ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI KONVENSIONAL (Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupa

  

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI

PETANI ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK

  

PURWOREJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA

KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI

KONVENSIONAL

(Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan

  

Ngombol Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Anastasia Ervin Sri Agustin

  

NIM : 081324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

  Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef (PMY) Masyarakat, khususnya masyarakat tani sang pahlawan pangan

  Perkumpulan Tani Organik Purworejo Universitas Sanata Dharma

  

MOTTO

In Omnibus Caritas

Dengan cara sederhana dan penuh kegembiraan mensyukuri

kehidupan, menjadi tanda kasih dan kerahiman Allah.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

   Yogyakarta, 1 November 2012

  Penulis Anastasia Ervin Sri Agustin

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Anastasia Ervin Sri Agustin Nomor Mahasiswa : 081324010

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI

ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO”

DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA

DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI KONVENSIONAL

(Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol

Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 1 November 2012

  

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI

ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO”

DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA

  

DAN YOSEF (PMY)DAN PETANI KONVENSIONAL

(Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol

Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

Anastasia Ervin Sri Agustin

  

Universitas Sanata Dharma

2012

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tingkat sosial ekonomi rumah tangga antara petani organik dan petani konvensional yang dilihat dari pendapatan petani.Penelitian ini lebih mempertegas pada pengujian variabel- variabel independen dan pengaruhnya terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga petani, yang meliputi biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan dan pendapatan bersih petani.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif. Dengan teknik

  

simplerandom sampling , dipilih 30 petani konvensional dari 142 petani dan

  seluruh sampel 20 petani organik anggota perkumpulan tani organik Purworejo yang ada di Desa Ringgit. Pertama dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, selanjutnya diujihipotesis komparatif dengan independent-sampleT-test terhadap variabel-variabel: biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan dan pendapatan bersih.

  Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada biaya produksi (Sig (2-tailed) 0,055 > α=0.05), hasil panen (Sig (2-tailed)

  0,618 > α=0.05dan hasil penjualan(sig(2-tailed) 0,066 > α=0.05). Tetapi ada perbedaan yang signifikan terhadap pendapatan bersih (sig(2-tailed) 0,008 <

  α=0.05) antara pertanian organik dan pertanian konvensional. Pendapatan bersih yang sangat berbeda jauh ini, menunjukkan ada indikasi bahwa dalam sistim pertanian organik, biaya produksi lebih rendah, hasil panen tinggi dan hasil penjualan tinggi dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional walaupun

  

ABSTRACT

A COMPARATIVE ANALYSIS OF HAUSEHOLD SOCIAL-ECONOMIC

LEVEL BETWEEN ORGANIC FARMERS GUIDED BY DAUGHTER OF

MARRY AND JOSEPH CONGREGATION (PMY) AND

  

CONVENTIONAL FARMERS

( A Case Study On Ringgit Village, Kecamatan Ngombol Kabupaten

Purworejo Jawa Tengah)

Anastasia Ervin Sri Agustin

  

Sanata Dharma University

2012

  This research aims to test the comparative of household social-economic levels between organic farmers and conventional farmers perceived from the income of farmers. This research reinforces the testing of the independent variables and effects on social-economic level of families farmers, which include the cost of production, harvest, sales and net income of farmers.

  It is a comparative descriptive research. The technique of taking samples is a simple random sampling. The samples are the 30 out of 142 conventional farmers and 20 members of Associations of Organic Farmers Purworejo in the Ringgit village. First the normal test and homogenious test of the data and the hypothesis were tested by analysis comparative independent-sample T-test which its variables: the cost of production, harvest, sales and net income.

  The results of hypothesis testing show that there isn’t significant differences in the cost of production (Sig (2- tailed) .055> α = 0.05), harvest (Sig (2- tailed) .618> α = 0.05 and the sale (sig (2-tailed) .066 > α = 0.05). But there are significant differences to net income (sig (2- tailed) 0.008 <α = 0.05) between organic farming and conventional farming. The net income is verry different. It shows that there are indications that the organic farming system, lower production costs, higher harvest and higher sales compared to conventional farming systems are significant. Although it is not visible to the statistical test, it seems obvious

KATA PENGANTAR

  Puji syukur peneliti hunjukkan kepada Allah Tritunggal Mahakudus atas rahmat kasih-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.

  Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan pengalaman berharga bagi penulis untuk bisa mengembangkan diri dalam kepedulian dan keterlibatan dalam pendidikan ekonomi masyarakat. Pengalaman survei, observasi dan wawancara pada kehidupan para petani menjadi pembelajaran nyata yang memberi wawasan dan pengembangan diri baik dari segi pedagogi, sosial, kepribadian maupun profesionalitas.

  Selesainyapenelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang indah ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Rm. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

  2. Sr. Antonie Ardatin PMY, selaku Provinsial Kongregasi PMY dan seluruh anggota Kongregasi PMY yang dengan doa serta caranya masing-masing mendukung dan menyemangati penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  3. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Pembimbing I penyusunan skripsi.

  5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., selaku Pembimbing II penyusunan

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii

  ABSTRACT ....................................................................................................... ix

  KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. ....... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  …………………………………… ...... 10

  A. Pertanian Konvensional Buah dari Revolusi Hijau ……... ...... 10

  B. Pertanian Organik Menuju Kemandirian Petani ………… ...... 12 C.

  Teori dan Fungsi Produksi ………………………………. ...... 16

  D. Faktor- Faktor Produksi Pertanian ………………………. ....... 19

  E. Biaya Produksi Bidang Pertanian …………………….. .......... 24 F.

  Fungsi Penerimaan …………..………………………… ........ 27 G. Pemasaran Hasil Pertanian ……………………………… ...... 28

  H. Kemandirian Menuju Peningkatan Sosial Ekonomi Petani ...... 32

  I. Penelitian Sebelumny a …………………………………… .... 35 J. Kerangka Pemikiran .......................................................... ...... 36 K. Hipotesis Penelitian........................................................... ....... 39

  BAB III. METODE PENELITIAN

  …………………………………. ...... 40

  A. Jenis Penelitian ................................................................. ....... 40

  B. Lokasidan Waktu Penelitian............................................ ......... 40 1.

  Lokasi Penelitian ……………………………………......... 40 2. Waktu Penelitian …………………………………… ......... 41

  C. Subjek dan Objek Penelitian ………………………….. ......... 41

  2. Sampel........................................................................... ...... 42 E. Variabel Penelitian ………………………………………. ..... 43

  F. Data Penelitian ………………………………………… ........ 43

  G. Teknik Pengumpulan data ………………………………. ...... 44 H.

  Teknik Analisis Data ………………………………..… ........ 45 1.

  Pengujian Prasyarat ………………………………............. 45

  2. Pengujian Hipotesis ………………………………… ........ 46

  

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ........................ 49

A. Karakteristik Desa ................................................................... 49

  1. Kondisi Geografis ............................................................... 49

  2. Kondisi Demografi dan Keadaan Sosial Ekonomi ............. 49

  B. Karakteristik Petani Responden .............................................. 53

  1. Umur Petani ...................................................................... 53

  2. Tingkat Pendidikan ........................................................... 54

  3. Status Kepemilikan Lahan ................................................. 55

  4. Luas Lahan Garapan ......................................................... 56

  C. Perkumpulan Tani (Peta) Organik Purworejo ......................... 57

  D. Petani Konvensional di Desa Ringgit ...................................... 59

  1. Biaya Produksi .................................................................... 67

  2. Analisis Komparatif Hasil Panen ...................................... 84

  3. Hasil Penjualan ................................................................... 90

  2. Hasil Panen ......................................................................... 89

  1. Biaya Produksi .................................................................... 87

  E. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis .............................................. 87

  4. Analisis Komparatif Pendapatan Bersih ............................ 86

  3. Analsis Komparatif Hasil Penjualan ................................. 85

  1. Analisis Komparatif Biaya Produksi ................................. 83

  2. Hasil Panen ......................................................................... 69

  D. Uji Hipotesis Analisis Komparatif Antara Pertanian Organik dan Pertanian Konvensional .......................................................... 82

  2. Uji Homogenitas ............................................................... 77

  1. Uji Normalitas .................................................................. 72

  C. Uji Prasyarat Analisis Data ...................................................... 72

  4. Pendapatan Bersih ............................................................... 72

  3. Hasil Penjualan ................................................................... 70

  4. Pendapatan Bersih ............................................................... 91

  

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ................. 98

A. Kesimpulan .............................................................................. 98 B. Keterbatasan ............................................................................ 101 C. Saran ........................................................................................ 102 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 105

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I.1. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa Tengah ......................................................................................... 1

  Tabel I.2 Intruksi Presiden RI No. 7 Th. 2009 Tentang Kebijakan Perberasan Mulai 1 Januari 2010 .................................................................... 2

  Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Desa Ringgit Menurut Usia ............................ 50 Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Desa Ringgit Menurut Tingkat Pendidikan .... 51 Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Desa Ringgit Menurut Mata Pencaharian ....... 52 Tabel IV.4 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut

  Golongan Umur ............................................................................ 54 Tabel IV.5 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Tingkat

  Pendidikan .................................................................................... 55 Tabel IV.6 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Status

  Kepemilikan Lahan ...................................................................... 56 Tabel IV.7 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Luas

  Lahan Garapan ............................................................................. 57 Tabel V.1 Hasil Uji Normalitas Data Biaya Produksi ................................... 73 Tabel V.2 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Panen ......................................... 74 Tabel V. 3 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penjualan ................................... 75 Tabel V.4 Hasil Uji Normalitas Data Pendapatan.......................................... 76

  Tabel V.8 Hasil Test Anova Variabel Hasil Panen ........................................ 79 Tabel V.9 Hasil Lavene Test Variabel Hasil Penjualan ................................. 80 Tabel V.10 Hasil Test Anova Variabel Hasil Penjualan .................................. 80 Tabel V.11 Hasil Lavene Test Variabel Pendapatan ........................................ 81 Tabel V.12 Hasil Test Anova Variabel Pendapatan ......................................... 81 Tabel V.13 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Biaya Produksi .............................. 83 Tabel V.14 Hasil Independent samples Test Biaya Produksi........................... 83 Tabel V.15 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Hasil Panen .................................. 84 Tabel V.16 Hasil Independent samples Test Hasil Panen ............................... 84 Tabel V.17 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Hasil Penjualan ............................ 85 Tabel V.18 Hasil Independent samples Test Hasil Penjualan .......................... 85 Tabel V.19 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Pendapatan .................................... 86 Tabel V.20 Hasil Independent samples Test Pendapatan ................................. 86 Tabel V.21 Data Perbandingan Tingkat Sosial Ekonomi ............................... 95

  

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN ......................................................................................... 107 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ............................................................ 108 Lampiran 2. Data Penelitian ..................................................................... 114 Lampiran 3. Hasil Penelitian .................................................................... 122 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ............................................................. 135 Lampiran 5. Lain-Lain ............................................................................. 136

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan

  oleh perusahaan benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia), baik untuk pemupukan lahan dan pengendalian hama, awalnya dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun, setelah beberapa dekade, praktik tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kerusakan ekosistem lahan pertanian dan kesehatan petani itu sendiri. Dan hal itu mengakibatkan penurunan hasil panen.

  

Tabel I.1. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi

JawaTengah Jenis Luas Panen Produktivitas

Provinsi Tahun Produksi (Ton)

  Tanaman (Ha) (Ku/Ha) Jawa Padi 2009 1 725 034 55,65 9 600 415

  Tengah Jawa Padi 2010 1 801 397 56,13 10 110 830 Tengah

  Jawa Padi 2011 1 724 246 54,47 9 391 959 Tengah

  Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2012

  Penurunan hasil pertanian yang disertai dengan meningkatnya daya

  2 menurun, tapi justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebut, sehingga petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membasminya.

  Per 1 Januari 2012 harga pupuk urea bersubsidi Rp1.800 per kg, dan yang non subsidi Rp4.800 per kg dengan rata-rata pemakaian urea 300 kg per hektar (http.//www.lampungpost.com). Ini artinya, petani harus mengeluarkan banyak biaya untuk proses pertanian konvensional.

  Ketergantungan petani konvensional pada bibit, pupuk dan pestisida buatan perusahaan yang harganya dari tahun ke tahun semakin meningkat, tidak diimbangi kenaikan harga padi. Pemerintah dengan kebijakan yang diambilnya justru mengendalikan harga padi agar tidak mengalami kenaikan harga yang signifikan. Hal ini yang menyebabkan produktivitas pertanian konvensional tidak meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu juga adanya banyak kasus pembelian gabah yang jauh dibawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah) oleh penebas yang merugikan petani.

  Tabel I.2. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Th. 2009 tentang Kebijakan Perberasan Mulai Berlaku Sejak 1 Januari 2010.

  HPP Inpres HPP sebelumnya Kenaikan

  Harga No. 7/2009 Rp/kg (%)

  Rp/kg GKP di petani (kadar air max 25%, kadar 2.400 2.640

  10 hampa/kotoran max 10%)

  3 HPP sebelumnya HPP Inpres Kenaikan Harga

  Rp/kg No. 7/2009 (%) GKP di gudang Bulog (kadar air max 14%, kadar 3.040 3.345

  10 hampa/kotoran max 3%) Beras di gudang Bulog (kadar air max 14%, butir patah max 20%, kadar 4.600 5.060

  10 menir max 2%, derajat sosoh min 95%)

  Sumber :

  Didasari oleh keprihatinan itu, Kongregasi Suster Cintakasih Putri Maria dan Yosef (PMY) dengan karya pemberdayaan masyarakat, merintis kelompok Pertanian Organik Tani Lestari -mulai awal tahun 2012 dicetuskan nama baru Perkumpulan Tani Organik Purworejo (Peta Organik Purworejo)- dengan mengadakan gerakan penyelamatan bumi melalui pertanian lestari menuju ke kemandirian dan kesejahteraan petani.

  Budidaya pertanian organik mengintikan pada keselarasan alam, melalui keragaman hayati dan pengoptimalkan penggunaan asupan alami yang berada disekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Dalam proses budidayanya, dari persiapan lahan hingga pemanenan tidak dapat dilepaskan dengan interaksi kedua hal tersebut.

  Pertanian organik yang berasal dari lahan konvensional (lahan yang

  4 hidup (secara ekonomi) lahan tersebut. Karena itu, penyesuaian, kesempatan dan resiko yang dalam masa peralihan saling berkaitan dan harus diperhatikan.

  Peralihan ke pertanian organik memerlukan pola pikir yang baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan harus siap dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak aspek. Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri terhadap pertanian organik.

  Setelah melewati masa peralihan dan menjadi pertanian organik murni, dengan harga beras yang ditentukan oleh petani sendiri, diharapkan memberi peningkatan pendapatan petani yang berdampak pada kesejahteraan petani organik saat ini dan mendatang. Dalam praktek keseharian, petani menjual hasil panen berdasar harga pasar yang ditentukan oleh penebas. Dan penentuan harga ini kadang bersifat spekulatif menurut kondisi pasar dan musim panen yang harga standarnya ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Hasil panen petani dibeli untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun antar propinsi, dengan harga yang ditetapkan oleh penebas.

  Usaha pertanian, baik konvensional maupun organik, tak lepas dari kegiatan perekonomian untuk memperoleh pendapatan dan tercukupinya kebutuhan hidup yang layak. Kondisi lahan mempengaruhi hasil usaha pertanian. Kemampuan ekonomi suatu lahan dapat diukur dari keuntungan

  5

  fixed costs (yang tidak secara langsung bergantung pada ukuran produksi)

  merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau menyewa tanah, bangunan atau mesin-mesin; atau bisa juga biaya yang disediakan untuk menggaji pekerja-pekerja tetap. Upah bagi buruh tani yang bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan khusus (misalnya pada waktu tanam dan pemupukan) tergantung pada ukuran produksi, disebut sebagai modal tidak tetap (variable

  costs ), termasuk biaya yang dikeluarkan untuk membeli asupan. Sebuah lahan

  bisa dikatakan layak secara ekonomi jika hasil yang didapat melampaui total modal tidak tetap dan penurunan nilai modal tetap. Hasil utamanya berupa uang yang diterima dari penjualan produk yang dihasilkan. Penghasilan yang melampaui modal, berarti ada pendapatan yang lebih untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

  Perkumpulan Tani Organik Purworejo membuat terobosan baru dengan mensosalisasikan hasil pertanian organik yang ramah lingkungan, serta aman untuk kesehatan karena tidak ada asupan bahan kimia dalam proses penanaman, kemandirian bibit dan pupuk, pengembangan pengetahuan ekologi tanah, pengembangan organisiasi petani dan mencari pangsa pasar sendiri. Harga beras yang dijual juga ditentukan oleh perkumpulan dengan memperhitungkan segala biaya produksi dan keuntungan yang diambil oleh petani, sehingga hasil panen bisa memberikan kesejahteraan pada petani. Hasil

  6 Sehubungan dengan itu, maka peneliti mengadakan penelitian tentang perbedaan tingkat sosial ekonomi petani organik anggota Peta Organik Purworejo dan petani konvensional. Hal ini peneliti lakukan untuk melihat apakah gerakan pertanian organik yang memiliki misi menyuburkan tanah, membudayakan pertanian berkelanjutan, memperjuangkan kemandirian petani telah membawa keluarga petani organik pada kesejahteraan sosial.

  Kesejahteraan sosial berkaitan erat atau dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Untuk itu, peneliti akan memperbandingkan tingkat sosial ekonomi antara keluarga petani organik dan petani konvensional dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dari hasil pertanian, dengan judul penelitian: “ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI ORGANIK

  “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOR

  EJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY)

  DAN PETANI KONVENSIONAL” (Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, ada beberapa

  7

  2. Apakah ada perbedaan hasil panen antara pertanian organik dan pertanian konvensional yang signifikan?

  3. Apakah ada perbedaan hasil penjualan padi antara pertanian organik dan pertanian konvensional yang signifikan?

  4. Apakah ada perbedaan pendapatan bersih antara petani pertanian organik dan petani pertanian konvensional yang signifikan?

  5. Apakah ada perbedaan tingkat sosial ekonomi antara rumah tangga petani organik dan petani konvensional?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan tingkat sosial ekonomi rumah tangga petani organik anggota Peta Organik Purworejo dan rumah tangga petani konvensional pada masyarakat petani di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. Perbedaan dilihat dari biaya produksi, hasil produksi (panen), hasil penjualan, yang memeprngaruhi pendapatan bersih keluarga tani. Dan bagaimana pendapatan ini bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga petani yang dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan, kepemilikan, kehidupan sosial

  8 2.

   Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

  Penelitian ini sebagai sarana belajar sosial ekonomi masyarakat petani, dengan melihat proses pengolahan, produksi, kegiatan organisasi, perkembangan, pembelajaran ekologi tanah, penentuan harga dan pemasaran Peta Organik Purworejo dalam proses kemandirian dan peningkatan sosial ekonomi rumah tangga petani anggota Peta Organik Purworejo. Selain itu, memberi masukan untuk Kongregasi dan Peta Organik Purworejo dalam mengembangkan kegiatan kembali ke alam.

b. Bagi Peta Organik Puworejo

  Hasil penelitian bisa digunakan sebagai bahan refleksi/evaluasi untuk: 1) Mengetahui sejauhmana program pertanian organik sudah mendukung kemandirian petani.

  2) Mengetahui sejauhmana tujuan program pertanian organik mencapai sasaran peningkatan kesejahteraan petani.

  3) Meningkatkan dan memperluas lahan pertanian organik

  9 c.

   Bagi Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef (PMY)

  Hasil penelitian ini sebagai sumbang sih peneliti untuk membantu Kongregasi PMY dalam meningkatkan pelayanan dan memperluas pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat petani. Hasil penelitian yang positif bisa digunakan sebagai data riil bagi kesaksian untuk memperluas gerakan penyelamatan bumi melalui pertanian lestari menuju kemandirian dan kesejahteraan petani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Konvensional Buah dari Revolusi Hijau Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya nafsu manusia

  untuk meraih kesenangan di dunia, ilmu pengetahuan tentang kesehatan juga semakin diperdalam. Perkembangan ini telah melahirkan suatu titik temu yang saling bertentangan, di mana perkembangan teknologi yang disatu pihak bisa menciptakan efisiensi dan kemudahan serta percepatan, dilain pihak bisa membahayakan pada kesehatan manusia, membunuh organisme, merusak fisik dan kesuburan tanah serta mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan. Contohnya adalah bahan-bahan (kimia) sintetis yang tidak bisa didaur ulang, pupuk buatan, pestisida, dan lainnya. Komitmen pemerintah terhadap pentingnya pupuk dan pestisida dalam sektor pertanian di Indonesia, diakui memang telah meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian negara dan kehidupan bagian terbesar masyarakat.

  Pertanian dengan teknologi revolusi hijau sering disebut sebagai pertanian konvensional, pertanian modern, pertanian industri atau pertanian boros energi. Disebut sebagai pertanian konvensional karena teknologi tersebut sangat umum digunakan di seluruh dunia dan pada kebanyakan pestisida kimia. Hampir semua masukan produksi modern berasal dari luar ekosistem dan bahan bakunya berasal dari bahan bakar fossil sebagai sumberdaya alam tak terbarukan. Karena itu sistem pertanian modern sering juga dinamakan sebagai pertanian boros energi.

  Pertanian konvensional juga dikenal sebagai pertanian industri karena kegiatan produksi pertanian dianggap sebagai kegiatan pabrik yang memproses masukan produksi seperti benih, pupuk, dan yang lain menjadi keluaran yang berupa pangan dan hasil pertanian lainnya serta keuntungan usaha tani. Gliessmann (2007) menyatakan bahwa pendekatan dan praktek pertanian konvensional terutama untuk peningkatan produksi pangan telah diikuti banyak negara baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Menurut Gliessmann, teknologi pertanian konvensional tersebut bertumpu pada tehnik-tehnik budidaya sebagai berikut:

  1. Pengolahan tanah intensif

  2. Budidaya monokultur

  3. Aplikasi berbagai pupuk sintetik

  4. Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi

  5. Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia

  6. Manipulasi genom tanaman dan binatang yang menghasilkan varietas- varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta

  1. Inovasi teknologi yang cepat

  2. Modal besar agar produsen dapat menerapkan teknologi produksi dan pengelolaannya

  3. Pertanian skala besar

  4. Penanaman varietas unggul secara seragam dalam areal luas dan terus menerus sepanjang musim

  5. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara intensif dan ekstensif

  6. Efisiensi penggunaan tenaga kerja tinggi sehingga mengarah pada penggunaan alat dan mesin pertanian

  7. Penerapan prinsip-prinsip agrobisnis

B. Pertanian Organik Menuju Kemandirian Petani

  Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ- organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen tidak berpikir dan beraksi hanya demi „aku‟, tetapi untuk „kita‟: keseluruhan alam. Demikian halnya alam, melindungi dan keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, pertanian organikpun menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya pertanian organik, tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan berkesinambungan. Ini filosofi mendasar pertanian organik (http://pertanianorganik.wordpress.com)

  Meningkatkan pendapatan petani bukan perkara mudah, apalagi petani Indonesia dengan lahan sempit dan tak adanya jaminan harga jual komoditas.

  Selain itu juga buruknya infrastruktur dasar dan ketersediaan sarana produksi, menurunnya kualitas lingkungan dan kesuburan tanah, serta rendahnya tingkat pendidikan. Pertanian organik merupakan salah satu solusi bagi revolusi hijau karena mengajarkan petani untuk membenihkan sendiri benih pertanian, membuat sendiri pupuk dan pestisida alami, serta menghargai kearifan dan budaya lokal dalam pertanian.

  Dalam pertanian organik, petani diajak untuk menggunakan pupuk sendiri dari kotoran ayam, kotoran sapi, pupuk kascing, dan air kencing sapi.

  Dengan pertanian organik, petani tidak mengeluarkan biaya untuk beli pupuk dan pestisida, jadi pendapatan petani bisa dimaksimalkan. Dengan memperbesar daur ulang bahan-bahan alami di lahan, menjadi cara yang efektif mengurangi biaya asupan. Misalnya sampah dapur bersama bahan- berupa pengelolaan pupuk hijau. Petani sedapat mungkin mendaur ulang nutrisi yang berasal dari lahan sendiri dan tidak perlu membeli dari luar dengan mencari sumber-sumber pupuk yang tersedia di daerah sekitar ladang, misalnya sampah dari pengolahan hasil pertanian.

  Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat.

  Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat- obatan dan zat-zat kimia yang mematikan. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan lagi.

  Pertanian organik merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan untuk pertanian). Lebih jauh, karena pertanian organik berusaha „meniru‟ alam, maka pemakaian benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika (GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari.

  Pertanian organik bukan sekedar teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup.

  Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi, di mana manusia juga adalah bagian didalamnya.

  Sistem nilai pertanian organik mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. Pertanian organik juga mengajak petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang tercermin dalam sikap dan keyakinannya.

  Pertanian organik juga tidak menolak penggunaan teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut selaras dengan prinsip pertanian organik, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam, keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan lokal.

  Pertanian organik menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar yang meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. mempengaruhi diantaranya: Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi tersebut, membawa konsekuensi manusia harus dapat bersahabat dengan alam. Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam atau paling tidak manusia harus mempertahankan kondisi tersebut sebagai upaya mem- pertahankan keseimbangan alam (lingkungan).

  Budidaya pertanian organik, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagi petani.

C. Teori dan Fungsi Produksi

  Dalam memproduksi suatu barang atau jasa, diperlukan faktor-faktor produksi. Dengan kata lain, untuk menghasilkan output diperlukan input.

  Teori Produksi digunakan untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi) dan output (hasil poduksi). Teori produksi diharapkan dapat menerangkan terjadinya suatu proses produksi dan dapat meramalkan apa yang akan terjadi.

  Hubungan input dan output dalam proses produksi:

  1. Input variabel : input yang tingkat penggunaannya berpengaruh secara langsung terhadap produksi;

  2. Input tetap : input yang penggunaannya tidak langsung berpengaruh terhadap poduksi dalam jangka pendek.

  Fungsi produksi secara umum dapat dirumuskansebagai berikut : Y = f (x

  1 , x 2 , x

  3

  ,…….., x

  n )

  Keterangan: Y = hasil produksi x

  1

  ….x

  n

  = faktor-faktorproduksi Dalam produksi pertanian hubungan fungsinyasebagai berikut :

  Q = f (K, L, La, M) Keterangan : Q = tingkat hasil (produksi) K = modal L = tenaga kerja La = tanah M = manajemen

  Untuk lebih menyederhanakan, digunakan satu jenis input produksi yaitu tenaga kerja (L), sedangkan input-input lain yang tergabung dalam (K)

  Fungsi produksi pertanian menjadi : Q = f (L, K*) K* = K yang konstan

  Average Physical Product (APP) adalah total produk fisik dibagi

  dengan kuantitas variabel inputyang digunakan untuk membuat produk tersebut: APP = TPP / X

  1 . Marginal Physical Product (MPP) adalah

  perubahan total produksi (nilai absolut) akibat penambahanatau pengurangan variabel input sebanyak satu unit: . Untuk memahami MPP = Δ TPP / Δ X

  1 MPP adalah dengan mengetahui peranannya dalam menunjukkan perubahan

  APP yang disebabkan oleh perubahan jumlah unit faktor variabel yang digunakan dalam proses produksi : MPP L = APP L + (Δ APP L )L

  Definisi Low of diminishing marginal returns (hukum hasil/produk fisik yang terus berkurang) adalah bilasemua variabel input bertambah kecuali variabel input yang konstan, maka penambahan jumlah unit input yang terjadi secara bertahap sampai batas tertentu akan menyebabkan penurunan tingkat (prosentase) kenaikan/pertambahan produk. Hukum diminishing marginal returns berlaku apabila :

  1. Hanya ada satu variabel inputyang mengalami perubahan nilai, sedangkan variabel input lainnya tetap.

  2. Proses produksi tetap / tidak ada perubahan teknologi.

D. Faktor-Faktor Produksi Pertanian

  Ada empat faktor produksi pertanian yaitu:

  1. Alam

  2. Tenaga kerja

  3. Modal

  4. Pengelolaan (manajemen) Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima. Namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu bukan terpisah, tetapi meresap masuk kemasing-masing faktor produksi di atas. Ada teknologi yang berkenaan dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor produksi tetap empat.

1. Faktor Produksi Alam

  Faktor produksi alam terdiri dari: udara, iklim, lahan, flora dan fauna. Tanpa faktor produksi alam tidak ada produk pertanian. Tanpa tanah/lahan, sinar matahari, udara dan cahaya tidak ada hasil pertanian. Orang yang kurang memahami proses produksi pertanian menganggap cahaya. Air dibeberapa daerah masih bersifat tidak terbatas, namun dibeberapa daerah sudah terbatas, karena itu dibangun irigasi, dan kadang- kadang harus diciptakan hujan buatan.

2. Faktor Produksi Modal

  Modal dalam arti ekonomi adalah hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi selanjutnya. Von Bohm-Bawerk menjelaskan sebagai berikut: Segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Kekayaan itu digunakan: a) Sebagian untuk konsumsi.

  b) Sebagian untuk memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebutmodal masyarakat atau modal sosial.

  Perkataan modal atau kapital dalam arti sehari-hari digunakan dalam bermacam arti,yaitu: a) modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang.

  b) modal dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan initerlepas dari kerjanya.

  Menurut sifatnya modal dibagi menjadi:

Dokumen yang terkait

POTRET POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo,Kabupaten Lumajang)

1 14 3

ANALISA PENDAPATAN USAHA TANI DAN PERSEPSI PETANI PADA BAWANG MERAH ORGANIK (Studi kasus di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

2 24 2

ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN PENERIMAAN SAYURAN BROKOLI DI TINGKAT PETANI (Studi Kasus di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

0 6 2

ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN PENERIMAAN SAYURAN BROKOLI DI TINGKAT PETANI (Studi Kasus di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

3 13 11

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PEMAKAIAN PUPUK ORGANIK BAGI PETANI (Studi Terhadap Penyuluh Pertanian Lapangan di Desa Sumberejo Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan)

5 52 12

HUBUNGAN SOSIAL ANTARA PETANI DAN BURUH TANI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN (Studi Deskriptif Pada Pertanian Jeruk di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember)

0 4 15

HUBUNGAN SOSIAL ANTARA PETANI DAN BURUH TANI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN (Studi Deskriptif Pada Pertanian Jeruk di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember)

2 9 15

MOTIVASI PETANI DALAM USAHA TANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN PANDAK KABUPATEN BANTUL

0 2 79

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK OLEH PETANI MITRA CV. TANI ORGANIK MERAPI

14 62 134

ANALISIS PROFITABILITAS DAN EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR (POC) KELINCI ENAXNO PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH (STUDI KASUS UD. SUMBER ORGANIK DAN PETANI KONSUMEN POC ENAXNO NGANJUK.

0 6 82