Manfaat program pembinaan menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta - USD Repository

  

MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN MENJADI PRIBADI AGUNG

(BELAJAR PADA HIDUP ELISABETH GRUYTERS)

BAGI PENGHUNI ASRAMA SMA STELLA DUCE I SUPADI 5

YOGYAKARTA

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

OLEH

YUSTINA NGATINI

O41114029

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN Seluruh harapanku berdasarkan ayat pertama Credo

  “Aku percaya akan Allah yang Mahakuasa” (EG. 23)

  • Jika „ya‟, hendaklah kamu katakan „ya‟, jika „tidak‟ hendaklah kamu katakan „tidak‟ apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

  (Mat 5:37)

  Hasil karya ini kupersembahkan kepada: Kongregasi Suster-suster Santo Carolus Borromeus tercinta.

   Bapak, ibu, kakak-kakak dan adik tercinta. Seluruh Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5. Almamater.

  

ABSTRAK

Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung

(Belajar Pada Hidup Elisabeth Gruyters)

Bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta

  

Yustina Ngatini

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

  

Penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 sekarang ini dari kalangan

  ekonomi menengah ke atas. Padahal asal mula didirikannya asrama tersebut oleh suster CB adalah untuk menampung para siswi yang tidak mampu. Tingkat ekonomi menengah ke atas membuat mereka cenderung bersikap hedonis dan materialistis. Agar mereka tidak hanyut dengan gaya hidup yang demikian maka asrama memberikan pembinaan kepada penghuninya yaitu:“Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters)” pendiri Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus. Program pembinaan yang diberikan adalah empat kecerdasan secara integral yaitu kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan mental, dan kecerdasan fisik.Tujuan penelitian ini ingin mengetahui manfaat program pembinaan tersebut bagi penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta mulai angkatan tahun I, II dan III yang berjumlah 50 siswi. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta yang disusun oleh peneliti. Uji reliabilitas alat dengan menggunakan rumus Spearman and Brown yang menghasilkan reliabilitas sebesar 0,94. Hasil pengolahan data diperoleh mean dalam tiap-tiap aspek adalah kecerdasan spiritual 30, kecerdasan emosional 24, kecerdasan mental 17, dan kecerdasan fisik 30. Untuk mengetahui manfaat program pembinaan tersebut peneliti menggunakan patokan norma kelompok (mean) baik secara keseluruhan maupun tiap-tiap aspek. Dan manfaat program pembinaan tersebut bagi penghuni asrama dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu: Tinggi dan rendah. Hasilnya: aspek kecerdasan spiritual 31 siswi (62%) dalam kategori tinggi dan 19 siswi (38%) dalam kategori rendah, kecerdasan emosional 29 siswi (58%) dalam kategori tinggi dan 21 siswi (42%) dalam kategori rendah, kecerdasan mental 32 siswi (64%) dalam kategori tinggi dan 18 siswi (36%) dalam kategori rendah, kecerdasan fisik 27 siswi (54%) dalam kategori tinggi dan 23 siswi(46%) dalam kategori rendah. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Program Pembinaan “Menjadi Pribadi Agung (belajar pada Hidup Elisabeth Gruyters)” bagi penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 memiliki manfaat yang tinggi.

  

ABSTRACT

The Advantages of Guidance Program “Being Great Person

(learning on Elisabeth Gruyters Life)

for the Inhabitans of Stella Duce 1 Senior High School

  

Dormitory Supadi Street no 5 Yogyakarta

Yustina Ngatini

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2009

The students live in dormitory in Stella Duce 1 Senior High School, Supadi street

  no 5 Yogyakarta now are coming from middle economic class to high class. The early reason why sisters CB build the dormitarian was to help poor students. High economic level makes the student become a hedonic and materialistic person. Sister in Dormitory give them a guidance program “Being Great Person (learning on Elisabeth Gruyters Life)” to those life styles. The purpose of this researth is to know the advantages of guidance program which was given by sisters for the inhabitans of Stella Duce 1 Senior High School dormitory Supadi street no 5 Yogyakarta. Guidance programs consisted of 4 types of intelligence, spiritual intelligence, emotional intelligence, mentally intelligence and physically intelligence. The subject of this research was inhabitans of Stella Duce 1 Senior High School dormitory, Supadi street no 5 Yogyakarta, from first second and third grade. The subject consisted of female students. The instrument used The advantages of guidance program “Being Great Person (learning on Elisabeth Gruyters Life)” for the in habitans of Stella Duce 1 Senior High School dormitory Supadi street no 5 Yogyakarta Quationare. The Quationare constructed by researcher. Reliability test (Spearman and Brown) showed 0,94. From data processing get mean for each aspect, they were 30 for spiritual intelligence, 24 for emotional intelligence, 17 for mentally intelligence and 30 for physically intelligence. Researcher used mean to know in habitans advantages and those advantages could be grouping become 2 categories, they were: high and low level. To know inhabitans advantages, researcher used mean. From all data could be take a resume that guidance program “Being Great Person (learning on Elisabeth Gruyters Life)” for the in habitans of Stella Duce 1 Senior High School dormitory, Supadi street no 5 Yogyakarta have good advantages.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis hunjukkan kehadirat Allah Tritunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus atas segala berkat, karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa membimbing dan menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini diberi judul “Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada Hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta”.

  Penulis menyadari, bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak baik semenjak proses persiapan, penulisan hingga penyelesaian. Untuk itu dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

  1. Sr.Sesilia Widiastari CB berserta staf Dewan Pimpinan Provinsi Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis dalam menjalani tugas perutusan studi serta berbagai pengarahan yang menunjang tugas perutusan selama ini.

  2. Sr.Krispiani CB selaku suster pendamping para suster yunior dan suster studi dengan pengarahan, kesabaran dan pengertiannya dalam membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

  3. Sr. Secunda CB dan para suster komunitas Ganjuran yang telah membantu penulis dalam proses mempersiapkan diri untuk studi.

  4. Sr.Lusi Mulyani CB dan para suster komunitas Maria Regina Samirono yang telah mendukung penulis dengan saling mengingatkan, menemani dalam mengerjakan tugas-tugas.

  5. Sr. Henricia CB, Sr.Petra CB, dan para suster komunitas Pakuningratan yang dengan setia mendukung melalui doa-doa dan senantiasa memberi spirit sehingga skripsi ini terselesaikan.

  6. Bapak, ibu, kakak-kakak dan adik tercinta yang senantiasa memberi semangat dan dukungan doa-doa dalam menjalani tugas perutusan studi.

  7. Para Siswi SMA Stella Duce 1 asrama Supadi 5 atas kesediaannya mengisi kuesioner penelitian skripsi ini.

  8. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti,M.Si Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  9. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum yang dengan penuh kesetiaan dan ketelitian telah membimbing penulisan skripsi ini.

  10. Bapak Drs. Wens Tanlain, M.Pd yang dengan kerelaan membimbing pengolahan data penelitian.

  11. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjalani studi di Program studi Bimbingan dan Konseling.

  12. Teman-temanku (Sepri, Pikal, Priska, Asa, Sr.Evarista ADM, Sigit, Irna, Franciska Dwi Yuniarti, Ardi, Anting) dan seluruh mahasiswa BK angkatan 04 yang telah mendukung penulis selama studi.

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… ii

  

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………......................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………… iv

ABSTRAK ………………………………………………………………………… v

ABSTRACT ……………………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………….. ix

PERNYA

  TAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………….. x

DAFTAR ISI ………………………………………………………........................ xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………........................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN

  1 A Latar Belakang ………………………………………………………… 1

  B Rumusan Masalah ……………………………………………………… 7

  C Tujuan Penelitian ………………………………………......................... 7

  D Manfaat Penelitian ……………………………………………............... 7

  E Batasan Istilah dan Variabel …………………………………………… 8

  1. Batasan I stilah ……………………………………….......................... 8

  2. Variabel ……………………………………………………………… 9

  BAB II KAJIAN TEORITIS

  10 A. Asrama Stella Duce 1 Supadi 5 ………………………………………… 10 B.

  Program Pembinaan Bimbingan Kelompok di Asrama “Stella Duce” ... 12

  1. Bimbingan kelompok .......................................................................... 12

  2. Perencanaan program bimbingan kelompok ........................................ 13 C.

  Pribadi Agung ………………………………………………………….. 14

  1. Pribadi Agung menurut T eori Stephen R.Covey ……………………. 14

  2. Contoh Pribadi Agung menurut Stephen R.Covey ………………….. 17 D. Empat Kecerdasan yang Diwujudnyatakan Elisabeth Gruyters ……….. 20

  1. Kecerdasan spiritual …………………………………………………. 23

  2. Kecerdasan emosional ………………………………………………. 25

  3. Kecerdasan mental ………………………………………………....... 26

  4. Kecerdasan fisik …………………………………………………….. 29

  E. Pelayanan Suster- Suster CB di Indonesia ……………………………… 31

  F. Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung di Asrama Stella Duce 1

  33 Supadi 5 ………………………………………………………………..

  1. Pembinaan kecerdasan spiritual : hormat terhadap Yesus Sang

  34 Tersalib ………………………………………………………………

  2. Pembinaan kecerdasan emosional : belarasa ………………………. 38

  3. Pembinaan kecerdasan mental : ketekunan ……………….......... 41

  4. Pembinaan kecerdasan fisik : disiplin ……………………...... 43

  BAB III METODE PENELITIAN

  48 A. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 48 B.

  Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………. 48 C. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………............ 49

  1. Subjek Penelitian ……………………………………………………. 49

  2. Objek Penelitian ……………………………………………………... 49 D. Populasi …………………………………………………………............ 50 E. Instrumen Penelitian ……………………………………………............ 50

  F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 51

  1. Tahap Persiapan ……………………………………………………... 51

  2. Tahap Pelaksanaan ………………………………………………….. 51 G. Validitas dan Reliabilitas ……………………………………………… 52

  1. Validitas …………………………………………………………….. 52

  2. Reliabilitas …………………………………………………………... 53

3. Skoring ……………………………………………………………… 54

  4. Kategori tingkat manfaat program pembinaan menjadi pribadi

  55 agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta …………………..

  H. Tekn ik Analisi Data ……………………………………………………. 56

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  59 A. Hasil Penelitian ………………………………………………………… 59 B.

  Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………………... 63

  1. Berdasarkan data hasil penelitian ......................................................... 63

  2. Berdasarkan proses kegiatan bimbingan .............................................. 70

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  72 A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 72 B.

  Saran …………………………………………………………………… 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Kisi-kisi kuesioner Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung

  51 (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama …………

  Tabel 2 Koefisien Validitas dan Reliabilitas ……………………………………… 54

  Tabel 3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur .................................................... 54 Tabel 4 Skor Penilaian Kuesioner ....................................................................... 54 Tabel 5 Rincian responden dari 50 orang penghuni asrama ...................................... 59 Tabel 6 Tinggi-Rendahnya Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung

  60 (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi penghuni asrama pada masing-masing aspek ...................................................................................

  Tabel 7 Tanggapan Manfaat Program Menjadi Pribadi Agung (belajar pada Hidup

  61 Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta secara keseluruhan ....................................................................

  Tabel 8 Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup

  66 Elisabeth Gruyters) bagi penghuni asrama yang tinggi dan rendah pada semua aspek .................................................................................................

  Tabel 9 Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup

  67 Elisabeth Gruyters) bagi penghuni asrama yang tinggi dan rendah pada aspek tertentu ...............................................................................................

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung

  (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta. Lampiran 2 Tabulasi Skor Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi

  Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta. Lampiran 3 Tabel Pengelompokan Skor Ganjil – Genap. Lampiran 4 Tabel Penghitungan Skor Ganjil – Genap. Lampiran 5 Penghitungan Koefisien Korelasi Ganjil – Genap. Lampiran 6 Penghitungan Koefisien Reliabilitas – Validitas. Lampiran 7 Hasil Penghitungan Mean Keseluruhan dan Mean Per Aspek. Lampiran 8 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung

  (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta pada Aspek kecerdasan Spiritual.

  Lampiran 9 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta pada Aspek kecerdasan Emosional.

  Lampiran 10 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta pada Aspek kecerdasan Mental.

  Lampiran 11 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta pada Aspek kecerdasan Fisik. Lampiran 12 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung

  (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta Angkatan Tahun I

  Lampiran 13 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta Angkatan Tahun II

  Lampiran 14 Tabel Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta Angkatan Tahun III.

  Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian. Lampiran 16 Surat Keterangan Penelitian. Lampiran 17 Program Kegiatan Pembinaan Menjadi Pribadi Agung Lampiran 18 Foto-foto Kegiatan Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah mengapa peneliti

  tertarik dengan topik yang akan diteliti, permasalahan yang ditanyakan dan diajukan oleh peneliti, tujuan penelitian ini dilakukan, manfaat dari hasil penelitian yang akan diperoleh serta batasan istilah dan variabel.

A. Latar Belakang Masalah

  Perkembangan dunia modern dengan segala kemajuan Ilmu dan teknologinya membuat orang berusaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik orang berusaha menempuh pendidikan yang tinggi dan memilih sekolah-sekolah yang bermutu. Untuk mewujudkan keinginannya itu, orang tidak segan-segan untuk pergi jauh dari daerahnya ke daerah lain, dengan biaya yang tinggi. Bahkan orang tua berani mengirimkan putri-putrinya ke luar kota untuk menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa-siswi SMA yang meninggalkan daerahnya ke daerah lain khususnya ke kota Yogyakarta ini, tentu membutuhkan tempat tinggal selama mereka menempuh pendidikannya. Salah satu tempat tinggal yang mereka pilih adalah asrama.

  Asrama dipilih sebagai salah satu tempat tinggal selama menempuh pendidikan di SMA karena alasan keamanan dan rasa nyaman. Rasa aman dan nyaman menjadi penting agar siswi yang bersangkutan dapat belajar dengan baik.

  Pada tahun 1973, banyak siswi yang berasal dari luar kota Yogyakarta juga luar Provinsi yang bersekolah di SMA Stella Duce 1. Hal tersebut mendorong Sr.

  Bernadia. CB (almarhumah) untuk mendirikan asrama bagi mereka. Setelah beberapa bulan mencari lokasi maka diperolehlah rumah di Jl.Supadi 5 (Provinsi Indonesia, 1987:214). Pemilihan lokasi rumah tersebut dengan pertimbangan supaya para siswi tidak mengeluarkan biaya untuk transportasi sebab SMA Stella Duce berada dekat dengan lokasi rumah tersebut. Asrama ter sebut kemudian diberi nama “Asrama SMA Stella Duce 1”. Seiring dengan perkembangan SMA Stella Duce 1 yang mayoritas siswinya dari kalangan ekonomi menegah ke atas maka berpengaruh pula dengan penghuni asrama jaman sekarang. Para penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta jaman sekarang rata-rata dari kalangan ekonomi menegah ke atas. Dengan tingkat ekonomi menengah ke atas maka mereka cenderung bersikap hedonis dan materialistis. Selama mereka tinggal di asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta, para suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus (CB) berusaha membina mereka untuk memiliki visi hidup yang jelas: tidak berorientasi pada kenikmatan semata melainkan memiliki perspektif demi membantu orang lain sebagaimana telah dilakukan oleh Elisabeth Gruyters (Pendiri Kongregasi CB) (Dewan, 2004:28). Elisabeth berasal dari keluarga kalangan ekonomi menengah ke atas namun ia memiliki hati untuk orang lain yang tidak mampu. Itu sebabnya ada program pembinaan yang wajib diikuti oleh semua penghuni asrama supaya mereka memiliki hati seperti Elisabeth. Pembinaan yang diprogramkan dimaksudkan supaya penghuni asrama dapat menjadi pribadi agung/menjadi pribadi utuh: tidak hanya cerdas secara mental saja melainkan juga cerdas secara spiritual, dapat memiliki kepekaan sosial (kecerdasan emosional) dan cerdas secara fisik. Oleh karena itu program pembinaan menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) diberikan kepada penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta. Melalui program pembinaan ini diharapkan agar para siswi sebagai komunitas asrama ikut ambil bagian dalam kerasulan awam (Riberu,1983:315) Program pembinaan yang diberikan oleh asrama termasuk ke dalam kategori bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan (Winkel, 2004:563). Oleh karena penghuni asrama terdiri dari 3 tahun angkatan maka pembinaan diberikan dalam bentuk kelompok-kelompok sesuai dengan tahun angkatan masing-masing dengan didampingi oleh team pembimbing. Semenjak tahun 1973 penghuni asrama Stella Duce 1 diberi pembinaan yang tujuannya supaya mereka dapat berkembang menjadi pribadi utuh maksudnya cerdas secara intelektual maupun emosional. Terbukti ada beberapa alumni yang jika diundang ke asrama untuk memberikan kesaksian tentang manfaat pembinaan di asrama dapat mensharingkan nilai-nilai positif yang telah diperoleh dan sekarang ini tetap dihidupinya. Berikut adalah sharing pengalaman alumni asrama yang

membagikan manfaat program pembinaan yang diberikan oleh asrama bagi penghuninya.

  Seorang alumni yang berprofesi sebagai Jaksa, berdomisili di Surabaya membagikan manfaat program pembinaan yang dialaminya ia merasa bersyukur memiliki kebiasaan hidup doa yang baik. Akibatnya nuraninya senantiasa terasah untuk memperjuangkan keadilan saat menghadapi persoalan dalam persidangan kendati resikonya sangat besar. Melalui kebiasaan doa ia tergerak untuk memiliki visi membela yang benar, berempati dengan orang yang menghadapi masalah. Alumni yang lain berprofesi sebagai Kepala Sekolah di Jakarta mengungkapkan bahwa pembinaan ditelah diterimanya selama tinggal di asrama telah menumbuhkan dan membentuk jiwa kepemimpinannya. Sebagai seorang kepala sekolah ia menerapkan menjadi seorang pemimpin yang berpikir ke depan demi kemajuan anak-anak didiknya. Kemudian seorang alumni calon dokter gigi ia mengungkapkan bahwa pembinaan yang dijalani di asrama sangat membantunya untuk berdisiplin.

  Kedisiplinan dan ketekunan sangat dia rasakan sewaktu menjalani Koas untuk tidak datang terlambat walau satu menit. Dan ia dapat menjalani masa Koas dengan baik berkat pembinaan yang dialaminya selama tinggal di asrama. Dalam konteks sekarang ini pembinaan yang diberikan di asrama adalah menjadi pribadi agung/menjadi pribadi utuh sesuai dengan semangat pendiri Suster-suster cintakasih Santo Carolus Borromeus: Elisabeth Gruyters. Menurut Stephen R. Covey (Covey, 2006:9,33) yang dimaksud dengan pribadi yang agung adalah pribadi yang mampu menemukan suara panggilan dalam jiwanya dan mengilhami orang lain untuk menemukan kemerdekaan jiwa mereka serta mampu mengembangkan empat kecerdasan secara integral. Pribadi agung dalam konteks bimbingan konseling berarti individu yang bersangkutan menjadi pribadi utuh.

  Keempat kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan mental, dan kecerdasan fisik (Covey, 2006:34). Elisabeth adalah pribadi yang agung/utuh, ia telah mengembangkan empat kecerdasan tersebut secara integral sepanjang hidupnya.

  Keempat kecerdasan itu, telah dihidupi oleh Elisabeth sebagai pendiri Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus (CB) dan diteladani oleh semua suster CB. Asrama Stella Duce 1 yang dikelola suster-suster CB berusaha menanamkan keempat kecerdasan tersebut kepada para penghuninya melalui program- program pembinaan. Stella Duce berasal dari bahasa Latin “Bintang

  Pembimbing”. Istilah ini digunakan dengan maksud agar penghuni asrama mendapatkan pembinaan menjadi pribadi agung sehingga dapat menampilkan kualitas hidup yang baik dalam bermasyarakat (Asrama, 2007:01). Program pembinaan yang diberikan oleh asrama Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta meliputi:

  a. Pembinaan kecerdasan spiritual: pembinaan ini membantu para siswi untuk mengasah nurani supaya didayai oleh semangat Yesus Sang Tersalib. Untuk itu asrama memberikan bentuk kegiatan seperti: Perayaan Ekaristi/Kebaktian harian dan Mingguan, mengikuti Perayaan Ekaristi di asrama setiap satu bulan sekali, doa dan renungan harian bersama, doa rosario setiap hari Rabu dan pada bulan Mei-Oktober didoakan setiap hari, mengikuti Pendalaman Iman, Sakramen Tobat, Perayaan Natal dan Paska, Perayaan Hari Jadi Kongregasi CB, dan Pesta Santo Carolus, menyediakan buku-buku bacaan tentang ajaran agama Buddha, Kristen dan Katolik.

  b. Pembinaan kecerdasan emosional: pembinaan ini membantu dan melatih para siswi untuk memiliki semangat bela rasa. Bentuk kegiatan yang diberikan adalah analisa sosial, bakti sosial, Home stay/live in.

  c. Pembinaan kecerdasan mental: Tujuannya supaya para siswi memiliki ketekunan dan mempunyai visi-misi hidup yang berorientasi demi menolong orang lain. Untuk itu asrama mewajibkan para siswi untuk: belajar di sekolah, di asrama, mengikuti les dan bimbingan belajar, latihan dasar kepemimpinan.

  d. Pembinaan kecerdasan fisik: dengan belajar dari organ-organ tubuh yang memiliki disiplin tinggi dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Maka asrama membantu para siswi agar hidup tertib, teratur dan disiplin dengan dilatih untuk dapat mengatur waktu dan mengikuti kegiatan outbond.

  Peneliti ingin mengetahui manfaat program pembinaan menjadi pribadi agung tersebut bagi penghuni asrama Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta. Program pembinaan diadakan supaya mereka dapat meneladan hidup Elisabeth Gruyters yang selama hidupnya telah menjadi “Bintang Pembimbing” bagi banyak orang.

  Peneliti juga menjadi salah satu staf pembimbing di asrama tersebut yang bertanggungjawab menerapkan pendampingan agar penghuni asrama Stella Duce

1 Supadi 5 dapat menjadi “Bintang Pembimbing”.

  Selain sebagai salah satu staf di asrama tersebut peneliti memiliki keprihatinan terhadap gaya hidup anak asrama yang cenderung hedonis dan materialistis. Peneliti menyaksikan secara langsung bagaimana penghuni asrama begitu mudah mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu yang kurang dibutuhkan.

  B. Perumusan Masalah

  Bagaimanakah Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi

  5 Yogyakarta?

  C. Tujuan Penelitian

  Mendeskripsikan Manfaat Program Pembinaan Menjadi Pribadi Agung (belajar pada Hidup Elisabeth Gruyters) bagi Penghuni Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

  a. Yayasan Syantikara sebagai lembaga penanggung-jawab asrama: dapat mengetahui manfaat program pembinaan menjadi pribadi agung bagi penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5.

  b. Bagi pembimbing asrama: mendapatkan informasi pelayanan bimbingan untuk penghuni asrama berkaitan dengan program pembinaan menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) dengan mengembangkan empat kecerdasan dalam hidupnya.

  c. Bagi para siswi: dapat menyerap betapa pentingnya untuk terus berproses mengembangkan kebebasan dan kemampuan untuk memilih, prinsip-prinsip dan empat kecerdasan secara integral.

  d. Bagi peneliti: mengetahui sejauhmana respons penghuni asrama dalam menyerap nilai-nilai pembinaan menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) yang sepanjang hidupnya telah berproses menjadi pribadi agung dengan menggunakan seluruh anugerah penting dari sang pencipta dengan menemukan suara dalam jiwanya dan mengembangkan empat kecerdasan secara integral dalam hidupnya.

  e. Bagi orang tua: membantu putrinya dalam berproses menjadi pribadi yang agung/utuh. Baik sewaktu putrinya menjadi penghuni asrama maupun ketika sudah keluar dari asrama.

E. Batasan Istilah dan Variabel

  Agar penelitian ini mudah dipahami, maka perlu dijelaskan definisi operasional beberapa istilah.

  1. Batasan Istilah

  a. Asrama adalah tempat tinggal yang dikhususkan untuk kelompok tertentu seperti suku, jenis kelamin, agama, dan tingkat pendidikan tertentu. Asrama biasanya dikelola oleh Yayasan tertentu dan memiliki tujuan tertentu pula (Asrama, 2007:01). Dalam penelitian ini asrama yang dimaksud adalah Asrama SMA Stella Duce 1 Jl. Supadi 5 Yogyakarta yang berada di bawah naungan Yayasan Syantikara dan dikelola oleh Suster-suster Cintakasih St.Carolus Borromeus.

  b. Pribadi Agung adalah pribadi yang mampu menemukan suara panggilan dalam jiwanya dan mengilhami orang lain untuk menemukan kemerdekaan jiwa mereka serta mampu mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional, mental dan fisik secara integral dalam hidupnya. Dalam konteks ini dengan cara belajar pada hidup Elisabeth Gruyters.

  2. Variabel

  Variabel dalam penelitian ini yaitu manfaat program pembinaan menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) bagi penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta.

BAB II KAJIAN TEORITIS Dalam bab ini akan diuraikan mengenai asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5, Program Pembinaan di Asrama dalam Konteks Bimbingan Kelompok “Stella Duce”, Pribadi Agung menurut teori Stephen R.Covey, Empat Kecerdasan yang

  diwujudnyatakan oleh Elisabeth Gruyters, Karya Pelayanan CB di Indonesia, Program pembinaan menjadi Pribadi Agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) di Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta.

A. Asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5

  Asrama Stella Duce 1 Supadi 5 dikelola oleh para suster CB. Asrama ini didirikan seiring berkembangnya karya pendidikan yang ditangani oleh para suster CB di SMA Stella Duce 1. Meningkatnya jumlah siswi yang berasal dari berbagai daerah mendorong para suster CB untuk mendirikan asrama. Selain jumlah siswi yang terus meningkat juga karena banyaknya siswi yang berasal dari keluarga kurang mampu. Karya asrama pertama kali muncul di Ganjuran pada tahun 1939 dengan menerima siswa-siswi SMP dan SPG (Provinsi Indonesia, 1987:162).

  Asrama Stella Duce 1 muncul berkat adanya komunitas Stella Duce setelah Perang Dunia ke II yaitu pada tahun 1949. Asrama dimulai dengan menampung 11 siswi dengan latar belakang dari keluarga tidak mampu. Asrama ini terletak di Jalan

  Kolombo 19 tepatnya di biara Stella Duce. Asrama ini terus berkembang dan jumlah siswi terus bertambah, sekitar tahun 1959 jumlah siswi asrama menjadi 146 orang, didampingi oleh 4 orang suster dan 2 orang ibu awam ((Provinsi Indonesia, 1987:207-208).

  SMA Stella Duce yang terus berkembang dengan pesat dan jumlah siswi yang semakin bertambah tak memungkinkan lagi menampung para siswi di asrama Stella Duce Jalan Kolombo. Pada tanggal 1 Januari tahun 1973, Sr.Bernadia CB (almahurmah) membuka asrama lagi di Jalan Sabirin 3. Asrama ini diperuntukkan bagi para siswi yang tidak mampu secara ekonomi sehingga para siswi tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk transportasi. Asrama ini memiliki kapasitas/daya tampung 33 siswi. Akan tetapi karena jumlah siswi yang membutuhkan asrama terus bertambah maka masih pada tahun yang sama asrama kemudian dipindahkan ke Jalan Supadi 5 hingga sekarang. Asrama Jalan Supadi 5 ini memiliki daya tampung 52 siswi (Provinsi Indonesia, 1987:214). Asrama ini dinamai asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta. Para penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta jaman sekarang rata-rata dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Dengan tingkat ekonomi menengah ke atas maka mereka cenderung bersikap hedonis dan materialistis. Selama mereka tinggal di asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta, para suster CB berusaha membina mereka untuk memiliki visi hidup yang jelas: tidak berorientasi pada kenikmatan semata melainkan memiliki perspektif demi membantu orang lain sebagaimana telah dilakukan oleh Elisabeth Gruyters (Pendiri Kongregasi CB) (Dewan, 2004:28). Elisabeth berasal dari keluarga kalangan ekonomi menengah ke atas namun ia memiliki hati untuk orang lain yang tidak mampu. Itu sebabnya ada program pembinaan dalam bentuk bimbingan kelompok yang wajib diikuti oleh semua penghuni asrama supaya mereka memiliki hati seperti Elisabeth: cerdas secara mental dan cerdas secara spiritual, memiliki kepekaan sosial (kecerdasan emosional) dan disiplin tinggi (cerdas secara fisik). Oleh karena itu program pembinaan menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters) diberikan kepada seluruh penghuni asrama SMA Stella Duce 1 Supadi 5 Yogyakarta. Agar para siswi sebagai komunitas asrama sedini mungkin turut ambil bagian dalam kerasulan awam (Riberu,1983:315).

B. Program Pembinaan Bimbingan Kelompok di Asrama “Stella Duce” 1. Bimbingan kelompok

  Yang dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan (Winkel, 2004:563). Tujuan bimbingan kelompok yaitu supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekadar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya (Winkel, 2004: 564).

  Dalam bimbingan kelompok yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelompok (Winkel, 2004: 565). Tujuan agar masing-masing individu dapat berkembang secara optimal untuk menjadi pribadi agung dengan meneladani kehidupan Elisabeth Gruyters dan agar mereka semakin menjadi “Stella Duce” (Bintang Pembimbing). Di asrama pembinaan yang diberikan mengacu pada konsep bimbingan kelompok sebagaimana diuraikan di atas.

  Agar tujuan pembinaan tercapai, maka kegiatan diberikan dalam bentuk

  

group guidance model. Pengelompokkan sesuai dengan tahun angkatan

  masing-masing, yaitu tahun I, tahun II dan tahun III. Pembimbing asrama memegang peranan utama, mengambil banyak inisiatif, mengatur inti kegiatan yang akan dilakukan, dan berperan sebagai fasilitator. Pembimbing asrama menyajikan banyak informasi dan melibatkan seluruh anggota kelompok dalam mengolah informasi supaya penghuni asrama mampu mencerna dan mengambil makna dari kegiatan bimbingan bagi dirinya sendiri dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam kelompok kecil.

2. Perencanaan program bimbingan kelompok

  Menurut Winkel (2004: 581) kegiatan bimbingan yang diberikan pembimbing perlu bersumber pada pengetahuan dan pemahaman pembimbing, hasil refleksi pembimbing dan persoalan yang dihadapi oleh yang dibimbing. Dalam konteks kegiatan pembinaan di asrama, maka program disusun berdasarkan:

  a. Bersumber dari pengetahuan dan pemahaman pembimbing asrama di berbagai bidang ilmu: teologi (dengan memperkenalkan tokoh-tokoh iman Katolik yaitu Elisabeth Gruyters, Santo Carolus Borromeus dan Yesus Kristus sebagai pusatnya), psikologi (dengan memperkenalkan 4 kecerdasan yang dicetuskan oleh Stephen R.Covey) dan sosiologi (dengan memperkenalkan teori analisa sosial).

  b. Program disusun berdasarkan hasil refleksi pembina asrama tentang adanya pergeseran latar belakang penghuni asrama yang semula dari kalangan tidak mampu menjadi kalangan menengah ke atas yang cenderung hedonis dan materialistis. Oleh karena itu memunculkan gagasan untuk memberikan pembinaan “Menjadi pribadi agung (belajar pada hidup Elisabeth Gruyters).

  c. Isi program pembinaan yang disusun oleh team pembina berdasarkan aneka masalah yang dihadapi oleh para siswi sebagai komunitas kaum muda sekarang yaitu: hedonis dan materialistis hendak “dilawan” dengan menanamkan semangat disiplin tinggi untuk berani hidup bercukup/ugahari dan berbelarasa.

  Berdasarkan gagasan di atas maka peneliti akan menyajikan teori- teori yang berkaitan dengan landasan psikologis dan teologis tentang menjadi pribadi yang agung.

C. Pribadi Agung

1. Pribadi agung menurut teori Stephen R.Covey

  Seseorang dapat berkembang untuk bersinar cemerlang atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan. Mengapa Stephen R.Covey menyebutkan bahwa manusia dikaruniai anugerah yang begitu luar biasa oleh Pencipta. Anugerah itu meliputi; 1) kebebasan dan kemampuan untuk memilih, 2) prinsip-prinsip/hukum

  alam, 3) empat kecerdasan/kemampuan. Berkaitan dengan tiga anugerah peting di

  atas berikut adalah uraian masing-masing anugerah itu mampu membawa seseorang menemukan titik gemilang atau menjadi pribadi yang agung.

Dokumen yang terkait

Dampak rekoleksi terhadap kemampuan memaknai hidup secara spiritual bagi siswi kelas X dan XI Asrama Putri Sma Stella Duce II Yogyakarta

0 10 167

Persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap perilaku bullying di sekolah : studi kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

0 0 111

Tingkat kepatuhan para penghuni asrama tahun pertama dan tahun kedua terhadap peraturan asrama putra Van Lith Muntilan - USD Repository

0 0 75

Tingkat disiplin diri siswi kelas II SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dalam tata tertib sekolah tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 57

Hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 132

Improving speaking ability of the twelfth grade students of SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Identifikasi metode mengajar matematika guru di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dan metode mengajar matematika tutor di lembaga pendidikan Primagama kantor cabang Cik Ditiro Yogyakarta - USD Repository

0 0 184

English reading instructional materials based on reciprocal teaching strategy for the tenth grade students of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta - USD Repository

0 0 203

Pemahaman dan miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA Stella Duce Bantul tentang kalor - USD Repository

0 0 113

Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran ``matematisasi berjenjang`` pada materi permutasi kelas XI IPA SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

0 0 228