HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN (Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015) - Test Repository

  

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT

QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH

DENGAN PERILAKU IHSAN

(Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan,

Kab. Semarang Tahun 2015)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh

WAHIDATUR ROHMAH

11110188

JURUSAN TARBIYAH

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wahidatur Rohmah NIM : 11110188 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 16 Maret 2015 Yang menyatakan, Wahidatur Rohmah

  

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN

(Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang

Tahun 2015)

  

DISUSUN OLEH

WAHIDATUR ROHMAH

NIM: 11110188

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.

  Sekretaris Penguji : Achmad Maimun, M.Ag Penguji I : Agu s Ahmad Su‟aidi, Lc. M.A. Penguji II : Dr. Mukti Ali, M.Hum

  Salatiga, 16 April 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 1 002

  PERSEMBAHAN

  

MOTTO

     tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (Q.s Ar rahman: 60)

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  • Kedua orang tuaku Bapak Mufid & Ibu Sulasi tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran.
  • Adekku satu-satunya Anik Mufidah, terima kasih atas motivasi yang adek berikan.
  • Keluarga besar PAI ‟10 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu trima kasih atas motivasi kalian.
  • Oenni2 koz sebelah, ex (mb rul, mb nana, mb ela, mb pipik, dek hayyin) in (alulung) terimakasih telah berbagi suka bersama
  • Teman-teman KKN posko 9 (sigit, uni novi, uni inur, uni ismi, kak masrifah, thariq) serta masyarakat dusun Jengkol. Bahagia bisa bertemu, berbagi bersama kalian. It‟s memorable
  • Keluarga besar KOPMA FATAWA yang telah memberi ruang untuk berbagi ilmu
  • Bapak ibu guru di SDN Tawang 02 (Pak Mul, bu giyem, pak wid, bu yuli, bu tri, bu neng, pak tomo) terimakasih untuk bimbingan dan kesabarannya.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim

  Alhamdulillahi robilalamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah swt. yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat

  Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan Pada Jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2015”

  Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi agung Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Skripsi ini berjudul “Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan Pada Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2015”

  Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Dekan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak Suwardi, M. Pd.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

  4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

  8. Bapak Suhada selaku Kepala Desa Timpik beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian.

  9. Bapak dan Ibu jamaah sewelasan di Dusun Sumber yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah swt.

  Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 16 Maret 2015 Penulis

  Wahidatur Rohmah

  

ABSTRAK

  Rohmah, Wahidatur. 2015. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa

  Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan (Bagi Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber Desa Timpik, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) . Skripsi.

  Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Achmad Maimun, M.Ag.

  Kata Kunci: Pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan.

  Mengikuti Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan jalan sufi yang ditempuh oleh jamaah ini untuk menguatkan keyakinan kepada Allah swt. Namun seseorang tidak akan dikatakan sempurna imannya jika tidak berperilaku baik terhadap sesama.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:1) Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran tarekat pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015? 2)Bagaimanakah perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015? 3) Adakah hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015?

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Sampel penelitian 34 jamaah tarekat. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dan rumus product moment untuk menguji hipotesis penelitian.

  Hasil penelitian menunjukkan: 1) tingkat pengamamalan ajaran tarekat dalam kategori sedang dengan jumlah responden 16 jamaah (47%), 2) perilaku ihsan pada jamaah tarekat dalam keadaan baik dengan jumlah responden 19 jamaah (56%), 3) ada hubungan yang positif antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan jamaah tarekat. Analisis data yang didapat dari rumus product moment menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variable x dengan variable y, hal ini terbukti karena lebih besar dari r tabel. Setelah dianalisis menggunakan rumus product moment diperoleh nilai sebesar 0,450 yang mana dengan N= 34 diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,436 sehingga hipotesis dapat diterima.

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul ................................................................................................. i Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. ii Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iv Motto dan Persembahan ................................................................................... v Kata Pengantar ................................................................................................. vi Abstrak ............................................................................................................. ix Daftar Isi .......................................................................................................... x Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ............................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5 D. Hipotesis Penelitian ........................................................... 5 E. Kegunaan Penelitian .......................................................... 6 F. Definisi Operasional .......................................................... 7 G. Metode Penelitian .............................................................. 11 H. Sistematika Penulisan ........................................................ 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengamalan Tarekat 1. Pengertian Tarekat ....................................................... 20 2. Tujuan Tarekat ............................................................. 22 3. Macam-macam Tarekat ............................................... 23 4. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ......................... 24

  5. Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ............. 25 6.

  Ritual-ritual dalam Tarekat Tarekat ............................. 28 7. Amalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ........... 30 B. Perilaku Ihsan 1.

  Pengertian Ihsan ........................................................... 31 2. Macam-macam Perilaku Ihsan ..................................... 32 3. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara dan perbuatan terhadap sesama

  (pergaulan terhadap orang lain) ..................................

  35 C. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan Perilau Ihsan.......................................................................

  46 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi penelitian 1.

  Keadaan Geografis ....................................................... 48 2. Keadaan Monografis .................................................... 48 B. Profil Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber 1.

  Sejarah singkat ............................................................. 53 2. Susunan kepengurusan ................................................. 54 3. Kegiatan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ......... 54 C. Penyajian Data 1.

  Daftar responden .......................................................... 55 2. Data jawaban angket pengamalan ajaran tarekat ......... 58 3. Data jawaban angket perilaku ihsan ............................ 60

  BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ......................................................... 62 B. Analisis Lanjutan ............................................................... 79

  C.

  Analisis Uji Hipotesis ........................................................ 83

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 84 B. Saran .................................................................................. 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL 1.

Tabel 1.1 Indikator Pengamalan Ajaran Tarekat .................................... 15 ........................................................................................................................

  2. Tabel 1.2 Indikator Perilaku Ihsan ........................................................... 16 3.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Timpik tahun 2015 ............................ 49 4.Tabel 3.2 Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Agama .......................... 50 5.Tabel 3.3 Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Mata Pencaharian ......... 50 6.Tabel 3.4 Penduduk Dusun Sumber Berdasarkan Mata Pencaharian ...... 52 7.Tabel 3.5 Daftar Nama Responden .......................................................... 56 8.Tabel 3.6 Daftar Jawaban Angket Pengamalan Ajaran Tarekat .............. 58 9.Tabel 3.7 Daftar Jawaban Angket Perilaku Ihsan .................................... 60 10.Tabel 4.1 Data Nilai Angket Pengamalan Ajaran Tarekat ...................... 63 11.Tabel 4.2 Interval Pengamalan Ajaran Tarekat ....................................... 66 12.Tabel 4.3 Nominasi Pengamalan Ajaran Tarekat .................................... 67 13.Tabel 4.4 Persentase Pengamalan Ajaran Tarekat ................................... 70 14.Tabel 4.5 Data Nilai Angket Perilaku Ihsan ............................................ 72 15.Tabel 4.6 Interval Perilaku Ihsan ............................................................. 74 16.Tabel 4.7 Nominasi Perilaku Ihsan .......................................................... 75 17.Tabel 4.8 Persentase Perilaku Ihsan......................................................... 78 18.Tabel 4.9 Koefisien Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan Perilaku Ihsan

  ........................................................................................................................ 80

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Angket 2.

  Surat Ijin Penelitian 3. Surat Pernyataan Telah Meneliti 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Keterangan Kegiatan (SKK) 6. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dari segumpal darah. Tujuan

  penciptaan manusia sendiri adalah untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana yang diterangkan dalam Al- Qur‟an yang berbunnyi:

         

  Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada Ku.” (Q.S. Adz-dzariyat : 56) Tanggung jawab sebagai abdi merupakan suatu tanggung jawab individu atau fardhu „ain. Manusia diliputi kemestian untuk memahami lapangan aqidah dan tauhid, syariat dan akhlak. Bentuk dari ibadah kepada Allah adalah dengan cara mentaati apa-apa yang diperintahkan kepada manusia dan meninggalkan apa yang dilarang- Nya. Manusia diciptakan untuk bisa menjaga hubungan dengan Allah dan menjaga hubungan dengan makhluk Allah lainnya (manusia, tumbuhan, hewan, dan alam sekitarnya). Manusia dianjurkan untuk berperilaku baik (ihsan) terhadap Allah swt. maupun terhadap sesama. Bersikap Ihsan mencerminkan keimanan kepada Allah, sebagaimana dalam hadis berikut:

  ا

  Artinya:”Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik

  اًقُلُخ ْمُهُ ن سْح ا ًانا ْيِْا ْيِْنِم ْؤُلمْا ُل مْك

  akhlaknya.” (HR. Ahmad)

  Ihsan merupakan puncak ibadah dan amal sholeh yang senantiasa menjadi mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Allah menyukai manusia yang baik dalam beribadah kepada-Nya maupun dalam bersikap baik kepada sesama manusia.

  Bersikap baik kepada sesama manusia bisa dilakukan dengan bersikap lembut dan kasih sayang, meskipun orang lain tersebut pernah memperlakukan dirinya dengan tidak baik.

  Namun, banyak dari manusia yang berbuat semaunya baik terhadap Allah dan sesama. Terhadap Allah, banyak yang melalaikan atau tidak mengerjakan ibadah wajib (sholat, puasa, zakat, dan haji). Terdapat hubungan antara menunaikan ibadah wajib tersebut dengan kualitas akhlak seseorang terhadap sesama. Seseorang yang mendirikan sholat tentu tidak akan melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Seseorang yang benar-benar berpuasa demi mencari ridha Allah swt., di samping menahan lapar dan haus juga akan menahan diri dari berkata kotor dan perbuatan tercela. Dengan zakat, maka manusia akan belajar untuk memberi dan peduli terhadap sesama. Dengan haji pula, manusia akan menjaga hawa nafsu dan berbuat kefasikan.

  Keadaan zaman yang semakin modern,yaitu dengan kemajuan teknologi yang pesat, di samping berpengaruh positif juga terdapat banyak pengaruh negatifnya.

  Revolusi teknologi dapat menyebabkan gaya hidup yang berbeda. Dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Masyarakat modern, lebih bersifat rasional yaitu jika melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan dahulu untung dan ruginya secara logika. Dengan pemikiran yang seperti itu, masyarakat sendiri akan cenderung lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat keduniawian semata. Hal ini bisa saja akan menyebabkan nilai-nilai keagamaan (Agama Islam) semakin luntur.

  Dengan adanya hal tersebut peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang agamis. Yaitu masyarakat yang segala ucapan, perbuatannya dilakukan atas dasar Al-

  Qur‟an dan Hadits. Dengan begitu timbullah akhlak-akhlak yang baik. Untuk menciptakan masyarakat yang agamis tersebut, dapat ditempuh melalui pendidikan. Baik itu pendidikan formal, in-formal, dan non-formal.

  Pendidikan yang diadakan dalam masyarakat biasanya melalui majelis taklim atau pengajian-pengajian.

  Pemuka agama atau ustadz dalam suatu masyarakat dalam cara mendidik suatu masyarakat ada yang menempuh jalan tarekat. Sebagaimana yang ada dalam masyarakat Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Hal ini dikarenakan tarekat merupakan satu kesatuan dalam kegiatan tasawuf yang mengembangkan sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah merupakan kegiatan yang paling dominan.

  Di dalam tarekat tersebut, terdapat zikir-zikir yang harus diamalkan setiap harinya. Fungsi dari zikir itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan nantinya akan menghindarkan diri dari sifat yang tidak baik. Sebagaimana dikatakan oleh al-Shaawi, tarekatadalah melaksanakan hal-hal yang wajib dan yang mandub (sunat), meninggalkan hal-hal yang dilarang, tidak melakukan hal-hal yang mubah yang tak berguna, memilih perilaku yang hati- hati seperti wira‟i, dan memilih riyadhah seperti tidak banyak tidur pada malam hari, berlapar-lapar, dan diam (tidak berbicara tanpa guna). (Aziz, 2006: 248)

  Berdasarkan gambaran serta paparan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mempelajari lebih dalam dan melakukan penelitian dangan mengangkat judul

  “HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN (Bagi Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015)

  ” B.

   Rumusan Masalah

  Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015? 2. Bagaimanakah perilaku ihsan pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa

  Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015? 3. Adakah hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

  Kabupaten Semarang tahun 2015? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

  2. Untuk mengetaui perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

  3. Untuk mengetahui hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku

  ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Sandjaya, 2006:70). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto hipotesis adalah tebakan pemecahan atau jawaban yang diusulkan

  (Arikunto, 2005: 43-44). Jadi hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan atau masalah penelitian, dan harus diuji kebenarannya.

  Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban atas rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan di lapangan atau masih perlu diuji melalui penelitian.

  Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “ada hubungan yang positif antara pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah terhadap perilaku ihsan jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015”, artinya semakin tinggi pengamalan ajaran tarekat semakin meningkat perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

E. Kegunaan Penelitian

  Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan memperkaya wawasan dalam dunia pendidikan keagamaan di masyarakat khususnya bagi jamaah

  sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau memberi sumbangan bagi pengembang dan pelaksana pendidikan Tarekat pada umumnya, dan khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.

F. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1.

  Pengamalan Ajaran Tarekat Pengamalan secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:34).

  Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan, nasihat, petuah atau petunjuk (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:17).

  Tarekat adalah jalan menuju kebenaran, cara atau aturan hidup (Departemen Pendidikan Nasional: 2007:1144). Tarekat adala jalan, yang ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut

  syar’ sedangkan anak jalan disebut tariq. (Schimmel,

  2000: 123) Yang dimaksud peneliti disini adalah pengamalan Tarekat Qodiriyah wa

  Naqsabandiyah yang berbentuk ajaran-ajaran ahklak atau zikir baik zikir sir (pelan) maupun jahr (keras).

  Pengamalan ajaran tarekat dapat diteliti dengan indikator-indikator sebagai berikut: a.

  Intensitas pengamalan ajaran tarekat 1)

  Sering menjalankan amalan-amalan dalam tarekat 2)

  Mengerjakan amalan tarekat dalam keadaan apapun b. Pemahaman tentang ajaran tarekat

  1) Memahami lafal dari zikir dan tata cara yang ada dalam tarekat

  2) Mengerti tujuan dari mengerjakan amalanyang ada dalam tarekat c.

  Kekhusyu‟an dalam menjalankan ajaran tarekat 1)

  Menghayati amalan ibadah dalam Tarekat 2)

  Merasakan manfaat amalan ibadah dalam tarekat d. Ketaatan terhadap mursyid

  1) Menjalankan perintah mursyid dalam bimbingan rohani dan spiritual dengan rasa ikhlas

  2) Menghormati mursyid atau guru dan keluarganya 2.

  Perilaku Ihsan Perilaku biasanya disamakan dengan istilah sikap (attitude) yang artinya perbuatan yang berdasar pendirian (Poerwadarminto, 1999:731)

  Ihsan secara etimologi berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsan(nan) yang

  berarti berbuat baik atau saleh (Kaelany, 2000:54) Sedangkan menurut Wachid Ahmadi ihsan juga bisa diartikan mengerjakan sesuatu secara baik, tidak asal berbuat serta mengerjakan sesuatu secara profesional atau berkualitas (Ahmadi, 2004:165).

  Wahid ahmadi menyebutkan ada beberapa macam perilaku ihsan yaitu: 1)

  Ihsan dalam beribadah, 2) Ihsan dalam berbicara, 3) Ihsan dalam membunuh dan

  menyembelih, 4) Ihsan dalam pergaulan terhadap sesama, 5) Ihsan dalam berbakti kepada orang tua, 6) Ihsan dalam keluarga, dan juga 7) Ihsan dalam berdakwah (Ahmadi, 2004:166-176).

  Dari uraian diatas tersebut, peneliti mengambil dua dari macam-macam perilaku ihsan. Yaitu yang berkaitan dengan perilaku kepada sesama, diantaranya adalah Ihsan dalam berbicara dan Ihsan dalam perbuatan terhadap sesama (pergaulan terhadap orang lain). adapun indikator-indikatornya sebagai berikut: a.

  Indikator perilaku ihsan dalam berbicara adalah: 1)

  4) Menjenguk orang lain yang sedang sakit

  Sedangkan Naqsabandiyah adalah sebuah Tarekat yang didirikan oleh Khwaja Baha‟udin Naqsyaband dari Bukhari. Beliau wafat pada tahun 1390 M (Valiudin, 1996:121). Dinamakan Naqsyabandi karena diambil dari kata

  Muhyidin Abdul Qadir Jilani, yang wafat pada tahun 1266 M di usia 90 tahun (Valiudin, 1996:121). Sayyid Muhammad Muhyidin Abdul Qadir jilani adalah seorang yang alim dan zahid, dulunya beliau adalah orang fikih yang terkenal dalam Mazhab Hambali (Aceh, 1996:308)

  Qodiriyah wa Naqsabandiyah Qodiriyah adalah sebuah tarekat yang didirikan oleh Sayyid Muhammad

  8) Mau menerima nasihat dari orang lain 3.

  6) Bersedia memaafkan kesalahan orang lain

  5) Menghadiri undangan yang diberikan orang lain

  3) Menolong orang yang sedang kesusahan

  Berbicara tentang kebaikan 2)

  2) Mempererat tali silaturahmi

  1) Memberi salam bila bertemu orang lain

  Tidak membicarakan aib orang lain b. Indikator perilaku ihsan dalam perbuatan terhadap sesama (pergaulan terhadap orang lain)

  Tidak berbicara yang dusta 5)

  Tidak berbicara dengan kata keji 4)

  Berbicara dengan nada yang halus 3)

7) Menegur kesalahan orang lain dengan bijaksana.

  Naksyaband yang berarti lukisan, konon karena ia ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib (Aceh, 1996:319).

  Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah nama sebuah Tarekat yang merupakan penggabungan dari Tarekat Qodiriyyah dan Naqsabandiyah yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad Khatib bin Abdul Ghaffar al Sambasi. Beliau berasal dari Sambas di Kalimantan Barat, tetapi menetap dan mengajar di Mekkah.

G. Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990:20). Kebenaran suatu penelitian dapat diterima apabila ada bukti-bukti nyata yang sesuai dengan prosedur-prosedur penelitian dan sisitematis serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu penelitian lapangan dimana peneliti hadir secara langsung di tempat penelitian, disebut juga dengan penelitian kuantitatif karena bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan, 2004:14).

  Penelitian ini menggunakan pendekatan expose fakto yaitu pendekatan dimana gejala muncul dengan sendirinya secara wajar tanpa rekayasa dari peneliti (Nazir, 1985:73).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung mulai tanggal 16 Februari sampai 1 Maret 2015.

3. Populasi dan Sampel a.

  Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat penelitian

  (Sandjaya, 2006:180). Populasi yang dimaksud disini adalah seluruh pengikut Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015. Berdasarkan keterangan dari guru Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015, jumlah jamaah ada 112 orang.

  b.

  Sampel Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki. Dengan demikian dalam pengambilan sampel, peneliti mengikuti pedoman Suharsimi yakni apabila subyeknya kurang dari 100, maka sebaiknya di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi. Jika jumlah subyeknya lebih dari 100, maka diambil salah satunya antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuaidengankemampuan (Arikunto, 2006:134).

  Berdasarkanpetunjuktersebut, dalampenelitianinipenulismengambilsampel 30% dari 112 jamaah, sehinggabesarnyasampelsebagaiberikut:

4. Metode Pengumpulan Data

  Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode angket, metode dokumentasi, dan wawancara.

  Adapun rincian metode pengumpulan data sebagai berikut: a.

  Angket Menurut pengertiannya angket adalah kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang atau responden dan cara menjawabnya juga secara tertulis (Arikunto, 2005: 101). Bentuk angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah disediakan.

  Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan pemahaman dan aktivitas Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang dilaksanakan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Penggunaan metode ini juga digunakan untuk mengetahui perilaku ihsan pada jamaah tarekat.

  Dikarenakan jamaah tarekat banyak yang sudah berusia lanjut dan mengalami penurunan dalam kemampuan membaca, maka peneliti tidak menyebar angket pada saat pengajian tarekat, tetapi mendatangi satu persatu responden ke rumah dan membacakannya serta membantu menuliskan jawaban yang sudah dipilih oleh responden.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006:144). Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data mengenai Tarekat Qodiriyah wa

  Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

  c.

  Metode Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan sendiri suaranya (Hadi, 1989:192). Metode wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk menguraikan tentang sejarah berdirinya Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

5. Instrumen Penelitian

  Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan.

  Berikut ini tabel kedua variabel tersebut yang disarikan dari berbagai sumber.

Tabel 1.1 Indikator Pengamalan Ajaran Tarekat

  Variabel Indikator Item Angket Intensitas pengamalan ajaran tarekat

  1. Sering menjalankan amalan-amalan dalam tarekat

  1,2,3 2.

  Mengerjakan amalan tarekat dalam keadaan apapun

  4 Pemahaman tentang ajaran 1.

  Memahami lafal dari zikir dan tata cara yang ada dalam tarekat

  5,6 tarekat 2.

  7 Mengerti tujuan dari mengerjakan amalan yang ada dalam tarekat

  1. amalan 8,9 Kekhusyu‟an

  Menghayati dalam ibadah dalam tarekat menjalankan

  2. manfaat

  10 Merasakan ajaran amalan ibadah dalam tarekat tarekat

  Ketaatan 1. perintah 11,12 Menjalankan terhadap mursyid dalam mursyid atau bimbingan rohani dan guru spiritual dengan rasa ikhlas 2.

  13 Menghormati mursyid atau guru dan keluarganya

Tabel 1.2 Indikator Perilaku Ihsan

  Variabel Dimensi Indikator Item Angket Perilaku 1.

  a.

  1 Perilaku ihsan Berbicara tentang

  Ihsan dalam kebaikan

  berbicara b.

  2 Berbicara dengan nada yang halus c.

  3 Tidak berbicara dengan keji d.

  4 Tidak berbicara yang dusta e.

  5 Tidak membicarakan aib orang lain

  2.

  a.

  6 Perilaku ihsan Memberi salam dalam bila bertemu perbuatan orang lain terhadap b.

  7 Mempererat tali sesama silaturahmi (pergaulan c.

  8 Menolong orang terhadap orang yang sedang lain) kesusahan d.

  9 Menjenguk orang lain yang sedang sakit e.

  10 Menghadiri undangan yang diberikan orang lain f.

  11 Bersedia memaafkan kesalahan orang lain g.

  12 Menegur kesalahan orang lain dengan bijaksana h.

  13 Mau menerima nasihat dari orang lain 6.

  Analisis Data Untuk menganalisis data penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mula-mula data yang terkumpul disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis dengan teknik presentase untuk mengetahui gejala yang muncul. a.

  Analisis Pertama Pada tahap ini digunakan perhitungan awal, untuk tujuan penelitian yang pertama dan kedua maka penulis menggunakan presentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: P = X 100% Keterangan P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah responden b. Analisis Kedua

  Dalam meneliti subjek penelitian, penulis membagi kedalam dua variabel yaitu: pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan pada jamaah tarekat. Untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada jamaah tarekat, maka penulis menggunakan rumus korelasi product momen. Adapun rumusnya sebagai berikut:

  Keterangan : : Koefisien korelasi antara X dan Y

  XY : Produk dari X dikali Y X : Variabel skor 1 Y : Variabel skor 2

  N : Jumlah responden

H. Sistematika Penulisan

   Skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara sistematis dapat dijabarkan

  sebagai berikut:

  Bab I, Pendahuluan yang berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Hipotesis penelitian, Kegunaan penelitian, Definisi operasional, Metode penelitian, Sistematika penulisan.

  Bab II, Landasan Teori berisi tentang teori-teori yang membahas pengamalan ajaran tarekat, perilaku ihsan, dan hubungan pengamalan ajaran tarekat terhadap perilaku ihsan pada jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

  Bab III, Melaporkan hasil penelitian tentang keadaan umum jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, pemaparan data perilaku ihsan jamaah tarekat. BAB IV, Analisis hasil penelitian berisi tentang analisis data dan interpretasi hasil dari data penelitian. BAB V, Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran-saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengamalan Tarekat 1. Pengertian Tarekat Tarekat berasal dari kata thariq yang berarti jalan, metode, cara (Ahmad Zuhri Mudhor, 1993: 1231) dimaknai sebagai cara atau metode untuk mendekatkan diri

  kepada Allah melalui amalan yang ditentukan. Pengertian lain dari tarekat adalah jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai (Abu bakar, 1996:67)

  Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada mulanya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjukan pada suatu metode psikologis yang dilakukan oleh guru tasawuf

  (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam, melalui metode

  psikologis tersebut, murid dilatih mengamalkan syariat dan latihan-latihan keruhanian secara ketat sehingga ia mencapai pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan (Huda, 2008:62).

  Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-tingkatan

  (maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan NYATA (fana fi al-haq).

  Mengikuti suatu tarekat berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (riyadah), dan perjuangan yang sungguh-sungguh (mujahadah) di bidang kerohanian. Mengikuti sombong (takabur), ingin dipuji orang lain (riya’), cinta dunia dan sejenisnya. Tarekat harus ikhlas, rendah hati (

  tawadu’), berserah diri (tawakal) dan rela (ridha) (Jamil, 2005:48).

  Dalam konteks tasawuf, tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut

  sya r’, sedang anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa pada

  dasarnya, menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi (syariat), tempat berpijak bagi setiap muslim (Schimmel, 1986:101).

  Definisi di atas mengisyaratkan bahwa antara tarekat dan syariat ada keterkaitan yang erat. Syariat merupakan aturan atau hukum, sedang tarekat merupakan cara untuk melaksanakan aturan dan hukum. Tarekat merupakan cara bagi orang-orang yang menjalankan laku mistis atau tasawuf untuk mencapai tujuan utamanya, yakni memperoleh cita makrifatpada alam gaib dan mendapatkan penghayatan langsung pada dzat Allah atau al-Haq (Fathurahman, 1999:67).

  Pada mulanya tarekat dilakukan oleh seorang sufi secara individual. Tetapi dalam perjalanannya kemudian tarekat diajarkan kepada orang lain baik secara individu maupun kolektif. Pengajaran tarekat kepada orang lain ini sudah dimulai sejak zaman Al-Hallaj (858-922). Selanjutnya praktek-praktek pengajaran semacam itu dilakukan pula oleh sufi-sufi besar lain. Dengan demikian, timbullah dalam sejarah Islam kumpulan-kumpulan sufi yang mempunyai sufi tertentu sebagai syekh nya dengan tarekat tertentu sebagai amalannya, juga pengikut-pengikut atau murid-murid (Jamil, 2005:49).

  Dilihat dari ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah

  (mu’tabaroh) dan

  ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghairu

  mu’tabaroh). Suatu tarekat dikatan

  sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syariat. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syariat maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah ( Huda,2008:63).

2. Tujuan Tarekat

  Menurut Syeikh Najmuddin Al-Kubra yang di kutip dalam bukunya Abu Bakar (1996:71), sebagai tersebut dalam kitab

  Jami’ul Auliya’ mengatakan, syariat

  itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan keadaan, dan makrifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci thaharah, pada syariat dengan air atau tanah, pada hakikat bersih dari hawa nafsu, pada hakikat bersih dari hati dari selain Allah, semuanya itu untuk mencapai makrifat terhadap Allah. Oleh karena itu orang tidak dapat berhenti pada syariat saja, mengambil tarekat atau hakikat saja. Ia memperbandingkan syariat itu dengan sampan, tarekat itu lautan, hakikat itu mutiara, orang tidak dapat mencapai mutiara itu dengan tidak melalui kapal dan laut.

  Sebenarnya tarekat itu tidak terbatas banyaknya, karena tarekat atau jalan kepada Tuhan itu sebanyak jiwa hamba Allah. Pokok ajarannya tidak terbilang pula, karena ada yang akan melalui jalan zikir, jalan muraqabah, jalan ketenangan hati, jalan pelaksanaan segala ibadat, jalan melalui kekayaan, jalan membersihkan jiwa dari kebimbangan dunia akan kethama‟an hawa nafsu, semuanya itu tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syariat dan sunnah Nabi. Dalam hal ini Al- Junaidi memperingatkan: “Semua tarekat itu tidak berfaedah bagi hamba Allah jika tidak menurut Sunnah Rasulnya (Aceh, 1993:72) Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tarekat sebenarnya adalah jalan untuk menuju kepada keridhoan Allah dengan cara mengamalkan syariat untuk kemudian mensucikan hati dengan mengikuti tarekat sehingga akan menemukan hakikat sebenarnya dari ajaran agama Islam, dan disinilah seorang hamba Allah akan mengerti tujuan dari hidupyaitu hanya Allah.

  3. Macam-macam Tarekat Perkembangan tasawuf yang begitu berpengaruh di dunia Islam telah melahirkan sejumlah tarekatyang tersebar di seluruh penjuru negeri ini, tarekat-tarekat tersebut ada yang sudah diakui keberadaannya dan ada yang belum diakui keberadaannya. Adapun tarekatyang sudah diakui keberadaannya disebut Tarekat

  mu’tabaroh diantaranya adalah sebagai berikut:

  Dr. Syeikh H. Jalaluddin menerangkan ada 41 macam Tarekatmu ‟tabaroh yaitu Qodiriyah, Naqsabandiyah, Syaziliyah, Rifa

  ’iyah, Ahmadiyah, Dasukiyah, Akbariah, Maulawiyah, Qurobiyah, Suhrowadiyah, Khalwatiyah, Jalutiyah, Bakdasiyah, Ghozaliyah, Rumiyyah, Jastiyyah, Sya ’baniyah, ‘Alawiyah, ‘Usyaqiyyah, Bakriyah, Umariyah , Usmaniyah, ‘Aliyyah, Abbasiyah, Haddadiyah, Maghribiyyah,

  (Abu Bakar Aceh, 1993: 303).

  Ghoibiyyah, Hadiriyyah, Syattariyyah, Bayyumiyah

  Diantara nama tarekat yang ada dan berkembang di dunia Islam, nama Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan tarekat yang paling berpengaruh di Indonesia (Bruinessen, 1994:34).

  4. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang berkembang di Indonesia adalah merupakan suatu gabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama- sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru yang berdiri sendiri, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur pilihan dari Tarekat Qodiriyah dan juga Tarekat Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi suatu yang baru.

  Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah didirikan oleh seorang tokoh asal Indonesia Ahmad Khatib ibn „Abd Al-Ghaffar Sambas atau dikenal sebagai Ahmad al-Sambasi (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Di Dusun V Desa Sambi Rejo Di Dusun V Desa Sambi Rejo Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2008

0 41 50

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU IHSAN PADA SISWA KELAS IV MI DAKUL MUBTADIIN PUTAT PURWODADI GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2005/2006 - Test Repository

0 0 96

PENCARUH SIKAP DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAPK REATIVITAS ANAKD I SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa Ml Tholabiyah Tcgaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2008) - Test Repository

0 0 91

PENGARUH PERILAKU IHSAN TERHADAP PERILAKU BELAJAR Studi Kasus Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2009 - Test Repository

0 0 83

HUBUNGAN ANTARA KESIBUKAN ORANG TUA DENGAN KEBERAGAMAAN ANAK (Studi Kasus pada Siswa SDN Bawen 01 Kab. Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 1 72

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum Gading Duren Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2006-2007) - Test Repository

0 0 106

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP SIKAP PERCAYA DIRI (Studi Kasus Kelas VIIIA Sebagai Kelas Unggulan di MTsN Susukan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2007 / 2008) - Test Repository

0 0 81

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYAMBUNG HURUF HIJAIYAH DALAM PELAJARAN AL-QUR'AN HADIS DENGAN METODE TURNAMEN BELAJAR (Penelitian Tindakan Kelas di MI Karangduren Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 0 104

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT FARDHU MELLAUI METODE DRILL Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010) - Test Repository

1 2 112

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN AKTUALISASI AKHLAKUL KARIMAH SISWA (Studi Kasus Siswa MI Nurul Huda Sepakung Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 0 77