FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU DI INDONESIA TAHUN 1997-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU DI

  

INDONESIA TAHUN 1997-2007

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Rinto Cahyadi

  

NIM: 051324015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU DI

  

INDONESIA TAHUN 1997-2007

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Rinto Cahyadi

  

NIM: 051324015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

M OT T O DAN PERSEM BAH AN

“Ba ra ng sia pa se t ia da la m pe rk a ra -pe rk a ra k e c il, ia se t ia

juga da la m pe rk a ra -pe rk a ra be sa r. Da n ba ra ng sia pa t ida k

be na r da la m pe rk a ra -pe rk a ra k e c il, ia t ida k be na r juga

da la m pe rk a ra -pe rk a ra be sa r”

  (Luk a s 1 6 : 1 0 ) K a rya t ulis ini k upe rse m ba hk a n unt uk :

  ™ Bapak dan ibu yang telah membiayai dan memberi m ot iva si se la m a pe nyusuna n sk ripsi da n k ulia h. ™ Kedua kakakku G. Kristiyani dan Hari Cahyono yang

  t e la h m e m be rik a n ba nt ua n be rupa pik ira n da n t e na ga .

  ™ Rekan-rekan Pendidikan Ekonomi 2005 terima kasih a t a s k e be rsa m a a n da n ra sa k e k e lua rga a n k it a .

  

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU DI

INDONESIA PADA TAHUN 1997-2007

  Rinto Cahyadi NIM: 051324015

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2010 Tujuan penelitian ini untuk: (1) melihat perkembangan ekspor tembakau di

  Indonesia; (2) melihat pengaruh harga tembakau dalam negeri terhadap ekspor tembakau di Indonesia; (3) melihat pengaruh produksi tembakau tembakau terhadap ekspor tembakau di Indonesia; (4) melihat pengaruh konsumsi tembakau dalam negeri terhadap ekspor tembakau di Indonesia; dan (5) melihat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terhadap ekspor tembakau di Indonesia.

  Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan, Badan Pusat Statistik serta literatur lain yang mendukung. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linier berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

  Nilai koefisien determinasi (R diperoleh hasil sebesar 0,990, yang menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 99%, sedangkan sisanya sebesar 1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linier berganda menyatakan bahwa variabel independen yaitu, (1) harga tembakau dalam negeri mempengaruhi ekspor tembakau di Indonesia; (2) produksi tembakau dalam negeri mempengaruhi ekspor tembakau di Indonesia; (3) konsumsi tembakau dalam negeri mempengaruhi ekspor tembakau di Indonesia; (4) nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mempengaruhi ekspor tembakau di Indonesia.

  Dari penelitian ini peneliti menyarankan: (1) pemerintah hendaknya dapat mengupayakan agar produksi tembakau dapat meningkat, (2) pemerintah kiranya mengupayakan supaya nilai kurs rupiah terhadap dollar AS stabil, dan (3) peneliti selanjutnya hendaknya menambah jumlah tahun penelitian.

  

ABSTRACT

FACTORS INFLUENCING THE VOLUME OF TOBACCO EXPORT

IN INDONESIA IN 1997-2007

  Rinto Cahyadi NIM: 051324015

  University Sanata Dharma Yogyakarta

  2010 The purposes of this research are to know the influence of: (1) the development of tobacco export in Indonesia; (2) domestic tobacco price towards the volume of tobacco export in Indonesia; (3) tobacco production towards the volume of tobacco export in Indonesia; (4) domestic tobacco consumption towards the volume of tobacco export in Indonesia; and (5) rupiah exchange towards US Dollar towards the volume of tobacco export in Indonesia.

  The secondary data gained from various sources. Some of them are gained from Agricultural Department, General Directory of Plantation, Statistical Center Institution and other supporting literatures. This research used multiple regression linear data analysis. The type of this research was descriptive quantitative research.

  The coefficient determinacy value of R² was 99%. It shows the influence of independent variable towards dependent variable 99%. Meanwhile the residual is 1% gained from other factors beyond this research. The conclusion gained from the result of multiple linear regression analysis states that independent variables: (1) domestic tobacco price influences the volume of tobacco export in Indonesia; (2) production tobacco influences the volume of tobacco export in Indonesia; (3) the domestic tobacco consumption influences the volume of tobacco export in Indonesia; (4) rupiah exchange towards US Dollar influences the volume of tobacco export in Indonesia.

  From this research, the recearcher suggests, (1) the government should be able to make any effort to increase the productivity of tobacco, (2) the government should make the value exchange of rupiah towards US dollar stability, and (3) the next researchers should take more time in conducting researches

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasihnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU DI

  

INDONESIA TAHUN 1997-2007” dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk

  memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung penulisan skripsi ini, terutama kapada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo S. Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sanata Dharma dan sebagai dosen Pembimbing Akademik mahasiswa angkatan 2005.

  3. Bapak Indra Darmawan S. E. M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, memotivasi dan memberikan masukan, serta membantu sampai terselesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

  5. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M. Si., selaku pembimbing abstrak dalam bahasa inggris.

  6. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti dan Bapak Yohanes Maria Vianey

  Mudayen, S.Pd. Selaku dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran.

  7. Mbak Titin dan Mbak Aris yang telah membantu penulis dalam mengurus masalah administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  8. Bapak dan Ibuku tercinta, atas doa dan dukungannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

  9. Kedua kakakku dan seluruh keluarga besar yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  10. Sahabat dan teman-teman Pendidikan Ekonomi 2005 (Antonius Sudibyo,

  Andreas Raharjo Kurniawan, Ignatius Kurniawan Sipayung, Hendrikus Prastokohadi, Darwis Alfonsus, Ari Dwidadi, Bambang Prasetyo, Berlia Trio Listyawati, Lely Sestyaningrum, Nian Putriana, Dwi Martanti, Lesty Wulandari, Veronika Andriati, Kiki Sugiyanti, Mery Lestari Wakerkwa, Primadesta Laraningtyas, Josephin Dwi Martanti, Brigita Tidora, Kurnia Martikasari, Ludovina Maria, Yoani Rinda Perdani, Florentina Ristri )

  terima kasih atas bantuan, doa, dan kebersamaan kita selama ini semoga

  11. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan atau kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Jika ada kesalahan yang tidak disengaja penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................... vi ABSTRAK.................................................................................................. vii

ABSTRACK............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR................................................................................ ix

DAFTAR ISI............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii

DAFTAR KURVA...................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN...................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5

C. Batasan masalah................................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian...............................................................................

  6 E. Manfaat Penelitian............................................................................. 6

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 8 A. Perkembangan Perkebunan Tembakau Di Indonesia........................ 8

  B. Teori Penawaran Dan Permintaan..................................................... 10

  C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor...................................... 12

  1. Harga........................................................................................... 12

  2. Produksi....................................................................................... 14

  3. Konsumsi..................................................................................... 17

  4. Nilai Tukar Rupiah...................................................................... 18

  D. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 23

  E. Kerangka Berfikir.............................................................................. 23

  F. Hipotesis............................................................................................ 25

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................... 26

A. Jenis Penelitian.................................................................................. 26 B. Jenis Data dan Sumber Data............................................................. 26 C. Waktu Penelitian............................................................................... 27 D. Variabel Penelitian............................................................................ 27 E. Teknik Analisis Data........................................................................ 28

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN................................ 38

A. Analisis Data..................................................................................... 38

  1. Pengujian Prasyarat Regresi........................................................ 38

  a. Pengujian Normalitas............................................................ 38

  b. Pengujian Linearitas............................................................. 41

  2. Pengujian Asumsi Klasik........................................................... 41

  a. Uji Multikolinearitas............................................................. 42

  b. Uji Heterokedastisitas........................................................... 44

  c. Uji Autokorelasi.................................................................... 46

  3. Pengujian Statistik...................................................................... 46

  a. Uji F...................................................................................... 48

  b. Uji t....................................................................................... 49

  c. Uji R².................................................................................... 51

  B. Pembahasan...................................................................................... 52

  

BAB V PENUTUP.................................................................................... 62

A. Kesimpulan...................................................................................... 62 B. Saran................................................................................................ 63 C. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 65

DAFTAR PUSTA...................................................................................... 66

  DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Descriptive statistics............................................................. 38

Tabel IV.2 Hasil uji normalitas............................................................... 38

Tabel IV.3 Hasil uji linearitas.................................................................

  41 Tabel IV.4 Hasil uji multikolinearitas..................................................... 42 Tabel IV.5 Hasil uji heterokedastisitas...................................................

  44 Tabel IV.6 Hasil uji autokorelasi............................................................

  46 Tabel IV.7 Hasil uji F.............................................................................

  48 Tabel IV.8 Hasil analisis uji t.................................................................

  49 Tabel IV.9 Hasil uji R²...........................................................................

  51 Tabel IV.10 Negara utama tujuan ekspor tembakau Indonesia...............

  52 Tabel IV.11 Harga tembakau dalam negeri dan ekspor tembakau..........

  55 Tabel IV.12 Produksi tembakau dan ekspor tembakau............................

  57 Tabel IV. 13 Konsumsi tembakau dan ekspor tembakau..........................

  59 Tabel IV.14 Nilai tukar rupiah dan ekspor tembakau..............................

  61

  DAFTAR KURVA Kurva II. 1 Kurva permintaan...................................................................

  13 Kurva II. 2 Kurva penawaran.................................................................... 14 Kurva II. 3 kurva produksi........................................................................

  16 Kurva II. 4 Kurva permintaan valas..........................................................

  21 Kurva II. 5 Kurva penawaran valas...........................................................

  22

  DAFTAR BAGAN Bagan II. 1 Kerangka berfikir...................................................................

  25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini setiap negara saling berhubungan erat satu

  sama lainnya baik dari segi politik, budaya maupun ekonomi. Perdagangan luar negeri mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara.

  Dalam bidang ekonomi setiap negara saling berhubungan melalui perdagangan internasional yang meliputi ekspor dan impor yang bertujuan untuk mendapatkan devisa dan mencukupi kebutuhan terhadap barang dan jasa dalam negeri yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri.

  Globalisasi mendorong setiap negara untuk meningkatkan daya saing produk-produknya baik yang memiliki keunggulan mutlak maupun komparatif.

  Hal ini karena pada era globalisasi menuntut setiap negara untuk lebih kompetitif, untuk itu suatu negara harus memiliki daya saing dalam perdagangan internasional yang baik, Indonesia yang masuk arus dalam globalisasi memiliki peluang untuk mencapai kesejahteraan melalui perdagangan antar negara.

  Indonesia memiliki peluang dalam perdagangan internasional karena Indonesia memiliki produk-produk pertanian maupun perkebunan yang bertaraf ekspor. Produk-produk hasil perkebunan Indonesia yang memiliki pasar cukup luas di luar negeri atau yang ditujukan untuk ekspor diantaranya adalah karet, biji kakao, teh, cengkeh, rempah-rempah dan tembakau. Produk pekebunan inilah yang menjadi andalan Indonesia. Pada tahun 2007 Indonesia merupakan negara yang masuk dalam 10 negara terbesar perodusen daun tembakau yang menempati urutan ke 6 sebagai negara penghasil tembakau dunia, negara-negara tersebut adalah Cina, Brasil, India, Amerika Serikat, Argentina, Indonesia, Malawi, Pakistan, Italia, Zimbabwe (FAO).

  Tembakau merupakan komoditi yang memiliki peluang pasar internasional yang cukup menjanjikan hal ini karena tembakau merupakan komoditi yang sangat diminati oleh setiap golongan baik pemuda maupun para orang tua bahkan sampai anak-anak juga mengkonsumsinya. Tembakau merupakan bahan dasar untuk industri rokok. Tingginya permintaan terhadap rokok akan mendorong peningkatan konsumsi tembakau sebagai bahan dasar pembuatan rokok.

  Perkembangan ekspor tembakau di Indonesia tak lepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.

  Ekspor suatu barang/ komoditi sangat dipengaruhi oleh suatu penawaran/ pihak produsen (supply) dan permintaan/ pihak konsumen (demand). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

  Seperti halnya setiap komoditi ekspor, ekspor komoditi tembakau di Indonesia juga tak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.

  Perkembangan ekspor tembakau di Indonesia pada tahun 1997 sampai 2007 mengalami kenaikan dan penurunan (berfluktuatif) yaitu dari 35,4 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 39,9 ribu ton pada tahun 1998 dan mengalami penurunan pada tahun 2003 yaitu menjadi 27,5 ribu ton dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2006 yaitu ekspor tembakau mencapai 29,3 ribu ton (BPS). Hal ini terjadi karena berbagai hal yang mempengaruhinya, diantaranya adalah harga tembakau dalam negeri yang terus meningkat yaitu dari Rp7.537/kg pada tahun 1997 menjadi Rp11.511/kg pada tahun 2000. Hal ini mempengaruhi kinerja ekspor tembakau di Indonesia karena harga merupakan faktor utama yang mempengaruhi minat konsumen. Dengan kenaikan harga tembakau dari Rp7.537/kg menjadi Rp21.500/kg menyebabkan harga ekspor tembakau di pasar internasional juga ikut terpengaruhi.

  Perkembangan produksi tembakau di Indonesia mengalami kanaikan dan penurunan atau berfluktuatif, yaitu pada tahun 1997 produksi tembakau Indonesia 253,1 ribu ton turun menjadi 109,9 ribu ton pada tahun 1998 dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2000 yaitu sebesar 146,1 ribu ton (BPS). Perkembangan produksi tembakau akan mempengaruhi kinerja ekspor tembakau di Indonesia karena produksi tembakau akan mempengaruhi jumlah penawaran tembakau. Dengan kapasitas produksi yang menurun dari yang sebelumnya maka kinerja ekspor tembakau juga akan menurun.

  Salah satu faktor yang tak lepas juga mempengaruhi ekspor tembakau adalah konsumsi terhadap tembakau sendiri. Konsumsi tembakau di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat tajam. Konsumsi tembakau pada tahun 1970 yang sebesar 33 milyar batang per tahun menjadi 217 milyar batang per tahun pada tahun 2000. Dari tahun 1970 sampai 1980, konsumsi tembakau sudah meningkat sebesar 159 % (WHO Indonesia). Peningkatan konsumsi tembakau sangat besar karena tembakau sudah merambah dunia anak-anak, banyak anak usia sekitar 12 tahun sudah mulai belajar merokok. Dengan kondisi seperti ini maka dapat mempengaruhi kinerja ekspor tembakau karena untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tembakau dalam negeri sangat besar.

  Selain faktor diatas masih ada faktor lain yang ikut mempengaruhi kenerja ekspor tembakau Indonesia yaitu adalah kurs. Kurs sangat mempengaruhi ekspor karena kurs merupakan perbandingan mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Mata uang yang telah disepakati sebagai mata uang untuk perdagangan internasional/diterima secara umum adalah US dolar Amerika serikat (AS). Sistem kurs ini juga mempengaruhi ekspor karena ketika tahun 1997/1998 dunia sedang mengalami resesi nilai mata uang Indonesia melemah terhadap dolar AS. Semenjak adanya krisis moneter pada tahun 1997/1998 terjadi ada lonjakan kurs dolar AS terhadap mata uang rupiah, yaitu Rp4.650 pada tahun 1997 menjadi Rp8.025 pada tahun 1998 (BPS). Tujuan dari devaluasi mata uang rupiah ini adalah untuk meningkatkan eskpor dan tujuan ini relatif berhasil karena ekspor tembakau Indonesia meningkat dari tahun 1997 sebesar 35,4 ribu ton menjadi 39,9 ribu ton pada tahun 1998.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU DI INDONESIA TAHUN 1997-2007”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana perkembangan volume ekspor tembakau di Indonesia tahun 1997- 2007 ?

  2. Apakah harga tembakau tingkat nasional mempengaruhi ekspor tembakau? 3.

  Apakah jumlah produksi tembakau mempengaruhi nilai ekspor tembakau di Indonesia? 4. Apakah tingkat konsumsi tembakau mempengaruhi nilai ekspor tembakau di

  Indonesia?

  5. Apakah nilai tukar rupiah terhadap dollar mempengaruhi nilai ekspor tembakau di Indonesia?

  C. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini, dibatasi dalam harga tembakau dalam negeri mempengaruhi nilai ekspor tembakau, jumlah produksi tembakau mempengaruhi ekspor tembakau, konsumsi tembakau mempengaruhi ekspor tembakau, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mempengaruhi ekspor tembakau di Indonesia tahun 1997 – 2007.

  D. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui perkembangan ekspor Indonesia tahun 1997 – 2007.

  2. Untuk mengetahui pengaruh harga tembakau tingkat nasional terhadap ekspor tembakau.

  3. Untuk mengetahui pengaruh produksi tembakau terhadap ekspor tembakau.

  4. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi tembakau terhadap ekspor tembakau.

  5. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar terhadap ekspor tembakau.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak-pihak antara lain:

1. Bagi pemerintah

  Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan yang menyangkut ekspor tembakau dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi prospek dan peranan ekspor komoditi tembakau di Indonesia untuk meningkatkan devisa.

  3. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai pertimbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ekspor tembakau, serta sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang mempengarui ekspor tembakau dalam hubungannya dengan pengembangan ekspor tembakau dan upaya untuk meningkatkan pendapatan negara.

  4. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini dapat menambah referensi koleksi perpustakaan

  Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para mahasiswa Sanata Dharma serta pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor tembakau di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Perkebunan Tembakau di Indonesia Tembakau masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal abad ke XVII oleh

  kolonial Belanda dan tembakau menjadi komoditas perdagangan penting setelah membawa dan menjualnya ke negara-negara Eropa.Sehingga pada masa tanam paksa di zaman penjajahan Belanda, tembakau juga merupakan salah satu komoditas yang diharuskan ditanam.

  Tembakau telah dikenal sebagai komoditi ekspor sejak dua setengah abad yang lalu, yaitu ketika penguasa kolonial yang kemudian digantikan oleh pemodal swasta mengusahakan untuk pasaran Eropa. Dulu tembakau merupakan tanaman untuk konsumsi kelompok elite, dan kemudian secara bertahap meluas menjadi konsumsi rakyat (Padmo, Sugianto dan Edhie Djatmiko. 1991).

  Hal ini menunjukkan bahwa sejak jaman penjajahan tembakau termasuk komoditas yang menguntungkan di dalam perdagangan internasional, karena memiliki keunggulan dimana kualitas tembakau Indonesia sebagai bahan baku pembuatan cerutu sudah terkenal sejak lama dengan kualitas yang tinggi, baik sebagai pembalut maupun pengisi cerutu. Dengan kondisi tersebut, pengusahaan perkebunan yang intensif berkembang terutama yang dikelola oleh pemerintah kolonial yang pada saat itu menjadi pemasok pasar di Eropa Barat.

  Dan dalam perkembangan selanjutnya, pengusahaan tembakau merebak ke petani kecil/tembakau rakyat terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur sejalan pula adanya pabrik rokok kretek yaitu pada sekitar abad ke XIX yang dalam perkembangannya terus meningkat, demikian pula jenis tembakau yang diusahakan petani untuk kebutuhan pabrik rokok (Direktorat Kerjasama dan Perdagangan International. 2004)

  Secara historis komoditi tembakau sudah memperoleh perhatian yang besar sebagai komoditi komersial (high value commodity) sejak pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan penanaman tembakau tersebut terus dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia melalui perusahaan negara perkebunan (PNP). Dalam perkembangannya tanaman tembakau diusahakan secara cukup meluas oleh petani rakyat baik di Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur) dan di Luar Jawa (Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan).

  Pengusahaan tembakau oleh petani rakyat terutama ditujukan untuk ekspor, biasanya merupakan tembakau asepan yang digunakan sebagai bahan baku cerutu dan tembakau rajangan yang digunakan sebagai bahan baku rokok. Perkembangan area perkebunan tembakau terus bertambah yakni luas area tembakau pada tahun 2005 sebesar 198.212 Ha menjadi 217.742 Ha pada tahun 2008 (Dijenbun).

  Tembakau selama ini memberikan sumbangan yang cukup berarti pada pendapatan negara, yaitu pada bentuk devisa berupa bea (pajak) ekspor dan impor. Perkembangan tembakau di Indonesia tidak dapat dipungkiri oleh merebaknya industri rokok. Dengan pesatnya perkembangan industri rokok maka memacu produksi tembakau dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan perindustrian rokok dalam negeri. Komoditas tembakau sangat tergantung dan terkait langsung dengan industri rokok. Penerimaan cukai tembakau lebih dari 90% dari total penerimaan cukai di Indonesia. Pada tahun 2002 cukai tembakau memberikan sumbangan sebesar Rp21.150,8 milyar atau 91% dari total penerimaan cukai Rp23.359,2 milyar (Bea Cukai).

B. Teori Penawaran dan Permintaan

  Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

  Ekspor berasal dari produksi dalam negeri yang dijual atau dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Ekspor suatu negara adalah impor negara lain, maka ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional. Berapapun pendapatan nasional, tidak akan berpengaruh terhadap ekspor hal ini berarti pendapatan nasional tidak mempengaruhi ekspor. Tetapi sebaliknya seperti halnya invetasi, ekspor mempengaruhi pendapatan nasional.

  Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga dalam mata uang domestik, sedangan permintaan dan penawaran asing (ekspor) akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld (2000) yang diterjemahkan oleh Basri (2004), dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor di atas, hubungan perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor impor adalah nilai tukar mata uang setiap negara.

  Nilai tukar mata uang (kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Dalam transaksi perdagangan internasional menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Dalam perdagangan internasional membutuhkan mata uang standar seperti mata uang dolar AS untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor

1. Harga

  Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tersebut dinyatakan atau diukur dengan uang (Gilarso.3003).Suatu barang mempunyai harga apabila barang itu diperlukan dan berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Harga tembakau di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor didalam penentuan harga tembakau tingkat nasional, antara lain jumlah produksi tembakau tingkat nasional, pemintaan tembakau tingkat nasional maupun internasional.

  Harga dapat mempengaruhi ekspor dan impor karena jika harga di dalam negeri lebih murah dari harga di pasar internasional maka produsen cenderung memproduksi untuk kebutuhan ekspor karena mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Namun ketika harga di dalam negeri lebih mahal dari pasar internasional maka hal ini akan mendorong impor karena membeli lebih murah dari pada memproduksi sendiri.

  Harga juga sangat berkaitan erat dengan produksi. Bila harga jual tinggi, dibandingkan dengan biaya produksi maka para produsen akan terdorong untuk menghasilkan/ menjual lebih banyak. Bila harga merosot atau harga jual rendah dibandingkan dengan biaya produksi, maka penghasilan/ laba produsen akan merosot pula, dan produsen akan terdorong untuk mengurangi jumlah produksi (gilarso. 2003).

  Kurva II. 1, kurva permintaan

  P

  2

  1 D Qo Q1 Q

  Sumber: Gilarso Keterangan:

  P : harga Qd : jumlah yang mau di beli Gejala ini dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: orang cenderung membeli lebih banyak pada

  harga rendah daripada pada harga tinggi .

  Permintaan disini adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (Gilarso, 2003)

  Kurva II. 2, kurva penawaran

  P S

  2

  1

  0 Qo Q1 Q Sumber: Gilarso Keterangan:

  P : harga Qs : jumlah yang mau di jual Cateris paribus, produsen/penjual cenderung menghasilkan dan menawarkan lebih banyak pada harga yang tinggi dari pada harga yang rendah (Gilarso.

  2003). Harga tinggi akan mendorong produsen untuk memproduksi barang lebih banyak.

2. Produksi

  Produksi adalah setiap usaha manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung, menghasilkan barang dan jasa supaya berguna untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia. Dalam hukum bagi hasil kalau input faktor-faktor produksi ditambah (luas tanah, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja, jumlah mesin, dan lain sebagainya) maka output atau hasil produksi akan bertambah pula. Hasil produksi adalah barang dan jasa yang secara langsung atau tidak langsung berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia (Gilarso. 1992:85).

  Barang produksi adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain. Jadi barang produksi adalah barang yang tidak langsung untuk konsumsi melainkan dipergunakan sebagai sarana dalam melaksanakan atau memperlancar proses produksi, misalnya seperti mesin, alat-alat, gedung, dan bahan setengah jadi (Gilarso. 1992:86). Untuk memproduksi suatu barang diperlukan proses yang relatif lama dan memerlukan berbagai unsur dalam proses produksi. Unsur-unsur itu digolongkan menjadi empat kelompok dasar (faktor produksi) yaitu tenaga kerja manusia, sumber-sumber alam, peralatan produksi atau barang-barang modal, dan organisasi atau kegiatan pengusaha.

  a.

  Tenaga Kerja Manusia Pelaksana utama dalam seluruh kegiatan produksi adalah manusia.Oleh karena itu tenaga kerja manusia dengan segala ketrampilan dan keahliannya merupakan faktor produksi yang pertama. Kerja manusia dalam ilmu ekonomi dimaksudkan segala usaha manusia, baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi.

  b.

  Sumber-sumber Alam Segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha mencapai kemakmuran. Sumber-sumber alam tidak terbatas hanya pada lahan (tanah) sebagai dasar untuk pertanian dan pemukiman, tetapi mencakup pula kesuburan tanah, kekayaan alam yang terkandung didalam tanah (bahan-bahan tambang), dan seluruh lingkungan alam.

  c.

  Peralatan Produksi atau Barang-barang modal Barang modal adalah segala sumber daya selain kerja manusia dan pemberian alam, yang dipergunakan dalam proses produksi. Barang modal mencakup semua prasarana dan sarana yang dipergunakan dalam proses produksi seperti pabrik, mesin-mesin, dan alat-alat, serta persediaan bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi.

  d. Organisasi atau kegiatan Pengusaha Adalah seorang yang memiliki ketrampilan sebagai enterprenuership atau wiraswasta yang menggabungkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia (Gilarso. 1992:92-101)

  Kurva II. 3, kurva produksi

  P D1 D2 S1 S2 P1 E1 E2 Q1 Q2 Q Sumber: Gilarso Keterangan: P : harga

  D1 : permintaan dalam negeri D2 : permintaan luar negeri S1 : Penawaran awal S2 : Penawaran setelah adanya perubahan E1(Q1, P1) : titik kesimbangan pertama E2(Q2, P1) : titik keseimbangna ke dua

  Pada gambar kurva, P adalah harga suatu barang dan Q adalah kuantitas suatu barang. Dalam perpotongan garis permintaan dan penawaran pada E1/titik keseimbangan pertama menunjukkan permintaan dan jumlah penawaran untuk pemenuhan kebutuhan di dalam negeri dan titik keseimbangan E2 menunjukkan pemenuhan kebutuhan di luar negeri (ekspor). Ekspor terjadi karena seluruh permintaan di dalam negeri sudah terpenuhi dan barang yang dihasilkan melebihi permintaan di dalam negeri maka selebihnya barang tersebut di ekspor.

3. Konsumsi

  Pada dasarnya konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai guna barang dan jasa.Tindakan konsumsi individu atau keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang mereka miliki. Hubungan timbal balik antara ekonomi keluarga dan masyarakat terjadi melalui pengeluaran- pengeluaran uang. Pengeluaran atau pembelanjaan masyarakat merupakan bagian terbesar dari permintaan masyarakat. Permintaan masyarakat ini ikut menjadi pedoman bagi para produsen dalam menentukan apa, dan berapa yang akan diproduksikan.

  Konsumsi dapat mempengaruhi ekspor maupun impor, hal ini dikarenakan konsumsi merupakan permintaan masyarakat. Permintaan ini akan secara langsung mempengaruhi penawaran yang dihasilkan oleh para produsen (Gilarso, 2003). Jika permintaan banyak sedangkan penawaran barang tersebut terbatas maka mendorong impor untuk memenuhi seluruh permintaan, tetapi jika permintaan dalam negeri terbatas sedangkan jumlah penawaran barang tersebut banyak maka lebihnya dari permintaan tersebut akan diekspor.

4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat

  Perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap ekspor dan impor.Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran ke luar negeri (impor). Permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debit dalam neraca permbayaran internasional. Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran. Suatu mata uang di katakan kuat apabila transaksi outonomous kredit lebih besar dari transaksi outonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit (Nopirin. 1997: 147-148).

  Berdasarkan uraian diatas, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat dibedakan menjadi dua:

  1. Nilai tukar tetap (Fixed exchange rate) Merupakan nilai tukar dimana pemerintah masih bisa melakukan devaluasi (penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing). Dengan kata lain pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang negara tersebut dengan mata uang negara lain, dan berusaha untuk mempertahankan dengan berbagai kebijakan. Pertama, tindakan secara langsung berupa pembelian mata uang asing oleh bank sentral apabila kurs dipasar merosot dibawah tingkat yang sudah ditentukan oleh otoritas moneter, maupun melonjak diatas tingkat yang ditentukan.

  Kedua tindakan langsung berupa penjatahan nilai tukar tetap pada tingkat kurs yang ditetapkan.

  Tujuan pemerintah mendevaluasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing dilatarbelakangi oleh keadaan dimana dalam negara tersebut neraca perdagannya mengalami defisit sehingga dengan kebijakan devaluasi tersebut dapat meningkatkan ekspor karena pihak luar negeri dapat membeli dengan harga yang lebih murah sehingga defisit neraca perdagangan dapat diatasi.

2. Nilai Tukar Mengambang (Floating exchange rate)

  Nilai tukar mengambang ditentukan secara bebas oleh tarik menarik kekuatan pasar. Kekuatan dari sistem nilai tukar mengambang adalah bahwa tingkat kurs yang berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan, tidak ada masalah surplus dan defisit neraca pembayaran, (Nopirin, 1997). Nilai tukar mengambang pada saat depresiasi (penurunan harga dalam valuta domestik dari valuta luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar) maupun apresiasi (kenaikan harga yang dinyatakan dalam valuta domestik dari valuta luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar), akan mempengaruhi nilai ekspor dan impor.

  Pada saat depresiasi maka akan menyebabkan nilai ekspor naik dan menurunkan impor, hal ini dapat terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar turun, misalnya; nilai dolar AS di dalam negeri Rp4.650,00 dan nilai dolar AS terhadap rupiah diluar negeri Rp7.100,00 maka akan meningkatkan ekspor, hal ini dapat terjadi karena negara lebih memilih mengekspor ke luar negeri karena akan mendapatkan devisa yang lebih tinggi dibandingkan dengan melakukan impor.

  Nilai tukar mengambang pada saat apresiasi (kenaikan harga yang dinyatakan dalam valuta domestik dari luar negeri dengan mekanisme pasar), hal ini dapat mempengaruhi ekspor dan impor, nilai ekspor akan mengalami penurunan dan nilai impor akan mengalami kenaikan, hal ini dapat terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar akan naik, misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di luar negeri sebesar Rp4.650,00 dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS didalam negeri Rp7.100,00 maka suatu negara akan memilih mengimpor dibandingkan dengan mengekspor, karena akan mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan memproduksi di dalam negeri (Nopirin, 1997).

  Kurva II. 4, kurva permintaan Valas

  Rp S

  1

  2 Di Do

  Eo E1 US$ Sumber: Nopirin Keterangan kurva: Do : permintaan awal D1 : permintaan setelah adanya perubahan Eo : keseimbangan pada saat permintaan awal E1 : keseimbangan pada saat perubahan harga S : penawaran akan valuta asing

  Pergerakan didalam satu kurva berarti bahwa kenaikan atau penurunan kurs akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan jumlah valuta asing yang diminta. Sedangkan pergeseran kurva permintaan ( dari Do ke Di ) diakibatkan misalnya oleh kenaikan pengeluaran pemerintah, kenaikan jumlah uang yang beredar, dan perubahan permintaan dari mata uang rupiah ke mata uang dolar.

  Kurva II. 5, kurva penawaran valas

  Rp

  1 S1 So

  Do Eo E1 US$ Sumber: Nopirin Keterangan kurva: So : penawaran awal S1 : penawaran setelah adanya perubahan Eo : keseimbangan pada saat penawaran awal E1 : keseimbangan valas setelah adanya perubahan harga Do : permintaan akan valuta asing

  Pergerakan didalam satu kurva berarti bahwa kenaikan atau penurunan kurs akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan jumlah valuta asing yang ditawarkan. Sedangkan pergeseran kurva penawaran ( dari So ke Si ) diakibatkan misalnya oleh kenaikan pndapatan pemerintah, penurunan jumlah uang yang beredar, kebutuhan masyarakat akan valuta asing yang bergeser dari mata uang US$ ke mata uang rupiah (Nopirin, 1996).

  D. Penelitian terdahulu

  Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh peneliti merujuk pada penelitian Farida Yuliati Tahun 2005 mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eskpor Tembakau Indonesia Ke Malaysia Tahun 1981-2002. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel indeks harga konsumen (tembakau), inflasi dalam negeri, kurs rupiah terhadap US dolar, dan PDB riil Malaysia berpengaruh terhadap ekspor tembakau Indonesia ke Malaysia tahun 1981-2002.

  Penelitian di lakukan dengan menggunakan metode regresi linier kuadrat terkecil (OLS). Alat analisis yang di gunakan adalah pengujian statistik yang meliputi uji T, uji F dan R2 serta pengujian asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari penelitian tersebut adalah indeks harga konsumen, inflasi dalam negeri, kurs rupiah terhadap US dolar, dan PDB riil Malaysia berpengaruh terhadap ekspor tembakau Indonesia ke Malaysia tahun 1981 sampai 2002.

  E. Kerangka berfikir

  Tembakau merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang memiliki nilai output yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena tembakau merupakan bahan baku/ dasar untuk membuat rokok, permintaan rokok di Indonesia sangat tinggi sehingga menyebabkan permintaan terhadap tembakau sebagai bahan dasar untuk pembuatan rokok juga meningkat tajam. Tembakau merupakan komoditas yang strategis dan memiliki permintaan yang tinggi sehingga komoditas ini menyumbang cukup besar bagi pendapatan negara melalui cukai.Ekspor komoditi tembakau di pengaruhi oleh faktor harga.Harga tembakau dalam negeri terus merangkak naik karena permintaan terhadap komoditi tembakau tersebut terus meningkat.Tingkat konsunsi tembakau di Indonesia sangat meningkat tajam seiring dengan perkembangan zaman.Dahulu orang merokok setelah umur 15 tahun ke atas. Namun saat ini anak-anak usia 10 tahun sudah mulai merokok.