Hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository
HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI
SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL,
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Stepanus Pitra PragakusumaNIM : 031114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Tuhan Yesus, aku membutuhkan-Mu. Aku bersyukur
karena Engkau telah mati dikayu salib bagi dosa-dosaku,
aku membuka pintu hatiku dan menerima Engkau sebagai
Juru Selamat dan Tuhanku. Terima kasih karena telah
mengampuni dosa-dosaku dan memberi aku hidup yang
kekal. Kuasailah seluruh hidupku. Jadikan aku pribadi
seperti yang Engkau ingini”.Doa dari Campus Crusade
“ Janganlah kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucap syukur ” (Filipi 4:6). “ Jadilah Besar dalam hal-hal Kecil… Lakukan segala sesuatunya dengan kesungguhan Hati yang Besar Maka sesuatu yang Besar akan kita nikmati dalam hidup ” Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya
Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya
Bapak dan Ibuku tercinta atas semua kasih sayangnya
Kakak dan adikku tersayang
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 November 2008 Penulis Stepanus Pitra Pragakusuma
ABSTRAK
HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI
SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL,
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Stepanus Pitra Pragakusuma Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun
pelajaran 2008/2009 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal. Penelitian ini menggunakan metode focus group discussion (FGD). Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009? (2) Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 41 siswa. Alat penelitian ini adalah pertanyaan panduan FGD yang disusun oleh peneliti dengan mengembangkan teori Maslow tentang hambatan- hambatan aktualisasi diri (Koeswara, 1987: 230). Teknik analisa data yang digunakan adalah menghubung-hubungkan berbagai faktor yang dapat diidentifikasikan dalam data dan menjelaskannya (Irwanto, 2006: 81).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 masih kurang optimal, hal ini disebabkan karena masih banyak hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri. Hambatan-hambatan yang paling dominan adalah (1) hambatan dari dalam diri individu, yaitu: kurangnya rasa percaya diri, ada 11 siswa (26,82%), dan masih adanya sikap malas dalam diri, ada 10 siswa (24,39%), (2) hambatan dari luar atau masyarakat, yaitu: kurangnya fasilitas yang mendukung, ada 20 siswa (48,78%), dan kurangnya dukungan dari orang tua, ada 10 siswa (24,39%). Usulan topik-topik bimbingan klasikal dikembangkan berdasarkan analisa dan pembahasan terhadap hambatan-hambatan siswa-siswi dalam mengaktualisasikan dirinya. Topik-topik bimbingan klasikal antara lain: Siapakah Aku?, Percaya Diri, Mengatur Jadwal Harian, Berpikir Positif, Kepedulian Sosial, Komunikasi yang Efektif, Cara Membaca yang Efektif, Dorongan Untuk Berprestasi, Aku dan Keluarga, dan Hidup Sederhana.
ABSTRACT
SELF-ACTUALIZATION OBSTACLES OF THE STUDENTS IN
CLASS XI OF SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA IN
2008/2009 ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TO THE
PROPOSAL OF CLASSICAL GUIDANCE TOPICS
Stepanus Pitra Pragakusuma Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research aimed to describe the self-actualization obstacles of the students in class XI of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year and to make the proposal of classical gudance topics.
The method used in this research was focus group discussion (FGD). The questions specially answered in this research were (1) What are the self- actualization obstacles for the students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year? (2) What classical guidance topics which are appropriate for the students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year?. The subject of this research were the 41 students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The instrument for this research was focus group discussion (FGD) guidance question which constructed by the researcher by developing Maslow theory about self-actualization obstacles (Koeswara, 1987: 230). The data analysis technic used was an effort to relate the factors which can be indentified in the data and can be explained too (Irwanto, 2006: 81).
The result showed that level of self-actualization of the students in class XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year is low, it could be caused by so many obstacles to actualize their selves. The most dominant obstacles were: (1) inner obstacles, such as: low self-confidence, its was found in 11 students (26,82%), laziness behavior, it was found in 10 students (24,39%), (2) outside obstacles, such as: minimum facilities, it was found in 20 students (48,78%) and minimum parents support, it was found in 10 students (24,39%).
The proposal of classical guidance topics were developed based on the analysis and the discussion towards the students self-actualization obstacles. Those classical guidance topics were Who Am I?, Self-Confidence, Arranging Daily Schedule, Positive Thinking, Social Care, Effective Communication, Effective Way of Reading, Encouragement to get Achievement, Me and Family, and Living in Simple Way.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stepanus Pitra Pragakusuma NIM : 031114013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWI KELAS
XI SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL ”Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Univesitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal: 04 Desember 2008 Yang menyatakan, Stepanus Pitra Pragakusuma
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-Nya, sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Disadari bahwa skipsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M. Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan perhatian, masukan-masukan, serta motivasi-motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. YB. Adimassana, M.A., Dosen Penguji yang telah memberikan masukan-masukan bagi penulis demi perbaikan skripsi.
4. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., Dosen Penguji yang telah mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.
5. Sr. Louis CB yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta.
6. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis dan telah memberikan banyak bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan perhatiannya, membimbing, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku.
8. Kakakku Lorensius Henky Suryakusuma dan istri Yuliana Kurnia Widhiasih, keponakanku yang cantik Skolastika Violetta Nuradvenza serta adikku Florianus Garin Dirakusuma yang sudah memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi.
9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doanya selama menyelesaikan skripsi ini, sehingga menjadi skripsi yang sempurna.
10. Erna Yulianingsih yang telah memberikan banyak perhatian, kasih dan cintanya sehingga hidupku menjadi lebih berwarna.
11. Sahabat-sahabatku KKY (Komunitas Kolobendono Yogyakarta): Seprianus, Ardian Septiantono, Kristiadi, Pikal, Sigit Sudarisman, Tyo, Matius, Angga, Irene.
12. Wahyu Putri, Maria Verawati, Robertus Bayu, yang telah memberikan bantuannya selama penelitian.
13. Agatha Nila Sukma, yang telah membantu mengoreksi abstrak bahasa Inggris.
14. Seluruh teman-temanku di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2003, atas segala kebersamaannya, bantuannya, dan dukungannya selama mengikuti kuliah bersama.
15. Para siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009, yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.
Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang berguna bagi siapa saja yang berminat dalam dunia pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..4
24
24
20
19
11
8
7
7
7
5
4
4
1
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ….………………………... HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… ABSTRAK ………………………………………………………………….
1
Tugas Perkembangan Remaja ……………………………….. i ii iii iv v vi vii viii xi xiv xv
1. Pengertian Remaja …………………………………………… 2.
Siswa SMA Sebagai Remaja ……………………………………...
B.
5. Cara-Cara Mengaktualisasikan Diri …………………………..
4. Hambatan-Hambatan Aktualisasi Diri ………………………..
3. Ciri/Sifat Orang Yang Mengaktualisasikan Diri ……………...
2. Hirarki Kebutuhan Maslow …………………………………...
1. Pengertian Aktualisasi Diri …………………………………...
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. B. Perumusan Masalah ……………………………………………… C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. E. Definisi Operasional ……………………………………………... BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………... A. Aktualisasi Diri …………………………………………………...
ABSTRACT ………………………………………………………………... KATA PENGANTAR ……………………………………………………... DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
25
C.
26 Bimbingan Klasikal ……………………………………………….
1.
26 Pengertian Bimbingan Klasikal ……………………………… 2.
28 Manfaat Bimbingan Klasikal ………………………………… D. Peran Pelayanan Bimbingan Klasikal Di Sekolah Dalam
29 Peningkatan Aktualisasi Diri ……………………………………..
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………...…..
A.
31 Jenis Penelitian …………………………………………………… B.
31 Subyek Penelitian ………………………………………………… C.
33 Alat Penelitian …………………………………………….............
1.
32 Alat Pengumpul Data ………………………………………… a.
32 Pengertian Focus Group Discussion (FGD) ……………...
b.
32 Alasan Menggunakan Focus Group Discussion (FGD) ….
c.
35 Persiapan Focus Group Discussion (FGD) ……………….
d.
Manfaat, Keuntungan, Keunggulan, dan Kelemahan Menggunakan Focus Group Discussion
37 (FGD) ………….
e.
Peran Penting Yang Perlu Diperhatikan Oleh Peneliti Dalam Pelaksanaan Focus Group Discussion
39 (FGD) …….
2.
39 Validitas Focus Group Discussion (FGD) …………………… D.
40 Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………..
1.
40 Tahap Persiapan ……………………………………………… a.
40 Persiapan Teknik ………………………………………….
b.
44 Persiapan Focus Group Discussion (FGD) ……………….
2.
45 Tahap Pelaksanaan …………………………………………… E.
48 Teknik Analisis Data ……………………………………………...
50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………..
A.
Tingkat Aktualisasi Diri Siswa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce
50 Bantul, Togyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ………………….
B.
63 Pembahasan ……………………………………………………….
BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK
68 MENINGKATKAN AKTUALISASI DIRI ……………………...
74 BAB VI PENUTUP ………………………………………………………..
A.
74 Ringkasan ………………………………………………………… B.
77 Kesimpulan ……………………………………………………….
C.
78 Saran ………………………………………………………………
80 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
83 LAMPIRAN ………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL
48
69
62
61
60
59
58
57
56
54
54
52
51
31
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa-Siswi SMA Stella Duce Bantul Tahun Pelajaran 2008/2009 ……………………………………. Tabel 2 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ………………………….. Tabel 3 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPA
SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ……………………………………. Tabel 15 Hasil Evaluasi Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ……..
Dari 41 Siswa Dari 2 Kelas …………………………………….. Tabel 14 Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal Siswa-Siswi Kelas XI
Tabel 12 Rincian Pernyataan Hambatan Aktualisasi Diri yang Diungkap Oleh Siswa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce Bantul Tahun Ajaran 2008/2009 Berdasarkan FGD …………………………... Tabel 13 Rincian Hasil Hambatan Aktualisasi Diri yang Paling Dominan
Tabel 11 Hasil FGD Dari Keseluruhan Kelas ……………………….……
Kelas XI IPS Kelompok 3 ………………………………………
Tabel 9 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS Kelompok 3 …………………………………………………….. Tabel 10 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPS Kelompok 2 ………………………………………
Tabel 7 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS Kelompok 2 …………………………………………………….. Tabel 8 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPS Kelompok 1 ………………………………………
Tabel 5 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS Kelompok 1 …………………………………………………….. Tabel 6 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPA ……………………………………………………
…………………………………………………… Tabel 4 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pertanyaan Panduan Focus Group Discussion
83 (FGD) ………
Lampiran 2 : Hasil Uji Coba Focus Group Discussion
85 (FGD) ……………. Lampiran 3 : Susunan Tim Focus Group Discussion
86 (FGD) ……………... Lampiran 4 : Daftar Nama Siswa/Peserta Focus Group Discussion (FGD)..
87 Lampiran 5 : Foto Proses Focus Group Discussion
88 (FGD) ………………..
90 Lampiran 6 : Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ……………….. Lampiran 7 :
106 Surat Permohonan Ijin Penelitian ……………………………
Lampiran 8 : Surat Keterangan Pen 107 elitian …………………………………
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia menginginkan bahwa setiap kebutuhan hidupnya
terpenuhi mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan akan aktualisasi diri. Keinginan tersebut mendorong manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka sering kali mengalami hambatan untuk dapat mencapai kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri.
Hambatan-hambatan yang dialami seseorang dapat mempengaruhi mereka dalam mencapai aktualisasi diri. Hambatan-hambatan tersebut antara lain berasal dari dalam diri individu, seperti rasa kurang percaya diri, malas, masih bingung, dan ragu dengan kemampuan yang dimiliki. Selain itu hambatan dari luar individu, seperti kurangnya fasilitas dan dukungan dari orang tua. Adanya hambatan-hambatan tersebut dapat membuat anak tidak bebas mengekspresikan kemampuannya.
Maslow (Goble, 1987: 48) melukiskan pengaktualisasian diri sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi yang ada pada dirinya dan memenuhi dirinya serta melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya. Aktualisasi merupakan suatu proses, karena itu setiap orang perlu terus menerus menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya (Moi, 2003).
2 Setiap orang mengharapkan kepribadian yang sehat, termasuk remaja. Masa remaja merupakan masa di mana ia beralih dari hidup yang penuh kebergantungan kepada orang lain, ke masa di mana remaja harus melepaskan diri dari kebergantungan itu, serta memikul tanggung jawab sendiri, yaitu masa berlatih dari masa anak-anak ke masa dewasa (Daradjat, 1974: 34).
Remaja mengalami berbagai hambatan dalam mengaktualisasikan diri, antara lain hambatan yang berasal dari dalam diri dan hambatan yang berasal dari luar. Semua hambatan tersebut menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal, antara lain: keadaan ekonomi yang lemah sehingga keluarga tidak dapat menyediakan fasilitas yang memadai, masih kurangnya rasa percaya diri pada anak karena takut kalau kemampuannya tersebut tidak menjamin masa depannya, merasa minder dengan teman yang lebih mampu, masih adanya sikap malas dalam diri remaja, dan kurangnya dukungan dari orang tua karena ini lebih penting untuk membantu perkembangan anak dalam mengekspresikan potensi yang dimilikinya. Melihat faktor-faktor tersebut maka peran orang tua dan guru sangat diperlukan/dibutuhkan untuk membantu siswa (remaja) mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang sehat.
Penelitian ini mengkhususkan pada lingkungan sekolah dengan pertimbangan bahwa guru pembimbing memiliki kesempatan dan peran yang besar untuk pertumbuhan dan perkembangan aktualisasi diri siswa/remaja.
3 Para guru pembimbing perlu membantu siswanya untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri mereka, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang sehat bebas dari tekanan-tekanan. Oleh sebab itu guru pembimbing perlu memiliki topik-topik bimbingan yang relevan dengan hambatan-hambatan yang dialami para siswa agar dapat membantu mereka dalam mengaktualisasikan dirinya.
Mengingat pentingnya aktualisasi diri bagi remaja, maka sebagai guru pembimbing perlu berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan aktualisasi diri siswa supaya dapat berkembang secara optimal. Upaya peningkatan aktualisasi diri ini merupakan modal dasar dalam membantu siswa untuk menjadi manusia seutuhnya dengan kemampuan (potensi) yang dimilikinya.
Berdasarkan pertimbangan akan pentingnya aktualisasi diri bagi remaja, maka guru pembimbing mempunyai kesempatan untuk membantu siswanya dalam mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai aktualisasi diri secara optimal. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Hambatan-Hambatan Aktualisasi Diri Siwa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik- Topik Bimbingan Klasikal”.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA
Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009? 2. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Mengetahui hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009.
2. Menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan dirinya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:
1. Bagi guru pendamping
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna demi peningkatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta dan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang dibuat
5 oleh peneliti dapat menjadi masukan bagi guru pembimbing untuk pengembangan bimbingan di sekolah, terutama dalam bidang bimbingan pribadi.
2. Bagi siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul Siswa-siswi dapat merasakan manfaat dari topik-topik bimbingan pribadi yang dilaksanakan secara klasikal oleh guru pembimbing dan selanjutnya mereka dapat mengembangkan aktualisasi diri mereka secara individual.
3. Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman dalam mengungkap aktualisasi diri para siswa- siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan memperoleh wawasan yang lebih luas tentang aktualisasi diri.
4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pembanding dalam melakukan penelitian berikutnya yang relevan.
E. Definisi Operasional 1.
Hambatan-hambatan aktualisasi diri adalah suatu halangan yang dapat membuat seseorang mengalami suatu ketidakoptimalan dalam mengaktualisasikan dirinya.
2. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi
6 yang ada pada dirinya serta melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya (Goble, 1987: 48).
3. Topik-topik bimbingan adalah topik-topik yang berisi pokok-pokok bahasan dari setiap aspek tugas perkembangan remaja.
4. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang dilaksanakan di kelas pada jam tertentu, yang membahas tentang topik tertentu.
5. Focus Group Discussion adalah suatu proses perolehan data yang dilakukan secara sistematis dan spesifik, guna mendapatkan informasi tentang masalah-masalah yang sering dihadapi siswa melalui diskusi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktualisasi Diri 1. Pengertian Aktualisasi Diri Maslow melukiskan pengaktualisasian diri sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi. Orang yang teraktualisasi akan memenuhi dirinya dan melakukan yang
terbaik yang dapat dilakukannya (Goble, 1987: 48). Penggunaan dan pemanfaatan bakat dan potensi-potensi dapat disalurkan pada minat pekerjaannya sehingga dapat memberikan kegembiraan dan kenikmatan.
Maslow berpendapat bahwa aktualisasi diri adalah kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuan (potensi) yang dimilikinya (Koeswara, 1987: 230). Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Stein dan Book (2004: 124) yang menyatakan bahwa aktualisasi diri adalah kemampuan untuk mengejawantahkan kemampuannya yang potensial, sehingga kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Kebutuhan- kebutuhan individu itu antara lain: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Pengertian aktualisasi diri di atas diperkuat oleh Rogers yang mengatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sikap-sikap serta potensi-potensi psikologis yang unik.
8 Aktualisasi diri merupakan keberanian untuk ada dan meluncurkan diri sepenuhnya ke dalam arus kehidupan (Schultz, 1991: 46, 50).
Proses menuju aktualisasi diri membutuhkan waktu yang lama, oleh sebab itu seseorang perlu membangun kekuatan diri yang tentunya dapat menghantarkan dirinya pada pencapaian aktualisasi diri. Menurut Moi (2003: 18) untuk membangun kekuatan diri seseorang perlu: (1) mengenali kelebihan dirinya, (2) mengembangkan potensi dirinya, (3) memaknai kelemahan dirinya secara positif, (4) mencari figur/tokoh pendukung, (5) menumbuhkan optimisme dalam dirinya.
Maslow berpendapat bahwa pribadi yang sehat akan termotivasi oleh kebutuhan untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan- kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh, sehingga proses menuju aktualisasi diri dapat tercapai. Proses aktualisasi diri adalah perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya suatu potensi yang ada atau yang terpendam (Goble, 1987: 51, 60). Moi (2003) mengatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses, karena itu setiap orang perlu terus menerus menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
2. Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow menjelaskan bahwa manusia mengalami beberapa tingkat kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis (lapar dan haus), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan
9 penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Schultz, 1991: 90). Kebutuhan di atas tersusun bertingkat artinya kebutuhan yang ada di tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari kebutuhan yang ada di atasnya (Koeswara, 1987: 224).
Kebutuhan manusia tersebut antara lain (Maslow, 1984: 39-51): 1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan-kebutuhan yang pemuasannya ditunjukkan pada pemeliharaan proses-proses biologis dan kelangsungan hidup (Koeswara, 1987: 225). Pemenuhan kebutuhan fisiologis sangat menentukan terpenuhinya kebutuhan yang yang selanjutnya. Apabila kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi maka kebutuhan selanjutnya tidak akan terpuaskan. Menurut Maslow (1984: 41) kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat, oleh sebab itu manusia akan terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini supaya kebutuhan-kebutuhannya yang lain dapat terpenuhi.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya (Koeswara, 1987: 226). Kebutuhan akan rasa aman bisa dipengaruhi oleh pengalaman, misalnya pada anak-anak yang mengalami penyiksaan dari orang tua. Anak-anak yang pernah mengalami penyiksaan, ia akan menjadi penakut dan mengembangkan hasrat yang kuat untuk mencari perlindungan. Sehingga dalam
10 pergaulannya ia akan selalu diliputi rasa ketakutan Hal ini merupakan suatu hasrat yang mencerminkan menguatnya urgensi kebutuhan akan rasa aman (Koeswara, 1987: 227) dan pencukupan kebutuhan akan rasa aman akan membantu seseorang untuk mengetahui rasa takut yang ia alami (Poduska, 1997: 132).
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki.
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk membangun hubungan afektif dengan orang lain (lingkungan keluarga dan pergaulan) (Koeswara, 1987: 227). Terpenuhinya kebutuhan akan cinta, dapat membangun suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Kebutuhan-kebutuhan akan cinta mencakup cinta yang memberi maupun yang menerima (Maslow, 1984: 50).
4. Kebutuhan akan harga diri Menurut Maslow (1984, 51) pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, serta rasa berharga.
Hal ini berarti mereka dapat berelasi dengan orang lain dengan apa adanya tanpa membuat topeng atau kedok. Mereka akan tampil apa adanya sesuai dengan dirinya sendiri, karena orang yang memiliki rasa harga diri yang sehat bersumber pada hasil usaha diri sendiri (Koeswara, 1987: 229).
11
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi, dimana setiap manusia mendambakan kebutuhan akan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan individu untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya (Maslow, 1984: 52). Yang harus disertai usaha dan perjuangan untuk mewujudkan kemampuannya tersebut.
3. Ciri/Sifat Orang yang Mengaktualisasikan Diri
Berdasarkan penelitian-penelitian, Maslow berhasil menyimpulkan 15 ciri/sifat yang spesifik dari orang-orang yang mengaktualisasikan diri.
Berikut ini ciri/sifat yang dimaksud oleh Maslow (Schultz, 1991: 99-100): a.
Mengamati realitas secara efisien
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengamati obyek- obyek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara obyektif (Schultz, 1991: 99). Hal ini berarti orang yang mengaktualisasikan diri dapat mengamati segala obyek sesuai dengan realitas, sehingga dalam pergaulannya dia dapat melihat kekurangan-kekurangan orang lain dengan baik dan memandang semua hal secara efisien dan secara logis sesuai dengan realita/kenyataan.
12
b.
Menunjukkan penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain
dan diri sendiriOrang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan dan kesusahan. Mereka menerima kodrat mereka sebagaimana adanya (Schultz, 1991: 100). Mampu menerima diri dan sifatnya sebagaimana adanya, tanpa sesal atau keluhan, tanpa terlalu banyak pikir (Maslow, 1984: 177). Hal ini berarti mereka akan melihat seseorang tidak dengan sebelah mata melainkan memandang orang lain sesuai dengan kodrat sebagai manusia.
c. Memiliki spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
Menurut Maslow, spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran dari orang-orang yang mengaktualisasikan diri sungguh-sungguh bersumber dari dalam pribadinya (Koeswara, 1987: 232). Ia dapat bertingkah laku secara terbuka tanpa berpura-pura, jadi tidak harus menyembunyikan emosi-emosi mereka tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut dengan jujur dan wajar (Schultz, 1991: 101).
Seseorang yang sedang melalui proses aktualisasi diri dibutuhkan suatu perjuangan dan usaha untuk dapat spontan mengungkapkan perasaan-perasaannya secara wajar dan jujur yang tidak menyebabkan orang lain tersakiti, dan secara sederhana menghargai dan bertingkah laku sesuai dengan kodrat mereka.
13
d. Berfokus pada masalah-masalah di luar diri sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok bagi mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan dan mereka senang melakukan pekerjaan mereka, lebih daripada sesuatu yang lain dan terus melakukannya (Schultz, 1991: 102). Maslow berpendapat bahwa orang yang mengaktualisasikan diri terlibat secara mendalam ke dalam tugas, pekerjaan, atau jabatan mereka dan memusatkan diri sepenuhnya pada masalah-masalah yang menjadi bagian tugas mereka (Koeswara, 1987: 232). Hal ini berarti mereka hanya memfokuskan diri pada satu pekerjaan saja yang menjadi bagiannya.
e. Menekankan kebutuhan akan privasi dan indepedensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan-kepuasan mereka. Ini berarti mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri (Schultz, 1991: 103). Hal ini berarti bahwa dalam setiap pengambilan keputusan seseorang tidak bergantung kepada orang lain. Mereka dapat memutuskan sendiri dengan berbagai pertimbangan termasuk konsekuensi/akibat dari kuputusan yang telah diambilnya.
14
f. Menunjukkan/menampilkan pribadi yang otonom
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri lebih berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik, karena mereka percaya kepada potensi-potensi yang mereka miliki, sehingga perkembangan potensi-potensi mereka bersumber dari dalam mereka sendiri. Oleh sebab itu mereka tidak lagi didorong oleh motif-motif kekurangan, maka mereka tidak bergantung pada dunia nyata untuk kepuasan mereka, karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan datang dari dalam (Schultz, 1991: 104).
g. Mempunyai apresiasi yang senantiasa segar
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman-pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum (Schultz, 1991: 104). Orang yang mengaktualisasikan diri akan menyadari berkah yang telah diterimanya dan mempertahankan kesadaran atas nasib baiknya dan berterimakasih karenanya (Maslow, 1984: 186). Hal ini berarti mereka akan selalu menunjukkan semua penghargaan terhadap alam sekitarnya dan menjadikan itu sebagai suatu pengalaman hidup yang berharga bagi dirinya.
15
h.
Memiliki/mengalami pengalaman-pengalaman mistis atau puncak
Menurut Maslow, pengalaman puncak ini menunjuk pada moment-moment dari perasaan yang mendalam seperti perasaan yang dihasilkan oleh relaksasi atau meditasi, serta kadang-kadang disertai kehadiran moment-moment yang menggairahkan. Moment-moment itu sebagai hasil dari penyatuan, kreativitas, penemuan dan pemahaman terhadap alam (Koeswara, 1987: 234).
Setiap orang memiliki pengalaman puncak yang bisa membuat mereka bahagia, dipenuhi oleh perasaan-perasaan terpesona yang hebat. Begitu juga orang yang mengaktualisasikan diri, ia lebih banyak memiliki pengalaman-pengalaman puncak yang lebih sering daripada orang-orang biasa (Schultz, 1991: 105). Hal ini berarti dari pengalaman-pengalaman puncak dapat membuat ia lebih banyak memaknai setiap kejadian baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, sehingga ia dapat menemukan pemahaman terhadap dirinya sendiri melalui pengalaman-pengalamannya tersebut.
i. Memiliki minat sosial