et al., 2006).

  Definisi-definisi tersebut di atas menggambarkan literasi kesehatan secara fungsional, yaitu menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengakses, memahami dan menggunakan informasi kesehatan dalam konteks pelayanan kesehatan. Selain definisi secara fungsional tersebut, berkembang pula konsep literasi kesehatan yang lebih luas. Institute of Medicine (IOM), sebuah organisasi independen di Amerika Serikat yang dibentuk untuk memberikan nasihat dan informasi kepada para pembuat kebijakan kesehatan dan masyarakat , memakai definisi literasi kesehatan yaitu tingkat dimana individu memiliki kemampuan untuk mendapatkan, memproses serta memahami informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan (Institute of Medicine, 2004). IOM melengkapi definisi ini dengan menyatakan bahwa literasi kesehatan tidak saja relevan bagi individu yang membutuhkan informasi kesehatan, melainkan juga terkait dengan tenaga kesehatan, sistem kesehatan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat (Gillis, 2009).

  World Health Organization dalam Health Promotion Glossary mengambil

  definisi literasi kesehatan yaitu kemampuan kognitif dan sosial yang menentukan motivasi dan kemampuan individu untuk mendapatkan akses,memahami dan menggunakan informasi dalam cara-cara yang meningkatkan dan mempertahankan kesehatan yang baik. Dengan meningkatkan akses dan kapasitas masyarakat untuk mendapatkan dan menggunakan informasi kesehatan dengan efektif, literasi kesehatan berperan dalam pemberdayaan (WHO, 1998).

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Kickbush, Wait dan Maag (2005) menekankan mengenai konteks luas literasi kesehatan serta aspek pemberdayaan masyarakat yang kuat. Konsep literasi kesehatan yang merea ajukan adalah kemampuan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat dalam konteks keseharian, baik di rumah, komunitas, tempat kerja, pelayanan kesehatan, perdagangan, dan arena politik. Mereka menyatakan literasi kesehatan merupakan strategi pemberdayaan yang sangat penting untuk meningkatkan kontrol masyarakat atas kesehatan mereka, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencari informasi dan kemampuan untuk bertanggung-jawab.

  Canadian Public Health Association

  (CPHA) Expert Panel on Health

  Literacy mencoba merangkum semua elemen pada konsep-konsep

  sebelumnya dalam pengertian literasi kesehatan sebagai kemampuan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi sebagai cara untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dalam berbagai keadaan di sepanjang hidup. Masyarakat yang tidak mengetahui literasi kesehatan berisiko untuk membuat keputusan yang salah, kondisi kesehatan masyarakat dapat memburuk dan masyarakat dapat tersesat dalam kompleksitas sistem kesehatan (Rootman & El-Bihbety, 2008; Canadian Council on Learning, 2008).

  Literasi kesehatan melibatkan kemampuan individu dalam hal mendengarkan, menulis, membaca, berbicara, berhitung serta pengetahuan budaya dan konseptual. Kemampuan individu ini berinteraksi dengan sistem pelayanan kesehatan, sistem pendidikan serta berbagai faktor sosial budaya di tempat tinggal, tempat kerja dan masyarakat. Area-area inilah yang dapat menjadi titik intervensi dalam literasi kesehatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA serta biaya kesehatan (Institute of Medicine, 2004). Kemampuan-kemampuan dalam literasi kesehatan meliputi membaca, menulis, berhitung, berbicara, mendengarkan, menggunakan teknologi, membuat jejaring (networking) dan kemampuan seperti mengajukan keluhan serta melakukan advokasi (Institute of Medicine, 2004).

2.1.2 Dimensi Health literacy

  Terdapat beberapa pembagian dimensi literasi kesehatan. National Assessment of Adult Literacy membagi literasi kesehatan menjadi:

  Prose literacy

  1. , yaitu pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mencari, memahami dan menggunakan informasi dari bacaan (rangkaian kalimat dalam paragraf). Contohnya adalah mengumpulkan informasi kesehatan dari surat kabar dan brosur.

  2. Document literacy , merujuk pada pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mencari, memahami dan menggunakan teks dalam berbagai format (daftar, baris, kolom, matriks, dan grafik). Contohnya adalah mengisi formulir asuransi kesehatan, mempelajari bagan atau grafik dalam bahan-bahan kesehatan, mencari lokasi fasilitas kesehatan di peta atau menentukan dosis yang tepat pada label obat.

  Quantitative literacy

  3. , merupakan pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melakukan penghitungan, menggunakan informasi dan angka dalam bahan-bahan tercetak. Contoh kemampuan ini adalah membandingkan biaya asuransi kesehatan, menghitung informasi gizi

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dalam label makanan, menentukan waktu minum obat atau menyesuaikan dosis obat jika terjadi perubahan kondisi (White, 2008).

  Nutbeam (2000) mengklasifikasi literasi kesehatan menjadi tiga tingkatan yaitu:

  1. Literasi kesehatan fungsional (Basic/Functional Literacy) Tingkat ini merujuk pada kemampuan dasar dalam membaca dan menulis yang diperlukan seseorang dalam keseharian , misalnya kemampuan membaca bahan- bahan pendidikan kesehatan.

  2. Literasi kesehatan interaktif (Interactive Literacy) Kemampuan berpikir dan sosial yang lebih maju, digunakan untuk mengambil sari informasi dan mengartikan berbagai bentuk komunikasi serta mengaplikasikan informasi tersebut. Contohnya adalah program pendidikan kesehatan di sekolah.

  3. Literasi kesehatan kritis (Critical Literacy) Kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis dan menggunakan informasi ini untuk bertindak secara politik dan organisasi dalam mengontrol determinan-determinan kesehatan dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Contohnya adalah program pemberdayaan masyarakat.

2.1.3 Model Health literacy

  Terdapat beberapa model yang dikembangkan untuk menjelaskan perihal literasi kesehatan, diantaranya adalah model Determinants of Health Literacy dari Pawlak dan Model Conceptual model of health literacy of the European Health Literacy Survey dari Badan Kesehatan Dunia.

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Dalam model ini, Pawlak (2005) mengajukan determinan-determinan yang dapat mempengaruhi literasi kesehatan yaitu usia, genetik, bahasa, ras dan etnis, pendidikan, pekerjaan, status sosio-ekonomi dan faktor lingkungan (akses pelayanan kesehatan dan teknologi informasi).Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, literasi kesehatan itu sendiri juga merupakan determinan untuk kesehatan populasi.

2.1.4 Dampak Health literacy

  Berbagai penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan merupakan salah satu prediktor terkuat untuk kesehatan seseorang. Tingkat literasi kesehatan yang rendah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai tindakan kesehatan yang bersifat pencegahan, perawatan diri dan pengobatan. Pengetahuan yang kurang ini bervariasi mulai dari pengetahuan tentang demam pada anak hingga keadaan yang kronis seperti hipertensi dan diabetes. Beberapa contohnya adalah pasien asma kurang mengetahui bagaimana cara menggunakan inhaler, pasien diabetes kurang mengetahui gejala hipoglikemia, pasien hipertensi tidak mengetahui bahwa penurunan berat badan dan olahraga dapat membantu mengontrol hipertensi dan para ibu yang tidak tahu bagaimana membaca termometer (Weiss, 2007; Williams, Baker, Parker dan Nurss, 1998).

  Orang yang memiliki keterbatasan literasi kesehatan juga kurang menunjukkan perilaku-perilaku yang sehat, misalnya lebih banyak yang merokok termasuk saat hamil, lebih banyak yang tidak menyusui, dan lebih banyak yang tidak rutin datang ke pelayanan kesehatan anak (Weiss, 2007).

  Selain itu, literasi kesehatan yang rendah membuat seseorang lebih berisiko untuk mengalami kesalahan pengobatan. Hasil penelitian Wolf et al

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA (2007). menunjukkan bahwa literasi kesehatan yang rendah berdampak pada kemampuan seseorang untuk membaca dan memahami instruksi minum obat dan peringatan pada label obat. Keadaan ini dapat makin menyulitkan jika pasien meminum beberapa jenis obat. Hal ini akan membuat pasien berisiko menjalani pengobatan yang kurang (under-treatment) atau berlebihan (over-treatment) dan pasien juga berpotensi mengalami bahaya efek samping obat . Baker et al (2002) dalam penelitiannya mengenai hubungan literasi kesehatan dengan risiko dirawat di rumah sakit menyatakan bahwa individu yang memiliki literasi kesehatan rendah lebih cenderung dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat literasi kesehatan tinggi. Mereka juga memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dirawat inap lebih dari sekali. Selain hal-hal yang dijelaskan di atas, literasi kesehatan juga diperlukan dalam tuntutan sistim kesehatan saat ini. Tanggung jawab individu dalam pengelolaan penyakit dan kesehatannya makin diperlukan dalam masyarakat modern. Akses informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan dan penyakit makin memegang peranan penting, dan masyarakat diharapkan dapat menggunakan pengetahuan dan informasi ini untuk dapat menjaga kesehatannya. Individu juga makin dituntut untuk memahami hak dan tanggung-jawabnya dalam sistem kesehatan.

  Peran aktif masyarakat ini memerlukan literasi kesehatan yang baik (Fransen, Van Schaik, Twickler dan Essink Bot, 2011; Institute of Medicine, 2004).

  Tuntutan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung makin meningkat dalam kompleksitas sistem kesehatan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi saat ini. Tiap hari, seseorang harus membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk diri mereka, keluarga, dan masyarakat. Tindakan ini

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA tidak hanya dilakukan di klinik atau rumah sakit, melainkan juga di rumah, sekolah, tempat kerja, dan di forum masyarakat. Di pelayanan kesehatan, seseorang diharapkan dapat memahami bahan bacaan kesehatan, informed consent, serta formulir asuransi. Di rumah, para orang tua harus menentukan dosis obat bebas yang tepat sesuai umur dan berat badan anak mereka. Di tempat kerja, seseorang harus memikirkan kesehatan dan keselamatan kerja. Saat membeli makanan, para konsumen diharapkan dapat memahami informasi gizi yang tercantum di label nutrisi. Di lingkungan, banyak tanda-tanda peringatan keselamatan dan kesehatan yang harus dipahami masyarakat (Institute of Medicine, 2004).

  Selain itu saat ini, media internet menjadi salah satu sumber utama informasi kesehatan. Internet memiliki dampak yang baik bagi pemahaman kesehatan, namun disisi lain terdapat bahaya bahwa di internet tersedia informasi yang salah atau berkualitas rendah karena informasi di internet tidak tersaring secara maksimal (Eysenbach, 2007).

2.1.5 Pengukuran Health literacy

  Dalam rangka mengetahui tingkat literasi kesehatan masyarakat, dampak dan efektifitas intervensi kesehatan yang dilakukan, diperlukan pengukuran tingkat literasi kesehatan yang tepat. Pengukuran literasi kesehatan yang baik dapat memfasilitasi pengembangan cara-cara yang efektif untuk menangani literasi kesehatan yang rendah dan meningkatkan status kesehatan individu maupun masyarakat (Fransen, Van Schaik, Twickler dan Essink Bot, 2011). Walaupun literasi kesehatan merupakan konsep yang kompleks dan multidimensi, para peneliti telah mengembangkan beberapa instrumen terstandarisasi untuk mengukur tingkat literasi kesehatan.(Ozdemir, Alper, Uncu dan Bilgel, 2010).

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Instrumen- instrumen pengukuran yang ada saat ini mengukur literasi kesehatan secara fungsional yaitu kemampuan untuk membaca, berhitung dan memahami informasi kesehatan. Instrumen yang paling sering digunakan diantaranya adalah:

  Rapid Estimate af Adult Literacy in Medicine 1.

  (REALM) REALM adalah sebuah instrumen berisi 66 istilah kesehatan untuk menguji kemampuan dalam membaca dan mengucapkan istilah-istilah kesehatan yang sering digunakan. Istilah-istilah ini disusun dengan urutan tingkat kesulitan yang makin meningkat. Nilai 0-44 menunjukkan tingkat literasi kesehatan yang rendah, nilai 45-60 menunjukkan literasi kesehatan marginal, dan nilai 61-66 menyatakan tingkat literasi kesehatan yang tinggi.

  Tes yang membutuhkan waktu sekitar 3-6 menit ini tidak menguji pemahaman bacaan dan kemampuan berhitung (DeWalt & Pignone, 2008; Departement of Health AIDS Institute, 2012).

  2. Test of Functianal Health Literacy in Adults (TOFHLA) Instrumen ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama, responden diberi sebuah informasi medis (misalnya instruksi minum obat atau persiapan untuk sebuah prosedur diagnostik). Responden diminta untuk membaca informasi tersebut dan kemudian menjawab pertanyaan- pertanyaan yang menguji pemahaman mereka atas informasi yang disediakan. Pada bagian kedua, dengan memakai metode Claze, responden diberikan bacaan tentang topik medis dengan beberapa kata dikosongkan. Responden harus mengisi bagian-bagian yang kosong itu dengan memilih

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kata yang paling tepat pada pilihan berganda. Pertanyaan untuk menguji pemahaman bacaan sebanyak 50 buah dan untuk menguji kemampuan berhitung sebanyak 17 buah. Nilai 0-59 menunjukkan literasi kesehatan yang kurang, nilai 60-74 menyatakan literasi kesehatan marginal, dan nilai 75-100 menunjukkan literasi kesehatan yang tinggi. Oleh karena tes ini membutuhkan waktu sekitar 20-25 menit, dikembangkan versi pendek dari TOFHLA yaitu Short Test of Functianal Health Literacy in Adults (S- TOFHLA). S-TOFHLA menggunakan 36 pertanyaan dari versi lengkapnya, tidak menguji kemampuan menggunakan angka dan membutuhkan waktu sekitar 7-12 menit. Nilai 0-53 menyatakan literasi kesehatan rendah, nilai 54-66 menunjukkan literasi kesehatan marginal, dan nilai 67-100 menyatakan literasi kesehatan yang tinggi (DeWalt & Pignone, 2008; Departement of Health AIDS Institute, 2012).

  3. Short- Form Health Literacy Survey Questionnare 12 (HLS-SF-Q12)

  Short- Form

  Health Literacy Survey Questionnare 12 (HLS-SF-

  Q12) adalah sebuah instrumen berisi 12 pertanyaan sederhana seputar

  kesehatan untuk menguji kemampuan dalam mengakses, memahami, menilai dan menerapkan seputar informasi kesehatan yang sering digunakan, kuisioner ini merupakan pengembangan dari Health Literacy

  Survey Questionnare 47 (Duong et al., 2017; Pelikan et al., 2012).

  Kuesioner ini telah di uji validasi dan reliabilitas pada penelitian sebelumnya dengan nilai (high internal consistency) Cronbach α = 0.87 (Duong et al., 2017)

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2 Smartphone

2.2.1 Definisi Smartphone

  Smartphone atau bisa disebut dengan telepon pintar sudah menjadi sebuah

  kebutuhan bagi semua kalangan di dunia sebagai penunjang aktivitas kerja mau pun sekedar lifestyle atau gaya hidup (Naslund, Aschbrenner, & Bartels, 2016; Wyatt & Krauskopf, 2012). Setiap smartphone memiliki sistem operasi yang berbeda-beda, sama halnya dengan sistem operasi pada komputer desktop. Menurut Kamus University Oxford (2017) pengertian telepon seluler pintar atau smartphone didefinisikan sebagai ponsel yang melakukan banyak fungsi komputer, biasanya memiliki layar sentuh, akses internet, dan sistem operasi yang mampu menjalankan aplikasi yang diunduh. Kecanggihan smartphone dibandingkan ponsel biasa terletak pada operation sistem yang tangguh, kecepatan proses yang tinggi, koneksi internet terbaik dan layar sentuh (Doughty, 2011). Pada dasarnya smartphone merupakan hasil gabungan dari fungsi telepon genggam dengan Personal Digital

  Assistant (PDA)

  . Perkembangan PDA, mendapatkan kemampuan lain yaitu fitur koneksi wireless sehingga mampu menerima maupun mengirim email pada saat yang bersamaan (Mohapatra, Mohapatra, Chittoria, & Friji, 2015).

  Pada akhirnya PDA menambahkan fungsi handphone pada perangkatnya, begitu pun juga handphone diberikan fitur PDA (yang lebih banyak) di dalamnya, sehingga hasilnya adalah sebuah Smartphone. Smartphone menjadi digemari oleh masyarakat karena efektivitas, kecepatan, dan kemudahan akses yang ditawarkannya, yang terutama sangat dibutuhkan oleh orang-orang dengan tingkat kesibukan dan ketergantungan terhadap informasi yang tinggi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pekerjaan (Deb, 2014). Pertumbuhan alat

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA canggih yang mudah dibawa kemana-mana membuat kemajuan besar dalam pemroses, layar dan sistem operasi yang di luar dari jalur telepon genggam sejak beberapa tahun ini. Kebanyakan alat yang dikategorikan sebagai telepon pintar menggunakan sistem operasi yang berbeda (Gotz, Stieger, & Reips, 2017).

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN INKOMPATIBILITAS ABO DENGAN KEJADIAN TOTAL HIPERBILIRUBINEMIA PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU HAJI SURABAYA

1 24 23

STUDI ANALISA HUBUNGAN ANTARA POSTMENOPAUSE TERHADAP TIMBULNYA OSTEOPOROSIS DI RSU HAJI SURABAYA

0 4 2

STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN CEREBROVASCULAR ATTACK (CVA) DI RSU Dr. SAIEUL ANWAR MALANG Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 157

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BEDAH HERNIA INGUINAL : PENELITIAN PADA BAGIAN BEDAH RSU DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 109

INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 138

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN TRIHEXYPHENIDYL PADA REMAJA DI BNN KOTA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 15

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT DANPERCEIVED BARRIER DENGAN STADIUM KANKER PAYUDARA BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL PADA PASIEN YANG BERKUNJUNG DI POSA RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PEROKOK TERHADAP PICTORIAL HEALTH WARNING DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK DI SMK TRI GUNA BHAKTI SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPONSE TIME PERAWAT DI IGD RSU TIPE C DI KUPANG BERDASARKAN TEORI KINERJA GIBSON Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 182

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 107